Anda di halaman 1dari 6

Tugas Personal ke-1

Week 2/ Sesi 3

Oleh : Rima Budiari

NIM : 2440100443

Selesaikan semua soal di bawah ini!

1. Apakah yang dimaksud dengan ‘lembaga-lembaga’ yang berkontribusi pada


pembentukan budaya nasional? Berikan penjelasan.

Jawaban:

Lembaga-lembaga yang berkontribusi pada pembentukan budaya nasional:

a. Keluarga. Keluarga merupakan unit sosial paling mendasar yang menjadi tempat
percampuran budaya atau akulturasi dan di dalam keluarga ditanamkan budaya
pertama kali kepada manusia sejak bayi. Keluarga yang merupakan sistem sosial
terkecil ini memberikan pengaruh besar dalam pembentukan budaya kepada individu
di mana keluarga akan memberikan kesempatan terjadinya proses pendidikan dan
pengembangan pribadi yang berkualitas yang terdiri dari anggota keluarga yaitu
ayah, ibu dan anak. Keluarga sebagai lembaga pembentuk kebudayaan nasional
berkaitan dengan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi
individu sejak bayi. Contohnya: seseorang bersuku Batak menikah dengan orang
Jawa akan membentuk budaya yang berbeda dengan keluarga yang berasal dari
pernikahan orang sesama atau sesama Batak baik dari segi bahasa yang digunakan
dan juga nilai atau norma yang ditanamkan dalam masing-masing keluarga.

b. Agama. Keyakinan relijius dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


pandangan seseorang tentang dunia. Dalam hal ini, agama bukan hanya dipandang
sebagai sesuatu yang bersifat doktrinal-ideologis yang bersifat abstrak, tetapi ia
muncul dalam bentuk-bentuk material, yakni dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
konteks inilah, agama dipandang sebagai bagian dari kebudayaan. Contoh: Tradisi
lokal dalam islam itu seperti adanya wayang kulit, wayang merupakan sebuah tradisi
lokal di jawa, dimana wayang tersebut terdapat unsur islamnya untuk mengajarkan
dan menyebarkan budaya islam di jawa.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


c. Pendidikan. Sistem nilai di mana pendidikan didasarkan dan pilihan yang dibuat
dalam hal kurikulum baik membantu dalam pembentukan budaya, terutama di mana
lembaga pendidikan berkembang dengan baik. Pendidikan merupakan disiplin ilmu
yang terkait dengan proses pemeradaban, pemberbudayaan, dan pendewasaan
manusia. Maka dari itu, masyarakat yang mengenyam Pendidikan lebih baik akan
memiliki peradaban/kebudayaan yang lebih maju. Masyarakat Amerika, Jerman yang
memiliki Pendidikan lebih baik memiliki kebudayaan berupa teknologi yang lebih
maju dibandingkan denga negara dengan tingkat pendidikan yang rendah seperti di
Bangladesh dan negara tertinggal lainnya.

d. Media komunikasi massa. Tayeb memberi perhatian khusus pada efek kemajuan
terbaru dalam komunikasi pada perkembangan budaya. Keberadaan media massa
yang semakin meningkat telah memberikan arti baru bagi pengalaman bersama: surat
kabar, majalah, televisi dan radio, 'membawa orang lebih dekat bersama-sama
terlepas dari lokasi geografis mereka, tetapi juga dalam hal menyebarkan nilai, sikap,
selera, makna dan kosakata-singkatnya, budaya' (Tayeb, 2003: 20). Dia tidak
menganggap ini sebagai ancaman terhadap karakteristik budaya khas suatu bangsa.
Sebaliknya, media massa telah menciptakan dimensi umum baru di mana orang dapat
berbagi pengalaman jika mereka memilih.

e. Perusahaan multinasional. Lembaga pengembangan budaya yang kuat, yang produk


dan layanannya dapat memengaruhi cara hidup orang, yang operasinya dapat
mempengaruhi bagaimana dan di mana mereka bekerja. Perusahaan multinasional
merupakan salah satu lembaga pengembangan budaya yang dapat memberikan
pengaruh terhadap cara hidup individu melalui produk dan layanannya meskipun di
sisi lain perusahaan multinasional juga dipengaruhi oleh preferensi di tingkat
nasional berkaitan dengan rasa dan bentuk produk serta promosi barang dan
layanannya. Contoh: KFC sebagai salah satu perusahaan multinasional yang
menyajikan menu ayam goreng dengan nasi dan bahkan mengeluarkan produk nasi
uduk yang merupakan bentuk penyesuian dengan kultur masyarakat Indonesia. Di
sisi lain, masyarakat Indonesia sudah mulai mengalami perubahan budaya di mana
sebelumnya masyarakat Indonesia sangat menekankan budaya sopan santun saat
makan yaitu makan sambil duduk dengan tenang dan setelah dikenal adanya fast
food yang menyediakan jasa drive thru menjadi makan di mana saja secara praktis
dan hemat waktu di tengah kesibukan masyarakat saat ini bahkan makan bisa
dilakukan sambil menyetir mobil atau sambil berjalan. Budaya ini dapat dianggap
aneh atau tidak biasa di daerah-daerah yang belum dibangun KFC atau restoran cepat
saji multinasional lainnya sehingga memiliki budaya yang berbeda.

2. Sebutkan 5 (lima) dimensi budaya dan jelaskan masing-masing dimensi tersebut


secara lengkap dan detail.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


Jawaban:

a. Power Distance. Menurut Hofstede, “power distance” adalah suatu tingkat


kepercayaan atau penerimaan dari suatu power yang tidak seimbang di antara orang.
Budaya di mana beberapa orang dianggap lebih superior dibandingkan dengan yang
lain karena status sosial, gender, ras, umur, pendidikan, kelahiran, pencapaian, latar
belakang atau faktor lainnya merupakan bentuk power distance yang tinggi. Pada
negara yang memiliki power distance yang tinggi, masyarakat menerima hubungan
kekuasaan yang lebih autokratik dan patrenalistik. Sementara itu budaya dengan
power distance yang rendah cenderung untuk melihat persamaan di antara orang dan
lebih fokus kepada status yang dicapai daripada yang disandang oleh seseorang.

b. Uncertainty Avoidance. Salah satu dimensi dari Hofstede adalah mengenai


bagaimana budaya nasional berkaitan dengan ketidakpastian dan ambiguitas,
kemudian bagaimana mereka beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pada
negara-negara yang mempunyai uncertainty avoidance yang besar, cenderung
menjunjung tinggi konformitas dan keamanan, dan memilih menghindari risiko dan
mengandalkan peraturan formal dan juga ritual. Kepercayaan hanyalah diberikan
kepada keluarga dan teman yang terdekat. Akan sulit bagi seorang negotiator dari
luar untuk menjalin hubungan dan memperoleh kepercayaan dari mereka.

Pada negara dengan uncertainty avoidance yang rendah, mereka memiliki toleransi
yang lebih tinggi untuk menghadapi ketidakpastian, mereka cenderung lebih bias
untuk menerima risiko, dapat memecahkan masalah, dimana memiliki struktur
organisasi yang flat, dan memilki toleransi terhadap ambiguitas. Bagi orang dari
masyarakat luar atau yang berbeda, mereka akan lebih mudah untuk menjalin
hubungan dan memperoleh kepercayaan terhadap masyarakat luar yang baru
tersebut.

c. Individualism / Collectivism. Individalisme dan kolektivisme merupakan salah satu


dari aspek yang ada pada 5 Hofstede’s Cultural Dimensions. Dimana dapat
melakukan penilaian terhadap suatu budaya agar dapat cepat beradaptasi pada suatu
budaya baru. Dalam konsep individualisme, dimana masyarakat sekitar lebih
mengfokuskan dirinya untuk bersosialisasi kedalam suatu kelompok. Dan didalam
grup masyarakat Individualisme, mereka lebih mementingkan terhadap dirinya dan
keluarga dekatnya. Tidak mempedulikan yang berada diluar kelompok yang ada.
Masyarakat Individualisme ini lebih menekankan kepada kata ” Saya” dibandingkan
“Kami”. Menjadikan diri mereka menjadi lebih individu yang tidak mempedulikan
yang berada dalam kelompok mereka, demi mencapai kebutuhan yang diperlukan.

Berbeda dengan Individualisme, dalam suatu negara yang memiliki pemikiran


kolektivisme, masyarakatnya tidak hanyak memikirkan akan kelompoknya sendiri

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


tetapi juga lebih dapat untuk bersosialisasi dengan kelompok lainnya. Dengan
bersikap lebih sosialisasi, untuk mendapatkan sifat loyalty dari masyarakat yang
berada diluar anggota. Dikarenakan telah bersikap lebih mempedulikan yang lainnya
dibandingkan menfokuskan pada diri sendiri.

d. Masculinity / Femininity. Masculinity dan Feminity berkaitan dengan nilai perbedaan


gender yang ada dalam masyarakat. Masculinity/Femininity dapat dibedakan dengan
melihat dari budaya pada negara tersebut. Dimana masculinity sangat mementingkan
keberhasilan sedangkan feminity sangat mementingkan hubungan antar manusia.
Berikut adalah penjelasan lebih detail dari Masculinity dan Feminity.

Masculinity merupakan pola pikir masyarakat yang membedakan secara tegas peran
gender dimana kaum pria lebih bersifat asertif, kompetitif serta tegas. Sementara para
kaum wanita diharapkan bersifat lebih lunak, memperhatikan kualitas hidup anak dan
keluarga. Secara umumnya Masculinity memiliki nilai-nilai masyarakat yang sangat
dominan yakni keberhasilan dan kemajuan ekonomi, serta uang dan harta benda
lainnya dianggap sangat penting.

Feminity adalah pola pikir masyarakat yang tidak tegas membedakan peran masing-
masing gender, dimana baik pria maupun wanita dituntut lebih kompetitif namun
disaat yang sama juga dapat diharapkan dapat kooperatif. Secara umum, Feminity
memiliki nilai-nilai masyarakat yang sangat dominan yakni peduli dan menjaga
hubungan dengan orang lain, manusia jauh lebih penting daripada harta benda,
demikian juga hubungan baik antar manusia, baik laki-laki maupun perempuan
memiliki peran yang sama.

e. Short-term vs long term orientation.. Dimensi ini memiliki istilah lain sebagai
Konghucu Dinamisme . Dimana masyarakat yang memiliki orientasi jangka panjang
atau long term orientation lebih mementingkan masa depan mereka. Mereka
mendorong nilai-nilai pragmatis dan berorientasi pada penghargaan, ketekunan,
tabungan dan kapasitas adaptasi terhadap lingkungan mereka. Dengan mementingkan
masa depan, maka masyarakat akan lebih cepat untuk menerima perubahan untuk
mendapatkan masa depan yang lebih baik dibandingkan masa sekarang.

Berbeda dengan long- term orientation, Masyarakat yang memiliki dimensi orientasi
hubungan jangka pendek atau short term orientation adalah mereka akan lebih
mementingkan nilai yang dipromosikan terkait dengan masa lalu dan sekarang,
termasuk kestabilan, menghormati tradisi, menjaga penampilan di muka umum, dan
memenuhi kewajiban-kewajiban sosial. Sulit untuk melakukan perubahan karena
terlalu menghormati tradisi.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


3. Pada Kepemimpinan Global dan Perilaku Organisasi (Global Leadership and
Organizational Behaviour Effectiveness), disingkat GLOBE ada 9 konstruk budaya.
Sebutkan dan jelaskan semua konstruk tersebut.

Jawaban:

GLOBE menghasilkan 9 dimensi, yaitu;

a. Orientasi Kinerja: Sejauh mana suatu kolektif mendorong dan memberi penghargaan
(dan harus mendorong dan memberi penghargaan) anggota kelompok untuk
peningkatan dan kesempurnaan kinerja.

b. Ketegasan: Sejauh mana individu (dan seharusnya) asertif, konfrontatif, dan agresif
dalam hubungannya dengan orang lain.

c. Orientasi Masa Depan: Sejauh mana individu terlibat (dan harus terlibat) dalam
perilaku berorientasi masa depan seperti perencanaan, investasi di masa depan, dan
penundaan kepuasan.

d. Orientasi Manusiawi: Sejauh mana suatu kolektif mendorong dan menghargai (dan
harus mendorong dan menghargai) individu karena bersikap adil, altruistik, murah
hati, peduli, dan baik kepada orang lain.

e. Kolektivisme Kelembagaan: Sejauh mana praktik kelembagaan dan organisasi


masyarakat mendorong dan memberi penghargaan (dan harus mendorong dan
memberi penghargaan) distribusi kolektif sumber daya dan tindakan kolektif.

f. Kolektivisme Dalam Kelompok: Sejauh mana individu mengekspresikan (dan harus


mengekspresikan) kebanggaan, kesetiaan, dan kekompakan dalam organisasi atau
keluarga mereka.

g. Egalitarianisme Gender: Sejauh mana suatu kolektif meminimalkan (dan harus


meminimalkan) ketidaksetaraan gender.

h. Jarak Kekuasaan: Sejauh mana komunitas menerima dan mendukung otoritas,


perbedaan kekuasaan, dan hak istimewa status.

i. Penghindaran Ketidakpastian: Sejauh mana masyarakat, organisasi, atau kelompok


bergantung (dan harus bergantung) pada norma, aturan, dan prosedur sosial untuk
mengurangi ketidakpastian kejadian di masa depan. Semakin besar keinginan untuk
menghindari ketidakpastian, semakin banyak orang mencari ketertiban, konsistensi,
struktur, prosedur formal, dan hukum untuk mencakup situasi dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


4. Apakah yang Anda ketahui tentang societal culture “as is” dan “should be”.
Berikan penjelasan yang lengkap dan detail.

Jawaban:

Societal culture “as is” dan “should be” berkaitan dengan penelitian GLOBE yang
dalam hal ini GLOBE memperluas lima dimensi Hofstede menjadi sembilan. Mereka
mempertahankan label Jarak Daya dan Penghindaran Ketidakpastian (tetapi tidak tentu
artinya). Mereka membagi Kolektivisme menjadi Kolektivisme Kelembagaan dan
Kolektivisme Dalam Grup, dan Maskulinitas-Feminitas menjadi Ketegasan dan Gender.
Egalitarianisme. Orientasi Jangka Panjang menjadi Orientasi Masa Depan. Mereka
menambahkan dua lagi dimensi: Orientasi Manusiawi dan Orientasi Kinerja. Sembilan
dimensi itu tercakup oleh 78 pertanyaan survei, setengah dari mereka meminta responden
untuk mendeskripsikan budaya mereka ('Apa adanya') dan separuh lainnya untuk
menilainya ('harus').

Peneliti GLOBE mampu mengukur dan memvalidasi skor negara (dan cluster negara)
untuk masing-masing dari sembilan dimensi budaya. Untuk setiap dimensi budaya, skor
negara diidentifikasi mengenai keberadaan dimensi budaya saat ini (skor "sebagaimana
adanya" atau “as is”) dan nilai-nilai seperti apa yang diinginkan negara tersebut (skor
"seharusnya" atau “should be”). Peneliti GLOBE menunjukkan hubungan yang berbeda
antara berbagai dimensi budaya dan ukuran pencapaian masyarakat dan menegaskan
budaya yang jelas yang mendasari cara masyarakat menghasilkan dan mendistribusikan
kekayaan dan menjaga rakyatnya. Misalnya, masyarakat yang berorientasi pada kinerja
tinggi umumnya lebih sukses secara ekonomi dan menikmati tingkat perkembangan
manusia yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan orientasi kinerja yang lebih
rendah. Peneliti GLOBE juga telah mengidentifikasi dimensi budaya yang diinginkan
secara universal seperti orientasi kinerja dan dimensi yang tidak diinginkan secara
universal seperti jarak kekuasaan.

Referensi:

https://globeproject.com/data/GLOBE-Culture-and-Leadership-Scales-Guidelines-Aug-1-
2006.pdf

http://kgk.uni-obuda.hu/sites/default/files/Milica-National-Culture-and-Its-
Dimensions.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/10687022.pdf

https://www.grovewell.com/wp-content/uploads/pub-GLOBE-intro.pdf

https://bbs.binus.ac.id/ibm/2017/06/cultural-dimensions-in-germany/

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2

Anda mungkin juga menyukai