Oleh Kelompok 7
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Keputusan dalam Organisasi” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen pengampu yang
telah memberikan banyak bimbingan. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada
rekan-rekan kelompok 7 yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Tim Penyusun
(Kelompok 7)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana hakekat keputusan organisasi?
1.2.2 Apa definisi pengambilan keputusan organisasi dan urgensinya?
1.2.3 Bagaimana proses pengambilan keputusan dan elemen-elemen dasar?
1.2.4 Apa saja tipologi pengambilan keputusan ?
1.2.5 Apa saja jenis keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi?
1.2.6 Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan?
1.2.7 Bagaimana pengambilan keputusan kelompok?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui hakekat keputusan
1.3.2 Untuk mengetahui definisi pengambilan keputusan dan urgensinya
1.3.3 Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan elemen-elemen dasar
1.3.4 Untuk mengetahui tipologi pengambilan keputusan
1.3.5 Untuk mengetahui jenis keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
1.3.6 Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan
1.3.7 Untuk mengetahui pengambilan keputusan kelompok
1.3.8 Untuk mengetahui implikasi manajerial dalam pengambilan keputusan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Keputusan
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah
Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat.
Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari
altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat
3
kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif harus di evaluasi. Sekali lagi, setiap alternatif-
alternatif tidak datang dengan kekuatan yang mengindentifikasikan hal ini sedemikian rupa
atau dengan kelebihan dan kekurangan yan tertera secara jelas, proses penginterpretasian dari
pembuat keputusan individual memiliki ubungan yang besar dengan hasil akhir. Akhirnya,
dari seluruh proses keputusan, sering kali muncul berbagai penyimpangan penginterpretasian
yang berpotensi memengaruhi analisis dan kesimpulan.
2.3 Proses Pengambilan Keputusan dan Elemen-elemen Dasarnya
a. Model Rasional
Kita sering berfikir bahwa keputusan yang paling baik adalah yang rasional. Artinya,
pembuuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan
nilai dalam batasan-batasan tertentu.
4
keputusan yang optimal. Hal ini dilakukan denga mengevaluasi setiap alternatif tergadap
kriteria yang di timbang dan memilih alternative yang memiliki nilai total lebih tinggi.
Asumsi dari model pembuatan keputusan rasional yang baru saja kita deskrisipkan
meliputi beberapa asumsi, yaitu :
1. Kejelasan masalah, masalahnya jelas dan tidak ambigu. Pembuat keputusan dianggap
memiliki informasi yang lengkap sehubungan dengan situasi keputusan.
2. Pilihan-pilihan yang di ketahui, pembuat keputusan dianggap bisa
mengidentifikasikan semua kriteriayang relevan dan bisa menyebutkan semua
alternatif yang mungkin. Selanjutnya, pembuat keputusan mengetahui semua
konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif.
3. Pilihan-pilihan yang jelas, rasionalitas mengasumsi bawa berbagai kriteria dan
alternatif bisa di nilai dan ditimbang untuk mencerminkan kepentingan mereka.
4. Pilihan-pilihan yang konstan, di asumsikan bahwa kriteria-kriteria keputusan tertentu
bersifat konstan dan bobot yang di berikan pada kriteria-kriteria tersebut selalu stabil.
5. Tidak ada batasan waktu atau biaya, pembuat keputusan yang rasional bisa
mendapatkan informasi lengkap tentang kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif
karena diasumsikan bahwa tidak ada batasan waktu atau biaya.
6. Hasil maksimum, pembuat keputusan yang rasional akan memilih alternatif yang
menghasilkan nilai tertinggi.
b. Model Kreativitas
1. Keahlian
Yaitu dasar untuk setiap pekerjaan kreatif yang bisa diperoleh dari kemampuan,
pengetahuan, kecakapan dan potensi diri. Misalnya untuk menjadi seorang ahli maka
individu tersebut harus memiliki pengetahua yang luas tentang keahliannya tersebut.
2. Keterampilan - keterampilan kreativitas atau berpikir kreatif
Yaitu karakteristik pribadi yang berhubungan dengan krativitas serta kemampuan
untuk menggunakan analogi serta bakat untuk melihat sesuatu yang lazim dari sudut
pandang yang berbeda. Misalnya seorang peneliti akan menjadi lebih kreatif jika berada
5
dalam suasana hati yang baik, jadi untuk mendapatkan hal tersebut banyak hal yang
menyenangkan bisa dilakukan seperti mendegarkan musik, makan makanan favorit atau
bersosialisasi dengan individu yang lain.
3. Motivasi Tugas Intrinsik
Yaitu keinginan untuk mengerjakan sesuatu karena adanya dorongan dalam diri
individu dan pengaruh dari lingkungan kerja. misalnya hal tersebut dilakukan karena
manarik, rumit, mengasyikkan, memuaskan atau menantang secara pribadi. Serta
lingkungan kerja memberikan support dalam bentuk konstruktif seperti memberikan
penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas individu.
c. Model Intuisi
Yaitu sebuah proses tidak sadar sebagai hasil dari pengalaman yang disaring atau
kekuatan yang muncul dengan cepat tanpa intervensi dari berbagai proses yang masuk
akal /sadar. Contoh pada saat bawahan anda memberikan laporan anda merasa bahwa ada
ketidaksesuaian dalam laporan tersebut
7. Ketika terdapat beberapa solusi alternatif masuk akal yang bisa dipilih
6
1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan
kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun
kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara
epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan
musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap
tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung
beraliran liberal-moderat.
3. Gaya Kepemimpinan Delegatif adalah tingkat kematangan yang tinggi, orang-orang
dengan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai
keyakinan untuk memikul tanggung jawab. Dengan gaya delegatif yang berprofil
rendah yang memberikan sedikit pengarahan atau dukungan memiliki tingkat
kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan individu-individu dalam tingkat
kematangan seperti ini. Sekalipun pemimpin barangkali masih mampu
mengidentifikasikan persoalan, tanggung jawab untuk melaksanakan rencana
diberikan kepada pengikut-pengikut yang sudah matang. Mereka diperkenankan
untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang ikhwal bagaimana, kapan, dan
dimana melakukannya. Pada saat yang sama, mereka secara psikologis adalah
matang, oleh karenanya tidak memerlukan banyak komunikasi dua arah atau perilaku
mendukung. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan kerja yang rendah dan perilaku
berorientasi pada tugas juga rendah.
4. Gaya Kepemimpinan Konsultatif adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang.
Orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab
memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki ketrampilan. Dengan demikian, gaya
kepemimpinan konsultatif yang memberikan perilaku pengarahan, karena mereka
kurang mampu, juga memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat
kemampuan dan antusias, tampaknya merupakan gaya yang sesuai dipergunakan bagi
individu pada tingkat kematangan seperti Gaya ini dirujuk sebagai konsultatif karena
hampir seluruh pengarahan masih dilakukan oleh pimpinan. Namun melalui
komunikasi dua arah dan penjelasan pimpinan melibatkan pengikut dengan mencari
saran dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Komunikasi dua arah ini membantu
dalam mempertahankan tingkat motivasi pengikut yang tinggi dan pada saat yang
sama tanggung jawab untuk kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada
pimpinan.
7
Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami
bangunan epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari
seorang pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak saya
maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun
epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
a. Nilai/Tata Nilai
Nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan
seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan.
Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berpikir untuk
menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
b. Kepribadian
Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti
kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang
dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus objektivitas. Beberapa
pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan
dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu
9
pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara
politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
10
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin
memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
11
a. Memakan waktu. Untuk membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan
waktu tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga
sering sekali tidak efisien. Akhirnya kelompok membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuah solusi dari pada yang dapat
dilakukan seorang individu. Hal ini tentu saja membatasi kemampuan manajemen
untuk bertindak cepat pada saat diperlukan.
b. Tekanan untuk sependapat. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan
dipertimbangkan sebagai aset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya
penekanan pada pihak yang berbeda pendapat, dan mendorong persesuaian
diantara sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini juga mmendorong terjadinya
pemikiran kelompok (groupthink) akan dimana tekanan kelompok mengarah pada
menurunya efisiensi mental, minimnya uji realitas, dan kurangnya pertimbangan
moral.
c. Dominasi oleh minoritas. Boleh jadi didominasi oleh satu atau beberapa anggota.
Jika koalisi dominasi ini juga terdiri anggota yang berkemampuan rendah dan
menengah, maka efektifitas kelompok secara keseluruhan akan mengalami
gangguan.
d. Tanggung jawab yang kabur. Anggota kelompok sama berbagi (share) tanggung
jawab, tetapi tak jelas siapa yang bertanggung jawab, sedangkan pada keputusan
kelompok tanggung jawab dari setiap anggota diabaikan.
Bentuk yang paling lazim (tradisional) dalam proses pengambilan keputusan kelompok
terjadi dalam interaksi tatap muka. Dalam hal ini, teknik – teknik brainstorming (sumbang
saran), nominal group (kelompok nominal), dan delphi telah dianggap sebagai cara yang baik
untuk meminimalkan berbagai masalah yang timbul didalam interaksi kelompok tradisional
itu.
a. Brainstorming
Teknik brainstorming adalah salah satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya teknik
ini untuk menggali dan mendapatkan gagasan-gagasan dari anggota kelompok. Karena,
teknik brainstorming lebih berfokus pada penggalian gagasan daripada evaluasi gagasan.
12
Semakin banyak gagasan yang digali, maka semakin besar peluang untuk mendapatkan solusi
kreatif atas sesuatu masalah yang dihadapi. Namun demikian teknik ini mengandung
beberapa kelemahan, yaitu : a. Hanya dapat diterapkan pada masalah-masalah yang
sederhana b. Sangat memakan waktu dan biaya, c. Hanya menghasilkan ide-ide yang
dangkal.
b. Nominal Group Technique
Berbeda dengan brainstorming, nominal group technique (NGT) berkenaan dengan
penggalian dan evaluasi gagasan sekaligus. Pada mulanya gagasan-gagasan digali secara
nominal (tanpa interaksi) guna menghindari hambatan dan permufakatan. Selanjutnya, pada
waktu evaluasi atas gagasan, interaksi dan diskusi dimungkinkan, namun dalam situasi yang
terstruktur agar setiap gagasan mendapatkan perhatian yang proporsional.
c. Delphi Technique
Teknik dekphi sedikit berbeda dengan NGT, dalam mana prosesnya semata mata
tergantung pada kelompok nominal (para pakar) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak
melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan teknik ini sangat mungkin kita dapatkan
sejumlah pakar tanpa harus mengumpulkan mereka pada disatu tempat pada waktu yang
sama. Perlu ditekankan disini bahwa para pakar tersebut tidaklah membuat keputusan akhir,
tetapi lebih sebagai penyaji informasi bagi pengambil keputusan dalam organisasi. Inti dari
teknik ini pada penggunaan serangkaian kuisioner yang dikirimkan kepada responden untuk
mendapatkan masukan. Selanjutnya dari jawaban yang mereka masukan diolah lagi oleh
pihak pengambil keputusan untuk merumuskan rangkuman-rangkuman yang kemudian akan
digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. Sesungguhnya teknik ini kelihatanya
ilmiah dan secara teoritis dapat memanfaatkan pikiran para ahli yang bermutu tinggi, akan
tetapi teknik delphi juga mengandung kelemahan, seperti : a. Memakan waktu lama, dan b.
Perlu ketrampilan bahasa yang tinggi untuk menyusun kuisioner yang baik dan sesuai dengan
masalah yang diangkat.
13
yang timbul seperti apakah terstuktur atau tidak terstuktur, kondisi, pendekatan bahkan gaya
dalam pengambilan keputusan. Robbins berpendapat bahwa ada beberapa tip untuk para
manajer dalam memperbaiki pengambilan keputusan mereka, yaitu menganalisa situasi, sadar
akan adanya bias, melakukan kombinasi analisis rasional dan intuisi, dan bersikap kreatif
karena tidak semua gaya yang sama cocok pada suatu kondisi.
Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja yang murah
dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam
research and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen sepatu atletik nomor 1 di
dunia. Untuk memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang tinggi, Knight
menuntut mereka untuk mempunyai hubungan dengan perusahaan lainnya. Jika supplier
percaya dan bekerja sama dengan Nike, Knight memastikan bahwa mereka akan puas dengan
dirinya sendiri. Kemudian jika salah satu supplier menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti
supplier dengan tetap menjaga kualitas yang ditetapkan.
Ditahun 1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan Nike.
Si pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa. Data statistic mereka
menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak menggunakan sepatu tersebut untuk
atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima lebih baik oleh konsumen.
Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru, Reebok, berkembang karena sepatu aerobic
dan mengambil posisi Nike sebagai produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada
Nike untuk memberhentikan 350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami
kekacauan, Knight kembali ke posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali
posisi produsen sepatu nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike
memiliki anggaran iklan yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para
pengecernya. Knight sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just Do It”
lewat televisi nasional dan majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti Michael
14
Jordan dan Bo Jackson memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air Jordan” dan “Bo
Knows” menunjukkan pada konsumen bahwa atlet terbaik di dunia memakai Nike.
Permasalahan
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike
tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan
image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya
yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah
bisa menekan harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga
yang lebih murah.
Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi
Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running
shoes dalam berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi
dari tiap tipe sepatu telah diberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT.
Pratama Abadi Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang
telah dihasilkan oleh PT. Pratama Abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri.
Semua hasil produksi yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton
(USA) untuk kemudian akan diekspor lagi ke negara lain, seperti Perancis, Swedia, India,
Belgia, Kanada, USA, Afrika Selatan, Argentina, Uruguay, Chillie.
Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama bila
harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka
tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan tunjangan pekerja
otomatis akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan harga yang lebih
mahal.Seperti yang terjadi di China, Vietnam, Indonesia dan Mexico. Nike dikritik karena
15
berusaha menutupi kondisi kerja yang buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah
perusahaan besar yang tidak memiliki pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing
kebutuhan-kebutuhan mereka terutama kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya,
sehingga mengefisienkan dan meminimalisir ongkos produksi.
Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike
mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang dipercaya
oleh Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike
dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya Reebok lebih dahulu
mengembangkan sepatu untuk aerobik, sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike
membutuhkan perencanaan baru untuk mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu
nomor satu dengan penjualan yang secepatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah suatu pokok dari manajemen organisasi. Pengambilan
keputusan dilakukan untuk mengatasi keadaan atau masalah yang dihadapi oleh organisasi.
Para pengambil keputusan harus mempertimbangkan dengan baik corak proses pengambilan
keputusan yang akan digunakan. Melalui proses yang benar dapat dihasilkan keputusan yang
tepat. Pengambilan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang dihadapi oleh organisasi.
3.2 Saran
Para pengambil keputusan sebaiknya memperhatikan dan memahami dengan baik
masalah yang dihadapi sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut. Proses pengambilan keputusan harus dilakukan dengan baik dan lengkap
sehingga keputusan yang dihasilkan lebih baik dan akurat
16
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, P.Stephen dan Timothy A. Judge. 2012. Perilaku Organisasi. Salemba Empat.
Jakarta.
https://www.academia.edu/31999333/strategi-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi-dan-
contoh-kasus diakses pada 10 Februari 2020.
17