Anda di halaman 1dari 7

Nama : I Gusti Ayu Widya Ari Cahyathi

Nim : 1807521102
Mata Kuliah : Studi Kelayakan Bisnis EKM 442 (B1)

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL


1. Latar Belakang
Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik
bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek
ekonomi dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih
ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintahan pada umumnya.
2. Isi
ANALISIS EKONOMI DAN ANALISIS KEUANGAN
Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek bisnis tidak hanya memperhatikan
manfaat yang dinikmati dan pengorbanannya yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh
semua pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat dan
pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis keuangan atau
analisis finansial (financial analysis).
Dalam analisis ini kita hanya membatasi manfaat dan pengorbanan ekonomi, dan tidak
melangkah jauh ke aspek manfaat dan pengorbanan dari aspek sosial. Yang terakhir ini sering
disebut social cost and benefits analysis (SCBA). Memang dalam SCBA analisis dilakukan
dengan lebih lengkap, tetapi seringkali tidak mudah untuk mengkunatifikasikan manfaat dan
pengorbanan sosial. Karena itulah kita membatasi diri pada analisis ekonomi yang lebih
mudah dan obyektif perhitungannya.
Analisis ekonomi terutama penting dilakukan untuk proyek bisnis. Proyek bisnis yang
berskala besar, yang seringkali menimbulkan perubahan dalam penambahan supply dan
demand akan produk tertentu, karena dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan
cukup berarti. Dengan demikian jika kita misalnya akan mendirikan jasa persewaan computer
untuk melayani para mahasiswa mungkin sekali kita tidak perlu melakukan analisis ekonomi
pada bisnis tersebut.
Secara rinci analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya:
1. Ketidaksempurnaan pasar (termasuk didalamnya berbagai distorsi yang ditimbulkan
oleh peraturan pemerintah).
2. Berlakunya konsep consumers surplus dan producers surplus.

Sedangkan analisis biaya dan manfaat sosial (SCBA) melakukan analisis dengan
memperhatikan tambahan faktor-faktor berikut ini :
1. Masalah externalities.
2. Perhatian pada pendistribusian penghasilan yang lebih merata
3. Perhatian akan peningkatan savings yang diharapkan akan meningkatkan investasi.
4. Pertimbangan akan merit wants.

KONSEP CONSUMER SURPLUS DAN PRODUCER SURPLUS

Konsep consumer surplus berkaitan erat dengan konsep consumer willingness to pay yang
berguna untuk mengihtung harga yang relevan pada analisis ekonomi. Untuk menjelaskan
konsep tersebut, perhatikan gambar 18.1 berikut ini.

Consumer willingness to pay ditunjukkan oleh area ODEQ. Sedangkan harga yang
dibayar oleh para konsumen tersebut hanyalah OPEQ. Selisihnya (area PED) disebut sebagai
consumer surplus.
Dari sisi supply menunjukkan bahwa produsen menerima revenue sebesar OPEQ,
tetapi total biaya yang ditanggung adalah OSEQ selisihnya (area SPE) disebut sebagai
producer surplus.

PENDEKATAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK ANALISIS EKONOMI


Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis ekonomi suatu proyek bisnis
pada dasarnya, mendasarkan diri atas pendekatan UNIDO Guide to Practical Project
Appraisal. Metode yang dipergunakan di sini, yaitu memulai analisis dengan melakukan
analisis profitabilitas finansial dengan berdasar atas harga pasar, atau dengan kata lain
melakukan analisis NPV dari sudut pandang perusahaan. Setelah itu, akan dilakukan
penyesuaian untuk mengestimasi manfaat bersih proyek bisnis sesuai dengan harga
ekonomi. Yang dimaksudkan dengan harga ekonomi adalah harga seandainya tidak terdapat
distorsi apapun. Penentuan harga ekonomi tersebut, dapat juga disebut sebagai shadow price
atau harga bayangan atau opportunity cost, hal ini perlu dilakukan untuk setiap input dan
output proyek bisnis. Apabila dilakukan analisis dari sisi biaya dan manfaat sosial (SCBA),
UNIDO meneruskan langkah-langkah diatas dengan :
1) Melakukan penyesuaian dampak proyek bisnis tersebut terhadap tabungan dan
investasi.
2) Melakukan penyesuaian dampak proyek bisnis tersebut pada distribusi pendapatan
(income distribution).
3) Melakukan penyesuaian dampak proyek bisnis tersebut sesuai dengan pertimbangan
akan merit wants.

Harga Bayangan untuk Resources


1. Input dan Output yang diperdagangkan (tradeable).
2. Input dan Output yang tidak diperdagangkan (non-tradeable).
3. Tenaga kerja.
4. Modal.
5. Valuta asing.

Ilustrasi Analisis Ekonomi


1. Suatu proyek bisnis investasi direncanakan akan menghasilkan 1.000.000 unit produk
per tahun. Sebagai akibat penambahan supply tersebut harga produk diperkirakan
akan turun dari Rp600 menjadi Rp500 per unit.
2. Biaya bahan baku yang diperlukan dalam satu tahun sebesar Rp50 juta. Empat puluh
persen dari nilai bahan baku tersebut diimpor, dan tarif pajak impor adalah 20%.
3. Tenaga kerja terlatih dibayar Rp50 juta per tahun. Sebagaimana di negara yang
sedang berkembang, ditaksir tenaga kerja terlatih tersebut underpaid 50%.
4. Tenaga kerja tidak terlatih dibayar juga sebesar Rp50 juta per tahun. Berlawanan
dengan tenaga kerja terlatih, tenaga kerja tidak terlatih ditaksir hanya mempunyai
opportunity cost sebesar 62,5% dari upah yang mereka terima. Hal ini disebabkan
karena mereka termasuk tidak bekerja penuh sebelum ada proyek bisnis tersebut.
5. Aktiva tetap disusut 10% per tahun tanpa nilai sisa. Aktiva tetap yang disusut termasuk
mesin-mesin dibeli dengan harga Rp500 juta. Mesin-mesin senilai Rp200 juta diimpor
dengan bea masuk 10%. Tanah yang merupakan aktiva tetap tidak disusut, dibeli
dengan harga Rp80 juta. Diperkirakan tanah tersebut bisa dijual dengan harga Rp140
juta. Dinilai tanah tersebut sesuai dengan harga pasarnya.
6. Perusahaan memperoleh kredit sebesar Rp250 juta dengan suku bunga yang umum
berlaku, yaitu sebesar 20%.
7. Biaya-biaya lain sebesar Rp60 juta per tahun. Biaya-biaya ini sesuai dengan harga
pasarnya.
8. Perusahaan membayar pajak penghasilan dengan tariff sebesar 25%.
Sesuai dengan informasi tersebut dapat ditaksir operational cash flow dari sisi perusahaan
untuk analisis finansial sebagai berikut :
Penghasilan Rp500,0 juta
Biaya-biaya
Bahan baku Rp150,0 juta
Tenaga kerja
- Terlatih Rp50,0 juta
- Tidak terlatih Rp50,0 juta

Penyusutan Rp50,0 juta


Biaya lain Rp60,0 juta
Jumlah biaya Rp360,0 juta
Laba operasi Rp140,0 juta
Bunga Rp50,0 juta
Laba sebelum pajak Rp90,0 juta
Pajak (=25%) Rp22,5 juta
Laba setelah pajak Rp67,5 juta
Operational cash flow = 67,5 + 50 + 50 (1 – 0,25)
= Rp155 juta

Penyesuaian yang dilakukan untuk analisis ekonomi adalah sebagai berikut (dalam jutaan
rupiah).
Penghasilan Rp500,00
Consumers surplus Rp50,00 Rp550,00&
Biaya-biaya
Bahan baku Rp150,00
Bea impor Rp10,00 Rp140,00)
Tenaga kerja
- Terlatih Rp50,0
Underpaid 50% Rp25,0 Rp75,00+
- Tidak terlatih,
Opportunity cost 62,5% Rp31,25.
Penyusutan Rp48,200
Lainnya Rp60,00
Total Biaya Rp354,45
Laba Operasi Rp195,55
Bunga Rp60,00
Laba sebelum pajak Rp135,55
Pajak −2
Laba setelah pajak Rp135,55

Operational cash flow ekonominya = 135,55 + 48,20 + 60


= Rp243,75 juta

Keterangan :
1. Consumers surplus = [(600-500) /2] x 1.000.000 = Rp50 juta
2. Harga bahan baku yang diimpor adalah 40% x Rp150 juta = Rp60 juta. Dalam harga
ini sudah termasuk bea masuk sebesar 20%. Dengan demikian, harga bayangannya
adalah [60/(1 + 0,2)] x Rp50juta
Bea impornya = Rp60 – Rp50 = Rp10 juta
3. Tenaga kerja terlatih dibayar terlalu murah 50%. Berarti harga bayangannya adalah
Rp50 + Rp25 = Rp75 juta
4. Harga bayangan tenaga kerja tidak terlatih adalah Rp50 x 0,625 = Rp31,25 juta
5. Harga bayangan aktiva tetap yang diimpor adalah [200/(1 + 0,1)] = Rp182 juta.
Dengan demikian, penyusutan per tahun
= (300 + 182) x 10%
= Rp48,2 juta
6. Pajak tidak perlu diperhatikan karena hanya merupakan transfer dari pengusaha ke
pemerintah

Melihat bahwa taksiran operational cost flow dari sisi ekonomi lebih besar daripada
sisi finansial, maka bisa diperkirakan bahwa proyek bisnis tersebut akan memberikan manfaat
ekonomi yang lebih besar daripada manfaat finansial. Dengan kata lain, proyek bisnis tersebut
lebih menguntungkan dipandang dari sisi ekonomi nasional daripada perusahaan yang
melaksanakan proyek bisnis tersebut.
3. Penutup
Kesimpulan :
Kajian aspek ekonomi dan sosial menekankan kajian pada azas manfaat keberadaan
proyek bisnis terhadap masyarakat terutama masyarakat di sekitar proyek maupun secara
makro yang dapat meningkatkan pendapatan nasional.
Diharapkan dengan adanya proyek bisnis nantinya mampu meningkatkan kondisi
perekonomian masyarakat terutama masyarakat sekitar proyek dan tidak memberikan
dampak sosial yang bersifat negatif. Dengan kata lain keberadaan proyek bisnis nantinya
akan lebih banyak memberikan manfaat dari pada mudharadnya. Islam mengajarkan kepada
kita untuk selalu memberikan kemanfaatan bagi setiap usaha yang kita jalankan, terutama
kemanfaatan bagi masyarakat sekitar lokasi proyek bisnis.
Daftar Pustaka

Suad Husnan & Suwarsono M. (2014), Studi Kelayakan Bisnis, Yogyakarta

Pertanyaan tentang Bab 7 :

Apakah aspek ekonomi dan social ini dapat dipengaruhi oleh aspek hukum yang berlaku?
Misalnya omnibus law, apakah ini berpengaruh pada aspek ekonomi dan social suatu
perusahaan?

Anda mungkin juga menyukai