Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI MILITER DALAM BISNIS

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Menejemen strategi

                       Disusun Oleh :

Ibnu hanifa (171010508421)


Ferdiansyah (171010507281)
Findi eviriyadi
( 171010500001)

Program Studi Akuntansi S1


Fakultas Ekonomi
Universitas Pamulang

2019

Pendahuluan

Persaingan bisnis yang kian ketat membuat para pengambil keputusan dalam bisnis untuk
mencari dan menggunakan strategi yang tepat demi meraih kesuksesan. Dalam situasi seperti ini,
terdapat pebisnis yang berhasil mentransformasikan strategi militer untuk diaplikasikan dalam
strategi bisnisnya. Telah banyak perusahaan-perusahaan kelas dunia yang menerapkan strategi
militer dalam bisnisnya. Pola persaingan, situasi, dan tujuan yang hampir sama dengan militer ini
membuat para ekonom, pebisnis, dan penstudi strategi bisnis untuk melakukan transformasi dan
diterapkan dalam strategi bisnis.
Pebisnis, baik seorang manajer maupun pemilik perusahaan telah banyak mengaplikasikan
strategi militer ke dalam sistem persaingan bisnis. Sekilas, hal ini sangat mustahil untuk dilakukan,
banyak nilai dasar dan elemen-elemen yang berbeda pada aspek militer dan bisnis. Namun,
kenyataannya pemikiran Sun Tzu dan Clausewitz menjadi terkemuka dan banyak diaplikasikan dalam
dunia bisnis. Penjelasan transformasi strategi militer menuju bisnis pertama kali menjadi objek
kajian studi di Harvard Business Study pada era 1970an. Salah satu teoritisinya adalah Michael
Porter, yang dikenal dengan teori positioning-nya, yakni menerapkan nilai-nilai strategi militer ke
dalam ranah bisnis. Beliau berhasil menguak adanya kesamaan yang terdapat pada strategi militer
dan strategi militer yakni dalam filosofi manajemen, yang memuat nilai-nilai untuk membuat
keputusan yang tepat dan meraih kemenangan dalam situasi persaingan.

Strategi Militer

Strategi militer adalah susunan perencanaan untuk melancarkan sebuah peperangan, yang
didalamnya termasuk penyusunan bala tentara, pelancaran operasi militer, dan siasat penipuan
musuh, untuk meraih kemenangan demi kepentingan politik. Sementara taktik militer merupakan
teknik dan perencanaan penyusunan unit-unit militer untuk mengalahkan lawan dalam
pertempuran.

Nilai yang tertinggi dalam strategi militer adalah menuju sebuah kemenangan. Kemenangan
diraih dengan cara mengalahkan musuh. Dalam mengalahkan musuh harus mengetahui kekuatan
dan kelemahan musuh. Sun Tzu telah mendorong munculnya kesadaran terhadap lingkungan
eksternal maupun internal dalam mengalahkan lawan. Sun Tzu meyakinkan arti penting faktor
fundamental dan dimensi yang akan dibandingkan untuk membangun suatu strategi yang kuat.
Faktor fundamental tersebut adalah pengaruh moral, iklim, arena, kepemimpinan, dan doktrin.
Sedangkan dimensi yang dimaksud adalah pengaruh moral sang penguasa, kemampuan sang jendral,
keunggulan iklim dan lapangan, pelaksanaan hukum dan instruksi, jumlah kekuatan pasukan,
pelatihan perwira dan prajurit, administrasi penghargaan dan hukuman. Dari indikator ini jika
ditransformasikan dalam dunia bisnis adalah management, manpower, machines, money, materials,
methods, dan markets.

bisnis memaksa kita untuk siap sedia beradu strategi menghadapi competitor Sedangkan ahli
strategi militer seperti Clausewitz mencermati bahwa terdapat pola yang relatif saklek pada diri
militer di hampir semua negara, yaitu terdiri dari prajurit yang tidak termotivasi dan dipimpin oleh
aristokrat. Dalam berperang mereka menggunakan kerangka kerja (framework) yang relatif sama
dan taktik yang serupa pula. Oleh karenanya perbedaan antara kalah atau menang dalam suatu
peperangan menjadi relatif kecil. Napoleon telah mengubah semua konsep tersebut dan menjadikan
kemenangan bukan semata pada kekuatan militer, tetapi juga kekuatan intelektual. Menurut
Clausewitz, dalam memastikan keberhasilan suatu strategi adalah sangat penting untuk memadukan
keseluruhan organisasi dalam suatu rantai komando formal (formal chain of command) sehingga
setiap perintah dapat dilaksanakan tanpa pertanyaan. Menurut Clausewitz, suatu strategi
bergantung pada beberapa elemen dasar yang digunakan dalam menyerang, bertahan, dan
melakukan manuver. Kombinasi atas elemen-elemen tersebut dibatasi oleh usia, teknologi dan
organisasi. Di dalam dunia bisnis ini berarti penggunaan keunggulan jumlah produksi, teknologi, dan
sumber daya yang ada untuk meraih keuntungan.

Strategi Bisnis

Konsep dasar strategi bisnis berasal dari strategi militer untuk memenangkan perang. Dalam
bisnis tujuan adalah untuk memenangkan bisnis dari persaingan, merebut pasar dan meningkatkan
pertumbuhan. Jika dalam kemiliteran menaklukkan musuh, mempertahankan posisi, memperluas
teritori (daerah) sebagai misi utama, dalam bisnis yang dikejar adalah mengalahkan pesaing,
mempertahankan dan memperluas pangsa pasar merupakan tujuan utama.

Pada masa awal, analogi antara bisnis dan militer memang sangat berdekatan,
top management perusahaan dalam menyiapkan strategi bisnis berperilaku seperti perwira tinggi
militer dalam menyiapkan strategi perang. Manajer bisnis mengadopsi tingkah laku perwira militer.
Untuk mempertahankan pasar, perusahaan harus “berperang”. Jika untuk operasi militer umumnya
dibentuk bagian atau divisi dengan fungsinya seperti divisi personil, divisi intelijen dan perencanaan
operasi, divisi operasi, divisi logistik, maka dalam organisasi bisnis dikenal adanya departemen,
bagian atau divisi SDM, R&D, produksi, keuangan, logistik dan lain-lain.

Dalam kemiliteran, prosedur operasi pada umumnya telah dibakukan (standardisasi). Dalam
bisnis kita mengenal SOP (Standard Operating Procedures). Demikian pula, bahasa yang dipakai
dalam strategi militer juga diadopsi dalam bisnis, seperti penggunaan terminologi strategi, misi,
kampanye, sales force, perang harga dll.

Dinamika Pengertian Strategi Bisnis

Munculnya strategi bisnis ini tidak lain adalah karena adanya taylorisme, yang memisahkan
antara decision dengan execution. Pengambilan keputusan dipisah antara pemilik modal (CEO,
Owner) dan functional manager. Pemilik modal bertanggung jawab atas kinerja seluruh organisasi
atau bagian organisasi yang mandiri, sedangkan functional manager bertanggung jawab atas fungsi
tertentu dengan wewenang melaksanakan kegiatan tertentu. Hal ini berbeda dengan strategi militer
yang lebih mengutamakan dominasi jenderal dalam pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa
dalam strategi bisnis efisiensi sangat dibutuhkan daripada prudensi. Strategi bisnis tidak dalam
tataran hidup dan mati seperti strategi militer, namun lebih kepada kompetisi.

Pandangan dan analogi militer mulai ditinggalkan pada dekade 1950an, karena jika kita
menjual produk sebanyak mungkin tidaklah sama dengan mengalahkan lawan. Jika perang ada
pemenang tunggal, dalam persaingan bisnis yang dituju adalah mengungguli pesaing yang belum
tentu kalah bersaing terhadap pesaing yang lain atau dalam bisnis lain, sehingga bisa terdapat
pemenang ganda (win-win). Dekade 1960an ditandai dengan strategi sebagai rencana kerja yang
rumit dan disusun berdasarkan prediksi yang rinci. Gejolak tahun 1960an dengan suksesnya
perusahaan Jepang, krisis ekonomi karena kenaikan harga BBM dunia tahun 1970an mendorong
berkembangnya teori menajemen strategik, yakni pembagian struktur kinerja tentang pengambilan
keputusan dan fungsi tertentu. Dekade 1980an muncul teori Competitive Strategy (Strategi Bersaing)
Michael Porter, yang dikenal dengan Five Forces Model  yang menjabarkan 5 elemen yang harus
dicermati dalam melakukan analisis industri, yaitu: potensi pemain baru, pemasok, pembeli,
substitut (pengganti), dan kompetitor dalam industri (biasanya segmen, pasar sasaran, dan
positioning yang sama).[7] Dekade 1990an konsep Michael Porter mulai mendapat kritik karena
dianggap kurang operasional. Muncul Gary Hamel dan C.K. Prahalad yang menekankan bahwa
strategi bisnis harus didasarkan pada sumberdaya dan lingkungan bisnis "nanti" atau yang
diantisipasi, bukan "sekarang".

Transformasi dari Strategi Militer

Pudarnya nilai-nilai yang diadopsi dari strategi militer dari dekade ke dekade selanjutnya bukan
berarti strategi bisnis dewasa ini menghilangkan seluruh aspek strategi militer. Di dalam sebuah
transformasi terdapat beberapa aspek utama yang tidak hilang, namun hanya berubah secara
epistemologi saja. Aspek utama itulah yang menjadi indikator dan bukti bahwa strategi bisnis
merupakan hasil transformasi dari strategi militer. Indikator tersebut menurut penulis antara lain :
arena, pola persaingan, instrumen, aktor, dan tujuan.

Transformasi strategi militer menuju strategi bisnis mulai menjadi objek kajian studi pada dekade
1980an melalui tokoh sentralnya, Michael Porter. Aliran ini disebut dengan teori positioning, yakni
meyakini strategi perusahaan merupakan alat untuk mencapai keunggulan kompetitif (menghasilkan
keuntungan di atas rata-rata) dalam persaingan industri yang sangat ketat seperti halnya
pertarungan pada ranah militer.

Strategi Bisnis Michael Porter

Keunggulan strategi bisnis dari Porter adalah kemampuannya untuk mendominasi diskursus
tentang manajemen strategik seperti taylorism, fordism, dll, sejak pertengahan 1970an dan
mencapai puncaknya pada dekade 1980an. Porter yang memotori era ini mengintrodusir
pemanfaatan pendekatan aliran desain untuk dijadikan analisis lingkungan. Ia berhasil memadukan
pendekatan internal (resource-based view) dengan analisis eksternal dan menghasilkan model yang
sangat terkenal, yakni competitive analysis, generic strategies, dan value chain.

Competitive Analysis, menjelaskan iklim kompetisi perusahaan di tengah industrinya.


Pemikiran Porter ini disebut juga sebagai Porter’s Five Forces yang menjabarkan 5 elemen yang harus
dicermati dalam melakukan analisis industri, yaitu: potensi pemain baru, pemasok, pembeli,
substitut (pengganti), dan kompetitor dalam industri (biasanya segmen, pasar sasaran, dan
positioning yang sama).

Generic Strategies, strategi generik yang diperkenalkan Porter terdiri atas kombinasi dari tiga
kemungkinan strategi, yakni cost leadership, differentiation, dan focus. Strategi penekanan harga
menitikberatkan pada upaya perusahaan untuk menekan ongkos produksi serendah mungkin
sebagai basis persaingan. Sedangkan strategi diferensiasi menitikberatkan pada kemampuan
perusahaan menghasilkan sesuatu yang unik dan berbeda dibanding kompetitornya. Sementara itu
strategi fokus adalah pilihan perusahaan untuk melakukan spesialisasi pada suatu bidang tertentu
sehingga pasar sasarannya relatif sempit.

Value Chain, konsep ini dilandasi dengan pemikiran bahwa kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan posisi saingnya dipengaruhi oleh pemahamannya tentang proses yang terjadi dalam
perusahaan itu sendiri (bandingkan dengan konsep Sun Tzu). Model ini mendiagnosa keunggulan
kompetitif suatu perusahaan berdasarkan efisiensi dan efektivitas setiap tahapan proses rantai nilai
yang dilaluinya. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa setiap langkah yang diambil pada
suatu segmen proses tertentu akan berdampak pada keseluruhan proses yang terjadi pada
perusahaan. Oleh karenanya terdapat kondisi interdependensi saling bergantungan. Terdapat lima
kelompok aktivitas utama, yakni inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing &
sales,  dan  service; dan terdapat empat aktivitas penunjang, yakni firm infrastructure, human
resource management, technology development, dan procurement.

Positioning Strategi Sun Tzu

Beberapa opini yang diutarakan oleh Michael Porter sekilas mirip dengan strategi yang pernah
dijelaskan Sun Tzu. Jika disederhanakan, strategi yang dijelaskan Sun Tzu dalam buku The Art of
War mengandung tiga prinsip dasar, yakni commitment, observation dan preparation.

Commitment, perusahaan hendaknya tetap konsisten terhadap maksud dan tujuan


perusahaan itu didirikan. Dalam ilmu manajemen modern, pegangan para eksekutif adalah Anggaran
Dasar perusahaan, dimana maksud dan tujuan perusahaan dituangkan. Sun Tzu mengajarkan bahwa
bila eksekutif berhasil membawa semua personil dalam organisasinya dalam komitmen pada sasaran
yang sama, maka tidak ada satupun musuh dapat mengalahkannya.

Observation, Sun Tzu mengajarkan bahwa organisasi haruslah menumbuhkan kebiasaan


untuk selalu melakukan pengamatan atas tindakan lawan maupun situasi, sekalipun kita tidak dalam
posisi terancam. Pengamatan yang tajam atas akan menghasilkan informasi mengenai situasi yang
terjadi. Sebaliknya, kita harus mampu mengaburkan pengamatan lawan atas kita. Menurut Sun Tzu
setiap gerakan besar lawan, hampir selalu ditandai dengan gerakan kecil terlebih dahulu, sehingga
pengamatan yang terus menerus membuat kita waspada atas setiap tanda perubahan dari lawan.
Preparation adalah strategi ketiga dari ajaran seni perang Sun Tzu. Persiapan adalah
landasan yang sangat penting untuk memanfaatkan action pada saat kesempatan datang. Pemimpin
tidak akan mampu untuk melakukan tindakan guna memanfaatkan kesempatan yang muncul, bila
dia tidak siap. Siap dalam arti mencakup struktur organisasinya, penyederhanaan prosesnya,
penempatan sumber dayanya, kelenturan organisasi dan pelatihan personil organisasi. Pada
hakikatnya, pelatihan adalah persiapan untuk menyambut kesempatan yang akan muncul.

Kesimpulan

Teori positioning dari Porter telah menjadi bukti adanya transformasi dari strategi militer menuju
strategi bisnis. Cara yang dilakukan untuk mentransformasikan strategi militer menuju bisnis adalah
mencari nilai utama dari strategi militer yang dijadikan indikator, seperti arena, pola persaingan,
instrumen, aktor, dan tujuan, kemudian dirubah dan diaplikasikan ke dalam strategi bisnis.

Daftar pustaka :
http://edoseptianpermadi.blogspot.com/2010/07/penerapan-strategi-militer-dalam.html?m=1
http://blog.daddystakoyaki.com/penerapan-prinsip-strategi-militer-dalam-bisnis/
https://qmc.binus.ac.id/2016/12/30/membandingkan-bisnis-dan-strategi-militer/
http://indahjewel.blogspot.com/2012/09/startegi-bisnis-dan-contoh.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai