Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

“BERBICARA”

DISUSUN OLEH:
RIZKIANI NUR HIDAYAH
RONALDI
SITI NURJANNAH APRIANI
SITI SARAH ARIS MUNANDAR
SURYANI SADIKIN
SYAHRIANA NUR SAKINAH
SYALVIRA QUSNUL MULIAWATI
WANDA PRADITA ARYANI
WINDY PERMATA SARI
YUNDARA PUSPA NINGRUM

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berbicara
2.2 Tujuan Berbicara
2.3 Faktor-Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
2.4 Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara
2.5 Hubungan antarkomponen Keterampilan Berbahasa
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana
untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka
memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama
manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan
pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat
abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang
mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan
menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar
terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah
tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.Salah satu aspek
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis
keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara
alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal
memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi
dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap
sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun
kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya
akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan
membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan
produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara
juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.

Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai
kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus
dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam
komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun
profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.
Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk
membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan
dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.Pentingnya
penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Farris
(Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa
agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan,
mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide
kepada orang lain secara lisan.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan
ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu
berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

Menurut pandangan whole language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa
bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan teresebut dapat dilihat bahwa
dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak
selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya
menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa yang
dilakukan bermakna.

Menurut Badudu (1993:131) pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang


Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas masih terkesan bahwa guru terlalu banyak
menyuapi materi, guru kurang mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Proses pembelajaran di kelas yang tidak relevan dengan yang
diharapkan, mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi rendah. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa Sekolah
Dasar adalah penerapan pendekatan pengalaman berbahasa dalam pembelajaran berbicara
siswa Sekolah Dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami bahas yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan berbicara?
2. Apakah tujuan dari berbicara ?
3. Apakah faktor-faktor penunjang kegiatan berbicara ?
4. Apakah factor-faktor penghambat kegiatan berbicara ?
5. Bagaimana hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa ?
1.3 Tujuan Rumusan Masalah
Adapun tujuan rumusan masalah yang kami bahas yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berbicara.
2. Untuk mengetahui tujuan dari berbicara.
3. Untuk mengetahuifaktor-faktor penunjang kegiatan berbicara.
4. Untuk mengetahui factor-faktor penghmbat kegiatan berbicara.
5. Untuk mengetahui hubungan antarkomponen keterampilan berbahasa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berbicara


Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan
akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran,
gagasan,serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu
sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang
memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak.
Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara
langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para
penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan
gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.
Menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-
tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot dan jaringan tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara
luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol social. Jadi,
berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu proses penyampaian
pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada komunikan (orang lain atau diri sendiri).

Anda mungkin juga menyukai