OLEH:
AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan
atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam
mengambil keputusan. Penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dipertanggung-jelaskan serta dapat diterima secara umum, didasari pada prinsip akuntansi,
prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik yang tercakup dalam ruang lingkup
akuntansi.Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat disebut sebagai siklus akuntansi.
3
pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
4
Sumber : Bastian: 2006:214
5
Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi transaksi secara
kronologis.Tembusan bukti-bukti pembukuan dibukukan ke dalam buku pembantu setiap terjadi
transaksi.Setiap bulan atau periode tertentu, buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke akun-akun
dalam buku besar.Setiap akhir periode dari buku besar disusun laporan-laporan keuangan. Sistem
akuntansi yang baik dapat memastikan berjalannya proses penyusunan laporan keuangan,
seperti:
1. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari setiap transaksi dan
digunakan sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal.
2. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama, merupakan buku yang
digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi sesuai dengan tanggal terjadinya (kronologis),
dan sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti pembukuan. Apabila suatu transaksi yang
sama sering terjadi, biasanya dibuatkan buku jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat
suatu jenis transaksi tertentu seperti jurnal pengeluaran kas, dan lain-lain.
Akun-akun, buku besar, dan catatan yang ada dalam buku jurnal akan dipindahkan ke dalam
akun-akun yang sesuai. Akun-akun ini disusun dalam format yang akan memudahkan
penyusunan laporan keuangan. Kumpulan dari akun-akun ini disebut sebagai buku besar.Akun-
akun dalam buku besar ini bisa diklasifikasikan menjadi kelompok akun riil, nominal, dan
campuran.
Akun riil adalah akun-akun aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang merupakan pos-pos
neraca, sehingga akun-akun riil itu merupakan akun-akun neraca.Akun nominal adalah akun-
akun pendapatan, biaya, dan surplus/defisit yang merupakan pos-pos dalam laporan
surplus/defisit, sehingga akun-akun nominal itu merupakan akun surplus/defisit.
Akun campuran adalah akun-akun yang saldonya mengandung unsur-unsur akun riil dan
nominal.Setiap akhir periode, akun-akun campuran ini perlu dianalisis dan dipisahkan menjadi
6
akun riil dan nominal. Contoh akun-akun campuran adalah akun pembantu kantor yang
didalamnya terdiri dari jumlah bahan pembantu yang digunakan dan persediaan bahan pembantu.
Sayangnya, basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas
akuntansi.Entitas pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis
akuntansinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur
StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah
adalah basis kas menuju akrual (cash toward accrual ). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan
ekuitas dana dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan Realisasi Anggaran
seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari
penggunaan basis kas menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari.
Untuk memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan bagai- mana jurnal korolari ini
digunakan.
Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai 100.000.000
secara tunai. Karena segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan cara:
Dr. Belanja Kendaraan Rp100.000.000
7
Cr. Kas Rp 100.000.000
Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan dalam Neraca.
Akibatnya,apabila hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan
sebagai bagianaktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah harus disajikan dengan
basis akrualatau memperesentasikan semua sumber daya yang dimiliki dan tidak terbatas kas
saja.Karena itulah, dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal korolari sebagai solusi penerapan
basis kasmenuju akrual ini. Masih mengacu pada transaksi di atas, maka pencatatan yang
sebaiknya adalah:
Dr. Belanja Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Kas Rp. 100.000.000
Jurnal Korolari:
Dr. Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 100.000.000
Dengan adanya jurnal korolari, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas
dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan basis
akrual karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang
disajikandalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap seperti kendaraan.
Contoh lain, misalnya Pemerintah Daerah melakukan pinjaman kepada Pemerintah Pusat
sebesar Rp 50.000.000 yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang dengan bunga
pinjaman 10% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15
januari.Jurnal yang akandibuat pada akhir tahun berdasarkan basis akrual adalah pengakuan
utang bunga yaitu sebesar Rp5.000.000 (10%*Rp50.000.000). Jurnalnya sebagai berikut:
Jurnal Korolari:
8
Dr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bungaRp 5.000.000
Cr. Utang bunga Rp 5.000.000
Sedangkan jurnal yang dibuat ketika pembayaran bunga (15 Januari) adalah:
Dr. Belanja bunga Rp 5.000.000
Cr. Kas Rp 5.000.000
Dr. Utang bunga Rp 5.000.000
Cr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bungaRp 5.000.000
Pencatatan transaksi tersebut telah sesuai dengan SAP karena telah menyajikan akun
Neraca dengan basis akrual dan menyajikan akun Laporan Reliasasi Anggaran dengan basis
kas.Maka dapat disimpulkan, jurnal korolari ini penting supaya transaksi yang melibatkan akun
riilselain kas bisa tetap disajikan dalam Neraca dan disisi lain komponen Laporan
RealisasiAnggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan tetap dapat pula disajikan.
Dalam kaitannya dengan anggaran APBN maupun APBD, perencanaan manajerial, serta
proses pengawasan dalam entitas pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam
bagan alir dibawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem pengendalian
manajemen entitas pemerintah dengan sistem akuntansinya.
9
2.5 Komponen – Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan terdiri dari:
(c) Neraca;
c. membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan
masalah keuangan lainnya
10
d. membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas.
1 Memberikan informasi keuangan untuk menemukan dan memprediksi aliran kas, saldoneraca,
dan kebutuhan sumber daya financial jangka pendek unit pemerintah.
11
3 Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuiannya denganperaturan
perundang-undangan, kontrak yang telah di sepakati, dan ketentuan lain yangdi syaratkan.
Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai berdasarkan laba yang diperoleh, karena organisasi
pemerintah bukan entitas bisnis yang mencari laba.Mungkin saja pemerintah memiliki program
atau aktivitas yang dari program tersebut dihasilkan pendapatan yang lebih besar dari biayanya,
sehingga pemerintah mengalami surplus atas program tersebut.Akan tetapi, surplus yang
diperoleh tidak berarrti menunjukkan kinerja unit pemerintah yang bagus sebab harus
dilihat juga apakah surplus tersebut karena tariff yang terlalu tinggi yang dibebankan kepada
public, termasuk tingkat kualitas pelayanan yang diberikan apakah sudah memadai.Laba bukan
merupakan ukuran yang relevan bagi unit pemerintah.Akuntansi sector public berfungsi untuk
memfasilitasi terciptanya alat ukur kinerja sector public yang memadai.Ukuran kinerja sector
12
public dapat berupa biaya program, efisiensi, dan efektivitas program.Akuntan sector public
bertanggung jawab untuk menetapkan biaya program dan menghitung tingkatefisiensi dan
efektivitas program.Pengukuran efisiensi memerlukan informasi biaya, sehingga biaya pelayanan
dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja. Selain informasi biaya, pengukuran efisiensi
memerlukan penghitungan output atau hasil. Akan tetapi, output pada sector public lebih banyak
berupa intangible output , sehingga pengukuran efisiensi sering mengalami kesulitan. Ukuran
kinerja yang kemudian dikembangkan adalah pengukurane fektivitas.Karena sulitanya mengukur
secara tepat kinerja di sector public, maka analisis terakhir adalah dengan mempertimbangkan
seberapa jauh suatu program dan pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat relative terhadap
biaya yang dikeluarkan.
2.9 Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik Dan Kepentingannya
Pada bahasan ini akan dilakukan pengklasifikasian pengguna laporan keuangan dan
kebutuhan masing-masing kelompok pengguna laporan keuangan sector public tersebut. Drebin
et al. (1981) mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan.Lebih
lanjut Drebin menjelaskan keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan
menjelaskan kebutuhannya. Kesepuluh kelompok pamakai laporan keuangan tersebut adalah:
3. Investor
7. Dewan legislatif
8. Manajemen
13
9. Pemilih (voters)
2.10 Hak Dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan
Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu : suatu kebijakan dan keputusan tertentu
b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi
penjelasansecara terbuka atas permasalahan-permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan
publik.
c. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listen to).
Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh
pemerintah, baik pusat maupun daerah.Hak publik atas informasi keuangan muncul sebagai
konsekuensi konsep pertanggungjawaban publik.Pertanggungjawaban publik mensyaratkan
organisasi publik untuk memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan
pengelolaan (accountability & stewardship). Setiap pemakai laporan memiliki kebutuhan dan
kepentingan yang berbeda – beda terrhadap informasi keuangan yang diberikan oleh pemerintah.
Bahkan di antara kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dapat timbul konflik
kepentingan. Laporan keuangan pemerintah disediakan untuk memberi informasi kepada
berbagai kelompok pemakai, meskipunsetiap kelompok pemakai memiliki kebutuhan informasi
yang berbeda – beda. Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut dapat
diringkas sebagai berikut :
14
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dankualitas
pelayanan yang diberikan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghiitung tingkat risiko, likuiditas,
dan solvabilitas.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi suatu
periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya dimulailah siklus
akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindahbukuan ke dalam buku besar,
dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode.Pekerjaan yang dilakukan pada akhir
periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode
selanjutnya.Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir periode secara tidak langsung
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir.Walaupun demikian,
pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://tiasaccountingworld.blogspot.co.id/2013/11/teknik-akuntansi-sektor-publik.html
http://datakata.wordpress.com/2013/12/03/siklus-akuntansi-sektor-publik/
Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Abdul Hakim, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta, Salemba
Empat.
Bastian Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta, BPFEUGM.
Jurnal Akuntansi, Volume 7, Nomer 2, Mei 2007:163-172
Simanjuntak, B.H., 2005. Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Pemerintah, 1(1).
Haryanto, H., 2007. Akuntansi Sektor Publik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang "Standar Akuntansi Pemerintahan".
17