BAGIAN PERTAMA:
CARA ATAU PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 DAN
PASAL 26
Catatan :
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memeliharapenghasilan yang dapat dikurangkan dari
penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan ataupuntidak.
1.2. Once Dewo pegawai pada perusahaan PT Widha Utama, menikah tanpa
anak, memperoleh gaji sebulan Rp 2.000.000,00. PT Widha Utama
mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi
Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Widha Utama menanggung iuran
Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Once
Dewo membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu PT Widha Utama juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Widha Utama membayar iuran pensiun untuk Once Dewo ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri keuangan, setiap
bulan sebesar Rp 70.000,00, sedangkan Once Dewo membayar iuran
pensiun sebesar Rp 50.000,00
Contoh penghitungan :
1.5.1 Dewi Rismawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa
anak, bekerja pada PT Agung Bhakti dengan gaji sebulan sebesar Rp 2.500.000.
Dewi Rismawati membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000 sebulan. Berdasarkan
surat keterangan dari Pemda tempat Dewi Rismawati berdomisili yang
diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai
penghasilan apapun.
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 2.500.000 = Rp 125.000
Maksimum diperkenankan Rp 108.000
2. Iuran pensiun Rp 50.000
Rp 158.000
Penghasilan neto sebulan Rp 2.342.000
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 2.342.000 = Rp 28.104.000
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000
Rp 14.400.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 13.704.000
PPh Pasal 21 setahun
- 5% x Rp 13.704.000 = Rp 685.200
PPh Pasal 21 sebulan
- Rp 685.200 : 12 = Rp 57.100
1.5.2. Widha Mayla Sari karyawati dengan status menikah tetapi belum
mempunyai anak bekerja pada PT Duta Sekarini. Widha Mayla Sari
menerima gaji Rp 3.000.000 sebulan. PT Duta Sekarini mengikuti program
pensiun dan jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun kepada
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
sebesar Rp 40.000 sebulan. Widha Mayla Sari juga membayar iuran
pensiun sebesar Rp 30.000 sebulan, disamping itu perusahaan
membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji, sedangkan Widha Mayla Sari membayar iuran Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 2 % dari gaji.
Berdasarkan surat keterangan Pemda tempat Widha Mayla Sari bertempat
tinggal diketahui bahwa suami Widha Mayla Sari tidak mempunyai
penghasilan apapun. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
sebesar 1 % dan 0,30% dari gaji.
Contoh penghitungan :
2.1. Koen Darmanto, menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap
pada Perusahaan PT Citta Farmindo menerima gaji yang dibayar mingguan
sebesar Rp 400.000
Penghitungan PPh Pasal 21 :
Gaji sebulan adalah 4 x Rp 400.000 = Rp 1.600.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x Rp 1.600.000 Rp 80.000
Penghasilan neto sebulan Rp 1.520.000
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 1.520.000 = Rp 18.240.000
PTKP
- untuk WP sendiri Rp 13.200.000
- tambahan menikah Rp 1.200.000
- tambahan untuk 1 anak Rp 1.200.000
Rp 15.600.000
2.3. Budiono Rizaldi pegawai tetap pada perusahaan PT De Pott Putt dengan
memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar Rp 80.000. Budiono kawin dan
mempunyai seorang anak. PT De Pott Putt masuk program Jamsostek, premi
Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1 % dan 0,30% dari
gaji. PT De Pott Putt membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji dan Budiono membayar iuran pensiun Rp 1.500 dan Jaminan
Hari Tua sebesar 2 % dari gaji.
Gaji Rp 2.000.000
Pengurangan :
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.000.000) Rp 100.000
2. Iuran Pensiun Rp 75.000
Rp 175.000
Penghasilan neto sebulan Rp 1.825.000
Penghasilan neto setahun :
12 x Rp 1.825.000 Rp 21.900.000
PTKP
- untuk wajib pajak Rp 13.200.000
- tambahan karena menikah Rp 1.200.000
Rp 14.400.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 7.500.000
PPh Pasal 21 setahun
- 5% x Rp 7.500.000 = Rp 375.000
PPh PasaI 21 sebulan
- Rp 375.000 : 12 = Rp 31.250
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2006 seharusnya adalah :
- 5 x Rp Rp 31.250 = Rp 156.250
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2006
- 5 x Rp 7.500 (dari perhitungan contoh 1.1) = Rp 37.500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 118.750
Thomasz Radzinski (K/3) mulai bekerja Mei 2004 dan berhenti bekerja sejak 1
Mei 2006. Selama tahun 2006 menerima gaji perbulan sebesar Rp 6.000.000 dan
pada bulan April 2006 menerima bonus sebesar Rp 10.000.000
Catatan :
Cara penghitungan di atas berlaku juga bagi pegawai yang meninggal dunia
dalam tahun berjalan dan pegawai yang kewajiban pajak subyektifnya dumulai
setelah permulaan tahun, yakni untuk menghitung PPh Pasal 21 yang terutang
atas bagian tahun pajak.
Contoh penghitungan:
Tommy Susanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT Raywon
Izzatta di Jakarta. Sejak 1 Juni 2006 dipindahtugaskan ke kantorcabang di
Bandung. Gaji Tommy sebesar Rp 3.500.000 dan pembayaran iuran pensiun
yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000
PPh Pasal 21 terutang dan harus dipotong untuk masa Januari s.d. Mei 2006
adalah:
5/12 x Rp 1.380.400 = Rp 575.166
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong masa Januari s.d. Mei 2006 adalah:
5 x Rp 115.033 = Rp 575.166
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong NIHIL
Contoh :
Freddy Sumaryanto yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT
Harapan Sejahtera di Yogyakarta - DIY. Sejak 1 Juni 2006 pindah kerja pada PT
Artha Delta Realty di Semarang. Gaji Freddy pada waktu bekerja pada PT
Harapan Sejahtera adalah sebesar Rp 3.500.000 dan naik menjadi Rp 4.000.000
setelah bekerja pada PT Artha Delta Realty. Pada kedua perusahaan tersebut
Freddy membayar iuran pensiun sebulan sejumlah Rp 100.000.
Catatan :
Kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 412.166,00 dikembalikan
oleh PT Harapan Sejahtera kepada yang bersangkutan pada saat pemberian
bukti pemotongan PPh Pasal 21.