Anda di halaman 1dari 18

PERSONALITY AND

VALUE
Perilaku Organisasi
PERSONALITY
• Para psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep
dinamis yang mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh
sistem psikologis seseorang.

• “dalam Organisasi sistem psikologis individu yang menentukan caranya


untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya”
Faktor yang memperngaruhi Personality
1. Faktor Keturunan
Berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.
Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif
dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.
2. Faktor Lingkungan
Norma dalam keluarga, teman-teman, dan kelompok social; dan pengaruh-pengaruh
lain yang kita alami
Myers Briggs type indicator(MBTI)
• adalah instrument penilaian kepribadian yang paling sering digunakan,
instrument yang berisi 100 pertanyaan mengenai bagaimana individu akan
merasa atau bertindak dalam situasi tertentu serta dijabarkan sebagai
berikut.
Myers Briggs type indicator(MBTI)
• Ekstraver vs Introver – individu dengan karakteristik ekstraver digambarkan sebagai individu yang
ramah, suka bergaul, dan tegas; sedangkan introvert digambarkan sebagai individu yang pendiam dan
pemalu
• Sensitive vs Intuitif – individu dengan karakteristik sensitive digambarkan yang praktis dan lebih
rutinitas dan urutan serta berfokus pada detail; sedangkan Intuitif mengandalkan proses-proses tidak
sadar dan melihat “gambaran umum”
• Pemikir vs Perasa – individu dengan karakter pemikir menggunakan alas an dan logika untuk
menangani berbagai masalah; sedangkan perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.
• Memahami vs Menilai – individu yang cenderung memiliki karakteristik memahami menginginkan
kendali dan lebih suka dunia mereka teratur dan terstruktur; sedangkan menilai cenderung lebih
fleksibel dan spontan.
The Big Five Model
1. Ekstraversi (Exstraversion). Dimensi ini mengatakan tingkat kenyamanan seseorang
dalam berhubungan dengan individu lain. Individu yang Ekstraversi cenderung suka
berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi; sebaliknya introversi cenderung suka
menyendiri dan pendiam.

2. Mudah akur dan bersepakat (Agreeblesness). Dimensi ini mengatakan kepatuhan


individu terhadap individu yang lainnya. Individu yang suka besepakat adalah individu
yang senang bekerjasama, hangat dan penuh kepercayaan. Sebaliknya individu yang
tidak suka bersepakat cenderung dingin, tidak ramah dan suka menantang.
The Big Five Model (Cont..)
3. Sifat berhati-hati (Conscientiousness). Dimensi ini merupakan ukuran
kepercayaan artinya individu yang sangat berhati-hati adalah yang bertanggung
jawab, teratur, dapat diandalkan serta gigih; sebaliknya individu yang berhati-
hati rendah cenderung mudah bingung, tidak teratur serta tidak dapat diandalkan
4. Stabilitas emosi (Emotional Stability). Dimensi ini menilai kemampuan
seseorang untuk menahan stress. Individu yang tingkat emosi yang positif
cenderung tenang, percaya diri dan memiliki pendirian yang teguh. Sebaliknya
Individu yang tingkat emosi yang negative cenderung mudah gugup, khawatir,
depresi dan tidak memiliki pendirian yang teguh.
The Big Five Model (Cont..)
5. Terbuka terhadap hal-hal baru (Openess to Experience). Dimensis ini mengelompokan individu
berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadaphal-hal baru. Individu yang sangat terbuka
cenderung kreatif, ingin tau, dan sensitive terhadap hal-hal yang bersifat seni. Sebaliknya mereka
yang tidak terbuka cenderung konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang sudah ada.

• Dimensi-dimensi kepribadian ini berkaitan prestasi kerja individu, seperti dipercaya,


dapat diandalkan, bertanggungjawab, mampu membuat rencana, terorganisasi,
pekerja keras, gigih dan berorentasi pada prestasi cenderung mempunyai prestasi
kerja yang lebih tinggi.
The Dark Traid
1. Machiavellianisme (Machiavellianisme-mach) berasal dari nama
niccolo Machiavelli berpendapat tentang bagaimana cara mendapatkan
dan menggunakan kekuasaan. Individu dengan Machiavellianisme
cenderung pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin
bahwa hasil lebih penting dari pada proses.
2. Narsisme (nascissism) adalah individu yang mendeskripsikan yang
menpunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan
pengakuan berlebih, mengutamakan diri sendiri dan arogan.
The Dark Traid
3. Psychopathy. Kecenderungan kurangnya kepedulian terhadap orang lain
dan kurangnya rasa bersalah atau penyesalan ketika tindakan mereka
menyebabkan kerugian.
VALUE
• Nilai (Value) mempuyai kecenderungan yang relative stabil dan
berlangsung lama. Sejak kecil kita diberi tahu bahwa perilaku-perilaku
tertentu pantas atau tidak. Pembelajaran nilai secara absolute atau secara
“Hitam atau Putih” inilah yang setidaknya menjamin kestabilan dan
daya tahan nilai tersebut.
Hofstede’s Five Value
Dimensions
Kerangka hofstede untuk menilai kultur sekitar tahun 1970-an oleh Geert Hofstede, ia
menemukan bahwa manajer dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang
berbeda – beda, dimensi tersebut adalah :

1. Jarak kekuasaan (Power Distance). Tingkatkan dimana individu dalam suatu Negara
setuju bahwa kekuatan dalam institusi dan organisasi didistribusikan secara tidak sama.
Kultur-kultur seperti ini cenderung mengikuti sistem kelas atau kasta yang tidak
mendukung mobilitas warga negaranya ke atas. Peringkat jarak kekuasaan yang rendah
menunjukkan bahwa kultur tersebut tidak mendukung perbedaan antara kekuatan dan
kekayaan karena menekankan pada persamaan dan peluang.
Hofstede’s Five Value
Dimensions
• Individualisme (individualism) versus kolektivisme (collectivism). Individualisme adalah
tingkatan dimana individu lebih suka bertindak sebagai individu daripada sebagai anggota suatu
kelompok dan menjunjung tinggi hak-hak individual. Kolektivisme menekankan kerangka social
yang kuat dimana individu mengharap individu lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan
melindungi mereka.
• Maskulinitas (masculinity) versus feminitas (feminity). Tingkatan dimana kultur lebih menyukai
peran-peran maskulin tradisioanal seperti pencapaian, kekuatan, dan pengendalian versus kultur
yang memandang pria dan wanita memiliki kedudukan yang sejajar. Penilaian maskulinitas yang
tinggi menunjukkan bahwa terdapat peran yang terpisah untuk pria dan wanita, dengan pria yang
mendominasi. Penilaian feminitas yang tinggi berarti bahwa terdapat sedikit perbedaan antara pria
dan wanita, ini juga tidak berarti menekankan persamaan antara pria dan wanita.
Hofstede’s Five Value
Dimensions
• Penghindaran ketidakpastian (uncertainity avoidance). Tingkatan ini dimana individu
dalam suatu Negara lebih memilih situasi terstruktur dibandingkan tidak terstruktur.Individu
memiliki tingkat kekhawatiran yang juga tinggi mengenai ketidakpastian dan ambiguitas.
Kultur ini cenderung menekankan hukum,peraturan,dan kendali yang didesain untuk
mengurangi ketidakpastian. Kultur ketidakpastian rendah individu tidak begitu cemas akan
ambiguitas dan ketidakpastian serta memiliki toleransi akan keragaman opini.
• Orientasi jangka panjang (long term orientation) versus orientasi jangka pendek (short
term orientation). Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat kemasa depan dan
menghargai penghematan,ketekunan, dan tradisi. Sedangkan individu kultur jangka pendek
menghargai masa kini;perubahan diterima dengan lebih siap,dan komitmen tidak mewakili
halangan-halangan menuju perubahan.
Implications for Managers
• Personality. Pada peneliti pada pertengahan tahun 1980-an berusaha
mencari keterkaitan antara kepribadian dan prektasi kerja.
• “Hasil penelitian selama lebih dari 80 tahun tersebut adalah kepribadian
dan pretasi kerja tidak terkait secata berarti dalam semua sifat atau situasi”.
• Tetapi terkait dengan upaya di tempat kerja terdapat bukti yang impresif
bahwa individu yang mendapat nilai tinggi dalam sikap berhati-hati,
ekstraversi, dan stabilitas emosi cenderung merupakan karyawan yang
bermotivasi tinggi.
Implications for Managers
• Value. Nilai sangat memengaruhi sikap, perilaku, presepsi seseorang.
• Prestasi kerja dan kepuasan kerja para karyawan cenderung lebih tinggi
bila nilai-nilai mereka sangat sesuai dengan organisasi.
• Hal ini menjadi alasan bagi para manajer untuk berusaha keras selama
penyeleksian karyawan guna mencari kandidat yang tidak hanya memiliki
kemampuan, pengalaman, dan motiivasi untuk bekerja tetapi juga sistem
nilai yang sesuai dengan sistem nilai organisasi.

Anda mungkin juga menyukai