Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAH

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

Kelompok 3:
Dhimas Ilham Agus Santoso F0318037
Lanang Galih Prasetyo F0318071

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH
A. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
Praktik akuntansi harus dilaksanakan mengacu pada Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PABU). Berlaku Umum mempunyai makna bahwa laporan keuangan
suatu perusahaan bisa dimengerti oleh siapa pun dengan latar belakang apa pun. Dalam
PSAK Nomor 1 paragraf 9 dan 10 menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat berdasarkan standar akuntansi tetap bisa memenuhi kebutuhan semua pengguna
yang meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor lainnya, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Jika tidak ada PABU, maka perusahaan harus membuat laporan keuangan dalam banyak
format karena banyaknya pihak yang berkepentingan.
PABU merupakan standar yang harus diikuti di mana pun profesi akuntan berada,
kecuali jika keadaan membenarkan adanya pengecualian terhadap standar yang ada.
Bentuk dari PABU mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Beberapa kondisi
yang dapat dikualifikasikan sebagai metode yang berlaku umum.
1. Metode tersebut akan benar-benar digunakan dalam kasus-kasus yang jumlahnya
cukup signifikan, di mana terdapat kondisi yang memungkinkan untuk
menggunakan metode tersebut.
2. Metode tersebut mendapat dukungan yang diberikan melalui pernyataan-
pernyataan dari lingkungan akuntansi professional atau badan-badan berwenang
lainnya.
3. Metode tersebut mendapat dukungan secara tertulis dari sejumlah pengajar dan
pemikir akuntansi terkemuka.
Di Indonesia PABU mengacu pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PABU menurut
IAI adalah:
1. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan
pengatur standar dari IAI.
2. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan
prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku
umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk
dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari IAI, tidak menyatakan
keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut.
3. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
mengintepretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik
akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tesebut pada butir (2)
yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur
standar dari IAI, tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik.
4. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum
karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan
dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau
penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku
umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara
lebih baik.
B. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
Banyaknya perbedaan pada entitas yang termasuk dalam kategori organisasi
sektor publik, khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Berdasarkan fenomena
tersebut, Federasi Akuntan Internasional (International Federation of Accountants-IFAC)
membentuk sebuah komite khusus yang bertugas Menyusun standar akuntansi sektor
publik. Standar tersebut disebut International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS).
IPSAS tidak dimaksud sebagai pengganti peraturan yang telah ditetapkan negara
bersangkutan. IPSAS digunakan untuk pengembangan standar baru atau untuk merevisi
standar yang ada guna meningkatkan komparabilitas laporan keuangan organisasi sektor
publik secara internasional.
IPSAS meliputi standar yang dikembangkan untuk basis akrual (accrual basis),
namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci kebutuhan untuk
basis kas (cash basis). Dalam hal ini maka IPSAS dapat diadopsi oleh organisasi sektor
publik yang sedang dalam proses perubahan dari basis kas ke basis akrual.
C. Standar Akuntansi Pemerintah
Untuk memenuhi kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan di
pemerintahan, maka diperlukan sebuah standar yaitu Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) yang kredibel yang dibentuk oleh sebuah komite SAP. Dalam perjalanannya
dihasilkanlah Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor Publik yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik-IAI, yaitu:
1. Penyajian laporan keuangan.
2. Laporan arus kas.
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan
akuntansi.
4. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri.
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan
departemen-departemennya maupun di pemda dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP
diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah
pusat dan daerah. Proses penyusunan SAP yaitu:
1. Identifikasi topik.
2. Konsultasi topik kepada Komite Pengarah.
3. Pembentukan Kelompok Kerja.
4. Riset terbatas oleh Kelompok Kerja.
5. Draf awal dari Kelompok Kerja.
6. Pembahasan draf awal oleh Komite Kerja.
7. Pengambilan keputusan oleh Komite Kerja.
8. Pelaporan kepada Komite Pengarah dan persetujuan atas Draf Publikasian.
9. Peluncuran Draf Publikasian.
10. Dengar pendapat publik dan dengan pendapat terbatas.
11. Pembahasan tanggapan dan masukan atas Draf Publikasian dari dengar pendapat.
12. Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
13. Pembahsan tanggapan BPK.
14. Finalisasi Standar.
15. Pemberlakuan Standar.
16. Sosialisasi awal Standar.
SAP terdiri atas sebuah kerangka konseptual dan 11 pernyataan, yaitu:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP 03: Laporan Aliran Kas
4. PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05: Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06: Akuntansi Investasi
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian
D. Kerangka Konseptual
1. Tujuan Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (selanjutnya dalam artikel
ini disebut Kerangka Konseptual) adalah konsep dasar penyusunan dan
pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan merupakan acuan
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan
keuangan,pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan
atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan(PSAP).
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya
adalah sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar;
c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar; dan
d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Kerangka konseptual SAP menekankan perlunya mempertimbangkan ciri
ciri penting lingkungan pemerintahan yang meliputi :
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan

 Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan

 Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar


pemerintahan

 Adanya pengaruh proses politik

 Hubungan antara pembayar pajak dengan pelayanan


pemerintahan.
b. Ciri keuangan pemerintah

 Anggaran sebagai pernyataan publik, target fiskal dan sebagai alat


pengendalian

 Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan

 Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana

2. Entitas Pelaporan dan Pengguna Laporan Keuangan


Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan, entitas pelaporan terdiri dari :
a. Pemerintah pusat
b. Pemerintah daerah
c. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/pemda
d. Satuan organisasi di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
Laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna
yang terdiri dari :
a. Masyarakat
b. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa.
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman.
d. Pemerintah
3. Peranan dan Tujuan Laporan Keuangan
Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Peranan suatu laporan keuangan yaitu :
a. Akuntabilitas
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan
sumber daya dalam mencapai tujuan
b. Manajemen
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
c. Transparansi
memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh
kepada stakeholders
d. Evaluasi Kinerja
mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam
menggunakan sumber daya ekonomi untuk mencapai kinerja Transparansi
e. Keseimbangan Antargenerasi
memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan
pemerintah untuk membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi
y.a.d ikut menanggung beban pengeluaran tersebut

Tujuan Laporan Keuangan

Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai


akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial maupun politik.

4. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok terdiri atas:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


b. Neraca

c. Laporan Arus Kas (LAK)


d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Selain Laporan Keuangan Poko entitas, diperkenankan menyajikan


Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan ekuitas

5. Dasar Hukum Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan


negara;
b. Undang-Undang di bidang keuangan negara;

c. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan


peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,


khususnya yang mengatur keuangan daerah;

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan


keuangan pusat dan daerah;

f. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara/Daerah; dan

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan


pusat dan daerah.

6. Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah


anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri atas:

a. Asumsi kemandirian entitas

Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi


dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antarunit
instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
b. Asumsi kesinambungan entitas

Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan


akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan
tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka
pendek.

c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap


kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini
diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran
dalam akuntansi

7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif


yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:

a. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang


termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.

b. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang


menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat
atau penyvcvajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.

d. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami


oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

8. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah:

a. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan


pemerintah entitas adalah Basis Akrual .Basis akrual digunakan untuk
pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas .

b. Nilai Historis (Historical Cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas
dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang.Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

c. Realisasi (Realization)

Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui


anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan untuk
membayarutang dan belanja dalam periode tersebut.

d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Subtance Over Form)


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau
peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan
aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas
dalam Catatan atas Laporan Keuangan

e. Periodisitas (Periodicity)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan


perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan

f. Konsistensi (Consistency)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang


serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip
konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi
perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode
yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama

g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang


dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan

h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan


keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat
serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur
kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian
sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah

9. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan


yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat
keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang
menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah, yaitu:

a. Materialitas

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk


mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
laporan keuangan.

b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya


penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak
semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari
biaya penyusunannya

c. Keseimbangan Antarkarakteristik Kualitatif

Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk


mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan
normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.
Kepentingan relatif antarkarakteristik dalam berbagai kasus berbeda,
terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan
antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah
pertimbangan profesional.

E. Strategi Penyusunan Standar di Negara Berkembang


Ada empat pendekatan atau strategi yang digunakan dalam proses penatapan
standar di negara-negara berkembang:
1. Pendekatan Evolusioner
Pendekatan evolusioner artinya pembuatan standar di suatu negara di
mana negara tersebut mengambangkan standarnya sendiri tanpa pengaruh ataupun
gangguan dari luar. Negara berkembang tersebut menentukan tujuan-tujuan dan
kebutuhan-kebutuhan akuntansinya sendiri secara spesifik dan kemudian
mengisinya dengan teknik-teknik, konsep-konsep, institusi, profesi, dan
Pendidikan juga dalam keadaan terisolasi. Hambatannya adalah keharusan
mitra-mitra asing untuk menyesuaikan diri dengan standar khusus yang dibuat
secara mandiri oleh negara berkembang tersebut.
2. Pendekatan Transfer Teknologi
Pengembangan melalui transfer teknologi akuntansi dapat dicapai melalui
aktivitas Kantor Akuntan Internasional, perusahaan-perusahaan multinasional,
para akademisi yang berpraktik di negara berkembang, atau melalui berbagai
perjanjian internasional dan kesepakatan kerja sama yang meminta dilakukannya
pertukaran informasi dan tekonologi.
Pendekatan ini relatif mudah, tetapi ada beberapa masalah antara lain
adalah transfer teknologi yang tidak bisa diterapkan, kurangnya infrasuktur dalam
penerapan teknologi, meningkatnya ketergantungan pada tenaga ahli dari luar,
kurangnya insentif pada pengembangan standar local, dan hilangnya harga diri
yang untuk beberapa kelompok merupakan hal yang sangat penting.
3. Penggunaan Standar Akuntansi Internasional
Penggunaan Standar Akuntansi Internasional, artinya negara-negara
berkembang dapat bergabung dengan Internasional Accounting Standards Board
(IASB) atau badan internasional lainnya untuk kemudian menerapkan ketentuan-
ketentuan mereka secara keseluruhan. Beberapa motif pelaksanaan strategi ini
adalah:
a. Memperkecil biaya persiapan dan pembuatan standar akuntansi.
b. Terlibat dalam harmonisasi internasional.
c. Memfasilitasi pertumbuhan investasi asing yang mungkin dibutuhkan.
d. Memungkinkan profesi untuk meniru standar professional internasional.
e. Melegitimasi statusnya sebagai anggota dengan status penuh dari
komunitas internasional.
4. Strategi Situasional
Strategi situasional adalah pengembangan standar akuntansi dengan
didasarkan atas analisis dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi di
negara-negara maju terhadap latar belakang lingkungan yang mendasarinya.
Pada dasarnya, strategi ini meminta dilakukannya pertimbangan pada
faktor-faktor diagnostik yang menentukan perkembangan akuntansi di negara-
negara berkembang.
Faktor-faktor yang memengaruhi antara lain linguisitik kultural, politik
dan hak-hak sipil, ekonomi, dan karakterisktik demografis, serta lingkungan
hukum dan perpajakan dari negara yang bersangkutna.

Anda mungkin juga menyukai