Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN BERBICARA LANJUT

NAMA : HERDIANSYAH

NIM : 219502008
A. Konsep Dasar Berbicara
Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal,
sebagai berikut :

     Berbicar dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya kedua    kegiatan
ini berbeda tetapi berkaitan erat tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu
sebagai kegiatan berbicara dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan
berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu
saat pembicara beralih peran menjadi penyimak demikianpula ada kalnya
penyimakberperan sebagai pembicara. Tidak ada artinya seorang pembicara tanpa
pinyimak atau seorang penyimak tanpa pembicara.
     Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya berbicara digunakan
sebagai sarana mengontrol lingkungan.
     Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak sekedar alat
mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan dan
memformulasikan ide baru atau memanifestasikan kepribadian seseorang.
     Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicar
dipenuhi oleh kualitas dan kuantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin kaya
pengalaman seseorangbiasanya akan semakin baik pula keterampilan berbicaranya.
Sebaliknya orang yan miskin pengetahuan dan pengalamn akan mengalami kesukaran
berbicara.
     Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk mengekspresikan ide,
perasaan dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan untuk menambah pengetahuan
dan menambah cakrawala pengalamna seseorang.
     Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya lingkungan yang
konduktif memberi peluang dan kesempatan pada anak untuk dilatih berbicara akan
sangatmendukung keterampilan berbicara (kemampuan linguistik) anak. Sebaliknya,
lingkungan yang tidak kondusif tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak
untuk berlatih berbicara akan mengakibatkan anak menjadi pemalu, kaku dan kurang
mampu mengekspresikan diri secara lisan.
 Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk mengidentifikasikan
kepribadian sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu diantaranya adalah berbicara.
Kualitas setara, tinggi rendah, nada, dan kecepatan suara dapat di jadikan indikator
keadaan emosional seseorang. Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian
seseorang dapat di ketahui melalui cara bicaranya.

B. Pengertian, Peranan, dan Tujuan Berbicara

Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan
untuk berinteraksi antar sesamanya. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap ada kelompok
manusia, pasti di tempat tersebut ada bahasa. Hal ini berlaku baik pada masyarakat
tradisional maupun masyarakat modern. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap manusia
sebagai anggota masyarakat dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik secara
lisan maupun secara tertulis agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Secara umum dikenal dua cara berkomunikasi, yakni :

1. Komunikasi  verbal, dan


2. Komunikasi non verbal
Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaian makna/tujuan
yang di kehendaki . Sedangkan, komunikasi non verbal memanfaatkan sarana non bahasa
berupa gerak-gerik, ekspresi wajah, air muka atau hal lain seperti bunyi bel, sandi bendahara
(morse), warna, gambar, dan sebagainya. Dari kedua car berkomunikasi tersebut komunikasi
verbal dianggap lebih sempurna, efektif, dan efesien, bila di bandingkan dengan komunikasi
non verbal.

Untuk dapat berkomunikasi verbal secara lisan (berbicara) dengan baik, dibutuhkan
sejumlah persyaratan sebagai berikut.

1. Pengirim      : Orang yang menyampaikan pesan


2. Pesan           : Isi pembicaraan
3. Penerima     : Orang yang menerima pesan
4. Media          : Waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan   dalam penyampaian
pesan
5. Interaksi      : Searah, dua arah, atau mulit arah
Pemahaman : Ada saling pengert

C. Jenis-jenis Berbicara

Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau sudut


pandang yang dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani untuk
mengklasifikasikan keterampilan berbicara, yakni :

1. Situasi
2. Tujuan
3. Metode penyampaian
4. Jumlah penyimak
5. Pristiwa khusus
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan
lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam
situasi formal, pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan situasi
informal menghendaki pembicara berbicara secara tak resmi.

Menurut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakup :


1. Ceramah
2. Perencanaan dan penilaian
3. Interview
4. Prosedur parlementer, dan
5. Bercerita
Selanjutnya Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas :
1. Tukar pengalaman
2. Percakapan
3. Penyampaian berita
4. Penyampaian pengumuman
5. Bertelepon
6. Pemberian petunjuk
Situasi berbicara juga berhubungan dengan tujuan berbicara. Seperti telah
dikemukakan terdahulu, ada lima tujuan berbicara, yakni :
1. Untuk menghibur
2. Untuk menginformasikan
3. Untuk menstimulasi
4. Untuk meyakinkan, dan
5. Untuk menggerakkan

Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Sedangkan
untuk memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan lebih tepat
didukung oleh suasana serius, tertib, hening bahkan terkadang menimbulkan kesan kaku.
Guna mencapai tujuan berbicara secara optimal, pembicara di tuntut menguasai
berbagai metode penyampaian yang di sesuaikan dengan audience dan situasi berbicara. Ada
empat metode (cara) penyampaian pesan (pembicaraan), yaitu:
1. Penyampaian secara mendadak
2. penyampaian berdasarkan catatan kecil
3. penyampaian berdasarkan hafalan
4. Penyampaian berdasarkan naskah
Berdasarkan keempat metode penyampaian tersebut, berbicara dibedakan atas empat
jenis, yakni :
1. Berbicara mendadak
2. Berbicara berdasarkan catatan kecil
3. Berbicara berdasarkan hafalan
4. Berbicara berdasarkan naskah
Selain itu ditinjau dari jumlah penyimak berbicara dapat digolongkan atas tiga jenis, yaitu :
1. Berbicara antar pribadi (berbicara empat mata), yakni apabila dua pribadi
membicrarakan, mempersoalkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu, baik dalam
suasana santai, akrab maupun serius
2. Berbicara dalam kelompok kecil, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi
sekelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang
3. berbicara dalam kelompok besar, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi
pendengar berjumlah besar atau massa, baik homogen maupun heterogen

Pada kegiatan jenis berbicara tersebut, ada yang memiliki kekerapan mobilitas perpindahan
peran dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya, seperti pada berbicara antar pribadi
dan berbicara dalam kelompok kecil, dan ada pula yang mobilitas perpindahan perannya relatif
kecil bahkan tidak pernah terjadi, seperti berbicara da;lam kelompok besar
Selanjutnya dipilih dari pristiwa khusus yang dihadapi oleh pembicara, berbicara dapat
dibedakan atas enam jenis sebagai berikut :
1. Pidato presentasi ialah pidato yang dilaksanakan dalam suasana pembagian hadiah
2. Pidato penyambutan ialah pidato yang berisi ucapan selamat datang pada tamu
3. Pidato perpisahan ialah pidato yang berisi kata-kata perpisahan/ucapan selamt jalan,
selamat tinggal
4. Pidato jamuan (makan malam) ialah pidato berupa ucapan selamat mendoakan kesehatan
buat tamu, dan sebagainya
5. Pidato perkenalan ialah pidato yang berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan
tantang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkankepada
pendengar
6. Pidato nominasi (mengunggulkan) ialah pidato yang berisi pujian, alasan, mengapa
sesuatu itu diunggulkan (Logan, dkk. 1972:127-129)

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Berbicara

1) Faktor-Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

a)      Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara


tepat.Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar.
Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai
gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan,
perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok,
sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu

b)      Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam
berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,
akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat
dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.

c)      Pilihan kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksunya mudah dimengerti oleh
pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau
kata-kata yang digunakan sudah kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-
kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk, dan kata-kata yang
berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin
tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata-kata
yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret menunjukkan aktivitas
akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan
dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata untuk menyusunnya
menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks. Orang yang
memiliki kemampuan memilih kata adalah:

1. memiliki kosakata
2. memahami makna kata tersebut,
3. memahami cara pembentukannya
4. memahami hubungan-hubungannya,
5. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah struktural
dan logis.
Ada 6 kriteria yang dapat digunakan untuk memilih kata, yaitu:

1. humanis antropologis
2. linguistis pragmatis
3. sifat ekonomis
4. psikologis
5. sosiologis
6. politis.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat digunakan beberapa cara untuk memilih kata, yaitu
melihatnya dari segi

1. bentuk kata
2. baku tidaknya kata
3. makna kata
4. konkret atau abstraknya kata
5. keumuman dan kekhususan kata
6. menggunakan gaya bahasa/majas
7. idiom.
d) Ketepatan sasaran pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat
besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan
pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh,
berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap
tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya hubungan
pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan
perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal
atau akhir kalimat.

2) Faktor-Faktor Nonkebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara


Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti yang sudah diuraikan
di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan formal,
faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan berbicara. Dalam proses belajar-
mengajar berbicara, sebaliknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika
berbicara di depan umum, mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang
kualitas pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran
gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak banyak mahasiswa yang
mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, perlu adanya bahasa yang
digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara di depan umum. dapat dimulai dari
segi penggunaan bahasa yang digunakan dalam berbicara. Kemudian selanjutnya pada ilmu
retorika yang harus digunakan, yaitu metode dan etika retorika.

Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan berbicara mahasiswa akan
termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara secara intelektual”. sehingga kalau faktor
nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor kebahasaan.

Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :

1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika berbicara
maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan bersemangat dalam
berbicara.
2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan pandangan matanya
kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat dalam pembicaraan.
Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak kondusif, misalnya melihat ke
atas, ke samping, atau menunduk.
3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka, jujur dalam
mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan bersedia menerima
kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang keliru atau tidak dilandasi
argumentasi yang kuat
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut mampu mengoptimalkan
penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi wajah untuk mendukung penyampaian
gagasan. Untuk itu perlu dihindari penggunaan gerak-gerik yang tidak ajeg, berlebihan, dan
bertentangan dengan makna kata yang digunakan.
5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi suara yang nyaring
sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi akustik. Kenyaringan yang
terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik sedangkan kenyaringan yang terlalu
rendah akan menimbulkan kesan melempem, lesu dan tanpa gairah
6.  Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya dengan
lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap keutuhan isi
paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari bunyi-bunyi penyela seperti em, ee,
dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus berbicara dengan cepat sehingga membuat
pendengar sulit memahami apa yang diuraikannya
7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang dibicarakan. Kunci
untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang, penguasaan materi yang baik, dan
meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri. dan Penalaran, seorang pembicara dituntut
mampu menunjukkan penalaran yang baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar
akan mudah memahami dan menyimpulkan apa yang disampaikannya.

E. Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara

Faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan
internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar pembicara
(Taryono, 1999:68). Adapun hambatan internal yang dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.

Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak sempurna lagi,
kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil postur dan posisi tubuh

Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu: hambatan mental yang
temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan mental yang temporer misalnya rasa malu,
rasa takut, dan rasa ragu atau grogi. Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu
tipe penggelisah, tipe ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;

Hambatan lain-lain meliputi:

1. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat, dan tata makna;
2. kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;
3. kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan
4. adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).
Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:

1. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari luar ruang;
2. hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal, misalnya di atas
bus kota, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi formal jarang dijumpai;
3. hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan di malam hari
atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan
4. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau pembicara tidak
memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan pendengar.
5. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara agar berbicara kita efektif
antara lain sebagai berikut :
 Cerdas Menguasai Suasana
Orang belajar menulis semestinya terlebih dahulu mempelajari hal-hal yang tidak akan dia tulis.
Begitu juga orang belajar berbicara semestinya terlebih dahulu mempelajari kapan seharusnya
tidak berbicara. Kita tentu pernah memdengar pepatah “bicara itu perak, diam itu emas”, entah
perkataan itu benar atau tidak akan tetapi sebelum membahasa bagaimana  seharusnya berbicara
akan lebih baik kalau kita terlebih dulu memahami bagaimana seharusnya tidak berbicara kita
diam bukan berarti tidak bersuara. Mungkin kita sedang mempraktekkan ilmu padi semakin
merunduk semakin berisi. Karena didalam berbicara kita harus tahu berbicara dengan siapa dan
di mana kita berbicara. Dengan demikian kita bisa menguasai suasana. Sering juga kita dengar
orang berkata banyak bicara banyak salah, mengapa demikian karena tidak bisa menguasai
suasana. Coba kita renungkan, jika teman kita sedang menghitung uang, apakah kita akan terus
menerus berbicara? Tentu tidak, apabila kita kita terus menerus berbicara dengannya besar
kemungkinan dia akan salah dalam menghitung uangnya.

F. Kecemasan Berbicara
Kecemasan berbicara di depan umum berdasarkan beberapa penelitian banya dialami
oleh mahasiswa, terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang datang ke sub unit layanan
bimbingan konseling dengan keluhan kecemasan berbicara di depan umum (Salim. 2004).
Tidak hanya terjadi di Indonesia, amerika bahkan menggolongkan kecemasan berbicara
didepan umum sebagai kecemasan terbesar.Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang
negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akademis. Penanganan
kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada
penilaian pribadi individu terhadap kemampuannya yang disebut self efficacy (Safarino).
Self efficacy akan mempengaruhi cara individu yang  bereaksi terhadap situasi yang
menekan (Bandura, 1997). Yang menjadi rumusan  masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana tingkat self efficacy, kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa PAI dan
adakah hubungan self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum mahasiswa PAI.
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat self efficacy, kecemasan
berbicara di depan umum dan ada  tidaknya hubungan antara self efficacy dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa PAI.

1. Penyebab Timbulnya Kecemasan Berbicara


Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal:

a)      Tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Ia
tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah
ketidakpastian. Untuk menngobati hal ini, latihan dan pengalaman sangat menenntukan.
Pengetahuan akan retorika akan memberikan kepastian kepadanya untuk memulai, melanjutkan,
dan mengakhiri pembicaraan. Ia dapat memastikan, atau paling tidak  menduga reaksi
pendengarnya.

b)      Ia tahu akan dinilai. Berhadapan dengan penilaian membuat orang nervous. Penilaian dapat
mengangkat dan menjatuhkan harga dirinya. Tetapi umumnya kita memperhatikan yang kedua.
Bagaimana bila kita dipermalukan orang?  Semua yang ditakutkan sebenarnya lebih banyak
terdapat dalam persepsi kita daripada dalam kenyataan. Seandainya pidato kita gagal, harga diri
kita tidak akan jatuh serendah itu. Apalagi berdasarkan pengalaman, kegagalan itu hanya terjadi
padaa percobaan-percobaan pertama saja dan khalayak maklum. Bukankah dahulu kita  jatuh
berkali-kali sebelum dapat berjalan.

c)      Situasi yang asing. Situasi ini dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang
yang terkenal sebagai pembicara-pembicara yang baik.
2. Cara Mengatasi Kecemasan Berbicara
Dari beberapa penyebab munculnya kecemasan berbicara, kemudian muncul beberapa cara
mengatasi kecemasan berbicara tersebut:

Rakhmat dalam bukunya” Retorika Modern” menyatakan, ada dua metode mengendalikan
kecemasan komunikasi atau dalam hal ini kecemasan berbicara. Pertama, metode jangka panjang
; yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan kecemasan berbicara dengan tiga
sebab di atas. Kedua, metode jangka pendek; yakni ketika kita harus segera mengendalikan
kecemasan berbicara pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato. Yang pertama adalah
proses yang panjang, yang kedua adalah pintu darurat ketika pesawat dalam keadaan bahaya.

3. Ciri-Ciri Pembicara Ideal


Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik untuk
dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara.Ciri-ciri tersebut meliputi
hal-hal di bawah ini.

1. Memilih topik yang tepat.


Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual
dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan
kebutuhan pendengarnya.

2. Menguasai materi.
Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai
materi yang akan disampaikannya.

3. Memahami latar belakang pendengar.


Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi
tentang pendengarnya.

4. Mengetahui Situasi.
Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.

5. Mempunyai Tujuan Jelas.


Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang tegas, jelas, dan gambling.

6. Kontak Dengan Pendengar.


Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan
kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau
senyuman.

7. Kemampuan Linguistiknya Tinggi.


Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk
menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif,
sederhana, dan mudah dipahami.

8. Menguasai Pendengar.
Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, dapat mengarahkan dan
menggerakkan pendengarnya ke arah pembicaraannya.
9. Memanfaatkan alat bantu.
10. Penampilannya meyakinkan.
11. Berencana.

G. Merencanakan Pembicaraan

1. Ketahui Subjek Pembicaraan Anda


a)      Pilih sebuah Topik

 Buat topik menarik untuk anda sendiri. Jika tidak, anda tidak mampu menguasai
audiensi.  Pembicaraan yang menarik akan lebih mudah mengemukakannya dan dapat
membuat suasana menjadi menarik.
 Ketahui dengan baik latar belakang pembicaraan, karena hal itu sangat berguna dalam
pemulikan ilustrasi, pemikiran, pengarahan dan pembahasan selagi mengutarakannya.
b)      Ketahui Audiensi

Coba analisis tipe dari audiensi anda, misalnya taraf pemikiran mereka apakah mampu menyerap
materi yang diberikan, dari segi mana harus dimulai dengan ilustrasi-ilustrasi yang mampu
menarik perhatian mereka dan sejauh apa materi tersebut diungkapkan.  Karena suatu
pembicaraan yang tidak menarik adalah terlalu enteng atau berat serta tidak menyangkut
mereka.Rangsang minat dan pemikiran audiensi kearah materi pembicaraan dengan menyelipkan
ilustrasi yang sesuai.

c)       Perhatikan Suasana

 Akan berbeda halnya  dengan pembicara dalam ruangan kecil dengan ruangan besar. 
Suara yang tidak bersemangat atau kurang jelas (lemah), biasanya dapat menghilangkan
minat pendengar, bahkan suara yang terlalu keras dapat menghilangkan perhatian.  Untuk itu
pilih waktunya dimana penekanan suara (keras) dilakukan pada topik sehingga menarik.
 Ketahui pula waktu pembicaraan, dimana pendengar mulai bosan atau masih menarik. 
Karena hal itu pilih lebih dahulu masalah yang paling penting dan kemudian hal-hal yang
kecil diselipkan diantaranya atau buat modifikasinya.
2. Macam masalah yang dibicarakan
Pembicaraan yang tidak mempunyai spesifikasi tertentu, biasanya menjadi beku dan dingin. 
Karena itu perlu diketahui dan  diperhatikan macam pembicaraan apa yang
diutarakan/disampaikan.  Anda mungkin memberikan:
 Kemukakan kepada audiensi suatu proses, metoda atau teori.
 Beri keterangan tentang kejadian, pesan lembaga dan sebagainya.
 Ajak audiansi untuk mengetahui hal yang benar atau salah dari suatu permasalahan.
 Mencari sebab dari suatu kejadian.
 Menyajikan hal-hal humor dll.
 Buat Modifikasi dari macam-macam pembicaraan sesuai dengan kondisi serta pemikiran
audiensi anda.

3. Mempersiapkan Materi
 Kumpulan materi-materi yang penting berupa ilustrasi/gambaran, rencana masalah,
contoh, pendapat dan gambaran dll. Untuk dicampur dalam pembicaraan.  Dapat diambil:
 Pengalaman dan Pemikiran. Jangan mengambil pendapat orang lain begitu saja, pendapat
anda harus dimasukkan, dilengkapi dengan data lain dari pengamatan atau sumber-sumber
lain.
 Mungkin juga dari hasil interviu, polling dan sebagainya
 Dapat juga ditambahkan dari bacaan, radio dan mass media sebagai ilustrasi untuk
menarik minat pendengar.
 Pengumpulan materi tersebut dapat juga dari pendengaran sendiri.
4. Menyusun Materi Pembicaraan
 Pilih Satu pusat pembicaraan yang paling penting untuk diingatkan kepada pendengar.
 Coba kembangkan pusat pembicaraan tersebut dan kemukakan yang baik, menanyakan
dan langsung menjawab atau cara lain.
 Coba juga apakah pendengar sudah dapat menyerap apa yang dikemukakan.
 Susun materi pembicaraan lebih jauh dengan memperhitungkan satu sama lainnya,
apakah tidak terjadi saling menutupi atau mengacaukan.
5. Buat pendahuluan serta kesimpulan yang baik
(1). Pendahuluan harus segera menarik minat pendengar.

(2).  Kesimpulan harus pula dapat diambil searah dengan pendapat pendengar setelah materi
pembicaraan tadi atau coba rangsang mereka untuk menerimanya.

6. Buat Pembicaraan Dalam Bahasa Yang Sesuai


1). Hindari kata-kata yang baru bagi pendengar atgau dapat diartikan lain.  Buat kalimat-kalimat
yang mudah dimengerti dan tidak membosankan.Artinya Susun kalimat yang baik dan enak yaitu
ada pokok, sebutan dan keterangan.

2). Cari ketika ketika yang baik dalam membahas hal yang rumit agar mudah diterima.  Misalnya
kurang dapat mengemukakan suatu analisis ketika pendengar sudah tidak mempeerhatikan lagi.

7. Latih Cara Mengemukakan Materi


 Buat pembicaraan menjadi lancar dan kembangkan suasana persahabatan, tidak kaku
serta menarik.
 Gunakan suara dan gerakan yang dapat menolong, tapi jaga jangan sampai berlebihan
 Kendalikan Emosi, jangan sampai gugup atau tidak bersemangat.  Hindari hal-hal yang
dapat membuat anda hilang kendali waktu    membicarakan suatu masalah.

Anda mungkin juga menyukai