Anda di halaman 1dari 19

Manajemen Sumber Daya Internasional

Culture

Oleh Kelompok II :
I Gusti Ayu Widya Ari Cahyathi 1807521102
I Gede Arya Pradnya Diasana 1807521160
I Gusti Ngurah Ketut Aryanata 1807521071

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Tahun Ajaran 2019/2020
HOFSTEDE (1980, 2001)

Teori Hofstede ini diperkenalkan oleh Geert Hofstede. Hofstede mendefinisikan budaya
organisasi sebagai “ ... the collective programming of the mind that distiguishes the members of
one organization from another.” Menurutnya, budaya adalah piranti lunak jiwa manusia
(software of the mind). Analogi dari Hofstede sangat menarik. Ia memakai perumpamaan
komputer untuk menjelaskan peran budaya bagi kehidupan manusia. Peran piranti lunak adalah
penentu dari bekerjanya sebuah komputer tanpanya komputer menjadi tidak berguna, dengan
kata lain piranti lunak-lah yang menentukan kerja sebuah komputer. Hosftede ingin menegaskan
betapa pentingnya budaya dengan menganalogikan budaya sebagai ‘software of the mind.’
Budaya adalah penggerak manusia. Tanpanya, manusia sekedar makhluk tanpa makna. Budaya
organisasi merupakan pemrograman pikiran yang bersifat kolektif, dalam mana budaya
organisasi ini membedakan anggota (manusia) di satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Berdasarkan pernyataan Hofstede ini, setiap organisasi pasti mengembang budaya yang berbeda-
beda.  Berdasarkan teori Hofstede yang dikenali sebagai Culture Dimension Theory atau Teori
Dimensi Budaya menyatakan bahwa kelompok budaya nasional atau regional mempengaruhi
perilaku masyarakat dan organisasi. Melalui teori ini beliau mencadangkan lima dimensi nilai
budaya yang dikatakan dipegang oleh semua masyarakat yaitu power distance, individualism vs
collectivism, masculinity vs femininity, uncertainty avoidance dan Confucianism dynamics (long
term or short term).
 Power Distance
Merupakan suatu ukuran dimana anggota dari suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini
mempengaruhi perilaku anggota masyarakat yang kurang berkuasa dan yang berkuasa.
Orang-orang dalam masyarakat yang memiliki jarak kekuasaan besar menerima tatanan
hirarkis dimana setiap orang mempunyai suatu tempat yang tidak lagi memerlukan
justifikasi. Orang-orang dalam masyarakat yang berjarak kekuasaan kecil menginginkan
persamaan kekuasaan dan menuntut justifikasi atas perbedaan kekuasaan. Isu utama atas
dimensi ini adalah bagaimana suatu masyarakat menangani perbedaan diantara penduduk
ketika hal tersebut terjadi. Hal ini mempunyai konsekuensi jelas terhadap cara orang-
orang membangun lembaga dan organisasi mereka.
Contohnya di korea yang mengamalkan budaya senioritas. Pengamalan budaya ini
menunjukkan bahawa ada jarak kekuasaan yang tinggi yang menyebabkan tidak
setaranya setiap orang dalam organisasi. Di Korea, adalah wajib bagi golongan yang
lebih muda atau junior untuk sentiasa menghormati golongan yang lebih tua atau senior.
Di korea junior (‘hubae’) akan sentiasa menjaga pertuturan dalam komunikasi dan lebih
berhati-hati dalam berkelakuan di hadapan senior (‘seonbae’). Namun jika sebaliknya
yang berlaku mereka akan dianggap sebagai golongan yang kurang ajar.
 Individualism / Kolektivisme
Individualisme adalah kecenderungan seseorang untuk mengutamakan atau
menjaga diri sendiri dan keluarganya saja. Sedangkan kolektifisme adalah kecenderungan
seseorang untuk menjadi sebagian dalam kelompok atau kolektif dan saling peduli antara
satu sama lain. Bagi seseorang individu yang mempunyai tahap individualism yang tinggi
hanya akan memfokuskan kepada dirinya sendiri dahulu seperti kebolehan diri,
kecerdasan, ciri personaliti, keutamaan dirinya serta akan mengekspresi dirinya secara
terbuka dan memastikannya secara bersendirian melalui perbandingan sosial.
Perbedaan budaya ini dikatakan akan mempengaruhi cara berfikir seseorang dan
cara ia menilai dirinya. Sifat individualistik akan menyebabkan seseorang itu mempunyai
perasaan ingin menjadi lebih superior daripada orang lain. Keadaan ini dapat
membuatkan tahap ‘self esteem’ seseorang individu itu meningkat.
Seseorang kolektivisme cenderung untuk menjaga martabat dan perasaan antara
kelompoknya. Mengkritik dan mempermalukan seseorang di hadapan orang lain
merupakan tindakan yang tidak dapat diterima. Menghormati, menghargai, dan
berperilaku sopan santun merupakan nilai-nilai yang terpenting dalam kolektivisme.
Walaupun memiliki banyak sisi positif, kolektivisme juga memiliki sisi negatif.
Mengambil contoh yang terjadi di negara kita, seseorang yang kolektivisme lebih
cenderung menjadi kurang responsif, enggan bersaing dengan orang lain, selalu
bergantung pada arahan , dan kurang mengambil bagian dalam menyelesaikan sesuatu
konflik.
Individualisme lebih menekankan pada hak pribadi, kebebasan beraspirasi,
berdikari, dan tanggung jawab. Setiap individu dinilai berdasarkan pada kualitas dan
integritasnya, dan bukan berdasarkan jarak hubungannya. Mereka akan dilayani secara
sama. Dalam sesebuah organisasi, setiap individu dinilai mengikut apa yang telah
disumbangkan dalam organisasinya. Contoh pemberian kenaikan gaji, upah atau
pengiktirafan adalah diberi berdasarkan pencapaian sendiri seseorang itu.
Kesetaraan individu mendorong keberanian menyampaikan pendapat tanpa
khawatir dia dianggap tidak sopan. Sudah tentu, masyarakat individualism sering berbeda
pendapat antara satu sama lain. Dengan perbedaan pendapat inilah sesebuah konflik dapat
diselesaikan. Berdebat dalam mempertahankan pendapat masing-masing bagi mereka
adalah bukan suatu masalah.
Sebaliknya, seorang kolektivisme selalu khawatir dianggap salah untuk
mengutarakan pendapat mereka. Mereka terbiasa tidak mengatakan apa yang mereka
maksudkan dan tidak memaksudkan apa yang mereka katakan. Sehingga dalam tradisi ini
akan muncul orang yang talam dua muka. Dalam konteks pendidikan, keberanian pelajar
dalam menyampaikan pendapat akan dianggap sebagai perbuatan yang tidak sopan, dan
kurang ajar. Keadaan ini mengakibatkan golongan tua dan guru tidak mendorong untuk
pelajar memiliki inisiatif dan bebas berekspresi. Ciri anak yang baik di negara kita adalah
pintar, sopan, dan tidak pernah membantah pendapat guru. Akibatnya, mereka tidak
terbiasa mengurus konflik.
 Masculinity vs Feminism
Masculinity dan Feminity berkaitan dengan nilai perbedaan gender yang ada
dalam masyarakat. Masculinity/Femininity dapat dibedakan dengan melihat dari budaya
pada negara tersebut. Dimana masculinity sangat mementingkan keberhasilan sedangkan
feminity sangat mementingkan hubungan antar manusia. Berikut adalah penjelasan lebih
detail dari Masculinity dan Feminity. Masculinity merupakan pola pikir masyarakat yang
membedakan secara tegas peran gender dimana kaum pria lebih bersifat asertif,
kompetitif serta tegas. Sementara para kaum wanita diharapkan bersifat lebih lunak,
memperhatikan kualitas hidup anak dan keluarga. Secara umumnya Masculinity memiliki
nilai-nilai masyarakat yang sangat dominan yakni keberhasilan dan kemajuan ekonomi,
serta uang dan harta benda lainnya dianggap sangat penting.
Feminity adalah pola pikir masyarakat yang tidak tegas membedakan peran
masing-masing gender, dimana baik pria maupun wanita dituntut lebih kompetitif namun
disaat yang sama juga dapat diharapkan dapat kooperatif. Secara umum, Feminity 
memiliki nilai-nilai masyarakat yang sangat dominan yakni peduli dan menjaga
hubungan dengan orang lain, manusia jauh lebih penting daripada harta benda, demikian
juga hubungan baik antar manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki peran
yang sama.
 Uncertainty Avoidance / Penghindaran Ketidakpastian
Salah satu dimensi dari Hofstede adalah mengenai bagaimana budaya nasional
berkaitan dengan ketidakpastian dan ambiguitas, kemudian bagaimana mereka
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pada negara-negara yang mempunyai
uncertainty avoidance yang besar, cenderung menjunjung tinggi konformitas dan
keamanan, dan memilih menghindari risiko dan mengandalkan peraturan formal dan juga
ritual. Kepercayaan hanyalah diberikan kepada keluarga dan teman yang terdekat. Akan
sulit bagi seorang negotiator dari luar untuk menjalin hubungan dan memperoleh
kepercayaan dari mereka.
Pada negara dengan uncertainty avoidance yang rendah, mereka memiliki
toleransi yang lebih tinggi untuk menghadapi ketidakpastian, mereka cenderung lebih
bias untuk menerima risiko, dapat memecahkan masalah, dimana memiliki struktur
organisasi yang flat, dan memilki toleransi terhadap ambiguitas. Bagi orang dari
masyarakat luar atau yang berbeda, mereka akan lebih mudah untuk menjalin hubungan
dan memperoleh kepercayaan terhadap masyarakat luar yang baru tersebut.
Dimensi Penghindaran Ketidakpastian harus dapat dilaksanakan berdasarkan
fakta bahwa masa depan yang tidak dapat diketahui: Haruskah kita mencoba untuk
mengendalikan masa depan atau hanya membiarkan hal itu terjadi ? Ambiguitas dapat
membawakan kecemasan dan budaya dari setiap negara telah dapat mengatasi kecemasan
ini dengan cara yang berbeda. Sejauh mana para anggota budaya merasa terancam oleh
situasi ambigu maka dengan perasaan terancam tersebut,  dapat menciptakan keyakinan
dan lembaga yang mencoba untuk menghindarinya. Dan ini yang akan dihitung untuk
dimasukan pada skor Penghindaran Ketidakpastian suatu budaya.
 Short-Term Vs Long Term Orientation
Dimensi ini memiliki istilah lain sebagai Konghucu Dinamisme . Dimana
masyarakat yang memiliki orientasi jangka panjang atau long term orientation lebih
mementingkan masa depan mereka. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis dan
berorientasi pada penghargaan, ketekunan, tabungan dan kapasitas adaptasi terhadap
lingkungan mereka. Dengan mementingkan masa depan, maka masyarakat akan
lebih cepat untuk menerima perubahan untuk mendapatkan masa depan yang lebih
baik dibandingkan masa sekarang.
Berbeda dengan long- term orientation, Masyarakat yang memiliki dimensi
orientasi hubungan jangka pendek atau short term orientation adalah mereka akan
lebih mementingkan nilai yang dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang,
termasuk kestabilan, menghormati tradisi, menjaga penampilan di muka umum, dan
memenuhi kewajiban-kewajiban sosial. Sulit untuk melakukan perubahan karena
terlalu menghormati tradisi.

Hofstede’s Analysis German Country


Berdasarkan dari teori mengenai aspek pada 5 hofstede’s cultural dimensions yang ada
diatas, berikut adalah gambar grafik mengenai aspek – aspek hofstede’s cultural dimensions
yang ada pada negara German.

1. Power Distance in German


Berdasarkan sumber geert-hofstede.com, data statistik tingkat power distance di Jerman
tergolong cukup rendah yaitu hanya mencapai angka 35. Dalam kasus kesetaraan gender,
German telah melakukan beberapa upaya dalam agar tidak ada kejadian diskriminasi yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan. Khususnya yang terjadi pada Hari Perempuan Internasional yang
jatuh pada 8 Maret. Upaya pemerintah untuk menyetarakan gender dilakukan dengan cara
mengesahkan Undang-undang yang mewajibkan perusahaan besar di negara German
menempatkan 30% perempuan untuk menduduki posisi direktur perusahaan pada 2016.
Persentase tersebut akan ditingkatkan menjadi sebanyak 50% di tahun 2018.

Sejumlah perusahaan besar German, seperti Adidas dan jasa keuangan Allianz sudah memenuhi
undang-undang mengenai 30% perempuan yang menduduki posisi direktur. Namun banyak
perusahaan lain, seperti Volkswagen yang hanya memiliki 15% perwakilan perempuan yang
menduduki dewan direksi. Sementara itu, ribuan perusahaan kecil lainnya di German juga perlu
untuk menetapkan target perwakilan peremuan di dewan pengawas dan menduduki komite
eksekutif. Kuota baru sebanyak 50% ini juga akan berlaku untuk posisi kepemimpinan senior di
sektor public pada 2018.

2. Uncertainty Avoidance in German


Jerman adalah salah satu negara uncertainity avoidance (65); skor ini pada ujung yang tinggi,
sehingga ada preferensi sedikit untuk uncertainity avoidance. Sejalan dengan warisan filosofis
Kant, Hegel dan Fichte ada preferensi yang kuat untuk pendekatan deduktif daripada induktif,
baik itu dalam berpikir, menghadirkan atau perencanaan: sistematis gambaran harus diberikan
untuk melanjutkan suatu fakta. Hal ini juga tercermin oleh sistem hukum. Suatu hal yang dibuat
secara Rincian sama-sama penting untuk menciptakan kepastian bahwa topik tertentu adalah
benar. Jerman lebih memilih untuk mengimbangi ketidakpastian yang lebih tinggi dengan sangat
mengandalkan keahlian. Jerman tidak tertarik pada ketidakpastian, dengan merencanakan segala
sesuatu dengan hati-hati mereka mencoba untuk menghindari ketidakpastian. Di Jerman ada
masyarakat yang bergantung pada aturan dan undang-undang. Jerman ingin mengurangi risiko
untuk minimum dan lanjutkan dengan perubahan langkah demi langkah.

3. Individualism / Collectivism in German


Dalam negara German, dapat dilihat dari tabel yang ada bahwa angka yang ada pada tabel
menunjukkan angka yang sangat tinggi sebanyak 67. Dengan angka tersebut dapat diketahui
bahwa negara German merupakan negera yang bersifat Individualist.. Ini terlihat dari masyarakat
German lebih memiliki percaya diri yang sangat tinggi terhadap Self-actualization pada diri
mereka sendiri. Yang banyak memikirkan untuk bagaimana supaya dapat lebih memperoleh hak
serta achievement yang ada pada diri mereka sendiri, tentu dalam lungkungan masyarakat, kerja
sama dalam suatu kelompok itu sangatlah penting. Akan tetapi bagi masyarakat yang bersifat
individualisme ini, hak untuk mengeluarkan pendapat adalah biasa, karena dapat saja
mementingkan dalam suatu hasil diskusi dan mendapatkan penilaian lebih untuk individunya.

Dalam negara German yang memiliki budaya akan individualisme, suatu keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak. Akan lebih fokus menjalankan hubungan antara orang tua dan anaknya
saja dibandingkan diharuskan untuk melakukan hubungan dengan tante, atau paman yang
merupakan keluarga jauhnya. Ini akan berbeda dengan negara yang memiliki kebuadaan
Kolektivisme, seperti Negara Guatemala yang memiiki grafik sebanyak 6 (strong collectivisme).

4. Masculinity / Femininity in German


Berdasarkan uraian teori yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya yang berkembang pada
masyarakat umumnya berada di suatu wilayah negara dapat dilihat dari perbedaan gender yang
direpresentasikan oleh tingkat masculinity serta feminity pada masyarakat tersebut. Pada negara
German, dilihat bahwa German lebih dominan pada Masculinity karena memiliki skor 66, pada
skor ini menunjukkan bahwa masyarakat akan didorong untuk lebih berkometisi, berprestasi
serta menunjukkan keberhasilan. Dengan keberhasilan tersebut yang harus ditetapkan menjadi
yang terbaik di lapangan.  Di German, kinerja sangat dihargai dan merupakan awal yang
diperlukan. Budaya di German juga dapat dikatakan sebagai “Orang hidup untuk bekerja”, status
ini sering diperlihatkan (dipamerkan) untuk mengingatkan budaya pada negara German. Nilai
yang rendah pada feminity berarti nilai-nilai dominan dalam masyarakat yang lebih bersifat
menjaga dan merawat orang lain serta kualitas hidup orang-orang German juga rendah tidak
tinggi.
5. Short-term vs long term orientation in German
Berdasarkan dari data yang ada, dapat dilihat bahwa negara German merupakan negara yang
memiliki budaya Long term orientation dengan poin sebanyak 83. Masyarakat negara German
merupakan masyarakat dengan orientasi pragmatis. Mereka percaya bahwa kebenaran sangat
tergantung pada situasi konteks dan waktu, Dimana mereka akan lebih bersikap tergantung pada
kondisi yang ada. Mereka menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi pada tradisi dengan
mudah dalam kondisi yang berubah- ubah tidak memerlukan waktu yang panjang,
Kecenderungan yang kuat ini dapat dilakukan untuk menabung dan berinvestasi, dan ketekunan
dalam mencapai hasil yang diinginkan untuk mendapatkan kesuksesan pada masa depan, tidak
terpaku pada masa sekarang atau masa lalu.

Fons Trompenaars dan Charles Hampden-Turner

Model perbedaan budaya nasional Trompenaars adalah kerangka kerja untuk komunikasi
lintas budaya yang diterapkan pada bisnis dan manajemen umum, yang dikembangkan oleh Fons
Trompenaars dan Charles Hampden-Turner.Ini melibatkan survei skala besar terhadap 8.841
manajer dan karyawan organisasi dari 43 negara. Model perbedaan budaya nasional ini memiliki
tujuh dimensi. Tujuh dimensi tersebut dikelompokan kembali ke dalam tiga aspek yaitu :
hubungan dengan orang, konsep dari waktu dan konsep dari lingkungan.

Relationship between people :


 Universalisme vs partikularisme

Universalisme adalah keyakinan bahwa gagasan dan praktik dapat diterapkan di mana saja tanpa
modifikasi, sementara partikularisme adalah keyakinan bahwa keadaan menentukan bagaimana
gagasan dan praktik harus diterapkan. Itu menanyakan pertanyaan, Apa yang lebih penting,
aturan atau hubungan? Budaya dengan universalisme tinggi melihat satu kenyataan dan fokus
pada aturan formal. Pertemuan bisnis ditandai oleh argumen rasional dan profesional dengan
sikap "turun ke bisnis". Penelitian Trompenaars menemukan ada universalisme tinggi di negara-
negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Jerman, dan Swedia. Budaya dengan
partikularisme tinggi melihat kenyataan sebagai lebih subjektif dan menempatkan penekanan
yang lebih besar pada hubungan. Penting untuk mengenal orang-orang yang berbisnis dengan
mereka selama pertemuan di lingkungan partikularis. Seseorang dari budaya universalis akan
bijak untuk tidak menganggap perjalanan pribadi sebagai tidak relevan atau sekadar obrolan
ringan selama pertemuan bisnis tersebut. Negara-negara yang memiliki partikularisme tinggi
termasuk Venezuela, Indonesia, Cina, Korea Selatan, dan bekas Uni Soviet.
Dimension Characteristics Strategies
Universalism Orang sangat mementingkan hukum, aturan, 1. Bantu orang-orang memahami
nilai, dan kewajiban. Mereka mencoba untuk bagaimana pekerjaan mereka
berurusan secara adil dengan orang-orang terkait dengan nilai-nilai dan
berdasarkan aturan-aturan ini, tetapi aturan ada kepercayaan mereka.
sebelum hubungan. 2. Berikan instruksi, proses, dan
prosedur yang jelas.
3. Menepati janji dan konsisten.
4. Beri orang waktu untuk
mengambil keputusan.
Orang-orang percaya bahwa setiap keadaan, dan 1. Beri orang otonomi untuk
Particularism
setiap hubungan, menentukan aturan yang membuat keputusan sendiri.
mereka jalani. Respons mereka terhadap suatu 2. Hormati kebutuhan orang lain
situasi dapat berubah, berdasarkan pada apa ketika Anda membuat
yang terjadi pada saat itu, dan siapa yang keputusan.
terlibat. 3. Jadilah fleksibel dalam cara
Anda mengambil keputusan.
4. Luangkan waktu untuk
membangun hubungan dan
mengenal orang lain sehingga
Anda dapat lebih memahami
kebutuhan mereka.
5. Soroti aturan dan kebijakan
penting yang perlu diikuti.

 Individualisme vs. Komunitarianisme

Individualisme merujuk pada orang yang menganggap diri mereka sebagai individu, sedangkan
komunitarianisme merujuk orang yang menganggap diri mereka sebagai bagian dari suatu
kelompok. Penelitian Trompenaars menghasilkan beberapa hasil yang menarik dan menyarankan
bahwa budaya dapat berubah lebih cepat yang disadari banyak orang. Mungkin tidak
mengejutkan melihat negara seperti Amerika Serikat dengan individualisme tinggi, tetapi
Meksiko dan negara-negara bekas komunis Cekoslowakia dan Uni Soviet juga ditemukan
individualistis dalam penelitian Trompenaars. Di Meksiko, pergeseran dari budaya yang
sebelumnya komunitarian dapat dijelaskan dengan keanggotaannya dalam NAFTA dan
keterlibatan dalam ekonomi global. Ini kontras dengan penelitian Hofstede sebelumnya, yang
menemukan negara-negara ini sebagai kolektivis, dan menunjukkan sifat budaya yang dinamis
dan kompleks. Negara-negara dengan komunitarianisme tinggi termasuk Jerman, Cina, Prancis,
Jepang, dan Singapura.
Dimension Characteristics Strategies
Individualism Orang-orang percaya pada kebebasan dan 1. Puji dan hargai kinerja
pencapaian pribadi. Mereka percaya bahwa individu.
Anda membuat keputusan sendiri, dan 2. Beri orang otonomi untuk
bahwa Anda harus menjaga diri sendiri. membuat keputusan sendiri
dan menggunakan inisiatif
mereka.
3. Hubungkan kebutuhan orang
dengan kebutuhan kelompok
atau organisasi.
Orang-orang percaya bahwa kelompok itu 1. Puji dan berikan penghargaan
Communitarianism
lebih penting daripada individu. Kelompok atas kinerja kelompok.
ini memberikan bantuan dan keamanan, 2. Jangan memuji individu di
dengan imbalan kesetiaan. Kelompok itu depan umum.
selalu datang sebelum individu 3. Izinkan orang untuk
melibatkan orang lain dalam
pengambilan keputusan.
4. Hindari menunjukkan sikap
pilih kasih.
 Netral vs. Emosional

Budaya netral adalah budaya dimana emosi ditahan, sedangkan budaya emosional adalah budaya
di mana emosi diekspresikan secara terbuka dan alami. Budaya netral yang muncul dengan cepat
dalam pikiran adalah budaya Jepang dan Inggris. Beberapa contoh budaya emosional yang tinggi
adalah Belanda, Meksiko, Italia, Israel dan Spanyol. Dalam budaya emosional, orang sering
tersenyum, berbicara dengan keras ketika bersemangat, dan saling menyapa dengan antusias.
Jadi, ketika orang-orang dari budaya netral melakukan bisnis dalam budaya emosional mereka
harus siap untuk pertemuan yang berpotensi bersemangat dan ramai dan harus berusaha
merespons dengan hangat. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari budaya emosional yang
melakukan bisnis dalam budaya netral, mereka tidak boleh ditunda karena kurangnya emosi.

Dimension Characteristics Strategies


Neutral Orang-orang berusaha keras untuk mengendalikan 1. Kelola emosi Anda secara efektif.
emosi mereka. Alasan memengaruhi tindakan 2. Perhatikan bahwa bahasa tubuh
mereka jauh lebih dari perasaan mereka. Orang Anda tidak menyampaikan emosi
tidak mengungkapkan apa yang mereka pikirkan negatif.
tentang perasaan mereka.
Orang – orang ingin menemukan cara untuk 3. Terbuka bagi orang untuk
Emotional
mengekspresikan emosi mereka, bahkan secara membangun kepercayaan dan
spontan, di tempat kerja. Dalam budaya ini, hubungan baik.
disambut dan diterima untuk menunjukkan emosi. 4. Gunakan emosi untuk
mengomunikasikan tujuan Anda.
5. Belajar mengelola konflik secara
efektif, sebelum menjadi pribadi.
6. Gunakan bahasa tubuh yang
positif.
7. Miliki sikap positif.

 Spesifik vs Diffuse

Budaya tertentu adalah budaya di mana individu memiliki ruang publik yang besar, mereka siap
untuk berbagi dengan orang lain dan penjaga ruang pribadi kecil erat dan berbagi dengan hanya
teman dekat dan rekan. Budaya difus adalah budaya di mana ruang publik dan ruang pribadi
memiliki ukuran yang sama dan individu menjaga ruang publik mereka dengan hati-hati, karena
masuk ke ruang publik juga memungkinkan masuk ke ruang pribadi. Ia melihat bagaimana
budaya yang terpisah menjaga kehidupan pribadi dan publik mereka.
Contoh dari dimensi budaya yang spesifik dan difus ini disediakan oleh Amerika Serikat dan
Jerman. Seorang profesor A.S., seperti Robert Smith, PhD, umumnya akan dipanggil "Doctor
Smith" oleh mahasiswa ketika berada di universitas A.S. Ketika berbelanja, bagaimanapun, ia
mungkin disebut oleh petugas toko sebagai "Bob," dan ia bahkan mungkin meminta saran
petugas terkait beberapa pembelian yang diinginkannya. Ketika bermain golf, Bob mungkin
hanya salah satu dari mereka, bahkan untuk seorang rekan golf yang kebetulan menjadi
mahasiswa pascasarjana di departemennya. Alasan untuk perubahan status ini adalah bahwa,
dengan nilai-nilai budaya A.S. yang spesifik, orang memiliki ruang publik yang besar dan sering
berperilaku berbeda tergantung pada peran publik mereka. Namun, pada saat yang sama, Bob
memiliki ruang pribadi yang terlarang bagi siswa yang harus memanggilnya "Dokter Smith" di
kelas. Dalam budaya difus tinggi, di sisi lain, kehidupan publik seseorang dan kehidupan pribadi
sering serupa. Oleh karena itu, di Jerman, Herr Profesor Doktor Schmidt akan dirujuk seperti itu
di universitas, pasar lokal, dan arena bowling — dan bahkan istrinya mungkin akan
memanggilnya secara resmi di depan umum. Banyak formalitas dipertahankan, seringkali
memberi kesan bahwa orang Jerman pengap atau menyendiri.

Dimension Characteristics Strategies


Specific Orang-orang memisahkan pekerjaan dan 1. Langsung dan to the point.
kehidupan pribadi. Akibatnya, mereka percaya 2. Fokus pada tujuan orang sebelum
bahwa hubungan tidak memiliki banyak dampak Anda fokus pada penguatan
pada tujuan kerja, dan, meskipun hubungan yang hubungan.
baik itu penting, mereka percaya bahwa orang 3. Berikan instruksi, proses, dan
dapat bekerja sama tanpa memiliki hubungan yang prosedur yang jelas.
baik. 4. Izinkan orang untuk memisahkan
pekerjaan dan kehidupan rumah
mereka.
Orang-orang melihat tumpang tindih antara 5. Fokus pada membangun
Diffuse
pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. Mereka hubungan yang baik sebelum
percaya bahwa hubungan yang baik sangat Anda fokus pada tujuan bisnis.
penting untuk memenuhi tujuan bisnis, dan bahwa 6. Cari tahu sebanyak mungkin
hubungan mereka dengan orang lain akan sama, tentang orang-orang yang bekerja
baik di tempat kerja atau secara sosial. Orang- dengan Anda dan organisasi yang
orang menghabiskan waktu di luar jam kerja berbisnis dengan Anda.
dengan kolega dan klien. 7. Bersiaplah untuk membahas
bisnis pada acara sosial, dan
melakukan diskusi pribadi di
tempat kerja.
 Prestasi vs. Ascription

Dalam budaya prestasi, orang diberi status berdasarkan seberapa baik mereka menjalankan
fungsi mereka. Dalam budaya ascription, status didasarkan pada siapa atau apa seseorang itu.
Apakah seseorang harus membuktikan dirinya menerima status atau itu diberikan kepadanya?
Budaya pencapaian termasuk AS, Austria, Israel, Swiss, dan Inggris. Beberapa budaya ascription
adalah Venezuela, Indonesia, dan Cina. Ketika orang-orang dari budaya prestasi melakukan
bisnis dalam budaya ascription, penting untuk memiliki yang lebih tua, anggota senior dengan
gelar formal dan rasa hormat harus ditunjukkan kepada rekan-rekan mereka. Namun, untuk
budaya anggapan yang melakukan bisnis dalam budaya prestasi, penting untuk membawa
anggota yang berpengetahuan luas yang dapat membuktikan kemampuannya dalam kelompok
lain, dan rasa hormat harus ditunjukkan untuk pengetahuan dan informasi rekan-rekan mereka.

Dimension Characteristics Strategies


Achievement Orang-orang percaya bahwa Anda adalah apa 1. Hadiah dan kenali kinerja yang
yang Anda lakukan, dan mereka mendasarkan baik dengan tepat.
nilai Anda. Budaya-budaya ini menghargai 2. Gunakan judul hanya jika relevan.
kinerja, tidak peduli siapa Anda. 3. Jadilah teladan yang baik.
Orang-orang percaya bahwa Anda harus dihargai 4. Gunakan judul, terutama ketika
Ascription
untuk siapa Anda sebenarnya. Kekuasaan, gelar, ini memperjelas status orang
dan posisi penting dalam budaya ini, dan peran ini dalam suatu organisasi.
menentukan perilaku. 5. Tunjukkan rasa hormat kepada
orang-orang yang berwenang,
terutama ketika keputusan
menantang.
6. Jangan "tunjukkan" orang yang
berwenang.
7. Jangan biarkan otoritas Anda
menghalangi Anda untuk
berkinerja baik dalam peran
Anda.

Concept of time :
 Sequential vs. Synchronic

Budaya waktu berurutan adalah budaya di mana orang-orang suka peristiwa terjadi dalam urutan
kronologis. Ketepatan waktu sangat dihargai dan mereka mendasarkan hidup mereka dalam
jadwal, perencanaan dan tenggat waktu yang jelas dan jelas; dalam budaya semacam ini waktu
sangat penting dan mereka tidak mentolerir pemborosan waktu. Alih-alih dalam budaya
sinkronis, mereka melihat periode waktu tertentu sebagai periode terjalin, penggunaan untuk
menyoroti pentingnya ketepatan waktu dan tenggat waktu jika ini adalah kunci untuk mencapai
tujuan dan mereka sering bekerja dalam beberapa hal pada suatu waktu, mereka juga lebih
fleksibel dengan distribusi waktu dan komitmen.

Dimension Characteristics Strategies


Sequential Time Orang-orang suka acara terjadi secara berurutan. 1. Fokus pada satu kegiatan atau
Mereka menempatkan nilai tinggi pada ketepatan proyek pada satu waktu.
waktu, perencanaan (dan berpegang teguh pada 2. Tepat waktu.
rencana Anda), dan tetap sesuai jadwal. Dalam 3. Ikuti tenggat waktu.
budaya ini, "waktu adalah uang," dan orang tidak 4. Tetapkan tenggat waktu yang
menghargainya ketika jadwal mereka terlempar. jelas.
Orang-orang melihat masa lalu, sekarang, dan 5. Jadilah fleksibel dalam cara Anda
Synchronous
Time masa depan sebagai periode yang terjalin. mendekati bekerja.
Mereka sering mengerjakan beberapa proyek 6. Memungkinkan orang untuk
sekaligus, dan memandang rencana dan fleksibel dalam tugas dan proyek,
komitmen sebagai fleksibel jika memungkinkan.
7. Soroti pentingnya ketepatan
waktu dan tenggat waktu jika ini
adalah kunci untuk mencapai
tujuan.

Concept of nature :

 Kontrol internal vs. Eksternal

Apakah kita mengendalikan lingkungan kita atau kita dikendalikan olehnya? Dalam
budaya yang diarahkan ke dalam, orang percaya dalam mengendalikan hasil dan memiliki sikap
dominan terhadap lingkungan. Dalam budaya yang diarahkan ke luar, orang-orang percaya
bahwa membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya dan memiliki sikap yang lebih
fleksibel, ditandai dengan keinginan untuk berkompromi dan menjaga harmoni dengan alam.

Dimension Characteristics Strategies


Internal Orang-orang percaya bahwa mereka dapat 1. Izinkan orang untuk
Direction
mengendalikan alam atau lingkungan mereka mengembangkan keterampilan
untuk mencapai tujuan. Ini termasuk cara mereka mereka dan mengendalikan
bekerja dengan tim dan dalam organisasi. pembelajaran mereka.
2. Tetapkan tujuan yang jelas yang
disetujui orang.
3. Bersikap terbuka tentang konflik
dan ketidaksepakatan, dan izinkan
orang untuk terlibat dalam konflik
yang konstruktif.
Orang-orang percaya bahwa alam, atau 4. Menyediakan orang-orang dengan
External
lingkungan mereka, mengendalikan mereka; sumber daya yang tepat untuk
mereka harus bekerja dengan lingkungannya melakukan pekerjaan mereka
Direction
untuk mencapai tujuan. Di tempat kerja atau secara efektif.
dalam hubungan, mereka memfokuskan tindakan 5. Berikan orang arah dan teratur
mereka pada orang lain, dan mereka menghindari 6. umpan balik, sehingga mereka
konflik jika memungkinkan. Orang sering tahu bagaimana tindakan mereka
membutuhkan jaminan bahwa mereka melakukan mempengaruhi lingkungan
pekerjaan dengan baik. mereka.
7. Yakinkan orang bahwa mereka
melakukan pekerjaan dengan
baik.
8. Kelola konflik dengan cepat dan
pelan.

Persamaan dari kedua teori diatas adalah :

1. Mengukur budaya ke dalam beberapa dimensi untuk mengukur sebuah budaya di


masyarakat, dengan adanya pemahaman suatu budaya melalui dimensi-dimensi yang
terukur dapat mempermudah dalam mempelajari suatu budaya
2. Pada setiap dimensi budayanya terdapat perbandingan
3. Banyak peneliti dalam bidang pemasaran yang menggunakan budaya sebagai salah satu
variabel penelitian. Contoh : Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Lee dan
Green (1991) menunjukkan bahwa konsumen di Amerika dan Korea memilih merek A
sebagai merek sepatu yang dibeli. Akan tetapi, pembelian yang dilakukan responden di
Korea sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosial. Sedangkan pembelian yang
dilakukan oleh responden di Amerika lebih banyak dipengaruhi oleh sikap. Dengan kata
lain, konsumen di Amerika adalah konsumen yang fokus pada dirinya sendiri (self-
centered) sedangkan konsumen di Korea mempertimbangkan orang lain, khususnya
orang-orang dalam kelompoknya (group-oriented). Lebih lanjut, Usunier (2000) juga
menunjukkan bahwa kebanyakan perilaku beli konsumen di negara-negara Asia
Tenggara dipengaruhi oleh keluarga.
4. Teori budaya tersebut dialihkan dari satu waktu ke waktu berikutnya, dari generasi ke
generasi.
5. Budaya merupakan sesuatu yang ada pada seluruh kelompok budaya bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai