BERARGUMENTASI TULIS
BAHASA INDONESIA
Prof. Dr. Dawud, M.Pd
I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini dipaparkan kerangka pikir dan landasan
teoretis argumentasi. Bagian ini berisi bahasan (1) hubungan
bahasa dan pikiran, dan (2) kedudukan tindak akal budi,
argumen, dan penalaran.
1.1 Bahasa dan Pikiran
Proses menghasilkan, mengolah, menata, dan mengungkapkan realitas dan gagasan melibatkan bahasa dan pikiran.
Pikiran berfungsi melalui bahasa dan di dalam bahasa. Hanya
dengan dibahasakan atau terbahasakan sesuatu dapat ditangkap
dan dimengerti. Bahasa merupakan keterbukaan manusia terhadap realitas. Bahasa dan pikiran merupakan tempat terjadinya
peristiwa realitas. Hubungan bahasa dan pikiran dapat
dipandang dari dua sisi. Pertama, bahasa dipandang sebagai
alat untuk mengungkapkan persepsi, pikiran, dan emosi
(intumentalisme). Kedua, manusia hanya dapat mempersepsi,
berpikir, dan merasakan karena adanya bahasa (determinisme)
(Poespoprodjo, 1999). Pandangan pertama, pikiran
mempengaruhi bahasa. Pandangan kedua, bahasa mempengaruhi
pikiran.
Perwujudan pikiran mempengaruhi bahasa dapat diamati
pada ujaran anak usia lima tahunan. Pada usia itu, mereka
menggunakan ujaran egosentris, yakni ujaran yang ditujukan
untuk dirinya sendiri (egocentric speech, ngunandika). Ujaran
egosentris itu ditandai dengan tetap berlangsungnya kegiatan
berbahasa anak baik pada saat di sekelilingnya ada ataupun
tidak ada mitra bicara, misalnya, saat mereka berbicara dengan
boneka. Dari ujaran egosentris itu diketahui bahwa anak berbicara sesuai dengan apa yang dipikirkan, dipersepsikan, dan
atau membeli sesuatu yang ditawarkan itu. Pada kegiatan komunikasi bawah sadar, dengan bahasa, motivator dan mind navigator membuka penjara mental, menyetel ulang mindset, dan
mengubah keyakinan mitra bicara untuk menjadi manusia
yang (lebih) percaya diri, menghargai diri, optimistis, produktif,
dan kreatif (bandingkan Gunawan, 2006; Gunawan, 2007; dan
Wongso, 2007).
Finegan dan Besnier (1993) menyebutkan bahwa bahasa
mempengaruhi pikiran dan pikiran pun mempengaruhi bahasa.
Hubungan antara bahasa dan pikiran berlangsung dalam dua
arah, bukan hubungan sebab akibat satu arah.
Dalam komunikasi, penggunaan bahasa (dan pikiran)
sangat ditentukan oleh faktor-faktor penentu komunikasi (antara
lain: latar tutur, partisipan tutur, tujuan tutur, media tutur).
Sebagai contoh, tuturan Kelas ini bersih sekali yang dituturkan
oleh wali kelas kepada piket kelas dan kondisi kelas memang
bersih dari kotoran, tuturan itu bermakna proposisional kelas
yang bebas dari kotoran, berfungsi memuji kerja anggota piket,
dan bertujuan agar anggota kelas mempetahankan kebersihan
itu. Sebaliknya, tuturan Kelas ini bersih sekali yang dituturkan
oleh wali kelas kepada piket kelas, padahal kondisi kelas kotor,
tuturan itu bermakna proposisional kelas ini kotor sekali,
berfungsi menyindir, dan bertujuan agar piket segera
membersihkan kelas itu. Pada contoh tersebut, bentuk/modus
tuturan sama, tetapi memilki makna proposisi, fungsi
komunikasi, dan tujuan yang berbeda.
Sebaliknya, bentuk dan makna proposisi tuturan berbeda
bisa memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Berikut dua dialog
lisan via telepon yang dilakukan oleh SUP dengan DW (Dialog
I) dan ROF dengan DW (Dialog II).
Dialog I
SUP : Dik, saya kirim draf Peraturan Rektor. Kalau ada waktu,
dibantu mencermati.
DW : Iya, Pak, saya kerjakan.
Dialog II
ROF: Mas, proposal kita akan dibahas dengan tim hukum
Jumat ini. Proposal kita belum belum tuntas. Mendesak
begini, piye Mas?
DW : Ok. Saya kerjakan.
Pada Dialog I, tuturan Kalau ada waktu, dibantu mencermati. merupakan bentuk/modus tuturan berita dengan kalimat
pilihan terbuka (kondisional); dan pada Dialog II, tuturan
Mendesak begini, piye Mas? merupakan bentuk/modus tuturan
pertanyaan. Walaupun bentuk dan makna proposisi tuturan itu
berbeda, tetapi fungsi dan tujuannya adalah sama, yakni fungsi
instruktif (perintah) dan mitra tutur harus melaksanakan perintah itu. Oleh karena itu, jawaban mitra tutur sama: Iya/Ok,
saya kerjakan. Sangat tidak layak, misalnya, DW menjawab
Tidak ada waktu Pak; dan Ya nggak tahu, terserah Bapak
saja pada kedua dialog tersebut. Pemahaman makna proposisi,
fungsi komunikasi, dan tujuan tuturan seperti itu didasarkan
pada pemahaman faktor penentu komunikasi yang menyertai
tuturan, yakni faktor kedudukan penutur, yakni atasan (Rektor,
Pembantu Rektor), bawahan (Dekan), teman; topik tutur, yakni
tugas kedinasan; dan situasi tutur, yakni situasi informal.
Pada dasarnya, bertutur berarti melakukan tindakan.
Dalam performansi tuturan, terdapat tiga tindak tutur: (1)
tindak lokusi, yakni bertutur itu berarti menyampaikan makna
proposisi tuturan; (2) tindak ilokusi, yakni bertutur itu memperformansikan fungsi bahasa tertentu; dan (3) tindak perlokusi,
yakni bertutur itu mempengaruhi penanggap tutur untuk melakukan sesuatu (Austin, 1962; Searle, 1969).
Hasil
Ekspresi Bahasa
Pemahaman sederhana
Konsep/Definisi
Terma/Istilah
Afirmasi/Negasi
Pertimbangan
Proposisi
Penyusunan simpulan
Argumen
Wacana
Induktif
Urutan induktif
Deduktif
Silogisme
10
11
melalui dua cara. Pertama, memverifikasi fakta melalui pengamatan atau pengalamannya, misalnya, mendengar, melihat,
menyentuh, mencium, atau merasakannya. Kedua, orang mempercayai fakta berdasarkan pengalaman umum yang dapat
bersumber dari laporan atau deskripsi naratif tentang objek
atau kejadian, statistik yang dikumpulkan dan disusun secara
sistematis sehingga informatif, dan benda-benda buatan atau
bukti-bukti fisik yang memperkuat argumen. Fakta yang berupa
opini terhadap fakta adalah interpretasi seseorang terhadap
makna bukti-bukti faktual. Kalau fakta didasarkan pada pengalaman langsung atau tak langsung, opini didasarkan pada
pertimbangan tentang bagaimana suatu peristiwa atau pernyataan terhadap suatu persoalan dipahami, dievaluasi, dan disikapi.
Fakta atau opini yang digunakan sebagai bukti pendukung
pendirian haruslah memenuhi persyaratan keterpercayaan, keahlian, objektif, ajeg, mutakhir, sesuai, berasal dari tangan pertama,
dan jika berasal dari kutipan haruslah akurat.
Unsur argumen yang ketiga adalah penalaran, yakni tindak
menghubungkan bukti dan pendirian (Warnick dan Inch, 1994).
Penalaran adalah tindak menghubungkan sesuatu yang sudah
diketahui dan diterima kebenarannya (bukti) dengan sesuatu
yang belum diketahui atau kontroversial (pendirian). Tujuan
menghubungkan pendirian dan bukti adalah untuk memperoleh
simpulan. Penalaran dapat diekspresikan dalam pernyataan
inferensi. Pernyataan penalaran atau inferensi dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, penalaran dinyatakan secara eksplisit,
misalnya, Jangan bermain-main di jalan, sebab kamu bisa
tertabrak mobil. Kedua, penalaran dinyatakan secara implisit
yang berarti penutur mengharapkan supaya petutur menghubungkan sendiri bukti dengan pendirian yang dikemukakannya,
misalnya, Jangan bermain-main di jalan, kamu bisa luka. Dalam
contoh kedua tersebut, penalaran sebab kamu bisa tertabrak
mobil tidak dinyatakan (Warnick dan Inch, 1994:108). Studi
Pembelajaran Berargumentasi Tulis Bahasa Indonesia
13
14
kemampuan komprehensi perlu memperhatikan cara menangkap dan hakikat suatu konsep.
Berdasarkan cara menangkapnya dan menurut hakikatnya,
konsep dapat dibedakan atas konsep sederhana dan konsep
kompleks. Berikut ini dicontohkan sejumlah terma dengan
kedua kategori tersebut:
manusia, mobil, uang (sederhana cara tangkap dan hakikatnya)
hewan berakal, kendaraan bermesin, alat tukar perdagangan (kompleks cara tangkapnya, tetapi sederhana
hakikatnya);
guru besar ilmu hukum, negara kesatuan, kebudayaan
lokal (sederhana cara tangkapnya, tetapi kompleks hakikatnya;
kecintaan kepada tanah air, kemanusiaan yang beradab,
adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan
(kompelks cara tangkapnya dan hakikatnya)
Berdasarkan ekstensinya (lingkungannya, daerahnya),
penyusun konsep perlu memperhatikan semua hal yang dapat
disebut atau diacu dengan konsep tersebut. Ekstensi suatu
konsep mencakup sebutan atau acuan singular, partikular,
distributif, dan kolektif.
Ekstensi singular individual yang hanya dapat diacukan
pada individu (misalnya, kawanku artis kreatif; Ebiet G.
Ade) dan ekstensi singular kolektif yang hanya dapat
diacukan pada kelompok (misalnya, badan eksekutif
mahasiswa, Universitas Negeri Malang).
Ekstensi partikular individual yang dapat diacukan pada
(berbagai) individu yang tidak tentu (misalnya, seorang
mahasiswa, kebanyakan manusia); dan ekstensi partikular
kolektif yang dapat diacukan pada (berbagai) kumpulan
15
17
salnya, terma S, paling sedikit harus diketahui definisi nominalnya dan harus diketahui ada; serta terma P dan terminus
medius harus diketahui definisi rielnya. Demikian juga, premispremisnya harus diketahui kepastiannya atau paling sedikit
mungkin.
Prinsip-prinsip formal mencakup kebenaran-kebenaran
yang menjamin terlaksananya proses penalaran yang benar.
Prinsip formal harus, paling sedikit, diketahui secara implisit
dan pasti. Misalnya, prinsip formal yang mendasari silogisme
kategoris adalah prinsip identitas; dan prinsip formal yang
mendasari silogisme kondisional, induksi, dan argumen kumulatif adalah prinsip alasan yang mencukupi.
Proses penyusunan pengetahuan dilalui dengan momen
asensif dan momen desensif (Poespoprodjo, 1999). Momen
asensif (meningkat) merupakan proses perolehan pengetahuan
dari taraf indera ke taraf akal budi. Momen desensif (menurun)
merupakan proses perolehan pengetahuan dengan menyusun
dan menghubungkan kembali pengetahuan dalam akal budi
dengan realitas konkret dan kenyataan. Dengan demikian,
penyusunan dan perolehan pengetahuan itu berasal dari abstraksi
langsung dari data pengalaman, refleksi, perbandingan, analisis,
sintesis, keputusan, atau pemikiran. Perolehan pengetahuan
dapat ditangkap dari realitas dan konsep atau ide.
Secara umum, dapat ditemukan tiga taraf abstraksi, yakni
abstraksi fisik, abstraksi matematis, dan abstraksi metafisis.
Abstraksi fisik dilakukan dengan menangkap benda yang
dialami seseorang dan hasil tangkapan itu disodorkan pada
pengetahuan inderanya. Pengetahuan yang diperoleh berupa
kualitas material benda itu dengan menyingkirkan ciri-ciri individual dan konkret. Pengetahuan itu berupa pengertian yang
masih mencakup kejasmanian materialitas benda yang ditunjuk,
misalnya, pengertian tentang ayam, jambu, merah.
18
19
21
barkan makna tulisan atau tuturan. Kedua, menentukan pendirian atau proposisi dalam argumen. Ketiga, mengidentifikasi
pendirian atau proposisi utama. Keempat, meletakkan kedudukan unsur argumen dan menata hubungan antarunsur
argumen dengan tepat. Kelima, menilai argumen tentang
kebenaran bukti dan kesahihan penarikan simpulannya.
Kebenaran bukti dapat diukur dari segi kesesuaian dan
keajegannya. Kesahihan penarikan simpulan dapat diukur dari
segi kualitas, kuantitas, dan oposisinya.
Secara garis besar, struktur argumen dapat dibedakan
atas argumen sederhana dan argumen kompleks. Kesederhanaan
atau kompleksitas struktur argumen didasarkan pada jumlah,
kedudukan, dan hubungan unsur-unsur pembangun argumen.
Sebagai contoh, struktur argumen sederhana tampak pada lirik
puitis argumentatif berbentuk soneta hasil cipta kreatif Rhoma
Irama, sedangkan struktur argumen kompleks tampak pada
kutipan argumentatif Quraish Shihab tentang pengurutan ayat
dan surah dalam Al-Quran.
JUDI
Judi menjanjikan kemenangan, judi menjanjikan kekayaan
Bohong, kalaupun kau menang, itu awal dari kekalahan
Bohong, kalaupun kau kaya, itu awal dari kemiskinan
Judi meracuni kehidupan, judi meracuni keimanan
Pasti, karena perjudian orang malas dibuai harapan
Pasti, karena perjudian perdukunan ramai menyesatkan
Yang beriman bisa jadi murtad, apalagi yang awam
Yang menang bisa menjadi jahat, apalagi yang kalah
Yang kaya bisa jadi melarat, apalagi yang miskin
Yang senang bisa jadi sengsara, apalagi yang susah
Uang judi najis tiada berkah
23
Uang yang pas-pasan karuan buat makan, itu cara sehat tuk bisa
bertahan
Uang yang pas-pasan karuan ditabungkan, itu cara sehat tuk jadi
hartawan
Apa pun nama dan bentuk judi, semuanya perbuatan keji
Apa pun nama dan bentuk judi, jangan dilakukan dan jauhi
Bait pertama soneta tersebut merupakan PD yakni kebohongan janji kemenangan dan kekayaan judi serta kepastian
judi sebagai racun kehidupan dan racun keimanan. Bait kedua
merupakan DD sebagai bukti atas pendirian tersebut, yakni
kemurtadan, kejahatan, kemelaratan, dan kesengsaraan akibat
judi. Baris berikutnya merupakan DK, yakni uang judi najis,
tiada berkah yang diturunkan dari ajaran ayat Al-Quran sesungguhnya minuman keras, judi adalah najis yang merupakan
bagian dari perbuatan syetan. Bait terakhir merupakan DU
atas kesahihan DK, yakni yang sah, yang benar, yang tidak
najis, yang halal: uang itu sebagai alat tukar makan (pemenuhan
kebutuhan pokok) dan sebagai tabungan, bukan untuk judi
yang jelas-julas keji dan harus dijauhi.
Struktur argumen dalam soneta tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
25
26
Pendapat ini tidak dapat diterima, karena seperti dikemukakan di atas, riwayat-riwayat membuktikan bahwa bukan
sahabat Nabi saw., bahkan bukan pula Nabi Muhammad saw.
atau malaikat Jibril as. yang menyusun sistematika perurutan
ayat dan surah, tetapi yang menyusunnya adalah Allah swt.
sendiri. Khusus untuk kasus QS. al-Ghasyiyah, bagaimana
mungkin penempatannya dilakukan oleh para penulis al-Quran,
sedangkan surah itu turun di Mekkah, jauh sebelum pengumpulan al-Quran pada masa Abu Bakr dan Utsman ra.
Bagaimana mungkin mereka yang menyusunnya, padahal surah
ini amat sering dibaca oleh Nabi saw. Bukankah beliau
membacanya setiap malam dalam shalat witir, sebagaimana
diriwayatkan oleh sekian banyak ulama hadits dan melalui
sekian banyak sahabat Nabi saw.? Dan tentu ini diikuti oleh
sahabat-sahabat beliau, bahkan hingga kini oleh umatnya. Nabi
saw. juga membacanya pada shalat Idul Fithri yang tentu
didengar sesuai dengan susunan itu oleh ribuan kalau enggan
berkata puluhan ribu umat Islam?
27
ayat 1720. SG ini disanggah oleh penulis dengan (1) menyatakan pendirian (pd) kritik orientalis tersebut salah besar, (2)
mengemukakan data (dd) dengan cotoh surat Al-Ghasyiyah
yang (a) merupakan surat Makiyah, yakni ayat/surat yang turun
di Mekkah, padahal penulisan Al-Quran seutuhnya baru
dilaksanakan di Madinah setelah Nabi wafat, dan (b) surat AlGhasyiyah selalu dibaca Nabi saat salat witir tidap malam dan
saat salat id yang didengar oleh ribuan orang. Sanggahan penulis
ini sekaligus menjadi DU atas DK yang telah dikemukakan
untuk memperkuat PD yang telah dirumuskan. Unsur argumen
berupa SG dan DU tersebut masing-masing merupakan argumen
yang memiliki struktur tersendiri.
Argumen tesebut sangat kuat karena ada sanggahan dan
sanggahan tersebut disanggah dengan pemberian data dasar
dan pembuktian yang meyakinkan. Argumen tersebut terdiri
atas lima unsur dan dua unsur di antaranya memiliki struktur
sendiri. Untuk itu, argumen tersebut termasuk berstruktur
kompleks. Struktur argumen tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
28
29
30
31
33
35
Hormat saya,
Dawud
36
DAFTAR RUJUKAN
Austin, J. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Clarendon
Press.
Ellis, R. 1995. The Study of Second Language Acquisition. Oxford:
Oxford University Press.
Ellis, R., Pennau, J., Standal, T., Rummel, M.K. 1989. Elementary
Language Arts Instruction. Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice Hall.
Finegan, E. dan Besnier, N. 1993. The Relationship between Language
and Thought. Dalam Cleary, L.M. dan Linn, M.D. 1993. Linguistics for Teachers (hlm. 99102). New York: McGraw-Hill,
Inc.
Gunawan, A.W. 2006. Hypnotherapy: The Art of Subsconcious Restructuring. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, A.W. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hirata, Andrea. 2010. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Penerbit
Bentang.
Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan
Ilmu. Bandung: Pustaka Grafika.
Searle, J. 1969. Speech Act. Speech Acts. Cambridge: Cambridge University Press.
Shihab, M.Q. 2005. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Quran (Volume I). Jakarta: Lentera Hati.
Spradley, J.P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart
and Winston.
Sullivan, D.J. 1963. Fundamentals of Logic. London: McGraw-Hill
Book Company.
Toulmin, S., Rieke, R., dan Janik, A. 1979. An Introduction to Reasoning. New York: Macmillan Publishing Company.
Toulmin, S., Rieke, R., dan Janik, A. 1979. An Introduction to Reasoning. New York: Macmillan Publishing Company.
Toulmin, S.E. 1990. The Uses of Argument. Cambridge: Cambridge
University Press.
Vigostsky, L.S. 1993. Thought and Word. Dalam Cleary, L.M. dan
Linn, M.D. 1993. Linguistics for Teachers (hlm. 7178). New
York: McGraw-Hill, Inc.
37
38
Pembelajaran Berargumentasi
Tulis Bahasa Indonesia
39
39
1. Penelitian
No
Judul Penelitian
1. Kajian Kekritisan Penalaran pada Tuturan Anak
Usia Sekolah Dasar dalam Upaya Penigkatan
Kemampuan Bernalar Anak: Analisis
Karakteristik Cerita, Dialog, dan Lingkungan
yang Meningkatkan Kekritisan Anak
2. Kajian Kekritisan Penalaran pada Tuturan Anak
Usia Sekolah Dasar dalam Upaya Penigkatan
Kemampuan Bernalar Anak: Analisis Faktor
yang Berpengaruh terhadap Peningkatan
Kekritisan Anak
3. Kesantunan dalam Tindak Tutur Impositif
(Memerintah) Anak Usia Sekolah Dasar
4. Kesantunan dalam Tindak Tutur Impositif
(Mengkritik) Anak Usia Sekolah Dasar
5. Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Resmi
Melalui Strategi Koperatif-Kolaboratif Siswa
Kelas III SMA Negeri Batu
6. Campur Kode dalam Bahasa Ludruk
7. Metode dan Permasalahan dalam Pengajaran
Membaca di SD se Kabupaten Malang
8. Bahasa Pengantar Perkuliahan Dosen Pembina
Non-Matakuliah Bahasa Indonesia pada
Program PGSD IKIP Malang
9. Pengarus Proses Belajar-Mengajar dengan
Pendekatan Step terhadap Keberhasilan
Pengajaran Kemampuan Menulis SD
10. Penguasaan Kosakata Siswa SD di Lingkungan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan se
Kabupaten Malang
11. Telaah Kohesi dan Koherensi Wacana Prosa
Fiksi
12. Pengembangan Tes Menulis dalam Bahasa
Indonesia untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
13. Ragam Kalimat Dasar dan Kalimat Transformasi
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua siswa
Sekolah Dasar
14. Strategi Pemahan Teks Siswa Kelas V SD di
Kodya Malang
15. Penggunaan Pertanyaan dalam Kegiatan
Belajar-Mengajar di SD
16. Wacana Percakapan Bahasa Indonesia Anak
Pra Taman Kanak-Kanak
17. Tatabahasa Acuan Bahasa Madura
40
Tahun
2009
Sumber Dana
DP3M DIKTI
2008
D3M DIKTI
2007
DP3M DIKTI
2006
DP3M DIKTI
2005
Lemlit UM
2000
1997
Proyek Pembinaan
Bahasa Jawa Timur
Lemlit IKIP Malang
1994
1994
1993
1993
1993
1992
1992
1992
1992
1989
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Judul Buku
Bahasa Indonesia untuk SMP
Kelas VII (KTSP 2006)
Bahasa Indonesia untuk SMP
Kelas VIII (KTSP 2006)
Bahasa Indonesia untuk SMP
Kelas IX (KTSP 2006)
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VII
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas VIII
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP/MTs Kelas IX
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP Kelas VII (Kurikulum
2004 Berbasis Kompetensi)
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP Kelas VIII (Kurikulum
2004 Berbasis Kompetensi)
Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk SMP Kelas IX (Kurikulum
2004 Berbasis Kompetensi)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas I (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas II (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas III (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas I (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas II (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas III (Kurikulum
1994 Suplemen GBPP 1999)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas I (Berdasarkan
Kurikulum 1994)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas II (Berdasarkan
Kurikulum 1994)
Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk SLTP Kelas III
(Berdasarkan Kurikulum 1994)
Petunjuk Guru Pelajaran Bahasa
Tahun
2007
Penerbit
PT Erlangga Jakarta
Sasaran
Siswa /Guru SMP
2007
PT Erlangga Jakarta
2007
PT Erlangga Jakarta
2005
PT Erlangga Jakarta
2005
PT Erlangga Jakarta
2005
PT Erlangga Jakarta
2004
PT Erlangga Jakarta
2004
PT Erlangga Jakarta
2004
PT Erlangga Jakarta
2003
PT Erlangga Jakarta
2003
PT Erlangga Jakarta
2003
PT Erlangga Jakarta
2000
PT Erlangga Jakarta
2000
PT Erlangga Jakarta
2000
PT Erlangga Jakarta
1997
PT Tropodo Surabaya
1997
PT Tropodo Surabaya
1997
PT Tropodo Surabaya
1997
PT Tropodo Surabaya
Guru SLTP
41
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
1997
PT Tropodo Surabaya
Guru SLTP
1997
PT Tropodo Surabaya
Guru SLTP
1997
PT Tropodo Surabaya
Guru SLTP
2004
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
2004
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
2004
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
2002
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
2002
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
2002
PT Erlangga Jakarta
Siswa/Guru SMA
7.
8.
9.
Judul Buku
Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia
Struktur dan Kosakata Bahasa Indonesia serta
Pengajarannya
Pengajaran Membaca dan Menulis di SD
(Diktat)
Pendekatan dan Pengembangan Model
Evaluasi Pengajaran Bahasa (Diktat)
Lingkup Kajian dan Aspek Metodologi
Penelitian Pemerolehan Bahasa (Diktat)
Faktor Lingkunga, Faktor Diri, dan Proses
Pemerolehan Bahasa Kedua (Diktat)
Bahasa, Pikiran, dan Komunikasi
Pengajaran Membaca Intensif (Diktat)
Bahasa Indonesia Keilmuan
10.
1991
3.
4.
5.
6.
42
Tahun
2008
1997
1995
Penerbit
UM Press
IKIP Malang & Kanwil
Depdikbud Jawa Timur
FPBS IKIP Malang
1995
1995
1995
1995
1994
1994
Judul Artikel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Diksi
2008
Nas/Intern
asional
Nasional
Bahasa dan
Seni
Sekolah Dasar
2008
Nasional
2007
Nasional
Sekolah Dasar
2005
115--127
Nasional
Sekolah Dasar
2003
122--129
Nasional
Sekolah Dasar
2001
142--147
Nasional
Vokal: Telaah
Bahasa dan
Sastra
2001
12--28
Nasional
Sekolah Dasar
2000
13--22
Nasional
Forum
Penelitian
Kependidikan
Sekolah Dasar
1999
159--176
Nasional
1998
59--67
Nasional
Sekolah Dasar
1997
102--108
Nasional
Sekolah Dasar
1996
100--109
Nasional
Bahasa dan
Sastra
Indonesia
Sekolah Dasar
1995
1--17
Nasional
1995
82--99
Nasional
1995
40--47
Nasional
Nama Jurnal
Hlm dr
artikel
Tahun
Bahasa dan
Sastra
Indonesia
Inovasi
Pendidikan
Humaniora
dan Sains
Sekolah Dasar
1994
1994
8--17
38--52
Nasional
Nasional
1994
175--185
Nasional
Kreatif
1993
1--10
Nasional
43
19.
20.
21.
Kreatif
1993
1--10
Nasional
Warta Scientia
1990
56--59
Nasional
Warta Scientia
1988
43--52
Nasional
5. Artikel di Website
No
Judul
1.
2.
3.
Website
Waktu
www.sastra.um.ac.id
10-2-2009
www.sastra.um.ac.id
10-2-2009
www.um.ac.id
29/09/2009
4.
www.um.ac.id
12-10-2009
5.
www.um.ac.id
18-10-2009
6.
www.um.ac.id
05-12-2009
7.
Kembali Fitrah
www.um.ac.id
15-9-2010
8.
www.um.ac.id
17-9-2010
44