Week 2/ Sesi 3
NIM : 2440100443
Jawaban:
a. Keluarga. Keluarga merupakan unit sosial paling mendasar yang menjadi tempat
percampuran budaya atau akulturasi dan di dalam keluarga ditanamkan budaya
pertama kali kepada manusia sejak bayi. Keluarga yang merupakan sistem sosial
terkecil ini memberikan pengaruh besar dalam pembentukan budaya kepada individu
di mana keluarga akan memberikan kesempatan terjadinya proses pendidikan dan
pengembangan pribadi yang berkualitas yang terdiri dari anggota keluarga yaitu
ayah, ibu dan anak. Keluarga sebagai lembaga pembentuk kebudayaan nasional
berkaitan dengan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi
individu sejak bayi. Contohnya: seseorang bersuku Batak menikah dengan orang
Jawa akan membentuk budaya yang berbeda dengan keluarga yang berasal dari
pernikahan orang sesama atau sesama Batak baik dari segi bahasa yang digunakan
dan juga nilai atau norma yang ditanamkan dalam masing-masing keluarga.
d. Media komunikasi massa. Tayeb memberi perhatian khusus pada efek kemajuan
terbaru dalam komunikasi pada perkembangan budaya. Keberadaan media massa
yang semakin meningkat telah memberikan arti baru bagi pengalaman bersama: surat
kabar, majalah, televisi dan radio, 'membawa orang lebih dekat bersama-sama
terlepas dari lokasi geografis mereka, tetapi juga dalam hal menyebarkan nilai, sikap,
selera, makna dan kosakata-singkatnya, budaya' (Tayeb, 2003: 20). Dia tidak
menganggap ini sebagai ancaman terhadap karakteristik budaya khas suatu bangsa.
Sebaliknya, media massa telah menciptakan dimensi umum baru di mana orang dapat
berbagi pengalaman jika mereka memilih.
Pada negara dengan uncertainty avoidance yang rendah, mereka memiliki toleransi
yang lebih tinggi untuk menghadapi ketidakpastian, mereka cenderung lebih bias
untuk menerima risiko, dapat memecahkan masalah, dimana memiliki struktur
organisasi yang flat, dan memilki toleransi terhadap ambiguitas. Bagi orang dari
masyarakat luar atau yang berbeda, mereka akan lebih mudah untuk menjalin
hubungan dan memperoleh kepercayaan terhadap masyarakat luar yang baru
tersebut.
Masculinity merupakan pola pikir masyarakat yang membedakan secara tegas peran
gender dimana kaum pria lebih bersifat asertif, kompetitif serta tegas. Sementara para
kaum wanita diharapkan bersifat lebih lunak, memperhatikan kualitas hidup anak dan
keluarga. Secara umumnya Masculinity memiliki nilai-nilai masyarakat yang sangat
dominan yakni keberhasilan dan kemajuan ekonomi, serta uang dan harta benda
lainnya dianggap sangat penting.
Feminity adalah pola pikir masyarakat yang tidak tegas membedakan peran masing-
masing gender, dimana baik pria maupun wanita dituntut lebih kompetitif namun
disaat yang sama juga dapat diharapkan dapat kooperatif. Secara umum, Feminity
memiliki nilai-nilai masyarakat yang sangat dominan yakni peduli dan menjaga
hubungan dengan orang lain, manusia jauh lebih penting daripada harta benda,
demikian juga hubungan baik antar manusia, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki peran yang sama.
e. Short-term vs long term orientation.. Dimensi ini memiliki istilah lain sebagai
Konghucu Dinamisme . Dimana masyarakat yang memiliki orientasi jangka panjang
atau long term orientation lebih mementingkan masa depan mereka. Mereka
mendorong nilai-nilai pragmatis dan berorientasi pada penghargaan, ketekunan,
tabungan dan kapasitas adaptasi terhadap lingkungan mereka. Dengan mementingkan
masa depan, maka masyarakat akan lebih cepat untuk menerima perubahan untuk
mendapatkan masa depan yang lebih baik dibandingkan masa sekarang.
Berbeda dengan long- term orientation, Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi
hubungan jangka pendek atau short term orientation adalah mereka akan lebih
mementingkan nilai yang dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang,
termasuk kestabilan, menghormati tradisi, menjaga penampilan di muka umum, dan
memenuhi kewajiban-kewajiban sosial. Sulit untuk melakukan perubahan karena
terlalu menghormati tradisi.
Jawaban:
a. Orientasi Kinerja: Sejauh mana suatu kolektif mendorong dan memberi penghargaan
(dan harus mendorong dan memberi penghargaan) anggota kelompok untuk
peningkatan dan kesempurnaan kinerja.
b. Ketegasan: Sejauh mana individu (dan seharusnya) asertif, konfrontatif, dan agresif
dalam hubungannya dengan orang lain.
c. Orientasi Masa Depan: Sejauh mana individu terlibat (dan harus terlibat) dalam
perilaku berorientasi masa depan seperti perencanaan, investasi di masa depan, dan
penundaan kepuasan.
d. Orientasi Manusiawi: Sejauh mana suatu kolektif mendorong dan menghargai (dan
harus mendorong dan menghargai) individu karena bersikap adil, altruistik, murah
hati, peduli, dan baik kepada orang lain.
Jawaban:
Societal culture “as is” dan “should be” berkaitan dengan penelitian GLOBE yang
dalam hal ini GLOBE memperluas lima dimensi Hofstede menjadi sembilan. Mereka
mempertahankan label Jarak Daya dan Penghindaran Ketidakpastian (tetapi tidak tentu
artinya). Mereka membagi Kolektivisme menjadi Kolektivisme Kelembagaan dan
Kolektivisme Dalam Grup, dan Maskulinitas-Feminitas menjadi Ketegasan dan Gender.
Egalitarianisme. Orientasi Jangka Panjang menjadi Orientasi Masa Depan. Mereka
menambahkan dua lagi dimensi: Orientasi Manusiawi dan Orientasi Kinerja. Sembilan
dimensi itu tercakup oleh 78 pertanyaan survei, setengah dari mereka meminta responden
untuk mendeskripsikan budaya mereka ('Apa adanya') dan separuh lainnya untuk
menilainya ('harus').
Peneliti GLOBE mampu mengukur dan memvalidasi skor negara (dan cluster negara)
untuk masing-masing dari sembilan dimensi budaya. Untuk setiap dimensi budaya, skor
negara diidentifikasi mengenai keberadaan dimensi budaya saat ini (skor "sebagaimana
adanya" atau “as is”) dan nilai-nilai seperti apa yang diinginkan negara tersebut (skor
"seharusnya" atau “should be”). Peneliti GLOBE menunjukkan hubungan yang berbeda
antara berbagai dimensi budaya dan ukuran pencapaian masyarakat dan menegaskan
budaya yang jelas yang mendasari cara masyarakat menghasilkan dan mendistribusikan
kekayaan dan menjaga rakyatnya. Misalnya, masyarakat yang berorientasi pada kinerja
tinggi umumnya lebih sukses secara ekonomi dan menikmati tingkat perkembangan
manusia yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan orientasi kinerja yang lebih
rendah. Peneliti GLOBE juga telah mengidentifikasi dimensi budaya yang diinginkan
secara universal seperti orientasi kinerja dan dimensi yang tidak diinginkan secara
universal seperti jarak kekuasaan.
Referensi:
https://globeproject.com/data/GLOBE-Culture-and-Leadership-Scales-Guidelines-Aug-1-
2006.pdf
http://kgk.uni-obuda.hu/sites/default/files/Milica-National-Culture-and-Its-
Dimensions.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/10687022.pdf
https://www.grovewell.com/wp-content/uploads/pub-GLOBE-intro.pdf
https://bbs.binus.ac.id/ibm/2017/06/cultural-dimensions-in-germany/