PENDAHULUAN
pikiran dan perasaan yang ada dalam diri manusia tersebut. Manusia bukan
animal symbolicum. Perbedaan manusia dengan mahluk lain bukan terletak pada
ciri metafisik atau ciri fisiknya, melainkan lebih pada apa yang dilakukannya.
Kemanusiaan tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada manusia itu, tetapi
(Cassier, dalam Sugiyono:2012). Kata, istilah, dan ungkapan baru adalah simbol
yang menandai konsep, hal peristiwa, atau benda yang ada dalam pengalaman
manusia sebagai mahluk pembuat tanda itu. Apabila yang ditandai berupa
peristiwa, penandanya berupa kata kerja atau kelompok kata kerja atau sifat,
sebaliknya apabila yang ditandai itu berupa hal atau benda tertentu, penandanya
berupa kata benda, baik yang konkret maupun abstrak. Dalam hal ini, tampak
betapa eratnya hubungan antara tanda, penanda yang dihubungkan oleh konsep
makna yang abstrak sifatnya yang ada dalam dunia pengalaman manusia. Dalam
ada dibalik pemikiran kita, yaitu yang disebut konsep. Konsep ini berupa
pengertian tentang benda tertentu yang diberikan kepada tanda yang diacunya.
sebagai kambing.
perasaan dengan mengeluarkan suara yang dihasilkan oleh alat ucap. Sebelum
bahasa keluar melalui alat ucap, pada awalnya manusia mendapatkan informasi
melalui panca indranya. Panca indra tersebut seperti mata, telinga, hidung, dan
dan kulit memberikan informasi dengan meraba. Semua panca indra tersebut
manusia. Alat ucap yang berupa organ tubuh manusia pada saat bergerak akan
menghasilkan suara.
Manusia berbicara dengan suara yang dihasilkan dari alat ucap. Alat ucap
nada yang keluar tanpa hambatan, pada saat terjadi hambatan maka terjadilah
bunyi-bunyi.
Indonesia juga mengarah pada pengembangan diri para siswa dan mahasiswanya
tersebut sangat besar. Oleh karena itu, seorang pengajar dengan segala
pembelajaran bahasa asing mengalami beberapa kemajuan. Para ahli secara terus
dalam hal ini Bahasa Prancis, tidak dapat dimiliki oleh seorang pembelajar dalam
waktu elatif singkat tetapi diperlukan waktu yang cukup sesuai dengan tujuan
dapat memiliki kompetensi yang baik dalam berbicara tetapi dalam kompetensi
lain misalnya menulis memiliki kompetensi yang baik, begitu juga sebaliknya.
berbahasa yang lain yaitu berbicara, membaca dan menulis. Meyimak memiliki
lain. Jelas faktor kesenjangan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar
apa yang disimak dan dalam kegiatan mendengarkan tingkat pemahaman belum
dilakukan.
durasi (panjang pendeknya suara), nada (tinggi rndahnya suara), intonasi (naik
turunnya suara) dan ritme (pemberan tekanan nada dalam kalimat). Secara
pikiran atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi rsponsi atau
bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan
suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-
kata secara individual akan dapat dipahami. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka
pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan
bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh
menyatakan maksud dan perasaan secara lisan. Berbicara adalah proses individu
lingkungan. Berbicara ekspresif yang kreatif, artinya berbicara tidak sekedar alat
keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik oleh karena
berbicaranya.
jeda, disertai dengan frekuensi, durasi dan intensitas. Bunyi bahasa yang di
realisasikan dengan konsonan dan vokal termasuk frekuensi, durasi dan intensitas
adalah Prosodik.
dipahami oleh orang yang mendengarkannya sebab dengan faktor itu seorang
pada bagian tuturan tertentu yang dianggap penting. Akan tetapi, setiap manusia
dapat menghasilkan nada yang bervariasi, baik variasi karena organ-organ tutur
maupun variasi karena interferensi dari sistem prosodi bahasa-bahasa lain yang
komunikatif dalam ciri prosodik yang bervariasi itu walaupun bisa terjadi ambigu.
Hal tersebut menandakan bahwa meskipun memiliki pola prosodik yang harus di
prosodi telah melampau batasnya maha bisa terjadi ketidakbermaknaan pada satu
tuturan.
kajian tentang suprasegmental belum familiar. Terlebih lagi pada kajian tentang
(1968,1974,1984), Ebing (1992, 1994, 1997), Ebing dan Van Heuven (1997), Van
pada panjang pendeknya suatu kata frekuensi dan durasi. Prosodi melibatkan
irama panjangnya, dan tekanan dalam pengucapan kata ang dibuat dengan
ekspresi. Ilmu prosodi terkenal sukar untuk menyampaikan secara tertulis, satu
menyampaikan ilmu prosodi meliputi pemberian tanda baca seperti tanda koma,
tanda seru, tanda tanya, menggunakan tenda katup, dan elipsis atau penghilangan
kata, ormat penukaran seperti huruf miring, tebal dan garis bawah, orthografi atau
bahasa tulisan berbeda dengan bahas lisan yang dihasilkan oleh bunyi bahasa dari
sudut pandang yaitu objek fisikal atau yang disebut fonetik akustik. Bunyi bahasa
sebagian besar dengan menyatakan bagaimana mereka dibuat, akan tetapi ini juga
mengkin untuk menguraikan bunyi dengan kaitan yang lain. Menggunakan istilah
apa yang didengar dengan cara mendengar suatu bunyi bergantung pada struktur
tape recorder, setelah itu dianalisis dengan program praat dalam kajian fonetik
makna sebuah ujaran. Setiap bunyi segmental memiliki frekuensi dan durasi.
karena pembelajar memiliki beraneka ragam bahasa daerah yang ada di Sumatera
Utara. Bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara yaitu bahasa Batak, bahasa
Karo, bahasa Jawa, bahasa Melayu dan bahasa Mandailing. Pembelajar bahasa
Prancis di Sumatera Utara masih menggunakan dua bahasa atau lebih. Pembelajar
pada lingkup formal, sedangkan diluar kelas mereka masih menggunakan bahasa
(bilingualitas).
antara kemampuan dalam kedua bahasa itu pada orang yang berdwibahasa secara
penuh dan seimbang, kemampuan dan tingkahlaku dalam kedua bahasa itu adalah
sejajar. Tipe bilingualitas yang lain sering terdapat dalam keadaan belajar bahasa
kedua setelah kita menguasai satau bahasa dengan baik, khususnya dalam keadaan
Dalam hal ini kemampuan dan kebiasaan orang dalam bahasa pertama
dalam Nababan: 1984) yang meluncurkan kedua istilah ini menggambarkan kedua
Majemuk Sejajar
rm im rm1 ----------- im1
I A R A I A R A
I B R B
masing-masing termasuk dua bahasa, bahasa A dan B. kedua perangkat isyarat ini
sama, yaitu rm-im. pada sisi interpretasi, proses mediasi ini di hubungkan dengan
dua perangkat penerima (response) yang terdapat dalam kedua bahasa, bahasa A
dan B. oleh karena proses mediasinya sama, maka yang “masuk” dari IA dapat saja
“keluar” pada RB, dan sebaliknya masukan dari IB dapat juga keluar pada RA.
kalau terjadi begitu, maka disebutlah proses itu “pengacauan” atau interferensi.
digambarkan pada gambaran sebelah kanan. Di sini terdapat dua proses mediasi
terpisah sehingga tidak ada pengacauan atau interferensi. Inilah gambaran dari apa
yang dapat disebut bilingualitas “sejati”. Jika kemampuan dalam kedua bahasa itu
terdapat ialah orang-orang yang sama-sama baik dalam dua bahasa tetapi
berarti bahwa seseorang dapat baik berbahasa B dalam suatu bidang ilmu (seperti
ilmu hukum atau sosiologi) dan tidak begitu baik dalam ilmu lain dan sebagainya.
Dalam hal tersebut di atas pun juga dapat terjadi interferensi, sehingga
yang diungkapkan atau dipakai dalam bahasa A ialah unsur atau struktur dari
bahasa B, dan sebaliknya. Hal ini dapat disebut dengan interferensi produktif, dan
nada yang dipengaruhi oleh latarbelakang etnis dari pengguna Bahasa Prancis
tersebut. Alir nada tersebut dipengaruhi oleh dialek daerah pengguna Bahasa
Prancis di Medan yang merupakan pengguna dua bahasa atau yang disebut juga
denga bilingualitas.
Prancis dapat diperoleh profil kemampuan dalam bahasa itu. Dapat dibandingkan
digunakan untuk mengetahui prosodi suara salam menuturkan atau kata maupun
kalimat. Dalam hal ini kalimat dapat terdiri dari beberapa jenis seperti kalimat
salah satunya dapat menggunakan Prosodi/intonasi atau nada bicara. Cara ini
mahasiswa dalam memproduksi tuturan bahasa Prancis dalam fekuensi dan durasi
mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang memiliki ijazah
pengajaran bahasa Prancis untuk orang asing (Français Language Etrangère) dan
berpengalaman mengajar bahasa Prancis di negara lain namun ada yang tidak
Dengan kondisi perbedaan tersebut membuat para pengajar bahasa Prancis kurang
terhadap pengacauan atau interferensi, baik yang produktif maupun yang reseptif,
pada mahasiswa yang mempelajari bahasa Prancis. Interferensi yang terjadi pada
pada saat mahasiswa masih belajar bahasa Prancis. Hal inilah yang banyak
kelihatan dalam proses belajar mengajar bahasa dan membuat peneliti sebagai
pengajar bahasa asing tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat mengetahui
kendala-kendala apa yang dihadapi oleh mahasiswa di Medan pada saat belajar
bahasa Prancis.
UNIMED karena UNIMED memiliki program studi Bahasa Prancis dan memiliki
pengajar bahasa Prancis, native speaker dan fasilitas laboratorium bahasa yang
dapat digunakan untuk penelitian. ITMI, UMSU dan STBA HARAPAN dipilih
native speaker.
penggunaan prosodi atau intonasi dan nada bicra yang tidak sesuai dengan penutur
dituturkan oleh pembelajar. Nada bicara yang tidak sesuai juga berpengaruh besar
pembicara emosi atau tidak suka dalam menyampaikan berita tersebut kepada
pendengar.
yang beraneka ragam dan lama belajar mahasiswa untuk mempelajari bahasa
penutur asli dan beberapa mahasiswa yang memiliki latarbelakang suku yang
Kalimat
Deklarati
pi i e r r e vaa uc i n e m a
f p i e r r e va a u c i n e m a
0 0
0 0.975771
1.17465 0 1.01337
Time (s) Time (s)
deklaratif memiliki alir nada naik-turun. Diduga ada 60% mahasiswa di Medan
mahasiswa di Medan masih memiliki rentangan yang jauh dengan penutur asli
suku Melayu, Toba, Karo dan Jawa. Latar belakang suku yang berbeda-beda
ujaran yang diucapkan oleh mahasiswa masih memiliki rentangan yang cukup
jauh. Hal ini di dasari dengan adanya persepsi bunyi dari tiap-tiap mahasiswa
terlihat dari tekanan (accent) tuturan bahasa Prancis. Prosodi bahasa Prancis
mencakup intonasi, nada dan tekanan. Sedangkan prosodi adalah ciri-ciri bunyi
durasi dan intensitas dalam suatu ujaran. Intensitas adalah variasi dalam
ketinggian nada laring yang meliputi rangkaian kata dan membentuk kurva melodi
dari kalimat. Intonasi menandai adanya tinggi rendahnya suara pembicara yang
mencerminkan ekspresi si pembicara. Nada adalah bunyi yang keluar dari suara
manusia dengan fungsi khas yang sama dengan fonem. Tekanan adalah
Prosodi bahasa Prancis dalam hal ini ujaran, memiliki tekanan gramatikal
dan sintaksis yang merupakan aksen tata bahasa untuk membantu memahami satu
kalimat dengan memotong kalimat yang penting pada saat membaca maupun
Prancis, diharuskan untuk memahami adanya tekanan yang selalu jatuh pada suku
kata terakhir. Selain itu juga, pendengar maupun pembaca harus cermat dalam
ekspresif. Tujuan penekanan tersebut adalah untuk menyoroti sebuah kata yang
termasuk pada pengucapan. Mengingat hal pengucapan itu penting maka prosodi
atau ironi. Pembelajar bahasa Prancis yang berasal dari latar belakang yang
tersebut.
kalimat dari suatu wacana. Intonasi juga membedakan sebuah pertanyaan dari satu
salah satu syarat untuk memiliki persepsi yang baik apabila persyaratan akustis
tertentu baik pada faktor suprasegmental atau prosodik membuat tuturan lebih
Dari uraian diatas masalah yang dapat dii rumuskan adalah sebagai berikut:
menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang bidang kajiannya sesuai
1.5 Kemaknawian
menjadi penanda modus dan mendeskripsikan nada distingtif dari nada dasar
dalam kontur ini. Durasi bagian tuturan yang membedakan modus dicari dan
membedakan modus dan berapa beda intensitas distigtif itu dibandingkan dengan
intensitas rata-rata dalam tuturan. Penelitian ini membutuhkan lebih jauh modus
yang membedakan asal daerah yang satu dengan yang lain. Penetuan harga modus
tuturan yang diamati menandai asal daerah tertentu atau hanya kode tertentu saja
yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial yang lain.
1.6 Sistematika
Penelitian ini terdiri atas delapan Bab. Bab I berupa pendahuluan yang
teori, dan tinjauan pustaka. Di dalam bab ini akan diuraikan konsep penelitian,
teori rosodi dan penelitian yang pernah dilakukan para pakar, baik para pakar
dalam negeri maupun luar negeri. Bab III berupa metode kajian yang berisi
populasi, pengumpulan data, pengolahan data, dan komposisi data. Bab IV berupa
bahasa Prancis. Bab VI berupa persepsi tuturan pembelajar bahasa Prancis. Bab
VII berupa kendala prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan. Sementara itu
Bab VIII berupa penutup yang didalamnya berisi simpulan dan saran.