Anda di halaman 1dari 9

Modul kuliah Online ke 9 ASP

Jurnal korolari

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
disebutkan bahwa Jurnal Penerimaan Kas digunakan untuk mencatat penerimaan kas yang
berasal dari realisasi pendapatan dan penerimaan pembiayaan, sementara Jurnal Pengeluaran
Kas digunakan untuk mencatat pengeluaran kas untuk realisasi belanja dan pengeluaran
pembiayaan. Sedangkan Jurnal Umum digunakan untuk mencatat transaksi non-kas, seperti
untuk mencatat jurnal koreksi, jurnal penyesuaian, jurnal penutup dan transaksi lain lain yang
tidak menyebabkan aliran kas (masuk maupun keluar).

Penjurnalan dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia berbeda dengan akuntansi bisnis


(yang diajarkan di perguruan tinggi). Perbedaan yang terjadi antara lain:

1. Mencatat rekening anggaran. Transaksi yang dicatat dalam akuntansi keuangan daerah
adalah transaksi yang terjadi karena pelaksanaan realisasi atas anggaran (APBN/D).
Dengan demikian, nama rekening yang dijurnal adalah rekening Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan. Jika transaksi realisasi anggaran ini mempengaruhi posisi keuangan
atau rekening-rekening neraca, maka dibuat jurnal corollary. Dalam akuntansi bisnis
tidak dikenal jurnal ini.

2. Adanya jurnal korolari (corollary). Jurnal korolari adalah jurnal yang dibuat untuk
mengakui rekening-rekening neraca yang timbul akibat transaksi rekening-rekening
APBD (lihat: Abdul Halim, 2007, Akuntansi Keuangan Daerah, halaman 155). Artinya,
jurnal korolari adalah jurnal ikutan atau jurnal kedua yang dibuat setelah jurnal
anggaran.

3. Jurnal penyesuaian tidak berhubungan Pendapatan dan Belanja. Jurnal penyesuaian


dimaksudkan untuk “membetulkan” saldo di buku besar yang belum menunjukkan
keadaan yang sesungguhnya. Dalam akuntansi bisnis, jurnal ini terutama untuk
memperbaiki saldo rekening-rekening nominal atau temporer yang akan disajikan
dalam Laporan Rugi Laba (LRL) dan tidak mengandung rekening kas. Namun, dalam
akuntansi pemerintahan, jurnal penyesuaian tidak berkaitan dengan pengakuan atas
pendapatan atau belanja (=biaya) yang akrual karena akuntansi keuangan daerah
menggunakan basis kas untuk rekening APBN/D.
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Ketika melakukan pencatatan akuntansi, basis akuntansi dan fokus pengukuran merupakan
dua hal yang penting. Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa
yang terjadi diakui atau dicatat, sedangkan fokus pengukuran menentukan aset atau
kewajiban apa saja yang akan diakui dalam neraca. Kedua hal ini juga saling berkaitan. Ketika
basis kas dipilih, maka transaksi dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan sehingga
hanya akun kas dan ekuitas yang dilaporkan dalam Neraca. Lain halnya ketika
basis akrual yang digunakan, transaksi akan dicatat jika secara ekonomi telah terjadi, tanpa
harus menunggu kas diterima atau dibayarkan. Akibatnya, dengan basis akrual ini, akun-
akun yang dilaporkan dalam Neraca tidak sebatas akun kas saja, namun semua sumber daya
yang dimiliki, utang, dan ekuitas.

Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam Neraca akan
lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya yang dimiliki entitas.
Sayangnya, basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas akuntansi.
Entitas pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis
akuntansinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang mengatur
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah
adalah basis kas menuju akrual .

Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas dana dicatat dengan berbasis akrual sedangkan
komponen Laporan Realisasi Anggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat
dengan basis kas.Konsekuensi dari penggunaan basis kas menuju akrual ini adalah
dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari. Untuk memudahkan pemahaman, penulis akan
memberikan bagaimana jurnal korolari ini digunakan.

Contoh pertama,
misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai 100.000.000 secara tunai. Karena
segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan cara:
Dr. Belanja Kendaraan Rp100.000.000
Cr. Kas Rp 100.000.000
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan
dalam Neraca. Akibatnya, apabila hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas
yang disajikan sebagai bagian aktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah
harus disajikan dengan basis akrual atau memperesentasikan semua sumber daya yang
dimiliki dan tidak terbatas kas saja. Karena itulah, dibutuhkan jurnal tambahan yaitu
jurnal korolari sebagai solusi penerapan basis kas menuju akrual ini.

Masih mengacu pada transaksi di atas, maka pencatatan yang sebaiknya adalah:
Dr. Belanja Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Kas Rp. 100.000.000
Jurnal Korolari:
Dr. Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 100.000.000

Dengan adanya jurnal korolari, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas
dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan
basis akrual karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang
disajikan dalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap
seperti kendaraan.

Contoh lain,
misalnya Pemerintah Daerah melakukan pinjaman kepada Pemerintah Pusat sebesar
Rp 50.000.000 yang akan jatuh tempo dalam lima tahun mendatang dengan bunga pinjaman
10% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15 januari. Jurnal
yang akan dibuat pada akhir tahun berdasarkan basis akrual adalah pengakuan utang bunga
yaitu sebesar Rp 5.000.000 (10%*Rp50.000.000).

Jurnalnya sebagai berikut :


Jurnal Korolari:
Dr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bunga Rp 5.000.000
Cr. Utang bunga Rp 5.000.000
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Sedangkan jurnal yang dibuat ketika pembayaran bunga (15 Januari) adalah:
Dr. Belanja bunga Rp 5.000.000
Cr. Kas Rp 5.000.000
Dr. Utang bunga Rp 5.000.000
Cr. Ekuitas dana yang harus disediakan untuk pembayaran bunga Rp 5.000.000

Pencatatan transaksi tersebut telah sesuai dengan SAP karena telah menyajikan akun
Neraca dengan basis akrual dan menyajikan akun Laporan Reliasasi Anggaran dengan basis
kas.
Maka dapat disimpulkan, jurnal korolari ini penting supaya transaksi yang melibatkan akun
riil selain kas bisa tetap disajikan dalam Neraca dan disisi lain komponen Laporan Realisasi
Anggaran seperti pendapatan, belanja, dan pembiayaan tetap dapat pula disajikan.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 24 Tahun 2005, menggunakan basis modifikasian kas menuju akrual (cash towards
accrual). Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual
sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset, kewajiban, dan
ekuitas merupakan unsur neraca sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan
unsur Laporan Realisasi Anggaran. Dengan kata lain, Neraca disajikan dengan basis akrual dan

Bahan Tambahan
Laporan Realisasi Anggaran disajikan dengan basis kas.
Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, mempertanyakan bagaimana teknis
pencatatan basis ini dapat dilaksanakan. Komite menjelaskan bahwa secara teknis basis ini
dapat dilaksanakan dengan menggunakan jurnal korolari. Jadilah basis tadi dipilih tentunya
dengan teknis korolari-nya. Akan tetapi dalam SAP sendiri tidak ada uraian mengenai jurnal
korolari ini. Alasannya, bahwa urusan jurnal menjurnal merupakan bagian dari sistem
akuntansi bukan standar akuntansi.

Lalu apa dan bagaimana sebenarnya jurnal korolari itu? Apakah jurnal korolari wajib
digunakan? Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling
berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan
sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
Modul kuliah Online ke 9 ASP

dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi
Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Ekuitas
dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja seharusnya langsung
mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan tetapi penerimaan pendapatan dan
pengeluaran belanja berdasarkan basis kas hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara
langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-
akun pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.

Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran
belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun ditutup ke akun ekuitas dana
lancar. (Bandingkan dengan pengertian pendapatan dan biaya sebagai akun pembantu modal
dalam akuntansi komersial). Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada
dalam anggaran artinya harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran
akan diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan.

Pendapatan, belanja, dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi
komponen lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari sisi debet kas sisi kredit ekuitas. Itupun ekuitas
muncul pada akhir periode pada saat pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.
Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas menuju akrual
ini dapat diuraikan sebagai berikut: Pada saat penerimaan pendapatan dibuat jurnal:
D Kas xxx
K Pendapatan xxx

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun ril (real account)
sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran akun nominal (nominal
account).
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dijurnal:


D Belanja xxx
K Kas xxx

Belanja merupakan nominal account.


Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung misalnya akan
dijurnal:
D Belanja Modal xxx
K Kas xxx

Pertanyaannya, mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang bersangkutan? Seharusnya,
seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran untuk perolehan aset tetap (belanja modal
untuk pembangunan gedung) dapat dijurnal sebagai berikut:
D Gedung dan Bangunan xxx
K Kas xxx

Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun ril (real account). Jika dilakukan
penjurnalan seperti ini maka pengeluaran tersebut tidak akan mempengaruhi belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini hanya mempengaruhi akun-akun neraca.
Oleh karena seluruh transaksi kas pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran
maka pengeluaran untuk belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang
bersangkutan, tetapi harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok utang. Pembayaran pokok utang
akan dijurnal sebagai berikut:
D Pengeluaran Pembiayaan-Pokok Hutang xxx
K Kas xxx

Pengeluaran uang kas untuk pembayaran utang tidak dikredit secara langsung pada kewajiban
di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi Anggaran yaitu Pengeluaran
Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Utang. Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap
Modul kuliah Online ke 9 ASP

pengeluaran pemerintah atau penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi


Anggaran. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di Neraca
hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak hanya mempengaruhi
kas di Neraca. Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan
belanja modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang bersangkutan dan
akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya pengadaan aset tetap berupa
bangunan tadi.

Contoh lainnya, penerimaan uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga
menambah kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar
pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya yang terkait
sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian juga halnya dengan
penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi juga harus masuk
dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini disebut dengan jurnal korolari. Dengan mekanisme
jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset tetap seperti pembelian gedung tadi
dicatat sebagai pengeluaran belanja modal tetapi tidak berhenti disitu. Agar perolehan aset
tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat jurnal pendamping yang disebut jurnal
korolari.

Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas
Dana Diinvestasikan dalam kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar
Rp100 miliar untuk pembelian gedung maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran harus dibuat jurnal sebagai berikut: Tgl. Uraian D K Belanja Modal Rp 100
M Kas Rp 100 M Jurnal ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa gedung dan akun
ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan jurnal korolari:
D Gedung dan Bangunan Rp 100 M
K Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 100 M
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan Laporan Realisasi
Anggaran. Akan tetapi bukan hanya itu, akun Gedung dan bangunan dalam kelompok aset
tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap dalam kelompok Ekuitas juga dicatat sebesar
jumlah yang sama.

Dari uraian di atas terlihat bahwa jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi
akun Neraca (selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang sama.
Pertanyaannya adalah, apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat memungkinkan dapat
disajikan unsur neraca selain kas? Jawabnya, ada. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat
pada akhir tahun dengan menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-
akun terkait dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu
rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada akhir tahun
dengan mekanisme ini. Pertanyaan lain yang tersisa apakah jurnal korolari wajib diterapkan?
Pertanyaan ini mengantar kita tiba pada bagian akhir tulisan ini. Sesuatu hal yang wajib
berkaitan dengan aturan yang mewajibkan. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak ada aturan
yang mewajibkan penggunaan jurnal korolari ini. Akan tetapi jurnal korolari ini digunakan
untuk dapat menerapkan basis yang dianut dalam SAP untuk menghindari kesulitan dalam
penyusunan laporan keuangan akhir tahun. Akan tetapi pertanyaan inipun memancing
pertanyaan berikutnya, apakah jurnal korolari perlu jika basis yang dianut nanti adalah basis
akrual? Pertanyaan dan pemikiran memang tidak seharusnya berhenti.

Contoh Penyertaan Modal Pemda (Pengeluaran Pembiayaan)


Misalkan BUD telah menerbitkan SP2D LS untuk mentransfer dana ke Perusahaan Daerah
sebesar Rp.700.000.000,00 sebagai tambahan penyertaan modal Pemda di PDAM. Untuk tujuan
penyusunan Laporan Realisasi Anggaran, transaksi ini dipandang mengakibatkan berkurang-
nya uang kas di kasda dan kegiatan yang dibiayai dengan berkurangnya kas tersebut adalah
kegiatan pembiayaan. Sehubungan dengan itu, transaksi ini akan dicatat oleh bagian akuntansi
dengan mengkredit akun Kas di Kasda dan mendebit akun “Pengeluaran Pembiayaan” masing-
masing sebesar Rp.700.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah :
Modul kuliah Online ke 9 ASP

Anda mungkin juga menyukai