Anda di halaman 1dari 14

RMK EKONOMI MANAJERIAL

ANALISIS ELATISITAS PERMINTAAN

Oleh :
Kelompok II
Dimas Rizal Saputra 1807521031 (85)
Putu Arya Dananjaya 1807521084 (85)
I Gusti Ayu Widya Ari Cahyathi 1807521102 (85)
Putu Indy Widiananda Putri 1807521120 (85)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2020/2021
1. Faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen
A. Harga barang lain: Harga barang lain yang berkaitan erat seperti barang
subtitusi(penggantinya) dan barang komplementer(pelengkapnya) akan
mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang.
 Apabila harga barang subtitusnya turun, maka permintaan akan barang
tersebut akan berkurang. Apabila harga barang substitusinya naik, maka
permintaan barang tersebut akan meningkat. (Hubunganya positif/berbanding
lurus) Contohnya: Daging sapi dengan daging ayam.
 Apabila harga barang komplementernya turun, maka permintaan akan barang
tersebut akan menurun pula. Sebaliknya, jika harga barang komplementernya
naik, maka permintaan barang tersebut akan meningkat pula. (Hubungannya
negatif/berbanding terbalik) Contohnya: kopi dengan gula pasir.
B. Distribusi pendapatan : Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya
akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda. Apabila pemerintah
menaikkan pajak orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak ini
untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan
terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang
digunakan oleh orang-orang kaya akan berkurang permintaannya, sedangkan
barang-barang yang digunakan oleh orang yang pendapatannya rendah yang
mengalami kenaikan pendapatan akan bertambah permintaannya. Dapat
disimpulkan pula apabila pendapatan konsumen mengingkat, maka permintaan akan
suatu barang dan jasa akan bertambah meskipun harga barang dan jasa tidak
berubah.
C. Selera konsumen: Selera konsumen juga akan memengaruhi permintaan suatu
barang. Perbedaan budaya akan mempengaruhi selera masyarakat. Ada produk
yang laku disuatu wilayah, namun tidak di wilayah lainnya. Selera konsumen yang
berbeda-beda setiap waktu sangat berpengaruh terhadap permintaan barang yang
diterima oleh produsen.
D. Jumlah penduduk: Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan
pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh
perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang
menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.
Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.
E. Ekspetasi tentang masa depan: Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai
keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan
para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa yang
akan datang akan mendorong mereka untuk membeli banyak pada masa kini, untuk
menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.
2. Elastisitas dan Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen

Elastisitas Permintaan
Elastisitas Permintaan adalah persentase perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat
perubahan suatu persen factor-faktor yang memengaruhinya. Karena banyaknya factor-
faktor yang memengaruhi permintaan, maka pada prinsipnya kita pun dapat menghitung
berbagai macam elastisitas permintaan seperti elastisitas harga, elastisitas pendapatan,
elastisitas harga barang lain (elastisitas silang), elastisitas biaya promosi dan sebagainya.
Namun demikian yang banyak digunakan dalam analisis terbatas pada elastisitas harga,
elastisitas pendapatan dan elastisitas silang. Perlu diperhatikan bahwa konsep elastisitas
permintaan ini menggunakan asumsi ceteris paribus. Artinya bila kita berbicara mengenai
elastisitas harga, maka factor-faktor lain diluar harga dianggap tidak berubah.
Elastisitas Harga
Sesuai dengan konsep elastisitas permintaan, maka elastisitas harga dapat kita
definisikan sebagai persentase perubahan jumlah barang X yang diminta (Qx) sebagai
akibat perubahan satu persen harga barang itu sendiri (Px), dengan asumsi factor lain diluar
harga tidak berubah. Paling tidak ada dua alasan mengapa konsep elastisitas harga ini
penting, yaitu memungkinkan perusahaan (bahkan pemerintah) dapat memprediksikan
bagaimana dampak kenaikan harga terhadap penjualan, dan membimbing perusahaan
untuk menetapkan harga agar memeroleh laba maksimal. Bila diketahui elastisitas harga
suatu barang adalah -2, berarti dengan asumsi factor lain di luar harga tidak berubah, setiap
kenaikan harga 1% akan mengakibatkan penurunan jumlah yang diminta sebesar 2%, atau
sebaliknya penurunan harga 1% akan mengakibatkan kenaikan jumlah yang diminta 2%.
Karena antara harga (Px) dan jumlah yang diminta (Qx) mempunyai hubungan yang terbalik
(hukum permintaan), maka koefisien elastisitas harga (EX) bertanda negatif. Elastisitas
harga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kembali ke contoh pertama di atas, maka pada Px = Rp 10 Juta, Pz = Rp 15 juta, I = 5 juta,


N = 100 juta orang ; C = 2% dan A = Rp 250 juta, maka diperoleh elastisitas harga:

Ada beberapa kemungkinan koefisien elastisitas harga yang dapat diperoleh.


Pertama, adalah lebih besar -1 atau elastis, yang berarti kenaikan harga 1% akan
mengakibatan penurunan jumlah yang diminta lebih besar dari 1% atau sebaliknya. Dengan
kata lain permintaan suatu barang dikatakan elastis bila sangat sensitif atau sangat
dipengaruhi oleh perubahan harganya. Permintaan terhadap kelompok barang-barang
mewah umumnya cenderung elastis. Kedua, adalah kurang dari -1 atau inelastis, yang
berarti setiap kenaikan harga 10% akan mengakibatkan penurunan jumlah yang diminta
kurang dari 10% atau sebaliknya. Dengan kata lain permintaan
barang dikatakan inelastic bila kurang sensitif atau kurang dipengaruhi oleh perubahan
harga. Permintaan terhadap kelompok barang kebutuhan pokok umumnya cenderung
inelastic. Ketiga, adalah –1 atau unitary elastic, yang berarti kenaikan harga 1%
mengakibatkan penurunan jumlah yang diminta sebesar 1% juga. Keempat, adalah nol atau
inelastic sempurna, yang berarti jumlah barang yang diminta sama sekali tidak dipengaruhi
oleh perubahan harganya. Kelima, adalah tidak terhingga atau elastis sempurna, yang
berarti pada tingkat harga tertentu perusahaan dapat menjual barang dalam jumlah tidak
terbatas, atau sebaliknya bila ia menjual di atas harga tersebut barangnya tidak akan laku
sama sekali. Kasus terakhir ini akan dihadapi oleh perusahaan yang beroperasi pada
struktur pasar persaingan sempurna. Dengan demikian koefisien elastisitas harga akan
bergerak antara nol (inelastic sempurna) dan tidak terhingga (elastis sempurna). Contoh EX
= - 0,66 (inelastis) di atas menjelaskan bahwa bila dealer mobil menaikan harga jual 10%
akan mengakibatkan penjualan berkurang sebesar 6,6 % (ceteris paribus).
Elastisitas harga dan konsep elastisitas lainnya dapat dihitung dengan menggunakan
pendekatan elastisitas titik (point elasticity) atau elastisitas busur (arch elasticity). Dalam
elastisitas harga, perhitungan secara elastisitas titik berarti menghitung elastisitas harga
pada satu tingkat harga tertentu, dan dihitung dengan menggunakan rumus (1). Sedangkan
elastisitas busur berarti menghitung elastisitas harga secara rata-rata antara dua harga
tertentu. Elastisitas busur dapat dihitung dengan rumus (2):

Kembali ke contoh di atas, maka elastisitas harga busur antara Px1 = Rp 10 Juta dan Px2 =
Rp 16 juta adalah :

EX = - 1,08 menginformasikan bahwa bila dealer menurunkan harga 10% akan mendorong
peningkatan penjualan mobil sebesar 10,8 %, dan sebaliknya bila menaikan harga 10%
akan menurunkan penjualan mobil sebesar 10,8 %.
Dari uraian di muka, jelas bahwa masing-masing barang memiliki elastisitas harga
yang berbeda-beda, artinya ada barang yang permintaannya sangat sensitif terhadap
perubahan harga (sangat elastis) tetapi ada juga yang kurang sensitif (inelastic). Salah satu
factor yang mempengaruhi elastisitas harga adalah ketersediaan barang subtitusi. Untuk
barang tertentu yang banyak subtitusinya cenderung mempunyai elastisitas harga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan barang yang relatif lebih sedikit subtitusinya. Karena
apabila harga barang yang banyak subtitusinya tersebut sedikit saja mengalami kenaikan,
maka konsumen akan segera beralih dengan leluasa kepada barang subtitusinya.
Berdasarkan alasan di atas kita dapat menduga bahwa elastisitas harga untuk gula putih
akan lebih elastis dibandingkan dengan garam, karena gula putih relatif lebih banyak
subtitusinya (madu, gula merah dan sacharin). Kemudian barang yang harganya murah dan
pengeluaran untuk barang tersebut merupakan bagian kecil saja dari seluruh pengeluaran
konsumen, maka barang tersebut cenderung memiliki elastisitas harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan barang yang harganya mahal dan mengambil porsi pengeluaran
konsumen yang besar. Seorang perokok yang biasa merokok satu bungkus setiap harinya
tidak akan terpengaruh oleh kenaikan harga rokok yang hanya Rp. 200 / bungkus, tetapi ia
akan berpikir dua kali apabila harga stick golf yang biaya dibelinya mengalami kenaikan.
Selanjutnya, factor lain adalah reaksi konsumen dalam mengantisipasi kenaikan
harga suatu barang. Dalam jangka pendek (short-run) konsumen cenderung kurang
responsif bila dibandingkan dengan periode jangka panjang (long-run). Dalam jangka
pendek konsumen cederung tidak segera beralih kepada barang substitusi seandainya
barang yang biasanya dibeli mengalami kenaikan harga. Karena konsumen masih
mempertimbangkan dan perlu penyesuaian terutama dalam hal selera dan pendapatannya
apabila ia harus beralih mengkonsumsi barang subtitusi tersebut. Sebaliknya dalam jangka
panjang, tentunya konsumen akan sudah terbiasa dan dengan pasti memilih barang
subtitusi yang akan dikonsumsinya. Oleh karena itu, bila sebuah perusahaan menaikan
harga jualnya, secara tidak langsung tindakan tersebut merupakan sinyal penting bagi
pesaingnya untuk segera mengembangkan produk alternative/subtitusinya. Dengan
demikian elastisitas harga akan cenderung lebih elastis dalam jangka panjang dibandingkan
dengan dalam periode yang lebih pendek. Sebagai ilustrasi, perhatikan gambar berikut.
Dalam jangka pendek, elastisitas harga adalah:
ΔQx = 1/13 = 7.7%, dan ΔPx = 3/7 = 42,9%, sehingga Ex = - 0.18.
Sementara dalam jangka panjang menjadi:
ΔQx = 8/13 = 61.5%, dan ΔPx = 3/7 = 42,9%, sehingga Ex = - 0.70
Dalam praktik bisnis sehari-hari kita sering jumpai bahwa pengusaha dihadapkan
pada masalah apakah harus menaikan atau menurunkan harga jual, mengingat keputusan
itu erat kaitannya dengan hasil penjualan (Total Revenue = TR) yang akan diperolehnya.
Salah satu kegunaan konsep elastisitas harga adalah untuk membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan apakah perusahaan harus
menaikan atau menurunkan harga jual, apabila ia merencanakan untuk meningkatkan hasil
penjualannya. Dengan kata lain elastisitas harga merupakan salah satu alat untuk
menganalisis bagaimana dampak perubahan harga terhadap hasil penjualan yang akan
diterima perusahaan. Dampak perubahan harga terhadap hasil penjualan dapat dijelaskan
melalui argumentasi bentuk hubungan antara elastisitas harga (EX) , MR dan TR berikut:

Persamaan di atas menginformasikan bahwa bila perusahaan menghadapi


permintaan yang elastis (Ex > -1), berarti nilai MRx positif (+), dan implikasinya adalah
kenaikan permintaan (Qx) sebagai akibat penurunan harganya (Px) akan diikuti oleh
peningkatan TRx. Sebaliknya bila menghadapi permintaan yang inelastis ( Ex < -1), berarti
nilai MRx (-), dan implikasinya adalah kenaikan permintaan (Q) sebagai akibat penurunan
harganya (Px) akan diikuti oleh penurunan TRx. Dari hubungan ini, jelas bahwa strategi
menaikan harga jual oleh perusahaan tidak selalu akan diikuti oleh peningkatkan hasil
penjualan, tetapi tergantung kepada elastisitas harga yang dihadapinya. Apabila
menghadapi permintaan yang elastis, maka keputusan untuk menurunkan harga (dengan
cara memberikan diskon, misalnya) adalah tepat bila sasaran akhirnya adalah meningkatkan
hasil penjualan (TR). Sebaliknya bila langkah menaikan harga yang diambil, maka
penurunan hasil penjualan (TR) adalah risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.
Sebaliknya bila perusahaan menghadapi permintaan yang inelastic, maka keputusan untuk
menaikan harga jual adalah tepat bila sasaran akhirnya adalah meningkatkan hasil
penjualan (TR). Namun bila harga diturunkan, maka perusahaan akan menghadapi risiko
turunnya hasil penjualan (TR). Berdasarkan penjelasan ini, maka perusahaan yang rasional
akan selalu berusaha untuk beroperasi pada daerah permintaan yang elastis. Karena pada
kondisi ini bila ia menurunkan harga atau meningkatkan volume penjualan, maka akan
meningkatkan hasil penjualan (TR) yang akan diperolehnya.
Hubungan antara elastisitas harga (EX) , MR dan TR, juga dapat juga dijelaskan
secara grafis. Misalkan diketahui fungsi permintaan :

Dari persamaan terakhir jelas bahwa kurva permintaan adalah juga kurva AR, dan kurva
kurva MR terletak di bawah kurva permintaan dengan kemiringan dua kali lipat lebih curam.
Dengan kata lain kurva MR terletak pada titik tengah antara sumbu PX dan kurva MR, dan
kurva permintaan dengan kurva MR berawal dari satu titik yang sama. Secara ilmu ukur kita
dapat menghitung elastisitas harga (elastisitas titik) pada kurva permintaan linier AG. Pada
titik B elastisitas harganya adalah BG/AB atau elastis (EX > -1), begitu juga pada titik C
adalah CB/AC yang juga elastis. Pada titik D karena berada ditengah-tengah kurva
permintaan AG, maka elastisitas harganya adalah DG/AD atau unitary elastis (EX = 1).
Pada titik E elastisitas harganya adalah EG/AE atau inelastic (EX < -1), begitu juga pada titik
F adalah FG/AF juga inelastic. Pada titik A adalah GA/0 atau elastis Ex = 0. Dengan
demikian kita simpulkan elastisitas harga antara titik A dan D adalah elastis, antara titik D
dan E inelastic, dan pada titik D adalah unitary elastis.

Dari gambar di atas kita melihat bahwa apabila perusahaan beroperasi di daerah
permintaan yang elastis (Ex > -1), maka menaikan harga jual akan menyebabkan
berkurangnya jumlah yang diminta, menurunnya MR dan pada akhirnya menurunkan TR.
Tetapi sebaliknya bila ia menurunkan harga justeru akan meningkatkan TR. Bila perusahaan
beroperasi pada permintaan yang inelastic (Ex > - 1), menaikan harga jual walaupun akan
menurunkan jumlah yang diminta tetapi akan menaikan TR. Sebaliknya bila ia menurunkan
harga jual, MR menjadi semakin negatif dan akhirnya TR yang diterima menjadi turun. Pada
daerah permintaan yang unitary elastis, atau MR = nol, maka perubahan harga tidak akan
mempengaruhi TR yang diterima.
Elastisitas Pendapatan
Prinsip, perhitungan (elastisitas titik dan busur), dan asumsi yang digunakan (factor
lain di luar pendapatan dianggap tetap) dalam elastisitas harga, juga berlaku dalam konsep
elastisitas pendapatan. Perbedaannya terletak pada kemungkinan tanda koefisien elastisitas
pendapatan itu sendiri, yang dapat positif (barang normal) atau negatif (barang inferior).
Barang normal pun dapat digolongkan sebagai barang kebutuhan pokok (Normal
necessities) yaitu bila memiliki elastisitas pendapatan antara 0 – 1, dan barang mewah
(Luxury goods & services) bila memiliki elastisitas pendapatan.
> 1. Secara umum elestisitas pendapatan dapat didefinisikan sebagai persentase
perubahan permintaan suatu barang (Qx) sebagai akibat perubahan pendapatan konsumen
(I) sebesar satu persen. Elatisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut (elastisitas titik):

Sebagai contoh kembali kita menggunakan fungsi permintaan perusahaan mobil di atas,
pada tingkat pendapatan konsumen sebesar Rp 5 juta, maka elastisitas pendapatannya
adalah:

Nilai koefisien elastisitas pendapatan tersebut menginformasikan kepada dealer mobil


bahwa dengan asumsi factor lain di luar pendapatan tidak berubah, maka setiap kenaikan
10 persen pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan mobil X sebesar 4%.
Sebaliknya bila pendapatan masyarakat turun 10 persen akan mengakibatkan turunnya
permintaan mobil sebesar 4%. Karena elatisitas pendapatannya positif, maka barang
tersebut tergolong barang normal, dan karena inelastis, maka mobil merek X tersebut
direspon oleh konsumen sebagai barang kebutuhan pokok. Seperti halnya elastisitas harga,
elastistas pendapatan pun dapat dihitung dengan pendekatan elatisitas busur, yaitu
menghitung elastisitas pendapatan antara dua tingkat pendapatan.
Salah satu kegunaan elastisitas pendapatan bagi perusahaan adalah untuk
mengestimasi dan meramalkan volume penjualan seandainya terjadi perubahan kondisi
ekonomi di masa datang. Suatu barang yang permintaannya kurang dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan masyarakat (inelastic) akan tidak terlalu dipengaruhi oleh gejolak
perekonomian, baik pada saat boom maupun resesi. Artinya pada saat perekonomian
mengalami kelesuan maka penurunan volume penjualan tidak akan terlalu drastic, begitu
juga sebaliknya pada saat perekonomian tumbuh pesat, kenaikan volume penjualan juga
tidak akan meningkat secara besar-besaran. Produsen komoditas kebutuhan pokok akan
relatif lebih stabil aktivitas usahanya dibandingkan dengan produsen barang sekunder.
Dilain pihak permintaan untuk barang-barang mewah yang cenderung mempunyai
elastisitas pendapatan tinggi (elastis), aktivitas usahanya akan sangat dipengaruhi oleh
fluktuasi perekonomian. Pada saat perekonomian mengalami kelesuan, permintaan akan
barang tersebut turun secara drastic, dan sebaliknya ketika perekonomian membaik kembali
maka permintaan atau volume penjualan perusahaan barang tersebut akan naik dengan
pesat. Dalam kasus Indonesia ketika mengalami resesi pada tahun 1990-an, ternyata sector
informal memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan menengah
dan besar. Hal ini dapat dipahami karena sector informal umumnya menjual barang-barang
yang memiliki elastisitas pendapatan positif inelastis dan bahkan inferior.
Elastisitas Silang
Elastisitas harga dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan permintaan
suatu barang (Qx) sebagai akibat perubahan harga barang lainnya (Pz) sebesar satu
persen. Bila tanda koefisien elastisitas silang positif, berarti hubungan antara kedua barang
tersebut adalah subtitusi, dengan kata lain kenaikan harga barang lain tersebut
mengakibatkan kenaikan permintaan barang yang satunya lagi, dan begitu pula sebaliknya.
Sebaliknya bila tanda koefisien elastisitas silang negatif berarti hubungan antara kedua jenis
barang tersebut adalah saling melengkapi (komplementer), dengan kata lain kenaikan harga
lain tersebut akan meningkatkan permintaan barang yang satunya lagi. Koefisien elastisitas
silang dirumuskan sebagai berikut:

Kembali ke contoh di atas, maka pada harga barang lain Pz = Rp 12 juta, maka:

Koefisien elastisitas silang di atas menginformasikan kepada dealer bahwa dengan


asumsi factor lain di luar pendapatan tidak berubah, maka setiap kenaikan 10 persen harga
mobil merek Z akan meningkatkan permintaan mobil merek X sebesar 5%. Sebaliknya bila
harga mobil merek Z turun 10 persen akan mengakibatkan turunnya permintaan mobil
merek X sebesar 5%.

Elastisitas terhadap Harga,Penerimaan Total,dan Penerimaan Marjinal

Ada suatu hubungan penting antara elastisitas permintaan terhadap harga dengan
penerimaan total dan penerimaan marjinal dari suatu perusahaan. Penerimaan total (TR)
adalah sama dengan harga (P) atau harga dikalikan dengan kuantitas (Q) , sementara
penerimaan marjinal (MR) merupakan perubahan dari TR per unit perubahan dari penjualan
atau output (kuantititas yang diminta). Yaitu 

TR = P . Q

MR = 

Dengan penurunan dalam harga penerimaan total meningkat jika


permintaannya elastis( jika ꟾEpꟾ > 1) TR tidak berubah jika permintaannya elastis uniter dan
TR menurun jika permintaannya inelastis. Alasannya adalah karena jika
permintaannya elastis ,penurunan harga akan mengakibatkan peningkatan kuantitas yang
diminta secara proporsional lebih besar,sehingga penerimaan total juga meningkat. Jika
permintaannya elastis uniter maka penurunan harga akan mengakibatkan peningkatan
kuantititas yang diminta dalam jumlah yang sama secara proporsional,sehingga penerimaan
total tetap tidak berubah. Akhirnya jika permintaan yang dihadapi tidak elastis tidak elastis
atau inelastis, maka penurunan harga akan mengakibatkan peningkatan kuantitas
yangdiminta dalam jumlah yang secara proporsional lebih kecil,sehingga penerimaan total
dari perusahaan akan menurun. 

Table 3-2

Hubungan antara permintaan harga dengan penerimaan total dan pendapatan marginal dari
suatu perusahaan diberikan pada table 3-2 dan secara grafik ditunjukkan pada figur 3-5.
Pendapatan marginal dikatakan sebagai perubahan dalam penerimaan total untuk setiap
perubahan per unit output atau penjualan, maka nilai MR  yang diberikan dalam Tabel 3-1
diplot di antara berbagai nilaioutput di panel bawah dalam figure 3-5, kurva MR dimulai dari
titik yang sama dengan Dx pada sumbu vertical dan pada setiap titik memotong di tengah-
tengah jarak Dx dengan sumbu harga.
Terdapat hubungan yang berguna dan sering dipakai di antara pendapatan marginal, harga,
dan elastisitas permintaan terhadap harga diberikan oleh (2-12)

Contohnya table 3-2 bahwa pada saat $4,Ep=-2. Dengan mensubstitusikan nilai ini ke
rumus 3-12

Nilai MR=$2 pada saat =$4 terbukti dengan melihat panel bawah pada figure 3-5, pada saat
P=$3,EP=-1

 Pada P =$2,Ep=-1/2

Figure 3-5

Figure 3-6

Pada figure 3-6, jika perusahaan menjual 3X, TR-nya = $12. Jika perusahaan menjual 4X,
TR=$16, sehingga, MR = P = $4, dan kurva permintaan serta kurva pendapatan marginal
yang dihadapi oleh perusahaan saling berhimpit. Pada sisi yang lain, jika perusahaan
menghadapi kurva permintaan vertical(jadi, jumlah komoditas yang diminta adalah tetap
tanpa memedulikan harganya) Ep = 0 sepanjang kurva permintaan. Ini sangat jarang terjadi
dalam dunia nyata.

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Elastisitas Permintaan Terhadap Harga

Elastisitas permintaan terhadap harga pada suatu komoditas sangat bergantung dari
ketersediaan substitusi untuk komoditas tersebut juga terhadap jangka waktu yang
diperlukan kuantitas komoditas yang diminta untuk memberikan responnya terhadap
perubahan harga. Ukuran elastisitas permintaan terhadap harga makin besar jika makin
dekat atau makin banyak jumlah komoditas yang mampu mensubstitusikannya.

Semakin sempit suatu komoditas didefinisikan,makinbesar harga elastisitas permintaan


karena makin banyak jumlah komoditas yang elakukan substitusi. Elastisitas permintaan
terhadap harga akan makin besar jika konsumen membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk merespon perubahan harganya.alasannya adalah konsumen biasanya membutuhkan
waktu untuk mempelajari ketersediaan substitusi  dan melakukan penyesuaian
pembeliaanya terhadap perubahan harga komoditas.

3. Aplikasi Elastisitas dalam Pengambilan Keputusan Manajerial


Analisis dari kekuatan variable-variabel yang memengaruhi permintaan dan estimasi
yang dapat dipercaya terhadap dampaknya secara kmantitas terhadap penjualan adalah
sangat penting bagi perusahaan untuk membuat keputusan produksi yang terbaik dan
rencananya untuk pertumbuhan. Beberapa kekuatan yang memengaruhi permintaan dapat
dikontrol oleh perusahaan, tetapi yang lainnya tidak dapat. Sebuah perusahaan biasanya
dapat menentukan harga dari komoditas yang mereka jual dan menentukan tingkat
pengeluarannya dalam iklan, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan, tetapi mereka tidak
mempunyai kontrol terhadap tingkat dan pertumbuhan pendapatan konsumen, harapan
harga kepada konsumen, keputusan harga para pesaing, dan keputusan pesaing dalam
pengeluaran untuk iklan, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan. Perusahaan dapat
memperkirakan elastisitas permintaan terhadap semua kekuatan yang memengaruhi
permintaan komoditas yang mereka jual. Perusahaan memerlukan estimasi terhadap
berbagai elastisitas untuk menentukan kebijakan optimal bagi proses operasionalnya dan
jalan yang paling positif untuk merespons berbagai kebijakan perusahaan pesaing. Sebagai
contoh, jika permintaan untuk produknya inelastis terhadap harga, perusahaan tidak akan
menurunkan harganya karena akan mengakibatkan penurunan penerimaan total, dan
meningkatkan biaya totalnya (berhubungan dengan bertambah banyahya komoditas yang
dijual pada harga yang lebih rendah) dan, karenanya memberikan laba yang lebih rendah.
Sama halnya jika elastisitas penjualan perusahaan terhadap iklannya positif dan tinggi
daripada terhadap pengeluaran untuk kualitas dan pelayanan pelanggan, maka perusahaan
akan berkonsentrasi dalam usaha penjualannya lewat periklanan dan tidak terhadap kualitas
produk dan pelayanan pelanggan.
Elastisitas dari peryualan perusahaan terhadap variabel-variabel yang berada di luar
kontrol perusahaan juga sangat penting bagi perusahaan agar dapat merespons kebijakan
perusahaan pesaing secara efektif dan merencanakan strategi perkembangan yang terbaik.
Sebagai contoh, jika perusahaan sudah menduga bahwa tingkat elastisitas silang antara
permintaan dan produknya terhadap harga dari barang pesaing sangat tinggi, maka harus
cepat bertindak terhadap penurunan harga dari pesaing, atau perusahaan akan mengalami
kerugian yang cukup besar dalam penjualannya. Tetapi, perusahaan akan berpikir dua kali
lebib dahulu sebelum menurunkan harganya, karena dapat berakibat terhadap terjadinya
perang harga. Lebih jauh lagi, jika elastisitas terhadap pendapatan sangat rendah untuk
produk perusahaan, pihak manajemen mengakui bahwa perusahaan tidak akan begitu
diuntungkan dengan adanya peningkatan pendapatan dan mungkin mempunyai keinginan
untuk memperbaiki produknya atau beralih ke jajaran produk baru yang permintaannya lebih
elastis terhadap pendapatan.
Jadi, perusahaan harus melakukan yaitu pertama mengidentifikasi semua variable
penting yang mempengaruhi permintaan produk yang ia jual. Lalu, perusahaan harus
mendapatkan estimasi efek marginal dari perubahaan semua variable tersebut terhadap
permintaan. Perusahaan tersebut akan menggunakan informasi ini untuk mengestimasi
elastisitas permintaan dari produk yang ia jual terhadap semua variable fungsi permintaan.
Hal ini sangat penting untuk keputusan manajerial yang optimal pada jangka pendek dan
dalam perencanaan untuk pertumbuhan pada jangka panjang.
Sebagai contoh, misalkan perusahaan bernama Nocturnal Coffe memasarkan kopi
merek X dan mengestimasi regresi dari permintaan akan kopinya, sebagai berikut :
Qx = 1,5 – 3,0Px + 0,8I + 2,0Py – 0,6Ps + 1,2A
Dimana, Qx = penjualan kopi merek X di Jalan Arjuna, jutaan pon per tahun
Px = harga kopi merek X, dolar per pon
I = pendapatan personal disposable, triliun dolar per tahun
Py = harga kopi pesaing, dolar per pon
Ps = harga gula, dolar per pon
A = pengeluarkan iklan untuk kopi merek X, ratusan ribu dolar per tahun
Misalkan juga pada tahun ini, Px = $2 , I = $2,5 , Py = $1,80 , Ps = $0,50 dan A = $1
Memasukkan nilai – nilai ini terhadap persamaan diatas akan menghasilkan :
Qx = 1,5 – 3(2) + 0,8(2,5) + 2(1,80) – 0,6(0,50) + 1,2(1) = 2
Sehingga, pada tahun ini Nocturnal akan menjual 2 juta pon kopi
Perusahaan dapat menggunakan informasi di atas untuk menemukan elastisitas
permintaan kopi merek X terhadap harganya, pendapatan, harga kopi pesaing, harga gula
dan periklanan.
Sehingga,
2
Ep = -3 ( ) = -3
2
2,5
EI = 0,8 ( )=1
2
1,8
Exy = 2 ( ) = 1,8
2
0,50
Exs = -0,6 ( ) = -0,15
2
1
Ea = 1,2 ( ) = 0,6
2
Perusahaan dapat menggunakan beberapa elastisitas ini untuk meramalkan permintaan
kopinya pada tahun yang akan datang. Sebagai contoh, misalkan tahun dengan perusahaan
ingin meningkatkan harganya sebesar 5 persen dan pengeluaran iklannya sebesar 12
persen. Misalkan juga bahwa perusahaan memperkirakan pendapatan personal disposable
meningkat 4 persen, Py meningkat 7 persen, dan Ps menurun 8 persen. Menggunakan
tingkat penjualan (Qx) sebesar 2 juta pon pada tahun ini, nilai elastisitas yang dihitung
diatas, kebijakan perusahaan pada tahun depan, dan ekspetasi perusahaan tentang
perubahan variable – variable di atas, perusahaan tersebut dapat menentukan penjualannya
di tahun depan (Q’x) sebesar

△I △ Py △ Ps △A
Q’x = Qx + Qx ¿) Ep + Qx ( ) EI + Qx ( ) Exy + Qx ( ) Exs + Qx ( ) EA
I Py Ps A
= 2 + 2(5%)(-3) + 2(4%)(1) + 2(7%)(1,8%) + 2(-8%)(-0,15) + 2(12%)(0,6)
= 2 + 2(0,05) (-3) + 2 (0,04) (1) + 2 (0,07) (1,8) + 2(-0,08) (-0,15) + 2 (0,12) (0,6)
= 2 (1 – 0,15 + 0,04 + 0,126 + 0,012 + 0,072 )
= 2 (1 + 0,1 )
= 2 (1,1)
= 2,2 atau 2.200.000 pon

Anda mungkin juga menyukai