Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM KEUANGAN SYARIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Keuangan


Syariah

Dosen Pembimbing: Nila Saadati, LC., M.E.I

Disusun Oleh:

1. Rianilda Filliandini (63010180103)


2. Rika Puspitasari (63010180106)
3. Suprihatin Nur Safitri (63010180111)
4. Rintan Yuliana Dewi (63010180118)

Kelas 6B/Kelompok 5

SI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami selaku pemakalah mampu dan berhasil menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Syariah yang diampu oleh bu Nila Saadati, LC., M.E.I
yang berjudul “Kebijakan Dividen dalam Keuangan Syariah”.

Makalah ini sudah disusun sebaik mungkin dan mendapat bantuan dari
berbagai sumber dan pihak sehingga kami diberikan kemudahan dalam pembuatan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
ikut serta dalam pembuatan tugas makalah ini.

Dengan ini, kami menyadari apabila ada kesalahan dan kekurangan dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kami mohon maaf sebesar-besarnya dan
siap menerima saran maupun kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini lebih baik dari sebelumnya.

Oleh karena itu, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Salatiga, 21 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Dividen...............................................................................................4
B. Jenis-Jenis Dividen...............................................................................................5
C. Dividen Dalam Perspektif Islam................................................................................7
D. Kebijakan Dividen................................................................................................8
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen...............................10
F. Teori-Teori Kebijakan Dividen.........................................................................13
G. Aspek-Aspek Kebijakan Dividen..................................................................17
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan..............................................................................................................25
B. Saran...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama. Dalam
kebijakan deviden ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat dibagikan
kepada para pemegang saham (deviden) dan alokasi laba yang dapat
ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba
yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian
laba tersebut timbul lah berbagai masalah yang dihadapi.

Keuntungan perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya


menjadi pertimbangan direksi, walaupun untuk membayar deviden
perusahaan rugipun dapat melaksanakannya, karena adanya cadangan
dalam bentuk laba ditahan. Namun demikian hubungan antara keuntungan
perseroan dengan keputusan deviden masih merupakan suatu hubungan
yang vital (Robert, 1997). Perusahaan selalu berusaha meningkatkan
citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan
peningkatan porsi laba yang dibagi sebagai deviden dan juga dapat
mendorong peningkatan nilai saham perusahaan.

Kebijakan dividen dapat menentukan penempatan laba. Laba


ditahan merupakan salah satu sumber dana untuk biaya pertumuhan dalam
perusahaan. Sedangkan dividen merupakan arus kas yang disimpan untuk
diberikan kepada pemegang. Dividen adalah pembagian laba pemegang
saham dari sebuah perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah
saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik saham.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dividen?
2. Apa saja jenis-jenis dividen?

3. Bagaimana dividen dalam perspektif Islam?

4. Apa itu kebijakan dividen?

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan dividen?

6. Apa saja teori kebijakan dividen?

7. Apa saja aspek-aspek kebijakan dividen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dividen.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dividen.

3. Untuk mengetahui dividen dalam perspektif Islam.

4. Untuk mengetahui kebijakan dividen.

5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen?

6. Untuk mengetahui teori kebijakan dividen.

7. Untuk mengetahui aspek-aspek kebijakan dividen?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dividen
Dividen adalah pembagian laba pemegang saham dari sebuah
perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik saham. Sedangkan menurut
Skousen et al yang dikutip oleh Manurung & Siregar “Dividen adalah
pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Pengertian lain tentang
dividen adalah keuntungan perusahaan yang ditentukan oleh direksi yang
kemudian dibagikan pada pemilik saham dimana pembayaran deviden
ditentukan sesuai dengan jenis saham yang dimiliki.1

Dividen merupakan pembagian laba perusahaan yang diteruna para


pemegang saham sesuai dengan presentase kepemilikannya yang berasal
dari keuntungan dari hasil operasi perusahaan selama satu periode.
Dividen adalah bagian keuntungan dari perusahaan yang diputuskan untuk
dibagikan atau didistribusikan kepada para pemilik saham (common stock).
Dalam banyak kasus, tidak semua keuntungan yang dihasilkan perusahaan
dibagikan semua ke dalam dividen. Ada sebagian yang akan digunakan
kembali untuk membiayai kegiatan dan pengembangan usaha perusahaan.
Ini disebut dengan laba ditahan (retained earnings). Besar kecilnya
tergantung pada kebijakan dividen dan hasil RUPS perusahaan2.

Dividen adalah hak dari pemegang saham, dimana dividen hanya


akan diperoleh jika perusahaan menghasilkan cukup laba untuk dibagikan.
Apabila perusahaan telah memutuskan membagi laba, maka semua

1
https://romannurbawastore.wordpress.com/2012/05/15/pengertian-dan-definisi-
deviden/ diakses pada tanggal 3 April 2021/09.07 am.
2
http://nichonotes.blogspot.com/2017/11/pengertian-kebijakan-dividen-adalah.html?m=1 diakses
pada tanggal 4 April 2021/10.16 pm.
pemilik saham akan mendapatkan hak yang sama sesuai presentase
kepemilikan sahamnya.

B. Jenis-Jenis Dividen
Dividen dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain:3

1) Dividen Tunai (Cash Dividend)


Dividen tunai adalah bentuk pembayaran dividen yang paling
umum dan paling populer. Dalam hal ini, perusahaan membayarkan
dividen dalam bentuk tunai kepada semua pemegang saham
berdasarkan jumlah saham yang dimilikinya, dimana uang tunai yang
dibagikan tersebut disimpan di rekening bank pemegang saham sesuai
kepemilikannya. Biasanya ada proses yang telah ditentukan untuk
deklarasi dividen. Untuk pembayarannya bisa dilakukan oleh
perusahaan secara langsung atau melalui pihak lain seperti pihak bank.
2) Properti (Property Devidend)
Dividen properti merupakan dividen yang diberikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk barang-barang dan bukan berbentuk
tunai atau modal saham perusahaan. Contoh dividen properti misalnya
persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada
perusahaan lain, persediaan, aset, kendaraan, dan lain sebagainya.
Pembagian dividen dalam barang tentu lebih sulit dihitung dan
dilaksanakan dibandingkan dengan melakukan property dividend
karena uang tunai perusahaan diinvestasikan dalam saham perusahaan
lain atau persediaan. Penjualan investasi atau persediaan jika
jumlahnya cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi
ataupun persediaan menjadi turun, sehingga merugikan perusahaan dan
pemilik saham itu sendiri.4
3) Dividen Hutang (Script Dividend)
3
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-dividen-jenis-jenis-dividen-dividend/ diakses pada
tanggal 22 April 2021/08.07 pm.
4
Suaidi Arief, Akuntansi Keuangan Menengah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu YKPN 1994)
.hal. 233
Script Dividend merupakan surat pernyataan kesediaan untuk
membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pemilik saham sebagai dividen. Surat ini hakikatnya
merupakan surat hutang yang berbunga sampai dengan dibayarnya
dividen tersebut kepada yang berhak. Script dividen biasanya dibuat
ketika para pemilik saham menentukan keputusan tentang pembagian
laba, tetapi perusahaan belum memiliki sejumlah dana tunai yang
cukup untuk membayar dividen tunai.5
4) Dividen Likuiditas (Liquidating Dividend)
Dividen likuiditas merupakan jenis dividen yang dibayarkan
kepada pemilik saham, dimana sebagian dari jumlah tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran dividen tunai, sedangkan sebagian
lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang diinvestasikan
oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut.6
5) Dividen Saham (Stock Dividend)
Dividen saham merupakan jenis dividen yang diberikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan
oleh perusahaan itu sendiri. Pembayaran dalam saham ini berdasarkan
jumlah saham yang sudah dimiliki investor atau pemegang sahamnya.
Contoh dividen jenis ini misalnya saham yang dibagikan dalam bentuk
saham bonus. Dengan demikian, para pemegang saham akan memiliki
jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima dividen
saham ini.

C. Dividen Dalam Perspektif Islam

Pembicaraan mengenai dividen selalu berkaitan dengan


pembahasan tentang perusahaan dan keuntungan atau laba. Keuntungan
atau laba untuk per unit penjualan adalah selisih atara harga pokok dan
biaya yang dikeluarkan dengan penjualan. Kalangan ekonomi
5
Ibid, hal. 231

6
Munandar M, Pokok-Pokok Intermediate Accounting, (Yogyakarta: Liberty, 1983), hal. 314
mendefinisikan sebagai: selisih antara total penjualan dengan total biaya,
total penjualan yakni harga barang yang di jual. Total biaya operasional
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam penjualan yang terlihat dan
tersembunyi.

Perusahaan dibentuk oleh dua atau lebih orang atau badan hukum.
Orang-orang atau badan hukum ini melakukan syirkah atau kerjasama
dalam bentuk modal. Kerjasama dalam bentuk syirkah amwal ini biasanya
dikenal dengan syirkah musahamah. Syirkah musahamah adalah
penyeretan modal usaha yang dihitung dengen jumlah lebar saham yang
diperdagangkan dipasar modal sehingga pemiliknya dapat berganti-ganti
dengan mudah dan cepat. Sehubungan dengan hal ini, al-Mishri
menegaskan bahwa pertanggungjawaban pemegang saham sesuaidengan
jumlah saham yang dimiliki, keuntungan dan kerugian yang diterima oleh
pemegang saham sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Syirkah musahamah bermanfaat bagi pengembangan bisnis karena


saham disebar dalam jumlah yang besar. Modal syarik (orang yang
bersyirkah) tidak berubah karena keluarnya pemegang saham lama dengan
cara dijual atau masuknya pemegang saham baru denagn cara membeli.
Syirkah musahamah dilakukan guna menciptakan kesejahteraan umum
(bukan hanya kesejahteraan pemegang saham).Sesuai dengan sepirit
syirkah, bahwa syirkah termasuk dalam akad mu’awadhat yang tujuannya
adalah mencari untung.7 Dengan demikian, pihak yang melakukan syirkah
berarti melakukan kegiatan bisnis yang bertujuan memperoleh
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada yang
bersyirkah. Secara sunatullah yang namanya bisnis akan mengandung dua
konsekuensi yitu untung dan rugi. Jika demikian, maka dalam syirkah dua
konsekuensi hasil tersebut akan ditanggung oleh para pihak. Pembagian

7
http://dedisuselopress.blogspot.com/2015/11/kebijakan-deviden-dalam-
manajemen.html diakses pada tanggal 22 April 2021/09.07 am
atas untung dan rugi dalam bisnis disesuaikan dengan ketentuan
hukumnya, yaitu: jika untung maka dibagi sesuai dengan nisbah dan jika
rugi dibagi berdasarkan penyertaan para pihak yang bersyirkah.

Dividen merupakan bagian dari keuntungan usaha yang dibagikan


kepada para pihak yang bersyirkah, merupakan sesuatu hal yang dapat
dilakukan dan dibolehkan oleh syariah. Sebab, manusia akan mendapatkan
apa yang telah diperbuatnya. Untung dan rugi atau dapat dividen atau tidak
mendapat dividen merupakan konsekuensi ekonomi yang didapat oleh
para pihak yang bersyirkah.8

D. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan presentase laba yang dibayarkan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan,
stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian saham dividen, dan
pembelian kembali saham, dimana rasio pembayaran dividen (dividen pay
out ratio) ikut menentukan besarnya jumlah laba yang ditahan perusahaan
harus dievaluasi dalam kerangka tujuan pemaksimalan kekayaan para
pemegang saham.9

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang diambil oleh


manajeman keuangan untuk menentukan besarnya perbandingan laba yang
dibagikan kepada para pemilik saham dalam bentuk dividen tunai, dividen
smoothing yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham, dan
penarikan kembali saham yang beredar. Semua alternatif kebijakan ini
diambil untuk meningkatkan kemakmuran para pemilik saham.10

Salah satu kebijakan manajemen adalah untuk memutusakan


apakah keuntungan yang diperoleh perusahaan selama tahun buku akan
8
http://arniarf.blogspot.com/2016/05/yuuuk-belajar-kebijakan-deviden-dalam diakses pada
tanggal 4 April 2021/09.25 pm.
9
Harmono, Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 12

10
Darmawan, MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami Kebijakan Dividen, Teori, dan Praktikya di
Indonesia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018), hal. 16
diberikan semuanya ataukah akan dibagi dalam perbandingan tertentu
untuk dividen dan sisanya akan disimpan sebagai laba yang ditahan untuk
kepentingan investasi dimasa depan. Apabila perusahaan mengambil
kebijakan akan membagi laba perusahaan sebagai dividen, hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya modal intern perusahaan.11

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan


dengan keputusan perusahaan. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah
laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen merupakan rencana tindakan yang harus diikuti


dalam membuat keputusan dividen. Suatu perusahaan akan tumbuh dan
berkembang dan pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba.
Laba disini terdiri dari laba ditahan dan laba yang dibagikan. Laba ditahan
merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan
pertumbuhan perusahaan. Semakin besar pembiayaan perusahaan yang
berasal dari laba ditahan ditambah penyusutan aktiva tetap, maka semakin
kuat pula posisi financial perusahaan tersebut. Kemudian, seluruh laba
yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham
berupa deviden.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan manajer perusahaan
terkait dengan penerapan kebijakan dividen. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen:12

a. Undang-undang

11
Darmawan, MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami Kebijakan Dividen, Teori, dan Praktikya
di Indonesia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018), hal. 17
12
Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hal. 536
Undang-undang menetapkan bahwa dividen dibayar dari laba
tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada di pos laba ditahan
dineraca. Peraturan pemerintah menekankan tiga hal:

1) Peraturan laba bersih, menyatakan bahwa dividen dapat dibayar


dari laba saatini atau tahun lalu.
2) Larangan pengurangan modal, melindungi pemberi kredit karena
adanya larangan untuk membayar dividen dengan mengurangi
modal (Membayar dividen dengan modal akan berarti membagi
modal suatu perusahaan bukan membagikan laba).
3) Peraturan kepailitan, menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat
membayar dividen pada saat pailit. Kepailitan terjadi karena
kewajiban lebih besardaripada aktiva, membayar dividen pada
saat ini akan berarti memberi dana kepada pemegang saham yang
sebenarnya milik pemberi pembiayaan.
b. Posisi Likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk yang


dibutuhkan dalam menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu
sudah diinvestasikan dalam bentuk aktiva dan tidak dapat disimpan
dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai
catatan mengenai laba, perusahaan mungkin dapat membayar tunai
dividen karana posisi likuiditasnya.

c. Pembatasan dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka


panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen tunai. Larangan dibuat untuk melindungi
kedudukan pemberi pinjaman, biasa menyatakan bahwa:

1) Dividen dimasa datang hanya dapat dibayar dari laba yang


diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang, jadi
dividen tidak dapat dibayarkan dari laba ditahan tahun-tahun lalu.
2) Dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal bersih berada
dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan.
d. Tingkat Ekspansi Aktiva

Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang semakin besar


kebutuhan untuk membiayai ekspansinya aktivanya. Bila kedudukan
dana dimasa depan semakin besar perusahaan akan cenderung untuk
menahan laba dari pada membayarkannya. Apabila perusahaan
mencari dana luar maka sumbernya adalah pemegang saham saat itu
yang mengetahui keadaan perusahaan. Tetapi jika laba dibayarkan
sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi
maka hanya sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi.

e. Tingkat Laba dan Stabilitas Laba

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan


pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen
kepada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan. Suatu
perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat
memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang.
Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan
presentase yang lebih tinggi.

f. Aktiva ke Pasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik mempunyai


catatan profitabilitas dan stabilitas akan mempunyai akses yang
mudah kepasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan.
Perusahaan yang sudah mapan akan memberi tingkat pembayaran
dividen yang lebih tinggi.

g. Pajak atas Laba yang Diakumulasikan secara Salah

Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan


perusahaan sebagai suatu perusahaan penyimpan uang yang dapat
digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi,
maka terdapat peraturan perpajakan perusahaan dimana perpajakan
perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap
penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

Adapun kendala yang dihadapi menajemen dalam pembagian dividen


adalah karena adanya, hal-hal berikut:

1) Kontrak uang. Biasnya membatasi pembagian dividen dari laba yang


dihasilkan setelah pinjaman diberikan. Kontrak utang juga seringkali
mengisyaratkan bahwa tidak ada dividen yang dapat dibagikankecuali
kalau rasio lancar, rasio kemampuan membayar bunga, dan rasio-rasio
pengaman lain melebihi batas minimum yang ditetapkan.
2) Pembatasan saham preferen. Biasanya dividen saham biasa tidak dapat
dibayarkan jika perusahaan belum membayarkan dividen untuk saham
preferennya. Dividen saham preferen yang tertunggak harus dilunasi
sebelumdividen saham biasanya biasa dibayarkan.
3) Ketidakcukupan laba. Pembayaran dividen tidak boleh melebihi laba
yang ditahan pada pos neraca.
4) Ketersediaan kas. Dividen tunai dapat dibagikan hanya dengan uang
kas. Jadi kekurangan kas di bank dapat membatasi pembagian dividen.
Akan tetapi, halitu bisa diatasi apabila perusahaan memperoleh
pinjaman.
5) Denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Untuk mencegah
agarorang kaya tidak menggunakan perusahaan untuk menghindari
pajak pribadi, peraturan pajak membuat ketentuan khusus mengenai
penimbunan penghasilanyang tidak wajar. Jadi apabila, direktorat
pajak dapat menunjukan bahwa rasio pembayaran dividen perusahaan
sengaja dibuat rendah untuk menolong para pemegang saham
menghindari pajak pribadi, perusahaan tersebut akandikenakan denda
yang berat.13

13
J.Fred Weston dan Tomas E. Copeland, Managemen Finance, PT Gelora Pratama, hal 99
F. Teori-Teori Kebijakan Dividen
Secara terstruktur perkembangan teori-teori dividen adalah sebagai
berikut:14

1. Teori dividen tidak relevan (irrelevant divident theory)

Menurut Modigliani dan Miller (1961 : 411-433), nilai


perusahaan yang diproduksi dengan harga saham peusahaan tersebut di
pasar tidak dipengaruhi oleh besarnya dividen. Untuk setiap
peningkatan nominal dividen akan diiringi dengan kenaikan pendanaan
eksternal untuk keperluan investasi. Untuk setiap pengurangan
pendapatan setelah pajak yang disisihkan untuk membayarkan dividen,
maka laba ditahan untuk membiayai investasi peusahaan dimasa depan
akan berkurang. Sehingga alternatifnya, manajemen akan menerbitkan
sejumlah saham baru, hal ini akan mengakibatkan penurunan nilai
saham. Jadi setiap kenaikan harga saham akibat kenaikan dividen yield
akan berbanding lurus dengan penurunan harga saham karena
penerbitan saham baru. Sehingga disebut irrelevant divident theory.

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani-Miller dibangun


dengan asumsi yang lemah yaitu pasar modal sempurna dimana semua
investor adalah rasional, tidak ada biaya emisi saham baru jika
perusahaan menerbitkan saham baru, tidak ada pajak, kebijakan
investasi perusahaan tidak berubah. Sedangkan kondisi ini sebenarnya
sulit terpenuhi, karena pasar modal yang sempurna itu sulit ditemui,
biaya emisi saham baru dan pajak pasti ada, dan kebijakan investasi
yang diambil perusahaan tidak mungkin tidak berubah.

Gordon-Litner sejak semula merupakan penentang pendapat


Modigliani-Miller. yang menyatakan dividen tidak relevan dengan
menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber pendanaan bisa bersumber
14
Darmawan, MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami Kebijakan Dividen, Teori, dan Praktikya
di Indonesia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018), hal. 35-43
dari pendanaan eksternal maupun internal. Sumber internal dapat
berasal dari laba ditahan sedangkan sumber eksternal bisa dengan cara
menerbitkan saham biasa baru.15

2. Teori the bird in the hands

Sebenarnya teori dividen tidak dimulai oleh Modigliani-Miler


tetapi M.J Gordon (1959: 99-105) yang mengemukakan pendapatnya
dalam makalah setahun sebelumnya. Pendapat Gordon kemudian
didukung oleh J. Lintner (1962: 243-269), teori the bird in the hands
menjelaskan bahwa investor lebih menyukai dividen daripada capital
gain. Keuntungan yang diharapkan dimasa depan yang mengandung
ketidakpastian mengandung resiko yang harus diterima oleh investor.
Sedangkan dividen yield lebih bersifat pasti karena diterima sekarang.
Jadi daripada mengharapkan keuntungan dimasa depan yang belum
pasti, investor akan cenderung lebih memilih keuntungan saat ini yang
lebih pasti walaupun jika nominal lebih kecil. Jika dilihat dari sisi
investor, biaya modal sendiri yang bersumber dari laba ditahan
hakikatnya adalah tingat keuntugan yang disyaratkan oleh investor
ketika memiliki saham. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang
disyaratkan ketika memiliki saham bisa dihitung dengan cara
menjumlahkan keuntungan yang didaat dari dividen dan keuntungan
yang didapat dari capital gains.

Modigliani-Miller dalam makalahnya mengungkapkan bahwa


argumen Gordon dan Lintner ini sebagai sebuah kesalahan, The Bird
in the Hand Fallacy. Modigliani-Miller menjelaskan bahwa, walaupun
investor menerima dividen pada akhirnya investor tetap akan kembali
menginvestasikan dividen yang diterimanya pada perusahaan yang
sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

15
Darmawan. MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami Kebijakan Dividen, Teori dan Praktiknya
di Indonesia.(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018). hal 36.
3. Teori perbedaan pajak

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Litzenberger-


Ramaswamy (1979:1980:1982). Kedua ahli ini mempermasalahkan
asumsi Modigliani-Miller yang menyatakan tidak adanya pajak.
Litzenberger-Ramaswamy mengatakan bahwa ada pajak, dimana
penghasilan investor dari dividen dan capital gains, yang merupakan
selisih kenaikan harga saham akan dikenai pajak. Jadi, jika tingkat
pajak yang dikenakan pada dividen dan capital gains sama, maka
investor akan lebih memilih capital gains. Karena pada capital gains,
investor melakukan penundaan pembayaran pajak, pajak baru dibayar
jika investor menjual kepemilikan sahamnya. Sedangkan dividen,
langsung dikenai pajak pada saat dividen diterima. Efeknya adalah
investor tentu menginginkan dividen yang rendah sehingga laba
diinvestasikan lagi ke dalam perusahaan, sehingga meningkatkan
modal perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Jika pajak atas
dividen lebih besar daripada capital gains, perbedaan ini kan semakin
terasa. Jadi, jika manajemen cenderung menggunakan teori perbedaan
pajak, mereka harus menahan seluruh laba setelah pajak sehingga nilai
dividen perlembar saham menjadi nol persen.

4. Teori signaling hypothesis

Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering


diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen
pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen
daripada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan
dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “sinyal” pada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan atau
kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini
investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit
diwaktu mendatang.

Seperti teori dividen yang lain, teori Signaling Hypothesis ini


juga sulit dibuktikan secara empiris, yaitu nyata bahwa perubahan
dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah
kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek
“sinyal” atau preferensi terhadap dividen.

5. Teori clientele effect

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang


saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap
kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai Dividend
Payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham
yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

Jika ada ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang


lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang
dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains, karena dapat
menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika
perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok
pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung
menyukai dividen yang besar.

Bukti empiris menujukkan bahwa efek dari “Clientele” ini ada.


Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih bai dividen
kecil, atau demikian pula sebaliknya. Efek “Clientele” ini hanya
mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan
dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.

G. Aspek-Aspek Kebijakan Dividen


1. Dividen Saham (Stock Dividen)

Stock dividen adalah tindakan perusahaan memberikan saham


baru sebagai pembayaran dividen. Bagi pemegang saham stock
deviden tidak membuat mereka bertambah kekayaannya karena
kenaikan jumlah saham diimbangi dengan penurunan nilai saham.

Stock dividend digunakan perusahaan yang ingin menghemat


kas atau perusahaan dalam kesulitan keuangan. Masalah yang muncul
jika perusahaan tidak membagi dividen tunai investor bisa salah
persepsi terhadap emiten. Akibatnya harga saham bisa turun, sehingga
untuk menghindari efek negatif ini perusahaan dapat membagi stock
dividend sebagai pengganti dividen kas.16

Dividen saham merupakan pembayaran kepada para pemegang


saham biasa berupa tambahan jumlah lembar saham. Hal ini
dinyatakan dengan merubah catatan modal sendiri para pemegang
saham pada neraca perusahaan. Dengan adanya dividen saham ini
kepemilikan para pemegang saham di dalam perusahaan proporsinya
tetap sama atau tidak berubah.17 Untuk lebih jelasnya diberikan contoh
berikut:

Pada tahun 2001 PT “SENTOSA” mempunyai struktur modal


sendiri sebagai berikut:

Struktur Modal Sendiri


Saham biasa:
(Nominal Rp. 1.000 x 400.000 Rp. 400.000.000
lbr)
Tambahan modal Rp. 80.000.000
Laba ditahan Rp. 260.000.000
Total modal sendiri Rp.
740.000.000
16
Nafi’ah, Z. (2011), Strategi dan Stabilitas Pembayaran, Jurnal STIE Semarang, Vol 3, No. 2, 7-9

17
Ardiprawiro, Manajemen Keuangan, (Universitas Gunadarma, 2015), hal. 127
PT “SENTOSA” membayar dividen saham sebesar 5% dari
saham beredar, yaitu berjumlah 5% x 400.000 lembar = 20.000 lembar
saham tambahan. Nilai pasar yang dianggap wajar dari saham tersebut
adalah Rp. 2.500,- setiap lembarnya. Untuk setiap 20 lembar saham
yang dimiliki, pemegang saham menerima satu lembar saham
tambahan. Struktur modal perusahaan setelah distribusi dividen saham
adalah:

Struktur Modal Sendiri


Saham biasa:
(Nominal Rp. 1.000 x 400.000 Rp. 400.000.000
lbr)
Tambahan modal (Rp. 80 jt + 30 Rp. 110.000.000
jt)
Laba ditahan Rp. 230.000.000
Total modal sendiri Rp.
740.000.000

Dengan pembayaran dividen saham, maka nilai saham sebesar


Rp. 50.000.000,- yaitu (Rp. 2.500 x 20.000 lembar) dipindah
(ditransfer) dari laba yang ditahan ke perkiraan saham biasa dan
tambahan modal. Oleh karena itu nilai nominal saham tetap sama
sebesar Rp. 1.000 per lembar. Kenaikan dalam jumlah saham biasa
dicerminkan dengan kenaikan sebesar Rp. 20.000.000 yaitu dari (Rp.
1.000 x 20.000 lembar) yang diperlihatkan dalam perkiraan saham
biasa. Sisa nilai saham sebesar Rp. 50.000.000 – Rp. 20.000.000 = Rp.
30.000.000,- masuk ke perkiraan tambahan modal, sedangkan total
modal sendiri perusahaan tersebut tetap sama yaitu sebesar Rp.
740.000.000,-.
Oleh karena jumlah saham beredar meningkat sebesar 5%,
maka laba per lembar saham perusahaan berkurang secara
proporsional. Misalnya, laba bersih total setelah pajak (EAT) sebesar
Rp. 126.000.000,-, maka sebelum pembagian dividen saham, laba per
lembar saham (EPS) adalah Rp. 315 yaitu dari pembagian antara EAT
dengan jumlah lembar saham (Rp. 126.000.000 : 400.000 lbr). Laba
per lembar saham setelah pembagian dividen saham sebanyak 20.000
lembar menjadi sebesar Rp. 300,- yaitu dari (Rp. 126.000.000 :
420.000 lbr). Dengan demikian para pemegang saham memiliki lebih
banyak saham tetapi laba per lembar sahamnya lebih rendah.
2. Pemecahan Saham (Stock Split)
Pemecahan saham (stock split) merupakan tindakan perusahaan
memecah saham yang beredar menjadi bagian yang lebih kecil. Bagi
pemegang saham stock split tidak membuat mereka bertambah
kekayaannya karena kenaikan jumlah saham diimbangi dengan
penurunan nilai saham. Stock split dilakukan untuk menjaga agar
harga saham tetap berada pada optimal price range. Harga saham yang
tinggi akan menyulitkan investor untuk membeli saham tersebut
sehingga dapat menurunkan permintaan.
Pemecahan saham adalah peningkatan jumlah saham beredar
dengan mengurangi nilai nominal saham tersebut. Dari contoh
pembagian dividen saham di atas, seandainya setiap lembar saham PT.
“SENTOSA” dengan nilai nominal Rp. 1.000,- per lembar dipecah
menjadi 2 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp. 500,- per
lembar maka perhitungan pemecahan sahamnya tampak pada tabel di
bawah ini:

Sebelum Pemecahan (Rp) Sesudah Pemecahan (Rp)


Saham biasa: Saham biasa:
(Rp. 1.000 x 400.000 lbr) (Rp. 500 x 800.000 lbr)
400.000.000 400.000.000
Tambahan modal 80.000.000 Tambahan modal 80.000.000
Laba ditahan 260.000.000 Laba ditahan 260.000.000
Total modal sendiri 740.000.000 Total modal sendiri
740.000.000
Dari tabel di atas terlihat bahwa adanya pemecahan saham maka
yang berubah adalah nilai nominal dan jumlah lembar saham yang
beredar, sedangkan nilai semua rekening modal sendiri tidak berubah.
Alternatif pemecahan saham maupun pembagian dividen saham
biasanya dimaksudkan untuk mengurangi harga pasar per lembar
saham tersebut.
Tujuannya adalah menempatkan saham tersebut di dalam
perdagangan yang lebih menarik dan banyak pembeli. Perusahaan
jarang sekali dapat memelihara dividen kas per lembar saham yang
sama, antara sebelum dan sesudah pemecahan saham. Kemungkinan,
pemecahan saham dapat meningkatkan dividen efektif kepada para
pemegang saham. Sebagai contoh, apabila pada kasus di atas
perusahaan memberi dividen kas Rp. 150,- per lembar saham sebelum
pemecahan saham dan setelah pemecahan saham, perusahaan memberi
dividen kas Rp. 100,- per lembar saham. Seorang pemegang saham
yang memiliki 100 lembar saham sebelum pemecahan akan menerima
dividen Rp. 15.000,-. Sedangkan setelah pemecahan saham, dia akan
menerima dividen sebesar Rp. 100 x 200 lbr = Rp. 20.000,-.
3. Pembelian Kembali Saham (Stock Repurchases)

Jika perusahaan memiliki kelebihan dana tetapi mempunyai sedikit


kesempatan investasi, maka kelebihan dana tersebut dapat
didistribusikan dengan membeli kembali saham perusahaan atau
meningkatkan pembayaran dividen. Secara teoritis keduanya tidak
berbeda dari kepentingan para pemegang saham jika tidak terdapat
biaya transaksi maupun pajak pendapatan yang berasal dari
penghasilan pribadi. Dengan pembelian kembali saham, maka saham
yang beredar menjadi lebih sedikit sehingga EPS dan dividen per
lembar saham segera meningkat. Sebagai hasilnya, harga pasar per
lembar saham akan naik juga.
Beberapa perusahaan membeli kembali sahamnya di dalam rangka
untuk mengadakan persediaan saham. Rencana ini merupakan hadiah
bagi para manajer yang dapat mencapai prestasi tertentu diberi
kesempatan untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang
lebih rendah dari harga pasar. Dengan cara ini, jumlah saham yang
beredar tidak meningkat. Alasan lain dari membeli kembali saham
adalah agar mempunyai persediaan saham untuk akuisisi dengan
perusahaan lain. Pembelian saham perusahaan juga merupakan bagian
dari keseluruhan kebijakan dividen perusahaan. Ada dua metode
pembelian kembali saham yang sering digunakan yaitu penawaran
tender sendiri (self tender offer) dan belian saham di pasar terbuka
(open market purchases)18.

a) Self tender offer

Self tender offer adalah tawaran perusahaan untuk membeli


kembali sahamnya pada harga tertentu (di atas harga pasar). Para
pemegang saham dapat memilih, menjual sahamnya atau tetap
memiliki saham tersebut. Biasanya periode penawarannya antara 2
sampai 3 minggu. Apabila para pemegang saham yang mau
menjual sahamnya ternyata jumlahnya lebih besar dari jumlah yang
dikehendaki perusahaan, maka perusahaan dapat memilih membeli
semua atau sejumlah yang diinginkan. Biaya transaksi cara ini
biasanya lebih tinggi dari biaya transaksi biasa di pasar terbuka.

b) Open market purchases

Perusahaan dapat melakukan pembelian saham kembali di pasar


terbuka. Artinya perusahaan seperti investor lainnya membeli
kembali saham di pasar terbuka melalui pialang. Biaya pialang
dapat dinegosiasikan. Komisi bursa dan sekuritas mengeluarkan
peraturanperaturan tertentu bagi perusahaan yang ingin membeli
18
Ardiprawiro, Manajemen Keuangan, (Universitas Gunadarma, 2015), hal 131
kembali sahamnya. Untuk itu, perusahaan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk dapat membeli sahamnya dalam jumlah
yang besar. Oleh karena itu, penawaran tender sendiri (self tender
offer) lebih cocok dilakukan jika perusahaan ingin memperoleh
saham dalam jumlah besar.

Contoh kasusnya:

Perusahaan PT. “SENTANU” mempertimbangkan untuk


membagikan labanya sebesar Rp. 120.000.000,- dalam bentuk
dividen kas atau melakukan pembelian kembali sahamnya.
Informasi keuangan perusahaan sebelum pendistribusian laba
adalah sebagai berikut:

Pendapatan setelah pajak (EAT) Rp. 160.000.000


Jumlah saham beredar 500.000 lembar
Pendapatan per lembar saham (EPS) Rp. 320
Harga pasar saham sekarang Rp. 4.800
Dividen per lembar yang diharapkan Rp. 240

Karena para investor mengharapkan dividen kas per lembar


saham sebesar Rp. 240 yaitu dari (Rp. 120.000.000/500.000), maka
nilai saham menjadi sebesar Rp. 5.040,- yang terdiri dari Rp. 240,-
dividen per lembar saham yang diharapkan ditambah harga pasar
yang diharapkan sebelum distribusi dividen kas sebesar Rp.
4.800,-.

Misalkan perusahaan memilih membeli kembali sebagian


sahamnya dan melakukan penawaran kepada para pemegang
sahamnya pada harga Rp. 5.040,- per lembar saham. Sehingga
perusahaan mampu membeli sebanyak 23.810 lembar yaitu dari
(Rp. 120.000.000 : Rp. 5.040 per lembar). Maka laba per lembar
saham (EPS) setelah pembelian kembali saham adalah = Rp.
160.000.000 : (500.000 – 23.810) lembar = Rp. 336,-.
Apabila perusahaan memilih membayar dividen kas, maka
rasio harga saham (price earning ratio atau PER) setelah dividen
adalah Rp. 4.800 : Rp. 320 = 15 kali. Apabila rasio tersebut tetap
setelah pembelian kembali saham, maka harga per lembar
sahamnya adalah 15 x Rp. 336,- = Rp. 5.040,-. Kedua alternatif
tersebut sama dan jumlah distribusi kepada para pemegang saham
adalah Rp. 240,- per lembar, baik pembagian dividen berupa kas
maupun selisih kenaikan harga saham (capital gain). Seandainya
perusahaan mempunyai uang kas yang besar untuk dibagikan
kepada pemegang saham, maka akan lebih cocok bila perusahaan
membeli kembali sahamnya. Hal ini karena meskipun pajaknya
sama tetapi pajak capital gainnya dibayar setelah sahamnya terjual
sedangkan pajak dividen harus dibayar atas dasar sekarang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dividen adalah pembagian laba pemegang saham dari sebuah


perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik saham. Terdapat beberapa jenis
dividen, antara lain: dividen tunai, property dividend, dividen hutang,
dividen likuiditas, dan dividen saham. Selain itu, dalam perspektif Islam
dijelaskan bahwa dividen merupakan bagian dari keuntungan usaha yang
dibagikan kepada para pihak yang bersyirkah, merupakan sesuatu hal yang
dapat dilakukan dan dibolehkan oleh syariah. Sebab, manusia akan
mendapatkan apa yang telah diperbuatnya. Untung dan rugi atau dapat
dividen atau tidak mendapat dividen merupakan konsekuensi ekonomi
yang didapat oleh para pihak yang bersyirkah.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang diambil oleh manajeman


keuangan untuk menentukan besarnya perbandingan laba yang dibagikan
kepada para pemilik saham dalam bentuk dividen tunai, dividen smoothing
yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham, dan penarikan kembali
saham yang beredar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
yaitu undang-undang, posisilikuiditas, kebutuhan untuk melunasi hutang,
larangan dalam perjanjian hutang,tingkat ekspansi aktiva, tingkat laba dan
stabilitas laba, aktiva ke pasar modal dan pajak atas laba yang
diakumulasikan secara salah.

Terdapat beberapa teori kebijakan dividen yaitu Teori dividen tidak


relevan (irrelevant divident theory), teori the bird in the hands, teori
perbedaan pajak, teori signaling hypothesis, dan teori clientele effect. Ada
juga aspek-aspek yang ada dalam kebijakan dividen antara lain dividen
saham (Stock Dividen), pemecahan saham (Stock Split), dan pembelian
kembali Saham (Stock Repurchases).

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kami
selaku penyusun dan bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
memohon kritikan dan masukan yang bersifat membangun dari berbagai
pihak, agar makalah ini dapat lebih baik pada pembuatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiprawiro. 2015. Manajemen Keuangan. Universitas Gunadarma

Darmawan. 2018. MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami Kebijakan Dividen,


Teori dan Praktiknya di Indonesia. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Harmono. 2011. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara

J. Fred Weston dan Tomas E. Copeland. Managemen Finance. PT Gelora


Pratama

Muhammad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah. Yogyakarta: UPP STIM


YKPN

Munandar M. 1983. Pokok-Pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Liberty

Nafi’ah, Z. 2011. Strategi dan Stabilitas Pembayaran, Jurnal STIE Semarang, Vol
3, No. 2

Suaidi Arief. 1994. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi


Ilmu YKPN

http://nichonotes.blogspot.com/2017/11/pengertian-kebijakan-dividen-
adalah.html?m=1

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-dividen-jenis-jenis-dividen-
dividend/

http://arniarf.blogspot.com/2016/05/yuuuk-belajar-kebijakan-deviden-dalam

http://dedisuselopress.blogspot.com/2015/11/kebijakan-deviden-dalam-
manajemen.html
https://romannurbawastore.wordpress.com/2012/05/15/pengertian-dan-definisi-
deviden/

Anda mungkin juga menyukai