Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ganesha Triutomo Iswara

NIM : 00000017881
Rangkuman Lintas Budaya Ch.2

Dimensions of Cultural In Business

Hofstede’s dimensions
Penemuan Hofstede menghasilkan perbandingan antar budaya dalam 4 dan
pada akhirnya 5 dimensi:
1. Power distance (high/low): perilaku terhadap otoritas, jarak antar individu
didalam suatu hierarki.
2. Uncertainty avoidance (high/low): tingkat toleransi terhadap ketidakpastian
atau ketidakstabilan.
3. Individual versus group orientation: kemandirian dan keterikatan, kesetiaan
terhadap diri sendiri dan grup.
4. Masculine versus feminine orientation: pentingnya tujuan pekerjaan
(pendapatan, kemajuan) dibanding tujuan pribadi (kerjasama, hubungan).
5. Short-term versus long-term orientation: mengembangkan kebajikan yang
berhubungan dengan masa lampau dan masa sekarang atau kebajikan yang
berhubungan dengan masa depan.

Low/high power distance


‘Power distance’ mengacu pada sejauh mana anggota dari sebuah budaya
berharap dan menerima bahwa kekuatan tidak terdistribusi secara seimbang pada
masyarakat. Secara esensinya, dimensi ini memperlihatkan bagaimana budaya
berhubungan terhadap suatu bentuk otoritas atau lainnya.
Bagaimana bawahan melihat atasannya tergantung pada gabungan dari
beberapa faktor, dan kombinasi ini dapat berbeda dari satu budaya maupun budaya
lain. Dalam suatu budaya status dari atasan penting: posisinya dalam hierarki, umur,
keluarga dan koneksi mereka. Di budaya lain, lebih mementingkan kepada
kompetensi seseorang dan pengalamannya.
Dalam budaya jarak kekuatan tinggi, manajer yang efektif secara esensi adalah
otokrat bajik yang fokus terhadap kerjaan. Mereka tidak bisa diakses dan menikmati
hak khusus dari kekuatan yang diberikan pada mereka. Jika ada kesalahan, bawahan
yang bergantung pada atasannya biasa disalahkan. Di budaya jarak kekuatan rendah,
sebaliknya, manajer yang efektif lebih berorientasi kepada orang didalam organisasi
dan memperbolehkan mereka untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Individualism/collectivism
Dimensi ini terkait pada hubungan antara individu dan kelompok. Sejauh apa
individu didalam otonomi masyarakat dan sejauh apa mereka ketika dimasukkan
kedalam kelompok.
Dimensi ini secara esensinya adalah tentang pentingnya pengelompokkan
budaya terkait kepada hubungan. Beberapa budaya lebih mementingkan hubungan
personal dibanding performa kerja atau perjanjian yang harus dilengkapi. Pencapaian
kolektif adalah fokusnya, dibanding pencapaian karir individu. Dalam budaya
individualistis, fokusnya lebih kepada hak dan pencapain dari individu tersebut.
Masculinity/femininity
Hofstede menitikberatkan peran tradisional dari jenis kelamin: maskulin
menilai seperti pencapaian dan penggunaan kekuatan digunakan untuk membentuk
karakter budaya pada dimensi ini sedangkan feminis menilai menilai peduli pada
oranglain, menjadi orang yang tidak egois.
Uncertainty avoidance
Dimensi keempat ini mengukur sejauh mana orang dalam budaya tertentu
menghindari ketidakpastian. Sejauh apa mereka merasa terancam dengan
keambugian, situasi beresiko? Sejauh apa mereka lebih memilih prediktabilitas dalam
hidupnya, aturan yang jelas ditentukan dan prosedur dalam pekerjaannya? Budaya
menghindari-ketidakpastian melihat kehidupan sebagai pertarungan melawan
kegelisahan dan tekanan. Mereka mungkin menerima resiko yang tidak asing tetapi
jika sesuatu tidak diketahui mereka akan menolak. Budaya dengan penghindaran
ketidakpastian rendah tidak dibuat kuatir oleh ambiguitas, dan mentolerir perbedaan
secara umum. Mereka melihat bahwa tidak selalu ada jawaban untuk sebuah masalah
dan hukum tidak selalu efektif atau diperlukan untuk menghadapi deviasi – dapat
diganti apabila dianggap tidak efektif.
The fifth dimesion: short-term versus long-term orientation
Dimensi yang dijelaskan diatas disuplementasi oleh dimensi kelima ini.
Hofstede (2001) mempertahankan bahwa dimensi ini tidak ditemukan pada data yang
digunakan untuk menentukan dimensi orisinil karena pertanyaan yang digunakan
disurvey didesain oleh orang Barat. Hanya ketika investigasi dilakukan untuk menilai
yang disarankan oleh peneilitdengan apa yang disebut Hofstede ‘pikiran Timur’
menyebabkan dimensi ini muncul.
Dimensi ini muncul dari sebuah survey yang diedarkan pada tahun 1985,
antara pelajar dari 23 negara. Ini diinisiasi oleh Michael Bodan dan rekanan yang
mencoba untuk mengukur orientasi nilai dari prespektif Tiongkok. Alat yang
dikembangkan – Chinese Value Survey (CVS) – mengandung elemen yang disebut
skala dinamisme Konfusius, memperlihatkan nilai yang dipegang oleh Konfusius dan
pengikutnya.
Prinsip ajaran Konfusius yang dirangkum Hofstede (2001- 354) sebagai
berikut:
1. Stabilitas sebuah masyarakat didasarkan pada hubungan yang tidak sama rata
antara orang.
2. Keluarga adalah prototip dari semua organisasi social. Seseorang tidak secara
utama individual; sebaliknya, dia adalah anggota sebuah keluarga.
3. Perilaku kebajikan kepada orang lain terdiri dari jangan melayani orang lain
sebagaimana kamu tidak melayani diri sendiri(aturan emas Tiongkok dibuat
menjadi kalimat negatif!).
4. Kebajikan yang berkaitan dengan tugas seseorang dalam hidup terdiri dari
mencoba memperoleh keterampilan dan pendidikan, bekerja keras, tidak
menghabiskan lebih dari yang diperlukan, sabar dan berhati-hati.

Anda mungkin juga menyukai