Kelompok 3:
Dhimas Ilham Agus Santoso F0318037
Lanang Galih Prasetyo F0318071
JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH
A. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
Praktik akuntansi harus dilaksanakan mengacu pada Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PABU). Berlaku Umum mempunyai makna bahwa laporan keuangan
suatu perusahaan bisa dimengerti oleh siapa pun dengan latar belakang apa pun. Dalam
PSAK Nomor 1 paragraf 9 dan 10 menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat berdasarkan standar akuntansi tetap bisa memenuhi kebutuhan semua pengguna
yang meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor lainnya, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Jika tidak ada PABU, maka perusahaan harus membuat laporan keuangan dalam banyak
format karena banyaknya pihak yang berkepentingan.
PABU merupakan standar yang harus diikuti di mana pun profesi akuntan berada,
kecuali jika keadaan membenarkan adanya pengecualian terhadap standar yang ada.
Bentuk dari PABU mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat tertentu. Beberapa kondisi
yang dapat dikualifikasikan sebagai metode yang berlaku umum.
1. Metode tersebut akan benar-benar digunakan dalam kasus-kasus yang jumlahnya
cukup signifikan, di mana terdapat kondisi yang memungkinkan untuk
menggunakan metode tersebut.
2. Metode tersebut mendapat dukungan yang diberikan melalui pernyataan-
pernyataan dari lingkungan akuntansi professional atau badan-badan berwenang
lainnya.
3. Metode tersebut mendapat dukungan secara tertulis dari sejumlah pengajar dan
pemikir akuntansi terkemuka.
Di Indonesia PABU mengacu pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PABU menurut
IAI adalah:
1. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan
pengatur standar dari IAI.
2. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan menetapkan
prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berlaku
umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk
dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari IAI, tidak menyatakan
keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut.
3. Pernyataan dari badan, yang terdiri atas pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
mengintepretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik
akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tesebut pada butir (2)
yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur
standar dari IAI, tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh publik.
4. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum
karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau penerapan
dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku umum, atau
penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berlaku
umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi transaksi secara
lebih baik.
B. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik
Banyaknya perbedaan pada entitas yang termasuk dalam kategori organisasi
sektor publik, khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Berdasarkan fenomena
tersebut, Federasi Akuntan Internasional (International Federation of Accountants-IFAC)
membentuk sebuah komite khusus yang bertugas Menyusun standar akuntansi sektor
publik. Standar tersebut disebut International Public Sector Accounting Standards
(IPSAS).
IPSAS tidak dimaksud sebagai pengganti peraturan yang telah ditetapkan negara
bersangkutan. IPSAS digunakan untuk pengembangan standar baru atau untuk merevisi
standar yang ada guna meningkatkan komparabilitas laporan keuangan organisasi sektor
publik secara internasional.
IPSAS meliputi standar yang dikembangkan untuk basis akrual (accrual basis),
namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci kebutuhan untuk
basis kas (cash basis). Dalam hal ini maka IPSAS dapat diadopsi oleh organisasi sektor
publik yang sedang dalam proses perubahan dari basis kas ke basis akrual.
C. Standar Akuntansi Pemerintah
Untuk memenuhi kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan di
pemerintahan, maka diperlukan sebuah standar yaitu Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) yang kredibel yang dibentuk oleh sebuah komite SAP. Dalam perjalanannya
dihasilkanlah Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor Publik yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik-IAI, yaitu:
1. Penyajian laporan keuangan.
2. Laporan arus kas.
3. Koreksi surplus defisit, kesalahan fundamental, dan perubahan kebijakan
akuntansi.
4. Dampak perubahan nilai tukar mata uang luar negeri.
5. Kos pinjaman
6. Laporan keuangan konsolidasi dan entitas kendalian.
SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat dan
departemen-departemennya maupun di pemda dan dinas-dinasnya. Penerapan SAP
diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah
pusat dan daerah. Proses penyusunan SAP yaitu:
1. Identifikasi topik.
2. Konsultasi topik kepada Komite Pengarah.
3. Pembentukan Kelompok Kerja.
4. Riset terbatas oleh Kelompok Kerja.
5. Draf awal dari Kelompok Kerja.
6. Pembahasan draf awal oleh Komite Kerja.
7. Pengambilan keputusan oleh Komite Kerja.
8. Pelaporan kepada Komite Pengarah dan persetujuan atas Draf Publikasian.
9. Peluncuran Draf Publikasian.
10. Dengar pendapat publik dan dengan pendapat terbatas.
11. Pembahasan tanggapan dan masukan atas Draf Publikasian dari dengar pendapat.
12. Permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
13. Pembahsan tanggapan BPK.
14. Finalisasi Standar.
15. Pemberlakuan Standar.
16. Sosialisasi awal Standar.
SAP terdiri atas sebuah kerangka konseptual dan 11 pernyataan, yaitu:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP 03: Laporan Aliran Kas
4. PSAP 04: Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05: Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06: Akuntansi Investasi
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian
D. Kerangka Konseptual
1. Tujuan Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (selanjutnya dalam artikel
ini disebut Kerangka Konseptual) adalah konsep dasar penyusunan dan
pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dan merupakan acuan
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan
keuangan,pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan
atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan(PSAP).
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya
adalah sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar;
c. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar; dan
d. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Kerangka konseptual SAP menekankan perlunya mempertimbangkan ciri
ciri penting lingkungan pemerintahan yang meliputi :
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan
6. Asumsi Dasar
a. Relevan
b. Andal
c. Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
d. Dapat Dipahami
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah:
a. Basis Akuntansi
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas
dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang.Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
c. Realisasi (Realization)
e. Periodisitas (Periodicity)
f. Konsistensi (Consistency)
a. Materialitas