Anda di halaman 1dari 21

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

“Leasing dan Modal Ventura”

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Ni Luh Dila Diah Paramita 1807521040


Rama Adi Kusuma 1807521046
Ida Bagus Adi Kirana 1807521053
I Gst A.A. I. Dinda Larashanti J. 1807521055
Ni Putu Dellya Febrianda 1807521074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Leasing dan Perkembangannya di Indonesia............................................3
2.2 Mekanisme Leasing................................................................................................5
2.3 Penggolongan Leasing dan Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing..........................7
2.4 Manfaat Leasing dan Peran Asuransi dalam Leasing.............................................9
2.5 Mekanisme Pembayaran Sewa Guna Usaha .........................................................11
2.6 Konsep Modal Ventura dan Sejarahnya serta Perkembangannya di Indonesia.....11
2.7 Manfaat, Jenis dan Mekanisme Kerja Modal Ventura...........................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Simpulan.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan suatu usaha bisnis maka akan di perlukan modal yang tidak
sedikit.Untuk kebutuhan akan barang-barang modal dalam suatu bisnis guna memperlancar
kegiatanoperasional, di butuhkan suatu lembaga keuangan bukan bank yang bernama
Leasing. Sewa Guna Usaha atau Leasing adalah pembiayaan setiap kegiatan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal yang digunakan oleh perusahaan dalam
jangka waktutertentu.Investasi tidak sepenuhnya dapat di lakukan dengan mudah karena
hampir semuainvestasi megandung suatu risiko kerugian.
Bagi investasi yang memiliki risiko rendah,hampir semua investor ingin
melakukannya. Sebaliknya, modal ventura berani melakukaninvestasi dimana investasi
tersebut mengandung risiko yang tinggi. Kegiatan investasi yangdi biayai oleh modal ventura
biasanya dalam jangka waktu yang panjang dan berisiko tinggi,seperti membentuk atau
pengembangan usaha baru di bidang tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep leasing dan perkembangannya di Indonesia ?
2. Bagaimana mekanisme leasing ?
3. Bagaimana penggolongan leasing dan teknik pembiayaan leasing ?
4. Bagaimana manfaat leasing dan peran asuransi dalam leasing ?
5. Bagaimana mekanisme pembayaran sewa guna usaha ?
6. Bagaimana konsep modal ventura dan perkembangannya di Indonesia ?
7. Bagaimana manfaat, jenis dan mekanisme kerja modal ventura ?

1.3 Tujuan
1. Memahami konsep leasing dan perkembangannya di Indonesia
2. Memahami mekanisme leasing
3. Memahami penggolongan leasing dan teknik pembiayaan leasing
4. Memahami manfaat leasing dan peran asuransi dalam leasing
5. Memahami mekanisme pembayaran sewa guna usaha
6. Memahami konsep modal ventura dan perkembangannya di Indonesia
7. Memahami manfaat, jenis dan mekanisme kerja modal ventura
1.4 Manfaat
1. Bagi pembaca : Memahami pengetahuan tentang leasing dan modal ventura
2. Bagi penulis : Melatih kemampuan menulis makalah tentang leasing dan modal ventura
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Leasing dan Perkembangannya di Indonesia


A. Konsep Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha (leasing) dikemukakan oleh beberapa sumber
adalah sebagai berikut.
a) Menurut Financial Accounting Standard Board (FABS 13)
Leasing adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang
digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.
b) Menurut The International Accounting Standard (IAS 17)
Leasing adalah suatu perjanjian di mana pemilik aset atau perusahaan sewa
guna usaha (lessor) menyediakan barang atau aset dengan hak penggunaan
kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk
jangka waktu tertentu.
c) Menurut The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
Leasing adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan
suatu jenis barang atau aset tertentu secara langsung, dari pihak pabrik atau
agen penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tersebut tetap berada pada
lessor. Lessee memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa
dengan jumlah dan jangka waktu yang telah ditetapkan.
d) Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan
Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/74, Nomor 32/M/SK/2/74,
Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Januari 1974 “Leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
pada pembayaran-pembayaran berkala disertai denga hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan pada nilai sisa yang
telah disepakati bersama.”
e) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing) Leasing adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara
leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau
sewa guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pada pembayaran secara berkala. Yang
dimaksud finance lease adalah kegiatan tentang di mana lessee pada akhir
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan pada
nilai sisa yang disepakati. Sementara itu, yang dimaksud dengan operating
lease adalah kegiatan leasing pada akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi
untuk membeli objek leasing.
f) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tanggal 18 Maret 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pada pembayaran secara angsuran.
Pada prinsipnya, leasing mengandung pengertian yang sama, yaitu memiliki
unsur-unsur pembiayaan perusahaan, penyediaan barang-barang modal, jangka waktu
tertentu, pembayaran berkala, adanya hak pilih atau hak opsi, dan adanya nilai sisa
yang disepakati bersama.
Apabila dilihat dari segi pandangan hukum, ada empat tahap utama dalam
kegiatan leasing, antara lain:
a) Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lessee;
b) Berdasarkan pada sewa gun usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan
barang pada pihak lessee;
c) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (aset);
d) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur
ekonomi barang tersebut.

B. Perkembangan Leasing di Indonesia


Usaha leasing sebenarnya sudah ada sejak 2000 SM yang dilakukan oleh
orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria
menunjukkan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah,
dan binatang piaraan. Dalam perkembangan berikutnya, banyak sistem hukum
mencantumkan leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha
di bidang industri pertanian, manufakturing, dan transportasi membawa banyak jenis
peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing.
Kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada 1974 dengan Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan Nomor
Kep. 122/MK/IV/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, Nomor 30/Kpb/I/74 tertanggal 7
Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan No. 649/MK/IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang
mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di
Indonesia. Untuk mendukung perkembangannya, Menteri Keuangan mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 650/MK/IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan
Ketentuan Pajak Penjualan dan Besarnya Bea Materai terhadap Usaha Leasing.
Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut
Pakdes 20 1988 kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Di
samping itu, Keppres Nomor 61 tahun 1988 dan Keputudan Meteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari Pakdes 88 di
mana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Ketentun minimum modal disetor untuk pendirian suatu
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes
20 Tahun 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1252/KMK.013/1988
Tanggal 20 Desember 1988, di mana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan
pokok ditetapkan sebagai berikut.
 Perusahaan swasta nasional senilai Rp. 3 miliar.
 Perusahaan patungan Indonesia-asing senilai Rp. 10 miliar.
 Koperasi senilai Rp. 3 miliar.
Ketentuan mengenai besaran modal leasing ini kemudian disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tanggal 29 September 2009
tentang Perusahaan Pembiayaan. Jumlah modal disetor atau simpanan pokok dan
simpanan wajib dalam rangka pendirian perusahaan pembiayaan, yaitu :
 Perusahaan swasta nasional atau perusahaan patungan sekurang-
kurangnya senilai Rp. 100 miliar
 Koperasi sekurang-kurangnya senilai Rp. 50 miliar
2.2 Mekanisme Leasing
Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 pihak yang
berkepentingan, antara lain:
a) Lessor
Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada
pihak lesse dalam bentuk barang modal. Dalam finance lease, lessor bertujuan
untuk mendapatkan kembalinya biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sementara itu,
dalam operating lease, lessor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari
penyediaan barang dan pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan
dan pengoperasian barang modal tersebut.
b) Lessee
Yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor. Dalam finance lease, lessee bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Sementara itu, dalam operating lease, lessee bertujuan dapat
memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator an perawatan alat
tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
c) Pemasok (supplier)
Yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk
dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam finance
lease, pemasoj langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak
lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sementara itu, dalam
operating lease, pemasok menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik secara tunai
maupun secara berkala.
d) Bank atau Kreditor
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, tetapi bank memegang peranan
dalam hal penyedian dana kepada lessor. Dalam hal ini, tidak menutup
kemungkinan pemasok akan menerima kredit dari bank.
Gambar 2.1 Mekanisme Leasing
Mekanisme dalam leasing antara lain:
 Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penggunaan dan jaminan purna jual atas barang
yang di lease.
 Lease melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal, dimana leasseedapat meminta lease quotation yang tidak mengikat
dari lessor. Dalam leasequotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan
leasing antara lain: keterangan barang, harga barang, cash security deposit,
esidual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa (lease rental) dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
 Lesssor mengirim Letter Off Offer atau Comitment Letter kepada lease yang
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang
modalyang dibutuhkan lessee mendatangani dan mengembalikan kepada lessor.
 Pendatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee dimana
kontrak tersebut mencangkup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik,
jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi leassee, penutupan asuransi, tanggung jawab
atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
 Pengiriman order bali kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui
 Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar yang selanjutnya
diserahkan kepada supplier.
 Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
 Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
 Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selama masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang
dibiayai beserta bunganya.

2.3 Penggolongan Leasing dan Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing


A. Penggolongan Leasing
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing dapat digolongkan ke
dalam 3 kelompok, antara lain:
a) Independent Leasing
Company Perusahaan leasing ini mewakili sebagian besar dari industri leasing
di mana perusahaan ini berdiri sendiri atau independen dari pemasok yang
mungkin dapat memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee).
Selain itu, perusahaan dapat membelinya dari berbagai pemasok atau produsen
yang kemudian disewa kepada pemakai. Lembaga keuangan yang terlibat
dalam kegiatan usaha leasing adalah bank, perusahaan asuransi, dan lembaga
keuangan lainnya yang disebut sebagai lessor independen.
b) Captive Lessor Sering juga disebut two party lessor yang melibatkan dua
pihak, yaitu:
 Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan
leasing (subsidiary)
 Pihak kedua adalah lessee atau pemakai barang
Captive lessor akan tercipta apabila pemasok atau produsen mendirikan
perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat
terjadi apabila pihak pemasok menyediakan pembiayaan leasing sendiri, maka
akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan
dengan menggunakan pembiayaan tradisional.
c) Lease broker atau packager
Perusahaan leasing ini berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak
lessor yang membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing, tetapi
leasebroker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani
transaksi leasing untuk atas namanya. Namun, perusahaan ini memberikan
satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing yang tergantung pada apa yang
dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.
B. Teknik-Teknik Pembiayaan Leasing
Teknik pembiayaan leasing secara garis besar dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1) Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Selama masa sewa guna usaha,
penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala
dengan jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa atau nilai
residu yang akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna
usaha. Teknik finance lease biasanya juga disebut fill pay out leasing yaitu
suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee.
Dalam praktiknya, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi
antara lain sebagai berikut:
a. Direct Finance Lease. Dalam transaksi direct finance lease, pihak
lessor membeli barang modal atas permintaan dari lessee dan langsung
disewagunakan kepada lessee. Lessee dapat terlibat dalam proses
pembelian barang modal dari pemasok.
b. Sale and Lease Back. Pihak lessee menjual barang modalnya kepada
lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang
tersebut dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Metode
transaksi ini membantu lessee yang mengalami kesulitan modal kerja.
c. Leveraged Lease. Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang
terlibat adalah lessor, lessee, dan kreditor jangka panjang dalam
membiayai objek leasing.
d. Syndicated Lease. Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna
usaha dilakukan oleh lebih dari satu lessor.
e. Vendor Program. Merupakan suatu metode penjualan yang dilakukan
oleh dealer kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing.
2) Operating Lease
Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli
barang modal dan disewa guna usahakan kepada lessee. Operating lease dapat
juga disebut leasing biasa yaitu suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan
lessee, dengan catatan bahwa:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada
pihaklesseeuntuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek
daripada umur ekonomis barang modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah
sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi
jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya.
Hal ini disebut non full pay out lease.
c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas
barang-barang tersebut.
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objeklease kepada
lessor.
e. Lease dapat membatalakan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu
(cancelable).

2.4 Manfaat Leasing dan Peran asuransi dalam Leasing


Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut:
a. Menghemat modal. Penggunaan sistem leasing menggunakan lessee tidak perlu
menyediakan dana dalam jumlah besar untuk menyiapkan barang-barang modal.
b. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan. Adanya sumber pembiayaan selain
dari bank akan memberikan keleluasan dan alternatif untuk membiayai usahanya
tanpa khawatir adanya kebijaksanaan pengetatan ekspansi kredit perbankan yang
akan membahayakan kelanjutan usahanya.
c. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel. Perjanjian leasing tidak sekaku
dan seketat dalam bank, meskipun lessor tetap mempertimbangkan risiko yang
biasanya dilakukan melalui pricing dari suatu kontrak leasing dengan
penyesuaian atas keuntungan-keuntungan yang diinginkan.
d. Biaya lebih murah. Penggunaan suatu barang atau peralatan melalui metode
leasing jauh lebih murah dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan
perhitungan nilai sekarang.
e. Di luar neraca (off-balance sheet). Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan
untuk mencantumkan transaksi leasing dalam neraca perusahaan, memberi daya
tarik tersendiri bagi lessee yang berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu
dipenuhi secara terperinci karena masih dalam batas kewenangan direksi.
f. Menguntungkan arus kas. Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah
penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai
dampak yang berarti bagi pendapatan lessee.
g. Proteksi inflasi. Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi. Setelah
kontrak leasing dilakukan yang berdasarkan tarif suku bunga tetap maka lessee
membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari
pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
h. Perlindungan akibat kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan leasing, lessee
dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami
ketinggalan model atau sistem yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan
teknologi.
i. Sumber pelunasan kewajiban. Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit
dapat diatasi melalui leasing karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir
selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh aktiva yang
disewa.
j. Kapitalisasi biaya. Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti
biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya,
dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing
dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.
k. Risiko keusangan. Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease
yang berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee
terhadap risiko keusangan (obsolescence).
l. Kemudahan penyusunan anggaran. Adanya pembayaran sewa secara berkala
yang jumlahnya relatif tetap merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran
tahunan lessee.
m. Pembiayaan proyek skala besar. Adanya keengganan untuk memikul risiko
investasi dalam pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah diantara
pemberi dana biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang
tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan kemudahan untuk
menguasai aktiva yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
Untuk menghindari risiko kerugian yang besar dalam kegiatan leasing, dilibatkan
asuransi dalam proses leasing. Oleh karenanya dalam perjanjian kontrak, ditegaskan
adanya asuransi yang biasanya ditanggung oleh lessee. Pihak lessee harus menanggung
premi asuransi dengan alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk beluk barang
modal yang digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan dari selisih
antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan kepada lessee.

2.5 Mekanisme Pembayaran Sewa Guna Usaha


Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh lessee terdiri dari unsur bunga dan cicilan
pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebutakan semakin kecil
sejalan dengan penurunan saldo pokok. Pembayaran sewa dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu:
a. Pembayaran dimuka (payment in advance)
Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi. Angsuran ini hanya
mengurangi utang pokok karena saat itu belum dikenakan bunga .
b. Pembayaran sewa dibelakang (payment in arrears)
Angsuran dilakukan pada periode berikutnya setelah realisasi. Angsuran ini
mengandung unsur bunga dan cicilan pokok.
Besarnya pembayaran sewa pada setiap periode ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini.
1. Nilai barang modal
2. Simpanan jaminan dilakukan atas permintaan lessor sebagai security deposit
yang besarnya tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak. Semakin besar
simpanan jaminan semain sedikit besarnya uang sewa periodic
3. Nilai sisa
4. Jangka waktu
5. Tingkat bunga (Triandaru dan Budisantoso, 2009:198-199).

2.6 Konsep Modal Ventura dan Sejarahnya serta Perkembangannya di Indonesia


Modal ventura memberikan skema pembiayaan usaha yang relatif lebih lunak. Skema
pembiayaan melalui modal ventura dapat dikatakan relative lebih lunak, terutama jika
dibandingkan dengan pembiayaan dari kredit perbankan, antara lain karena balas jasa yang
harus diberikan oleh penerima modal ventura kepada perusahaan modal ventura berdasarkan
prinsip bagi hasil. Pembiayaan mempunyai dua dimensi utama yaitu dimensi bisnis dan
dimensi sosial. Modal ventura berdimensi bisnis berarti kegiatan pembiayaan melalui modal
ventura bertujuan untuk memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan modal ventura.
Modal ventura berdimensi sosial berarti bantuan pembiayaan dan manajemen melalui modal
ventura diarahkan juga untuk membantu usaha kecil yang sedang mengalami kesulitan modal
dalam kegiatan usahannya. Menurut sejarah sumber dana perusahaan modal ventura yang
pertama berasal dari keluarga-keluarga kaya di Amerika Serikat.
Modal Ventura yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu
perusahaan pasangan usahannya yang prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal.
Perusahaan yang menerima penyertaan modal disebut Perusahaan Pasangan Usaha atau
Investee Company dan perusahaan yang melakukan penyertaan modal disebut Perusahaan
Modal Ventura bentuk pembiayaannya bisa saja obligasi atau bahkan dana pinjaman, namun
obligasi atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai
sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih
lunak. Syarat yang lebih lunak itu dapat bermacam-macam antara lain dapat berupa:
 Bagi hasil
 Pembayaran pinjaman hanya jika Perusahaan Pasangan Usaha mampu (mengalami
tingkat keuntungan tertentu)
 Pinjaman dapat dikonveksikan menjadi saham/penyertaan
Disamping pengertian modal ventura oleh beberapa pihak diberi batasan sebagai berikut:
a. Perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan pembiayaandalam
bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan penerima bantuan untuk jangka
waktu tertentu. (kepres No.61 tahun 1998).
b. Modal ventura adalah usaha penyedia pembiayaan untuk memungkinkan
pembentukan dan pengembangan usaha-usaha baru di berbagia bidang. (Robert
White).
c. Modal ventura adalah investasi jangka panjang dalam bentuk pemberian modal yang
mengandung resiko, dengan penyedia dana (venture capital company) terutama
mengharapkan capital gain disamping pendapatan bunga atau deviden. (Tony
Lorenz).
d. Modal ventura adalah dana yang diinvestasikan pada perusahaan atau individu yang
memiliki risiko tinggi. (Clinton Richardson).
Munculnya konsep pembiayaan dengan modal ventura diawali antar tahun 1920-1930
pada saat keluarga-keluarga kaya di Amerika Serikat seperti Ford, Rockefeller, Payson
membentuk suatu pendanaan. Pendanaan diarahkan untuk menolong usaha-usaha individu
yang sedang mengalami kesulitan modal dalam suatu kegiatan investasi yang potensial dan
kegiatan ini terus-menerus berkembang keseluruh dunia termasuk di Indonesia yang dikenal
sebagai Usaha Modal Ventura.
Awal pengakuan secara formal adanya usaha modal ventura di Indonesia adalah pada
saat kebijaksanaan 20 Desember 1998 (Pakdes 20,88) yang menempatkan usaha modal
ventura sebagai salah satu kegiatan pembiayaan disamping bentuk-bentuk kegiatan
pembiayaan yang lain. Pada kenyataan usaha modal ventura relative kurang berkembang di
Indonesia dibandingkan lembaga pembiayaan yang lain. Kurang berkembangnnya usaha
modal ventura di Indonesia terutama disebabkan karena:
 Belum dikenal
 Risiko
 Kesesuaian
 Tenaga Professional
 Pasar modal
 Peraturan perundang-undangan yang saat ini belum secara lengkap mendukung
perkembangan usaha modal ventura di Indonesia (Triandaru dan Budisantoso,
2009:239-241)

2.7 Manfaat, Jenis dan Mekanisme Kerja Modal Ventura


A. Manfaat Modal Ventura
a) Bagi Perusahaan Pasangan Usaha
Manfaat utama yang diterima oleh Perusahaan Pasangan Usaha adalah dapat
dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan danauntuk modalusaha telah
dapat dipenuhi oleh Pusahaan modal ventura. Di samping manfaat utama
tersebut, manfaat lain yang diterima oleh Perusahaan Pasangan Usaha dan
masih terkait dengan manfaat utama tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Peningkatan kemuningkinan berhasilnya usaha
2) Kelancaran pendanaan yang berasal dari modal ventura
menyebabkan kegiatan usaha Perusahaan Pasangan Usaha menjadi
lancar, sehingga kebutuhan dana investasi, kebutuhan dana
operasional dan nonoperasional dapat terpenuhi dengan baik.
Kelancaran pendaan ini menyebabkan kemungkinan akan
berhasilnya usaha menjadi lebih besar.
3) Peningkatan efisiensi kerja.
4) Peningkatan bankability.
5) Peningkatan kemampuang pengembangan usaha.
b) Bagi Perusahaan Modal Ventura
Mengingat usaha modal ventura mempunyai dua dimensi yaitu bisnis dan
social, maka manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal Ventura
juga meliputi dua hal. Pertama, Perusahaan Modal Ventura memperoleh balas
jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan kepada Perusahaan Pasangan
Usaha. Kedua, Perusahaan Modal Ventura membantu peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang
mengalami kesulitan pembiayaan. Di samping manfaat utama tersebut,
Perusahaan Modal Ventura dapat juga memperoleh manfaat lain yang masih
terkait dengan manfaat utama tersebut yang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan teknis dan pengalaman karyawan dan staf
Perusahaan Modal Ventura.
b. Peningkatan informasi tentang modal ventura.
B. Jenis Modal Ventura
a. Berdasarkan cara pemberian bantuan
 Single tier approach
 Two tier approach
b. Berdasarkan cara penghimpunan dana
 Leverafe venture capital
 Equity venture capital
c. Berdasarkan kepemilikan
 Private ‘Venture-Capital’ Company
 Public ‘Venture-Capital’ Company
 Bank Affiliate ‘Venture-Capital’ Company
 Conglomerate ‘Venture-Capital’ Company
C. Mekanisme Modal Ventura
Terdapat tiga prinsip bantuan yang diberikan kepada suatu Perusahaan Pasangan
Usaha.
1) Penyertaan modal secara langsung atau pinjaman subordinasi
2) Penyertaan modal bersifat jangka panjang
3) Batas waktu bantuan Perusahaan Modal Ventura
Penerapan ketiga prinsip di atas sangat diperlukan agar mekanisme dan proses yang
dilakukan dalam suatu modal ventura dapat berjalan sesuai dengan pengertian dasar
dari modal ventura. Selanjutnya, kunci keberhasilan batuan yang diberikan kepada
Perusahaan Pasangan Usaha atau kunci agar Perusahaan Pasangan Usaha menjadi
dapat berkeang dan berdiri sendiri adalah:
1) Bantuan diarahkan agar Perusahaan Pasangan Usaha dapat berdiri sendiri, baik
dari sisi pengelolaan maupun dari sisi pendanaan usaha.
2) Kegiatan usaha dilaksanakan dengan dukungan modal yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan jangka panjang.
3) Kegiatan usaha dilaksanakan dengan dukungan sumber daya manusia yang
tepat dari segi kuantitas, kualitas, dan proporsi untuk kebutuhan jangka
panjang perusahaan.
4) Kesepakatan atau perjanjian yang dibuat harus tegas namun fleksibel terhadap
perkembangan perekonomian dan teknologi.
5) Dukungan dana dan sumber daya manusia dari pihak Perusahaan Modal
Ventura yang memadai sesuai dengan karakteristik dari masing-masing
Perusahaan Pasangan Usaha.
Pada dasarnya Perusahaan Pasangan Usaha dapat memperoleh bantuan modal
ventura dalam setiap tahap kegiatan usahanya dan tidak harus pada tahap awal
kegiatan usaha. Perusahaan Pasangan Usaha dapat mendapatkan bantuan modal
ventura pada saat-saat berikut ini:
1) Pegembangan ide usaha
2) Awal kegiatan usaha
3) Awal pengembangan usaha
4) Ekspansi
5) Kelemahan atau penuruna
Perusahaan Modal Ventura dapat memberikan bantuandana dalam satu atau
lebih bentuk-bentuk di bawah ini:
1) Penyertaan modal dalam bentuk saham
2) Obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham
3) Pinjaman yang dapat dikonversikan menjadi saham
4) Pinjaman yang memberikan hak opsi bagi Perusahaan Modal Ventura untuk
membeli saham
5) Pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif rendah
6) Pinjaman yang tidak perlu dibayar bila perusahaan belum mampu menutupi
semua biaya operasinya
7) Pinjaan yang apabila terjadi likuidasi, maka pengembaliannya berada pada
prioritas setelah obligasi dan pinjaman lainnya
8) Dan lain-lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip modal ventura
Kesepakatan-kesepakatan antara Perusahaan Modal Ventura dengan Perusahaan
Pasangan Usaha dituangkan dalam suatu kesepakatan formal atau perjanjian resmi
secara tertulis yang meliputi mekanisme pemberian dana dan manajemen sejak awal
sampai dengan dilakukannya tahap divestasi. Perjanjian ini penting bagi pelaksanaan
modal ventura karena kegiatan operasional modal ventura selanjutnya akan didasarkan
pada isi perjanjian tersebut. Isi dari perjanjian tersebut meliputi:
a) Jumlah pembiayaan
b) Cara penarikan atau pencarian
c) Jadwal penggunaan bantuan dana
d) Jangka waktu bantuan dana
e) Bentuk balas jasa finansial
f) Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa finansial
g) Cara penarikan kembali investasi (divestasi)
h) Syarat divestasi yang dipercepat
i) Perubahan atau perpindahan kepemilikan
Mengingat penyertaan modal ventura adalah bersifat sementara atau tidak untuk selamanya,
maka kedua belah pihak harus memikirkan cara-cara divestasi yang akan dilaksanakan.
Divestasi atau penarikan kembali penyertaan modal yang telah dilakukan oleh Perusahaan
Modal Ventura pada Perusahaan Pasangan Usaha dapat dilaksanakan dengan cara-cara berikut
ini:
a) Pembelian kembali saham modal ventura oleh Perusahaan Pasangan Usaha
b) Penawaran saham melalui pasar modal (go-public)
c) Pemberian kredit atau pinjaman dari bank
d) Perusahaan Pasangan Usaha dijual kepada perusahaan atau pihak lain
e) Perusahaan Pasangan Usaha dilikuidasi
BAB III
KESIMPULAN

Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis, semakin banyak pula muncul


perushaaan-perusahaan baru. Semakin banyak perushaan yang terjun ke dunia bisnis,
kebutuhan akan modal juga akan semakin banyak. Hal tersebut juga akan memdorong
munculnya perusahaan yang kegiatan industrinya begerak dalam bidang pembiayaan atau
pemberian modal. Leasing termasuk dalam salah satu lembaga pembiayaan karena kegiatan
usahanya bergerak pada pemberian barang-barang modal untuk di gunakan oleh suatu
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Modal ventura juga termasuk dalam suatu lembaga
pembiayaan karena memberikan bantuan dana untuk suatu perushaan pasangan dalam bentuk
penyertaan modal.
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta:Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai