Anda di halaman 1dari 8

Tugas Personal ke-1

Week 2/ Sesi 3
Nama : Sahala MT Panjaitan
NIM : 2440106024

Selesaikan semua soal di bawah ini!


1. Apakah yang dimaksud dengan ‘lembaga-lembaga’ yang berkontribusi pada
pembentukan budaya nasional? Berikan penjelasan.

Ada dua elemen yang berkontribusi pada pembangunan suatu bangsa dan penciptaan budaya
nasional:

 lingkungan fisik;
 sejarah yang telah dialami bangsa itu.
Ia kemudian mengacu pada 'lembaga' yang berkontribusi pada pembentukan budaya
nasional:

1. Keluarga. Unit sosial dasar tempat 'akulturasi' berlangsung, di mana budaya lingkungan

tertentu ditanamkan pada manusia sejak masa bayi.

2. Agama. Keyakinan relijius dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pandangan

seseorang tentang dunia.

3. Pendidikan. Sistem nilai di mana pendidikan didasarkan dan pilihan yang dibuat dalam

hal kurikulum baik membantu dalam pembentukan budaya, terutama di mana lembaga

pendidikan berkembang dengan baik.

4. Media komunikasi massa. Tayeb (2003) memberi perhatian khusus pada efek kemajuan
terbaru

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


dalam komunikasi pada perkembangan budaya. Keberadaan media massa yang semakin
meningkat telah memberikan arti baru bagi pengalaman bersama: surat kabar, majalah,
televisi dan radio, 'membawa orang lebih dekat bersama-sama terlepas dari lokasi
geografis mereka, tetapi juga dalam hal menyebarkan nilai, sikap, selera, makna dan
kosakata bahkan media massa telah menciptakan dimensi umum baru di mana orang
dapat berbagi pengalaman berdasarkan pilihan masing masing dan sangat terbuka di
sosial media.

e. Perusahaan multinasional. Lembaga pengembangan budaya yang kuat, yang produk


dan layanannya dapat memengaruhi cara hidup orang, yang operasinya dapat
mempengaruhi bagaimana dan di mana mereka bekerja. Namun, perusahaan
multinasional juga dipengaruhi oleh preferensi di tingkat nasional berkaitan dengan rasa
dan bentuk produk serta promosi barang dan layanannya.

2. Sebutkan 5 (lima) dimensi budaya dan jelaskan masing-masing dimensi tersebut


secara lengkap dan detail.

Dalam upaya memahami berbagai perbedaan nilai pada suatu lingkungan, Hofstede
(Hofstede & Hofstede, 2005) melakukan penelitian terhadap karyawan suatu perusahaan
multinasional dari berbagai negara dengan budaya yang berbeda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat lima nilai budaya yaitu power distance, uncertainty
avoidance, individualism-collectivism, masculinity-feminity dan long term-short term
orientation. Nilai budaya tersebut berbeda pada setiap negara, sesuai dengan budaya
masing-masing (Hofstede & Hofstede, 2005).

Penelitian ini mengamati perbedaan budaya antara karyawan perusahaan manufaktur di


Jawa Tengah dan karyawan perusahaan manufaktur di Jawa Barat berdasarkan nilai skor
yang dilakukan oleh Hofstede. Dasar dari penelitian ini adalah penelitian Hofstede (2010)
yang berjudul Comparing Regional Cultures Within A Country : Lessons From Brazil
yang menemukan bahwa terdapat perbedaan budaya antar negara bagian (setingkat
provinsi) di negara Brazil. Jadi, apabila di negara yang beranekaragam budayanya,

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


terdapat variasi budaya antar region yang penting untuk diperhatikan. Selama ini,
Hofstede (1980) hanya menyajikan 1(satu) skor nilai budaya di Indonesia yang
bersumber dari penelitiannya tahun 1980. Disebutkan bahwa Indonesia memiliki high
power distance, high collectivism, low masculinity, long term orientation dan low
uncertainty avoidance. Namun, terinspirasi dari riset Hofstede et al tahun 2010 di Brazil,
penelitian ini juga ingin mengetahui apakah terdapat fenomena serupa di Indonesia yang
memiliki 34 provinsi. Di pulau Jawa, terdapat dua etnis yang menduduki peringkat
pertama dan kedua sebagai etnis terbesar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sunda.

Tipe Kebudayaan

Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu berbeda tempat berbeda juga
kebiasaan yang dilakukan dan diwariskan. Sehingga mempengaruhi kebudayaan tiap individu

Geert Hofstede berhasil mengidentifikasi 5 model karakteristik untuk mengukur sebuah kultur di
masyarakat lintas Negara dengan cara mengambil sampel dari 40 negara, kultur tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Power distance

Merupakan tingkat kepercayaan atau penerimaan dari suatu power yang tidak seimbang. Dimana
perbedaan kekuatan ini tergantung dari tingkatan sosial, tingkatan pendidikan dan jabatan. Power
distance dibedakan menjadi 2, yaitu high power distance dan low power distance :

 High power distance, terdapat perbedaan kekuasaan yang sangat jelas diantara
masyarakatnya.

Misalnya di Indonesia, terjadi hubungan yang tidak dekat antara atasan dan bawahan.

 Low power distance, dimana kekuasaan lebih dibagikan secara merata.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


Misalnya di Amerika, dimana atasan sering bersosialisasi dengan bawahan dan memperlakukan
bawahannya tidak semena-mena.

2. Individualism vs collectivism

 Individualism sering diartikan sebagai suatu kultur nasional dimana seseorang lebih suka


bertindak sebagai individu/perseorangan daripada berkelompok. Budaya individualism
lebih menitikberatkan kepada inisiatif dan penerimaan. Orang-orang individualism akan
lebih tertarik pada sesuatu yang menantang, hedonism, prestasi, kemajuan, self-
direction dan aktivitas diri yang maksimal. Selain itu, dalam berkomunikasi orang-orang
individualism lebih dominan menyatakan pendapatnya secara langsung (to the point) dan
eksplisit.

Contoh negara yang berbudaya individualism adalah Amerika, orang-orang di amerika bekerja
keras untuk mencapai jabatan tinggi dan tidak segan untuk bersaing demi memperebutkan posisi
tertentu tanpa memikirkan orang lain.

 Sedangkan collectivism menyatakan bahwa seseorang merupakan anggota bagian dari


suatu kelompok, dimana kelompok itu akan melihat dirinya untuk loyalitas, orang-orang
yang berada pada budaya ini tidak akan bertindak atau berperilaku diluar kebiasaan
kelompoknya. Orang-orang collectivism memandang aktivitas kelompok tertentu yang
dominan, harmoni dan lebih mengutamakan kerjasama di antara kelompok daripada
fungsi dan tanggungjawab individu. Orang-orang pada budaya ini lebih tertarik pada
tradisi, conformity  serta cenderung menghindari hal-hal baru karena tidak mau
meninggalkan zona aman. Dalam berkomunikasi orang-orang collectivism biasanya tidak
langsung mengutarakan apa yang ingin disampaikan, menggunakan banyak symbol dan
terkadang ambigu.

Misalnya di China, mereka menggunakan kata “kami” dalam berkomunikasi. Di dalam loyalitas
dan keharmonisan antar karyawan sangat terjaga sehingga bentrokan pribadi dapat dihindari.

3. Masculine vs feminine

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


 Kebudayaan masculine dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tinggal di daerah beriklim
panas, tropis dan dekat dengan garis khatulistiwa. Kebudayaan masculine menghargai
nilai prestasi kerja dan ketegasan. Sehingga budaya ini dianggap lebih sesuai dengan
karakter laki-laki yang tegas, lebih berambisi dan berani bersaing.

Contoh negara yang memiliki budaya masculine adalah Jepang, dimana menganggap jenis
kelamin laki-laki memiliki kekuasaan absolute dan sebagai penerus nama keluarga.

 Kebudayaan feminine lebih banyak dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tinggal di daerah
beriklim dingin dan sedang (jauh dari garis khatulistiwa). Kebudayaan feminine memiliki
nilai penurut dan mendukung kehidupan social dimana lebih menghargai sesama dan
simpati kepada orang yang berkekurangan. Kebudayaan ini sangat seimbang antara jenis
kelamin dan menerima pola asuh antara perempuan dan laki-laki dan lebih focus terhadap
kualitas hidup.

Contohnya adalah tidak adanya diskriminasi antar gender saat melamar pekerjaan di Amerika.

4. Uncertainty avoidance

Merupakan tingkatan dimana individu dalam suatu Negara lebih memilih situasi terstuktur
dibandingkan tidak terstruktur. Pada negara-negara yang mempunyai uncertainty avoidance yang
besar, cenderung menjunjung tinggi konformitas dan keamanan, menghindari resiko dan
mengandalkan peraturan formal dan juga ritual. Pada Negara dengan uncertainty avoidance yang
rendah, atau memiliki toleransi yang lebih tinggi untuk ketidakpastian, mereka cenderung lebih
bisa menerima resiko, dapat memecahkan masalah, memiliki struktur organisasi yang flat, dan
memilki toleransi terhadap ambiguitas. Sehingga masyarakat luar akan lebih mudah untuk
menjalin hubungan.

Contoh di Indonesia untuk mengurangi ketidakpastian, masyarakat dapat menerapkan aturan,


hokum dan kebijakan-kebijakan.

5. Orientasi jangka panjang dan orientasi jangka pendek

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


 Orientasi jangka panjang dan orientasi jangka pendek merefleksikan seberapa luas
masyarakat bergantung pada kemampuannya menganalisis persoalan. Masyarakat yang
berorientasi jangka panjang memandang dan mengatasi persoalannya secara keseluruhan
dan dengan cara yang fleksibel. Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat
bahwa ke masa depan dan menghargai ketekunan dan tradisi.

 Sedangkan masyarakat yang berorientasi jangka pendek cenderung untuk mencari jalan
pintas dan memandang persoalanya secara parsial.

Indonesia merupakan negara yang kaya raya akan keindahan alam dan keanekaragaman
budayanya. Hal ini merupakan daya tarik yang luar biasa untuk dunia pariwisata di negeri ini.
Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah, namun masih maksimal penggapannya,
termasuk kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang mendukung dunia pariwisata. Satu hal
yang harus ada dan wajib dilakukan dalam menyiapkan dan meningkatkan SDM adalah
dengan penguasaan bahasa asing.

3. Pada Kepemimpinan Global dan Perilaku Organisasi (Global Leadership and


Organizational Behaviour Effectiveness), disingkat GLOBE ada 9 konstruk budaya.
Sebutkan dan jelaskan semua konstruk tersebut.
Kesembilan dimensi konstruk budaya tersebut adalah:
1. Orientasi kinerja, mengacu kepada sejauh mana suatu organisasi atau masyarakat
mendorong dan memberikan penghargaan kepada anggota kelompok lainnya
untuk memberikan kinerja terbaiknya.
2. Orientasi ketegasan menjelaskan sejauh mana individu dalam organisasi atau
masyarakat menunjukan sifat tegas, konfrontatif, dan agresif di dalam sebuah
hubungan sosial.
3. Orientasi akan masa depan menggambarkan sejauh mana individu dalam
organisasi atau masyarakat berorientasi kepada pencapaian akan masa depan, hal
ini terkait dengan perencanaan, investasi di masa depan, dan menunda kepuasan.
4. Orientasi kepada manusia, menggambarkan sejauh mana individu di dalam
organisasi atau masyarakat menghargai dan menjaga relasi dengan individu lain,

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


dengan menunjukan sikap adil, ramah, murah hati, perhatian, dan baik kepada
orang lain.
5. Kolektivisme I: kolektivisme kelembagaan, menjelaskan sejauh mana praktek-
praktek kelembagaan organisasi dan masyarakat mendorong distribusi kolektif
antara sumber daya manusia.
6. Kolektivisme II: Kolektivisme di dalam kelompok, menggambarkan sejauh mana
individu mengekspresikan kebanggaan, loyalitas dan kekompakan kepada
organisasi mereka atau keluarga.
7. Kesetaraan gender menggambarkan sejauh mana suatu organisasi atau masyarakat
meminimalkan perbedaan peran gender dan diskriminasi gender.
8. Jarak kekuasaan, menjelaskan sejauh mana anggota organisasi atau masyarakat
mentolerir kekuasaan; dan
9. Menghindari ketidakpastian, menggambarkan sejauh mana anggota organisasi
atau masyarakat berusaha untuk menghindari ketidakpastian dengan mengikuti
norma-norma sosial, kebiasaan, dan praktek birokrasi untuk mengurangi
ketidakpastian peristiwa di masa depan. 

4. Apakah yang Anda ketahui tentang societal culture “as is” dan “should be”.
Berikan penjelasan yang lengkap dan detail.

Peneliti GLOBE mampu mengukur dan memvalidasi skor negara (dan cluster negara)

untuk masing-masing dari sembilan dimensi budaya. Untuk setiap dimensi budaya, skor

negara diidentifikasi mengenai keberadaan dimensi budaya saat ini (skor "sebagaimana

adanya"atau “as is”) dan nilai-nilai seperti apa yang diinginkan negara tersebut (skor

"seharusnya" atau “should be”). Kami menunjukkan hubungan yang berbeda antara

berbagai dimensi budaya dan ukuran pencapaian masyarakat dan menegaskan budaya

yang jelas yang mendasari cara masyarakat menghasilkan dan mendistribusikan kekayaan

dan menjaga rakyatnya. Misalnya, masyarakat yang berorientasi pada kinerja tinggi

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2


umumnya lebih sukses secara ekonomi dan menikmati tingkat perkembangan manusia

yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan orientasi kinerja yang lebih rendah.

Sumber kutipan:
1. LN Week 2 MGMT 6255
2. Browaeys, Marie-Joelle, Price, Roger.(2008) Understanding Cross-Cultural Management
3rd. Cultural Dimension According to Globe.Page 42.
3. Jp.feb.Unsoed.ac.id. Identifikasi Dimensi Dimensi Budaya Indonesia. Sabrina Oktoria
Sihombing, Feriadi D. Pongtuluran.

MGMT6255- Global Human Resource Management-R2

Anda mungkin juga menyukai