2) Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter kita adalah
lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga, teman-teman dan
kelompok sosial, dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor-faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian kita. Ada cara lain dimana lingkungan relevan untuk
membentuk kepribadian. Kepribadian seseorang, meskipun pada umumnya stabil dan konsisten,
dapat berubah tergantung pada situasi yang dihadapinya.
Perasa (Sensing-S) versus Intuitif (Intuitive-N). Tipe perasa praktis serta memilih rutin
dan urutan. Mereka fokus pada detail. Intuitif bergantung pada proses tidak sadar dan
melihat pada "gambar besar".
3) Kehati-hatian. Dimensi ini merupakan sebuah ukuran reabilitas. Orang yang sangat hati-
hati, bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan dan persisten.
4) Stabilitas Emosional. Orang yang memiliki stabilitas emosional tinggi cenderung tenang,
percaya diri dan aman.
5) Keterbukaan pada pengalaman. Dimensi ini mencakup minat dan ketertarikan atas
inovasi. Orang yang sangat terbuka, kreatif, ingin tahu dansecara artistik sensitif.
4 . SIFAT KEPRIBADIAN YANG RELEVAN DENGAN PERILAKU ORGANISASI
1) Evaluasi Inti Diri
.Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama : harga diri dan lokus kendali. Harga
diri (self-esteem) didefinisikan sebagai tingkat menyukai atau tidak menyukai diri sendiri dan tingkat
sampai mana individu menggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia. Lokus
kendali (locus of control) merupakan tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib
mereka sendiri
2) Machiavellianisme
Individu dengan sikap Machiavellianisme tinggi cenderung pragmatis, mempertahankan jarak emosional,
dan yakin bahwa hasil lebih penting dari pada proses.
3) Narsisme
individu narsis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan rekan-rekan mereka,
atasan mereka, sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.
4) Pemantauan Diri
Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam
menyesuaikan perilaku mereka dengan faktor-faktor situasional eksternal. Mereka sangat peka terhadap
isyarat-isyarat eksternal dan mampu menyesuaikan perilaku dengan situasi yang berbeda-beda. Individu
dengan tingkat pemantauan diri yang rendah, cenderung memperlihatkan sikap dan watak asli mereka
dalam setiap situasi, karena itu, terdapat konsistensi perilaku yang tinggi antara siapa mereka dan apa
yang mereka lakukan.
5) Pengambilan Resiko
Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko telah terbukti berpengaruh terhadap berapa lama waktu
yang dibutuhkan manajer untuk membuat suatu keputusan dan berapa banyak informasi yang mereka butuhkan
sebelum membuat pilihan. Manajer dengan tingkat pengambilan keputusan tinggi membuat keputusan secara lebih
cepat dan menggunakan lebih sedikit informasi dalam memutuskan pilihan-pilihan mereka bila dibandingkan
manajer dengan tingkat pengambilan resiko rendah.
6) Kepribadian Tipe A
Seseorang dengan kepribadian tipe A “terlihat secara agresif dalam perjuangan terusmenerus untuk mencapai lebih
banyak dalam waktu yang lebih sedikit, dan, bila harus melakukannya, melawan upaya-upaya yang menentang dari
individu atau hal lain.
5. Pengertian Nilai
Nilai (value) menunjukan alasan danar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara
pribadi atau sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai
memiliki sifat isi dan intensitas. Nilai penting terhadap penelitian prilaku organisasi karena menjadi danar
pemahaman sikap dan motivasi individu, dan karena hal tersebut berpengaruh terhadap persepsi kita. Individu
memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang apa yang seharusnya dan
apa yang tidak seharusnya terjadi. Secara umum, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku.
6. MENGAITKAN KEPRIBADIAN DENGAN NILAI-NILAI INDIVIDU DI TEMPAT KERJA
1. Kesesuaian Individu - Pekerjaan
Memadankan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadian merupakan pernyataan terbaik
dalam teori kesesuaian kepribadian-pekerjaan (personality-job fit theory) milik Jhon Holand. Teori ini
didasarkan pada pendapat tentang kesesuaian antara karekteristik kepribadian sesorang individu
dengan pekerjaan. contoh :
Realistis : lebih menyukai aktivis fisik yang membutuhkan keterampilan, kekuatan dan koordinasi.
Karakteristik Kepribadian : Pemalu, sungguh-sungguh, gigih, stabil, mudah menyesuaikan diri, praktis.
Pekerjaan yang Kongruen: Mekanik, operator alat bor, pekerja lini perakitan, petani , dll.