Anda di halaman 1dari 14

Nama : Muradha Tri Dewi Makmur

NIM : A031201118

Kelas : Akuntansi Sektor Publik Kelas B

TUGAS RMK

REGULASI DAN STANDAR INTERNASIONAL SEKTOR PUBLIK

1. Regulasi Internasional untuk Akuntansi Sektor Publik

Regulasi atau standar yang berlaku secara Internasional dikenal dengan International
Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yag merupakan standar akuntansi untuk
entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting
Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah
International Federation of Accountants (IFAC). Organisasi yang didirikan di Munich pada
tahun 1977 ini merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi
yang diterbitkan IFAC juga tetap menunjukkan bahwa sector bisnis dan sector public
tetap berbeda. Hal ini diwujudkan dalam pembentukan dua badan penyusun standar yang
terpisah yaitu IASB yang menyusun standar untuk sector bisnis sedangkan untuk sector
public adaIPSASB. IASB menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan IPSAS.

Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan
yang konsisten dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. Dalam pelaksanaannya,
komite tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program yang sistematis
yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia IPSAS,
sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, diharapkan memainkan peran kunci
untuk merealisasikan manfaat tersebut.

IPSASB pada tahun 2015 memiliki sebuah tujuan strategis yaitu memperkuat
manajemen keuangan publik dan pengetahuan secara global melalui peningkatan
pengadopsian Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik berbasis akrual,
dengan:

a) Mengembangkan standar pelaporan keuangan sektor publik berkualitas tinggi


b) Mengembangkan publikasi lainnya untuk sektor publik; dan
c) Meningkatkan kesadaran akan IPSAS dan manfaat dari pengadopsiannya

Pemerintah yang melaporkan secara cash tidak memperhitungkan kewajiban yang


penting, seperti pensiun karyawan dan pinjaman dan aset seperti properti, pabrik dan
peralatan dan investasi IPSASB mendorong entitas sektor publik untuk mengadopsi
akuntansi berbasis akrual-yang akan meningkatkan manajemen keuangan dan meningkatkan
transparansi menghasilkan pandangan yang lebih komprehensif dan akurat dari posisi
keuangan pemerintah.
2. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)

Sejak tahun 1997, IPSASB telah mengembangkan dan mengeluarkan sebanyak


38 standar akrual (empat di antaranya telah, atau sedang dalam proses ditarik), tiga pedoman
praktek yang direkomendasikan, yang memberikan panduan pada area yang lebih luas
dari pelaporan keuangan di luar laporan keuangan, dan standar cash basis untuk negara yang
menuju akuntansi akrual penuh. Berikut adalah isi dari IPSAS tersebut ;

 IPSAS 1 : Penyajian Laporan Keuangan

Menetapkan pertimbangan keseluruhan penyajian laporan keuangan,


pedoman struktur laporan keuangan tersebut dan persyaratan minimum untuk konten
mereka di bawah dasar akrual.

 IPSAS 2 :Laporan Arus Kas

Memerlukan penyediaan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas selama
periode operasi, investasi dan pendanaan.

 IPSAS 3 :Surplus atau Defisit Bersih

Surplus atau DefisitBersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan


Perubahan Kebijakan Akuntansi, menentukan perlakuan akuntansi atas
perubahan estimasi akuntansi, perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas
kesalahan mendasar, mendefinisikan item luar biasa dan mensyaratkan
pengungkapan terpisah item tertentu dalam laporan keuangan.

 IPSAS 4 :Pengaruh Perubahan Tukar Mata Uang Asing


Berkaitan dengan akuntansi untuk transaksi mata uang asing dan operasi asing.
IPSAS 4 menetapkan persyaratan untuk menentukan nilai tukar yang digunakan
untuk dasar pencatatan transaksi tertentu dan saldo dan bagaimana mengenali dalam
laporan keuangan dampak keuangan perubahan nilai tukar.
 IPSAS 5 :Biaya Pinjaman

Mengatur perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dan membutuhkan baik


langsung membebankan biaya pinjaman atau, sebagai pengobatan alternatif yang
diizinkan, kapitalisasi biaya pinjaman yang langsung dapat diatribusikan dengan
perolehan, konstruksi atau produksi suatu kualifikasi aset.

 IPSAS 6 :Laporan Keuangan Konsolidasi dan Akuntansi Entitas

Mengharuskan semua entitas pengendalian untuk menyiapkan laporan keuangan


konsolidasi yang mengkonsolidasikan seluruh entitas yang dikendalikan pada baris
dengan metode garis. Standar juga berisi diskusi rinci tentang konsep kontrol seperti
itu diterapkan pada sektor publik dan panduan untuk menentukan apakah kontrol ada
untuk tujuan pelaporan keuangan.
 IPSAS 7 :Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi

Mengharuskan semua investasi pada perusahaan asosiasi diperhitungkan dalam


laporan keuangan konsolidasi dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali jika
investasi dibeli dengan tujuan untuk dijual dalam waktu dekat dalam hal
metode biaya diperlukan.

 IPSAS 8 :Pelaporan Keuangan Kepentingan dalam Ventura Bersama


Membutuhkan konsolidasi proporsional untuk diadopsi sebagai patokan
untuk perlakuan akuntansi untuk venturer bersama tersebut ditandatangani oleh
entitas sektor publik. Namun, IPSAS 8 juga memungkinkan - sebagai
alternatif diperbolehkan - usaha bersama yang akan dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas.
 IPSAS 9 : Pendapatan dari Transaksi Bursa

Menetapkan persyaratan untuk perlakuan akuntansi pendapatan dari transaksi


pertukaran. Non-tukar pendapatan, seperti perpajakan, tidak dibahas dalam
standar ini. Non-tukar pendapatan harus ditangani sebagai proyek terpisah.

 IPSAS 10 : Pelaporan Keuangan dalam Hyperinflationary Ekonomi

Menggambarkan karakteristik perekonomian yang menunjukkan apakah


itu mengalami masa hiperinflasi dan menyediakan panduan ulangan laporan
keuangan di lingkungan hyperinflationary untuk memastikan informasi yang berguna
disediakan.

 IPSAS 11 : Kontrak Konstruksi

Berkaitan dengan kedua kontrak komersial dan non-komersial dan menyediakan


panduan dalam alokasi biaya kontrak dan, jika diperlukan, kontrak pendapatan untuk
periode pelaporan di mana pekerjaan konstruksi dilakukan.

 IPSAS 12 :Persediaan

Mengatur perlakuan akuntansi persediaan yang diselenggarakan oleh perusahaan


sektor publik dan berhubungan dengan persediaan yang dimiliki untuk dijual dalam
transaksi bursa dan persediaan tertentu yang dimiliki untuk distribusi tanpa
dikenakan biaya atau nominal. IPSAS tidak termasuk dari ruang lingkup kerja dalam
kemajuan layanan yang akan diberikan tanpa biaya atau nominal dari penerima
karena mereka tidak ditangani oleh IAS 2 Persediaan dan karena mereka melibatkan
isu-isu sektor publik tertentu yang memerlukan pertimbangan lebih lanjut.

 IPSAS 13 :Sewa

IPSAS ini didasarkan pada IAS 17 Sewa. IPSAS menetapkan persyaratan


untuk pelaporan keuangan sewa dan transaksi penjualan dan penyewaan
kembali oleh entitas sektor publik, baik sebagai penyewa atau lessor. PSC
memutuskan bahwa karena IPSAS di Sewa dan IPSAS yang diusulkan tentang Aset
Tetap sangat erat terkait, itu lebih baik bahwa dua IPSASs akan dirilis pada waktu
yang sama. Dengan demikian, pelepasan IPSAS ini telah ditangguhkan untuk
kemudian pada tahun 2001.

 IPSAS 14 :Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan

IPSAS didasarkan pada IAS 10, Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (revisi
1999), tetapi telah mengalami perubahan dimana diperlukan untuk
mencerminkan lingkungan sektor usaha publik. Standar menetapkan kriteria untuk
menentukan apakah laporan keuangan harus disesuaikan untuk sebuah event yang
terjadi setelah tanggal pelaporan. Ia membedakan antara peristiwa adjustable
(orang-orang yang memberikan bukti dari kondisi yang ada pada tanggal pelaporan)
dan acara non- adjustable (mereka yang menunjukkan kondisi yang muncul
setelah tanggal pelaporan.

 IPSAS 15 :Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan

Tidak berlaku dan telah dihapus (digantikan oleh IPSAS 28. Instrumen Keuangan:
Penyajian; IPSAS 29, Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
IPSAS 30, Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

 IPSAS 16 :Properti Investasi


IPSAS 16 Investasi Properti didasarkan pada IAS 40, Investasi Properti
(diterbitkan 2000) dan menyediakan panduan untuk mengidentifikasi properti
investasi di sektor publik. Standar ini :

o mengharuskan properti investasi awalnya diakui sebesar harga


perolehan dan menjelaskan bahwa di mana aset diperoleh tanpa biaya
atau nominal, biaya adalah nilai wajarnya pada tanggal itu adalah
pertama kali diakui dalam laporan keuangan;

o mensyaratkan bahwa setelah pengakuan awal properti investasi


diukur konsisten dengan baik model nilai wajar atau model biaya dan

o memasukkan ketentuan peralihan untuk adopsi awal IPSAS

 IPSAS 17 :Aktiva Tetap

IPSAS 17 Aktiva Tetap, mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, termasuk dasar dan
waktu pengakuan awal mereka, dan penentuan jumlah mereka terus-menerus tercatat,
pembebanan penyusutan. Tidak memerlukan atau melarang pengakuan aset warisan.

 IPSAS 18 : Pelaporan Segmen


Menetapkan prinsip pelaporan informasi keuangan tentang kegiatan dibedakan dari
pemerintah atau badan sektor publik lainnya yang sesuai untuk mengevaluasi kinerja
masa lalu entitas dalam mencapai tujuan dan untuk membuat keputusan tentang
alokasi sumber daya masa depan.

 IPSAS 19 :Provisi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.

Standar ini mendefinisikan ketentuan, kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi,


dan mengidentifikasi keadaan di mana ketentuan harus diakui, bagaimana mereka
harus diukur dan pengungkapan yang harus dibuat tentang mereka. Standar
juga mensyaratkan bahwa informasi tertentu diungkapkan tentang kewajiban
kontinjensi dan aktiva kontinjensi dalam catatan atas laporan keuangan untuk
memungkinkan pengguna untuk memahami sifat mereka, waktu, dan jumlah.

 IPSAS 20 :Pengungkapan Pihak Terkait

IPSAS 20 mensyaratkan pengungkapan adanya hubungan istimewa di mana kontrol


ada dan pengungkapan informasi tentang transaksi antara perusahaan dan pihak
terkait dalam keadaan tertentu. Informasi ini diperlukan untuk tujuan
akuntabilitas dan untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik dari posisi
keuangan dan kinerja perusahaan pelapor. Isu-isu utama dalam pengungkapan
informasi mengenai pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah
mengidentifikasi kendali pihak atau secara signifikan mempengaruhi entitas
pelaporan dan menentukan informasi apa yang harus diungkapkan mengenai
transaksi dengan pihak-pihak.

 IPSAS 21 :Penurunan Non-Cash-Generating Aset

Mengatur prosedur yang entitas menerapkan untuk menentukan apakah suatu


aset non-kas-menghasilkan terganggu dan untuk memastikan bahwa kerugian
penurunan nilai diakui. Standar ini juga menentukan kapan suatu entitas akan
membalikkan penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.

 IPSAS 22 :Pengungkapan Informasi Keuangan tentang Sektor Pemerintah


Umum

IPSAS 22 menetapkan persyaratan bagi pemerintah yang memilih untuk


mengungkapkan informasi tentang sektor pemerintah umum dan yang menyiapkan
laporan keuangan mereka di bawah dasar akrual.

 IPSAS 23 :Pendapatan dari Transaksi Luar Bursa (Pajak dan Transfer)

IPSAS 23 bertujuan:

o Pengakuan dan pengukuran pendapatan dari pajak


o Pengakuan pendapatan dari transfer, yang meliputi hibah dari
pemerintah lainnya dan organisasi internasional, hadiah dan sumbangan

o Bagaimana kondisi dan pembatasan penggunaan sumber daya dialihkan


harus tercermin dalam laporan keuangan

 IPSAS 24 :Penyajian Informasi Anggaran dalam Laporan Keuangan

IPSAS 24 berlaku untuk entitas yang menerapkan basis akrual pelaporan


keuangan. Ini mengidentifikasi pengungkapan dibuat oleh pemerintah dan entitas
sektor publik lainnya yang membuat anggaran yang disetujui mereka tersedia
untuk umum. Juga, itu memerlukan entitas sektor publik untuk menyertakan
perbandingan anggaran dan jumlah aktual dalam laporan keuangan dan penjelasan
tentang perbedaan material antara anggaran dan jumlah sebenarnya.

 IPSAS 25 : Imbalan Kerja

IPSAS 25 menetapkan persyaratan pelaporan untuk empat kategori manfaat


karyawan dibahas dalam ASB's IAS 19 Imbalan Kerja. Ini adalah imbalan kerja
jangka pendek, seperti upah dan iuran jaminan sosial; pasca-kerja, termasuk pensiun
dan tunjangan pensiun lainnya; lain imbalan kerja jangka panjang, dan pesangon.
IPSAS baru juga berkaitan dengan isu-isu spesifik untuk sektor publik, termasuk
tingkat diskonto yang berkaitan dengan imbalan pasca-kerja, pengobatan
imbalan pasca-kerja yang diberikan melalui komposit program jaminan sosial,
dan manfaat cacat jangka panjang.

 IPSAS 26 : Penurunan Kas- Aset Menghasilkan

Beberapa entitas sektor publik (selain usaha bisnis pemerintah, yang sudah
akan menggunakan SAK penuh) dapat beroperasi aktiva dengan tujuan
utama menghasilkan kembali komersial (daripada menyediakan pelayanan publik).
IPSAS 26, yang didasarkan pada PSAK 36 Penurunan Nilai Aktiva, berlaku untuk
aktiva tersebut. Ini menetapkan prosedur bagi badan sektor publik untuk menentukan
apakah aset penghasil kas telah kehilangan manfaat ekonomi masa depan atau
potensi layanan dan untuk memastikan bahwa kerugian penurunan nilai diakui dalam
laporan keuangan. Non kas-menghasilkan aset, yang digunakan terutama untuk
penyediaan layanan, ditangani secara terpisah dalam IPSAS 21 Penurunan Non-
Cash-Generating Aset. IPSAS 26 berlaku efektif untuk pelaporan periode yang
dimulai pada atau setelah 1 April 2009.

 IPSAS 27 : Agrikultur

IPSAS 27 mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang terkait dengan


kegiatan pertanian, hal yang tidak tercakup dalam standar lain. kegiatan pertanian
pengelolaan oleh entitas dari transformasi biologis hewan hidup atau tanaman (aktiva
biologi) untuk dijual atau untuk distribusi tanpa biaya atau dengan biaya nominal
atau untuk dikonversi menjadi hasil pertanian atau dalam aset biologis tambahan.
IPSAS 27 terutama diambil dari IAS 41 IASB Pertanian, dengan perubahan
terbatas berurusan dengan isu-isu spesifik sektor publik. Sebagai contoh, IPSAS
27 alamat aset biologis yang dimiliki untuk mentransfer atau distribusi tanpa biaya
atau dengan biaya nominal untuk lain badan-badan sektor publik atau tidak-untuk
organisasi nirlaba. 27 IPSAS juga mencakup persyaratan pengungkapan yang
bertujuan untuk meningkatkan konsistensi dengan dasar statistik akuntansi yang
mengatur Statistik Keuangan Pemerintah Manual. IPSAS 27 berlaku efektif untuk
laporan keuangan tahunan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 April 2011, dengan aplikasi sebelumnya dianjurkan.

 IPSAS 28 : Instrumen Keuangan : Penyajian

IPSAS 28 menarik terutama pada IAS 32 dan menetapkan prinsip-prinsip penyajian


instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan
dan kewajiban keuangan.

 IPSAS 29 : Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran


IPSAS 29 menarik terutama pada IAS 39, menetapkan prinsip untuk pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak untuk membeli atau
menjual item non-keuangan.
 IPSAS 30 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan

IPSAS 30 mengacu pada IFRS 7 dan membutuhkan pengungkapan jenis pinjaman


yang dijelaskan dalam IPSAS 29. Hal ini memungkinkan pengguna untuk
mengevaluasi: pentingnya instrumen keuangan dalam posisi keuangan entitas dan
kinerja, sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang
entitas yang terkena, dan bagaimana risiko-risiko tersebut dikelola.

 IPSAS 31 : Aktiva tidak berwujud

IPSAS 31 meliputi akuntansi dan pengungkapan aktiva tidak berwujud. Hal ini
terutama diambil dari IAS 38 Aktiva Tidak Berwujud. Hal ini juga mengandung
ekstrak dari 32 Aktiva tidak berwujud-SIC Web Site Biaya, menambahkan panduan
aplikasi dan ilustrasi yang belum dimasukkan ke dalam IAS. Pada titik ini, IPSAS 31
tidak berhubungan dengan isu sektor unik publik, seperti kekuasaan dan hak-hak
yang diberikan oleh undang-undang, konstitusi, atau dengan cara setara; yang
IPSASB akan mempertimbangkan kembali penerapan standar ini kekuasaan dan
hak-hak dalam konteks yang konseptual kerangka kerja proyek yang saat ini sedang
dalam penyelesaian.

 PSAS 32 : Pengaturan Layanan Konsesi: Pemberi

Tujuan dari Standar ini adalah untuk mengatur akuntansi untuk pengaturan konsesi
jasa dengan pemberi hibah, entitas sektor publik. Lingkup standar ini adalah entitas
yang mempersiapkan dan menyajikan laporan keuangan dengan dasar akrual. Standar
ini berlaku untuk semua entitas sektor publik selain Bisnis Usaha Pemerintah

Dalam bagian Pendahuluan International Public Sector Accounting Standards


(IPSAS) yang dikeluarkan oleh IPSASB menjelaskan bahwa Badan Usaha
Pemerintah menerapkan IFRS yang dikeluarkan oleh IASB.

 IPSAS 33 : Pengadopsian pertama kali IPSAS berbasis akrual

Tujuan dari Standar ini adalah untuk memberikan Panduan ke pengadopsi


pertama kali yang mempersiapkan dan menyajikan laporan keuangan berikut adopsi
basis akrual IPSAS. guna menyajikan informasi yang berkualitas tinggi:

a) Yang menyediakan pelaporan yang transparan tentang transisi pertama


kali pengadopsi untuk basis akrual IPSAS;
b) Yang menyediakan titik awal yang cocok untuk akuntansi sesuai dengan
IPSASs berbasis akrual terlepas dari dasar akuntansi pertama kali yang telah
digunakan pengadopsi sebelum tanggal adopsi: dan
c) Dimana manfaat yang diharapkan melebihi biaya.

 IPSAS 34 : Laporan Keuangan terpisah

Tujuan dari Standar ini adalah untuk menentukan akuntansi dan pengungkapan atas
investasi dalam entitas yang dikendalikan, joint ventures dan entitas asosiasi ketika
suatu entitas menyusun laporan keuangan tersendiri.

 IPSAS 35 : Laporan Keuangan Konsolidasi

Tujuan dari Standar ini adalah untuk menetapkan prinsip penyajian dan penyusunan
laporan keuangan konsolidasi pada saat entitas mengendalikan satu atau lebih entitas
lain. Untuk memenuhi tujuan itu, standar ini:

o Mengharuskan entitas (entitas pengendali) yang mengontrol satu atau


lebih entitas lain (entitas yang dikendalikan) untuk menyajikan laporan
keuangan konsolidasi;

o Mendefinisikan prinsip kontrol, dan menetapkan kontrol sebagai dasar


untuk konsolidasi:

o Menetapkan cara untuk menerapkan prinsip kontrol untuk


mengidentifikasi apakah suatu entitas mengendalikan entitas lain dan karena
itu harus mengkonsolidasikan entitas itu;

o Mengatur persyaratan akuntansi untuk penyusunan laporan


keuangan konsolidasi;
o Mendefinisikan sebuah entitas investasi dan menetapkan pengecualian
untuk konsolidasi entitas yang dikendalikan khususnya dari suatu entitas
investasi.

 IPSAS 36 : Investasi pada Entitas Asosiasi dan Joint Ventures

Tujuan dari Standar ini adalah untuk mengatur akuntansi investasi dalam
entitas asosiasi dan joint venture dan menetapkan persyaratan untuk penerapan
metode ekuitas ketika akuntansi investasi dalam entitas asosiasi dan joint venture.

 IPSAS 37 : Joint Arrangements

Tujuan dari Standar ini adalah untuk menetapkan prinsip untuk pelaporan keuangan
oleh entitas yang memiliki kepentingan dalam pengaturan yang dikendalikan secara
bersama-sama (mis .. Joint Arrangements).

Untuk memenuhi tujuan dalam ayat 1. Standar ini mendefinisikan pengendalian


bersama dan membutuhkan sebuah entitas yang merupakan pihak
pengaturan bersama untuk menentukan jenis pengaturan bersama di mana ia
terlibat dengan menilai hak dan kewajibannya dan untuk memperhitungkan hak-hak
dan kewajiban sesuai dengan jenis Joint Arrangements

 IPSAS 38 : Pengungkapan Kepentingan Entitas Lain

Tujuan dari Standar ini adalah dengan mengharuskan suatu entitas untuk
mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi:

a) Sifat dan risiko yang terkait dengan, kepentingannya di entitas yang


dikendalikan, entitas yang dikendalikan tidak terkonsolidasi, pengaturan
bersama dan asosiasi, dan entitas terstruktur yang tidak dikonsolidasikan;
dan
b) Efek dari kepentingan mereka terhadap posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas.

3. Perbandingan IPSAS dan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia (PSAP


dan PSAK 45)

Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan


meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas- entitas
sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-
ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati
hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat nasional dalam menetapkan standar dan
pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka masing-masing.
Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) telah menyusun standar untuk Akuntansi di Sektor Publik, dimana
tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 45 tentang entitas
nirlaba serta Peraturan pemerintah no 71 tahun 2010 yang memuat 12 Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. Pada tahun 2015 kemudian ditambahkan lagi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Berbasis Akrual Nomor 13 Tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum melalui Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 217/PMK.05/2015.

Selain itu KSAP juga menerbitkan 21 Buletin teknis yang berisi penjelasan teknis
akuntansi sebagai pedoman bagi pengguna. Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk
mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP
dan/atau IPSAP. Serta 3 Interpretasi Pernyataan Standar AkuntansiPemerintahan (IPSAP)
yang merupakan klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan bertujuan menjelaskan lebih lanjut topik
tertentu guna menghindari salah tafsir penggunaan PSAP.

Berikut ini beberpa IPSAS yang tidak diberlakukan di Indonesia

1. IPSAS 4: Efek Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing

Efek perubahan nilai tukar mata uang asing yang diatur dalam pernyataan standar ini
meliputi (1) perubahan nilai tukar mata uang asing dalam keterkaitannya dengan transaksi
mata uang asing dan (2) perubahan nilai tukar mata uang asing dalam kaitannya dengan
operasi di luar negeri (foreign operation). Dalam hal ini, yang tidak diatur oleh PP Nomor
71 tahun 2010 adalah perubahan nilai tukar mata uang asing dalam keterkaitannya
dengan operasi di luar negeri. Adapun pengaturan mengenai perubahan nilai tukar mata uang
asing dalam keterkaitannya dengan transaksi dalam mata uang asing diatur dalam PSAP 2
tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas, PSAP 3 tentang Laporan Arus Kas, dan
PSAP 12 tetang Laba Operasional. Selain itu terdapat Interpretasi PSAP yang juga
membahas transaksi mata uang asing.

2. IPSAS 5: Biaya Pinjaman

Biaya Pinjaman adalah bunga dan beban-beban lainnya yang terjadi dalam suatu
entitas dalam kaitannya dengan dana pinjaman. Pernyataan standar ini bertujuan untuk
menetapkan perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman tersebut. Pada umumnya, standar
ini mengatur agar setiap biaya pinjaman dibebankan. Namun, standar ini mengizinkan
perlakuan alternatif, yaitu kapitalisasi biaya pinjaman yang berkaitan langsung dengan
akuisisi, konstruksi, atau produksi aset yang memenuhi kualifikasi.

Sebenarnya, PP Nomor 71 tahun 2010 pun mengatur secara global perlakuan


akuntansi atas biaya pinjaman ini. Namun, pengaturan tersebut tidak dinyatakan dalam
sebuah pernyataan standar khusus, tetapi menjadi satu standar dengan perlakuan
akuntansi konstruksi dalam pengerjaan, yaitu PSAP 8.
3. IPSAS 8: Pelaporan Keuangan pada Kepemilikan Ventura Bersama

Untuk dapat mengerti apa yang dimaksud dengan ventura bersama, terlebih dahulu
perlu dipahami apa yang dimaksud dengan pengendalian bersama. Pengendalian bersama
adalah persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian atas suatu aktivitas ekonomi.
Pengendalian bersama hanya ada ketika keputusan keuangan dan operasional strategis terkait
dengan aktivitas tersebut mensyaratkan konsensus mutlak dari pihak‐pihak yang
berbagi pengendalian (venturer). Adapun ventura bersama adalah perjanjian kontraktual
yang mana dua atau lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada
pengendalian bersama.

Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi bagian partisipasi dalam ventura bersama
dan pelaporan aset, kewajiban, penghasilan dan beban ventura bersama dalam laporan
keuangan venturer dan investor, terlepas dari struktur atau bentuk yang mendasari
dilakukannya aktivitas ventura bersama. Namun, PP Nomor 71 tahun 2010 tidak
mengadopsi standar ini karena Pemerintahan RI tidak menjalankan aktivitas ventura
bersama.

4. IPSAS 9: Pendapatan dari Transaksi dalam Mata Uang Asing

Pada dasarnya, kerangka konseptual telah menjelaskan bahwa penghasilan (income)


adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi baik dalam bentuk arus masuk
atau peningkatan aset maupun dalam bentuk penurunan liabilitas yang menyebabkan
terjadinya kenaikan ekuitas yang mana bukan berasal dari kontribusi pemilik. Definisi
penghasilan tersebut mencakup di dalamnya pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain).
Pendapatan berasal dari kegiatan operasional, sedangkan keuntungan bukan berasal
dari kegiatan operasional. Namun demikian, definisi pendapatan yang dimaksud dalam
standar ini adalah penghasilan.

Isu utama dalam akuntansi pendapatan adalah penentuan waktu pengakuan


pendapatan. Pendapatan diakui pada saat terdapat kemungkinan, yaitu pada tingkat probable,
manfaat ekonomi di masa depan yang mana pengukuran terdapat manfaat ekonomi ini
dapat dilakukan secara andal. Standar ini mengidentifikasi kondisi-kondisi yang memenuhi
kriteria tersebut sehingga pengakuan pendapatan dapat dilakukan. Di samping itu, dijelaskan
pula panduan penerapan kriteria tersebut dalam pengukuran pendapatan.

5. IPSAS 10: Pelaporan Keuangan pada Ekonomi Hiperinflasi

Secara umum, ekonomi hiperinflasi adalah kondisi perekonomian yang mana


akumulasi tingkat inflasi dalam 3 tahun berturut-turut adalah sebesar 100%. Untuk itu,
pernyataan standar ini mengatur agar entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
dalam kondisi ekonomi hiperinflasi menyatakan unit pengukurannya dalam nilai kini pada
saat tanggal pelaporan. Di samping itu, komparasi atas periode sebelumnya dan
informasi-informasi terkait juga diharuskan untuk dinyatakan dalam nilai kini tersebut.

6. IPSAS 13: Leasing


Pernyataan standar ini mengatur perlakuan akuntansi atas transaksi sewa guna usaha
operasi dan sewa guna usaha modal baik bagi lessee maupun lessor. Pengaturan tersebut
dimulai dari kriteria-kriteria penentuan sebuah sewa guna usaha sebagai sewa guna usaha
maupun sewa guna usaha modal. Sewa guna usaha merupakan sewa guna usaha modal
manakala terjadi transfer yang substansial atas seluruh imbalan dan risiko bersamaan dengan
perpindahan kepemilikan aset. Jika, kriteria tersebut tidak dapat terpenuhi maka sewa guna
usaha diklasifikasikan sebagai sewa guna usaha operasi.

7. IPSAS 14: Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa-peristiwa (baik yang


menguntungkan maupun merugikan) yang terjadi di antara tanggal pelaporan dan tanggal
diotorisasinya laporan keuangan untuk terbit. Peristiwa setelah tanggal neraca
diklasifikasikan sebagai peristiwa penyesuai dan peristiwa nonpenyesuai. Peristiwa
penyesuai adalah peristiwa yang memberikan bukti tentang kondisi-kondisi yang telah pada
tanggal pelaporan. Peristiwa penyesuai berkonsekuensi pada diperlukannya jurnal
penyesuaian. Adapun peristiwa nonpenyesuai bersifat sebaliknya.

8. IPSAS 15: Instrumen Keuangan (Penyajian dan Pengungkapan)

Diganti dengan IPSAS 28 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan IPSAS 30


tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

9. IPSAS 16: Properti Investasi

Properti investasi adalah tanah atau bangunan yang dikuasai (baik karena kepemilikan
ataupun karena sewa guna usaha modal) yang ditujukan untuk memperoleh pendapatan sewa
dan/atau pendapatan berupa kenaikan nilai. Dikecualikan dari definisi tersebut adalah aset-
aset yang digunakan dalam proses produksi, aset-aset yang merupakan persediaan, atau aset-
aset yang digunakan untuk tujuan administratif. Pada saat perolehan, secara umum properti
diukur sebesar biaya perolehannya. Adapun selanjutnya, terdapat dua alternatif, yaitu model
biaya atau model nilai wajar.

10. IPSAS 18: Pelaporan Segmen

Segmen adalah sebuah aktivitas yang dapat dipisahkan atau sekelompok aktivitas
dari sebuah entitas yang informasi keuangannya layak dipisahkan dalam rangka
mengevaluasi kinerja di masa lalu maupun untuk membuat keputusan mengenai alokasi
sumber daya di masa yang akan datang. Pelaporan segmen hanya disajikan dalam laporan
konsolidasian.

11. IPSAS 19: Provisi, Kewajiban Kontingensi, dan Aset Kontingensi

Provisi adalah sebuah kewajiban yang tidak dapat dipastikan jumlah dan waktu jatuh
temponya. Kewajiban kontingensi adalah sebuah kewajiban yang mungkin timbul sebagai
akibat peristiwa di masa lampu, tetapi keberadaannya hanya akan dikonfirmasi oleh terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa tidak pasti di masa depan yang di luar kendali entitas. Adapun
aset kontingensi adalah sebuah aset yang mungkin timbul dari peristiwa di masa lampau
yang mana keberadaannya hanya akan dikonfirmasi dengan terjadi atau tidak terjadinya
sebuah peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang yang di luar kendali entitas.
Secara garis besar, pernyataan standar ini memberikan pedoman berupa kriteria-kriteria
pengakuan dan pengukuran provisi, kewajiban kontingensi, maupun aset kontingensi.

12. IPSAS 20: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah pihak-pihak yang mengendalikan atau memiliki


pengaruh yang signifikan terhadap entitas pelaporan serta pihak-pihak yang secara signifikan
dipengaruhi atau dikendalikan oleh entitas pelaporan (meliputi entitas yang dikendalikan,
ventura bersama, asosiat, dan manfaat purna pensiun). Pengungkapan yang diperlukan
terhadap pihak-pihak yang berelasi antara lain adalah hubungan yang melibatkan
pengendalian meskipun tidak ada transaksi sekalipun, transaksi-transaksi yang terjadi, dan
kompensasi manajemen.

13. IPSAS 21: Penurunan Nilai atas Aset yang Tidak Menghasilkan Kas

Penurunan nilai atas aset yang tidak menghasilkan kas adalah selisih antara nilai
terpulihkan aset tersebut terhadap nilai terbawanya. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih
tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya-biaya untuk melakukan penjualan atau nilai
gunanya. Nilai guna adalah kemungkinan aliran kas di masa depan yang dihasilkan yang
didiskontokan kenilai kini. Terdapat 3 pendekatan dalam menghitung nilai guna, yaitu
penggantian biaya depresiasi, restorasi biaya, dan unit pelayanan. Penilaian indikasi
penurunan nilai dilakukan setiap tahun.

14. IPSAS 22: Pengungkapan Informasi Keuangan tengan Sektor


Pemerintah Umum

Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk mengatur pengungkapan bagi pemerintah
yang memilih untuk menyajikan informasi tentang sektor pemerintah umum dalam laporan
konsolidasiannya. Pengunkapan yang tepat terhadap informasi tersebut dapat menyediakan
pemahaman yang lebih baik bagi hubungan antara aktivitas pasar dan aktivitas nonpasar
serta antara laporan keuangan dengan laporan statistik.

15. IPSAS 23: Pendapatan dari Transaksi Non-Pertukaran (Pajak dan Transfer)

Transaksi pertukaran adalah transaksi yang menyebabkan entitas pelaporan


menerima aset/jasa dan/atau mengalami pengurangan kewajiban, tetapi di sisi lain harus
menyerahkan sesuatu yang memiliki nilai setara baik berupa kas, barang, atau
jasa. Transaksi nonpertukaran adalah transaksi yang tidak memenuhi definisi tersebut,
misalnya transfer dan pajak. Kriteria pengakuan pendapatan yang diterima dari transaksi
nonpertukaran sama dengan kriteria peangakuan aset. Pada saat diterima, aset yang
diperoleh dari transaksi nonpertukaran diukur dalam nilai wajar.
16. IPSAS 25: Manfaat bagi Pegawai

Pernyataan standar ini mengatur bahwa entitas harus mengakui (1) kewajiban ketika
seorang pegwai telah memberikan jasanya sehingga sebagai konsekuensinya entitas harus
memberikan manfaat di masa yang akan datang dan (2) beban ketika entitas mengonsumsi
manfaat ekonomi/potensi jasa yang berasal dari jasa yang diberikan oleh pegawai sebagai
imbal balik dari manfaat pegawai.

Anda mungkin juga menyukai