Week 2/ Sesi 3
Nama : Sahala MT Panjaitan
NIM : 2440106024
Ada dua elemen yang berkontribusi pada pembangunan suatu bangsa dan penciptaan budaya
nasional:
lingkungan fisik;
sejarah yang telah dialami bangsa itu.
Ia kemudian mengacu pada 'lembaga' yang berkontribusi pada pembentukan budaya
nasional:
1. Keluarga. Unit sosial dasar tempat 'akulturasi' berlangsung, di mana budaya lingkungan
2. Agama. Keyakinan relijius dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pandangan
3. Pendidikan. Sistem nilai di mana pendidikan didasarkan dan pilihan yang dibuat dalam
hal kurikulum baik membantu dalam pembentukan budaya, terutama di mana lembaga
4. Media komunikasi massa. Tayeb (2003) memberi perhatian khusus pada efek kemajuan
terbaru
Dalam upaya memahami berbagai perbedaan nilai pada suatu lingkungan, Hofstede
(Hofstede & Hofstede, 2005) melakukan penelitian terhadap karyawan suatu perusahaan
multinasional dari berbagai negara dengan budaya yang berbeda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat lima nilai budaya yaitu power distance, uncertainty
avoidance, individualism-collectivism, masculinity-feminity dan long term-short term
orientation. Nilai budaya tersebut berbeda pada setiap negara, sesuai dengan budaya
masing-masing (Hofstede & Hofstede, 2005).
Tipe Kebudayaan
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu berbeda tempat berbeda juga
kebiasaan yang dilakukan dan diwariskan. Sehingga mempengaruhi kebudayaan tiap individu
Geert Hofstede berhasil mengidentifikasi 5 model karakteristik untuk mengukur sebuah kultur di
masyarakat lintas Negara dengan cara mengambil sampel dari 40 negara, kultur tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Power distance
Merupakan tingkat kepercayaan atau penerimaan dari suatu power yang tidak seimbang. Dimana
perbedaan kekuatan ini tergantung dari tingkatan sosial, tingkatan pendidikan dan jabatan. Power
distance dibedakan menjadi 2, yaitu high power distance dan low power distance :
High power distance, terdapat perbedaan kekuasaan yang sangat jelas diantara
masyarakatnya.
Misalnya di Indonesia, terjadi hubungan yang tidak dekat antara atasan dan bawahan.
2. Individualism vs collectivism
Contoh negara yang berbudaya individualism adalah Amerika, orang-orang di amerika bekerja
keras untuk mencapai jabatan tinggi dan tidak segan untuk bersaing demi memperebutkan posisi
tertentu tanpa memikirkan orang lain.
Misalnya di China, mereka menggunakan kata “kami” dalam berkomunikasi. Di dalam loyalitas
dan keharmonisan antar karyawan sangat terjaga sehingga bentrokan pribadi dapat dihindari.
3. Masculine vs feminine
Contoh negara yang memiliki budaya masculine adalah Jepang, dimana menganggap jenis
kelamin laki-laki memiliki kekuasaan absolute dan sebagai penerus nama keluarga.
Kebudayaan feminine lebih banyak dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tinggal di daerah
beriklim dingin dan sedang (jauh dari garis khatulistiwa). Kebudayaan feminine memiliki
nilai penurut dan mendukung kehidupan social dimana lebih menghargai sesama dan
simpati kepada orang yang berkekurangan. Kebudayaan ini sangat seimbang antara jenis
kelamin dan menerima pola asuh antara perempuan dan laki-laki dan lebih focus terhadap
kualitas hidup.
Contohnya adalah tidak adanya diskriminasi antar gender saat melamar pekerjaan di Amerika.
4. Uncertainty avoidance
Merupakan tingkatan dimana individu dalam suatu Negara lebih memilih situasi terstuktur
dibandingkan tidak terstruktur. Pada negara-negara yang mempunyai uncertainty avoidance yang
besar, cenderung menjunjung tinggi konformitas dan keamanan, menghindari resiko dan
mengandalkan peraturan formal dan juga ritual. Pada Negara dengan uncertainty avoidance yang
rendah, atau memiliki toleransi yang lebih tinggi untuk ketidakpastian, mereka cenderung lebih
bisa menerima resiko, dapat memecahkan masalah, memiliki struktur organisasi yang flat, dan
memilki toleransi terhadap ambiguitas. Sehingga masyarakat luar akan lebih mudah untuk
menjalin hubungan.
Sedangkan masyarakat yang berorientasi jangka pendek cenderung untuk mencari jalan
pintas dan memandang persoalanya secara parsial.
Indonesia merupakan negara yang kaya raya akan keindahan alam dan keanekaragaman
budayanya. Hal ini merupakan daya tarik yang luar biasa untuk dunia pariwisata di negeri ini.
Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah, namun masih maksimal penggapannya,
termasuk kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang mendukung dunia pariwisata. Satu hal
yang harus ada dan wajib dilakukan dalam menyiapkan dan meningkatkan SDM adalah
dengan penguasaan bahasa asing.
4. Apakah yang Anda ketahui tentang societal culture “as is” dan “should be”.
Berikan penjelasan yang lengkap dan detail.
Peneliti GLOBE mampu mengukur dan memvalidasi skor negara (dan cluster negara)
untuk masing-masing dari sembilan dimensi budaya. Untuk setiap dimensi budaya, skor
negara diidentifikasi mengenai keberadaan dimensi budaya saat ini (skor "sebagaimana
adanya"atau “as is”) dan nilai-nilai seperti apa yang diinginkan negara tersebut (skor
"seharusnya" atau “should be”). Kami menunjukkan hubungan yang berbeda antara
berbagai dimensi budaya dan ukuran pencapaian masyarakat dan menegaskan budaya
yang jelas yang mendasari cara masyarakat menghasilkan dan mendistribusikan kekayaan
dan menjaga rakyatnya. Misalnya, masyarakat yang berorientasi pada kinerja tinggi
yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan orientasi kinerja yang lebih rendah.
Sumber kutipan:
1. LN Week 2 MGMT 6255
2. Browaeys, Marie-Joelle, Price, Roger.(2008) Understanding Cross-Cultural Management
3rd. Cultural Dimension According to Globe.Page 42.
3. Jp.feb.Unsoed.ac.id. Identifikasi Dimensi Dimensi Budaya Indonesia. Sabrina Oktoria
Sihombing, Feriadi D. Pongtuluran.