Anda di halaman 1dari 18

OVERVIEW REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Disusun Oleh :

Annisa Febrianty C10170232

Aulia Almaidah K C10170230

Intan Nadya D C10170206

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS

S1 AKUNTANSI

1
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI....................................................................................................………2
PEMBAHASAN……………………………………………………………………….3
1.1 Pengertian International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)………..3
1.2 Tujuan Utama dari IPSAS..........................................................................………4
1.3 Konvergensi IPSAS dengan IFRS..............................................................………4
2.1 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45.................………5
3.1 Pengertian Properti Investasi......................................................................………6
4.1 DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba……8
5.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan..............................................………9
5.2 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP) dan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan (KDP-LK)..................................................………12
5.3 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan..............................................………13
6.1 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).......................................………15
6.2 Standar umum SPKN..................................................................................………16
7.1 Regulasi dan Standar Sektor Publik...........................................................………17

2
PEMBAHASAN

1.1 International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)


International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) atau lebih dikenal dengan
sebutan (Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik) merupakan standar akuntansi untuk
jenis entitas sektor publik yang telah dikembangkan oleh International Public Sector Accounting
Standards Board (IPSASB). IPSASB sendiri merupakan badan yang sudah lama bernaung di
bawah International Federation of Accountants (IFAC), sebuah organisasi yang khusus untuk
profesi akuntansi pada tingkatan internasional yang telah didirikan pada tahun 1977. Keberadaan
IPSASB sendiri bermula ketika mulai adanya kesadaran akan manfaat nyata dari informasi
akuntansi keuangan yang masih sangat konsisten dan tidak terbandingkan (comparable) lintas
jurisdiksi. IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, yang diharapkan
nantinya akan banyak memainkan sebagai peran kunci utama agar dapat merealisasikan banyak
dari manfaat tersebut.

Dari tahun ke tahun dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB
lebih mendorong tentang keterlibatan dari pemerintah dan para penyusun standar dari berbagai
negara melalui penyampaian tanggapan/komentar atas berbagai proposal-proposal IPSASB yang
telah dinyatakan dalam exposure draft.

IPSAS yang telah diterbitkan oleh IPSASB lebih banyak terkait dengan pelaporan
keuangan dari sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun
yang telah mengadopsi dari basis akrual (accrual basis). IPSAS yang lebih banyak berbasis
akrual telah banyak dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial Reporting
Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang telah diterbitkan oleh International Accounting
Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan pada
sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap lebih memperhatikan tentang adanya isu-isu
yang spesifik pada sektor publik yang tidak tercantum di dalam IFRS.

Dengan diadopsinya IPSAS oleh pihak pemerintahan dari berbagai negara diharapkan
akan dapat lebih meningkatkan kualitas dan daya banding segala informasi keuangan yang telah
dilaporkan dari entitas-entitas sektor publik pada seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian
dan dari sisi harmonisasi tentang ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik dari berbagai

3
negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak dari pemerintah dan para penyusun standar
pada tingkat nasional dalam menetapkan standar dan beberapa pedoman dalam pelaporan
keuangan di dalam jurisdiksi mereka masing-masing.

Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim sudah mematuhi
IPSAS, namun jika laporan keuangan itu sudah memenuhi semua ketentuan yang berlaku di
dalam masing-masing standar.

1.2 Tujuan Utama Dari IPSAS

Agar dapat improvisasi kualitas dalam pelaporan keuangan untuk tujuan umum oleh
entitas sektor publik, yang mengarah kepada penilaian informasi yang lebih baik dari segala
alokasi sumber daya keputusan yang telah dibuat oleh Pemerintah, sehingga dapat meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dari sektor publik.

Cakupan IPSAS adalah standar akuntansi untuk aplikasi oleh Pemerintah nasional,
regional (contohnya adalah, negara bagian, propinsi, teritorial) Pemerintahan, lokal (misalnya,
kota, kota) Pemerintah dan juga badan pemerintah yang terkait (misalnya, lembaga,dan komisi.
Standar IPSAS secara lebih luas akan digunakan oleh setiap organisasi antar pemerintah. IPSAS
sebenarnya sama sekali tidak berlaku untuk badan usaha milik pemerintah.

1.3 Konvergensi IPSAS dengan IFRS

Ketentuan IPSAS berdasarkan Standar Pelaporan Keuangan Internasional Standar


Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), sebelumnya, lebih dikenal sebagai IAS. IFRS yang
telah dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). IPSASB IFRS sudah
menyesuaikan dengan konteks sektor publik yang lebih tepat. IPSASB mudah beradaptasi
dengan IFRS dalam hal konteks sektor publik jika memang di perlukan. Dalam melaksanakan
proses tersebut, segala upaya dari IPSASB, Jika memang memungkinkan, untuk
mempertahankan segala perlakuan akuntansi dan teks asli dari IFRS kecuali apabila terdapat isu
yang signifikan terhadap sektor publik.

4
2.1 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Menurut PSAK No. 45
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan posisi keuangan pada akhir
periode, laporan aktivitas, laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas
laporan keuangan. Dengan adanya standar ini diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba
dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Penerapan PSAK No. 45 berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan
mulai 1 Januari 2000. PSAK No. 45 berlaku bagi laporan keuangan yang disajikan oleh
organisasi nirlaba yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a) sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan.
b) menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri
atau pemilik entitas tersebut.
c) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut
pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama peng-
ungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a) kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan dan
b) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan
kebutuhan pendanaan eksternal.
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
a) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih.
b) Hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain.
c) Bagaimana penggungaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

5
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi,
kreditur dan pihak lainnya untuk:
a) Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
b) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa.
c) Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK No. 2
tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini:
a) Aktivitas Pendanaan dimana Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya
dibatasi untuk jangka panjang, penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi
yang penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva
tetap, atau peningkatan dana abadi (edowment). Lalu bunga dan deviden yang dibatasi
penggunaannya untuk jangka panjang.
b) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas: sumbangan
berupa bangunan atau aktiva investasi.
Menurut Wikipedia catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan
keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut.
Catatan atas laporan keuangan membantu menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan
keuangan serta memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan suatu
entitas. Catatan atas laporan keuangan dapat mencakup informasi tentang hutang, kelangsungan
usaha piutang, kewajiban kontijensi, atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angka-angka
keuangan (misalnya untuk menunjukkan gugatan).

3.1 PENGERTIAN PROPERTI INVESTASI


Mengacu pada PSAK 13 Revisi 2011 : Properti investasi adalah (tanah atau bangunan
atau bagian dari suatu bangunan atau kedua duanya) yang dikuasai oleh pemilik atau lesse
melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau kenaikan nilai atau keduanya dan
tidak untuk:
 Digunakan dalam produksi atau penyedia barang atau jasa, atau untuk tujuan
administrative, atau

6
 Dijual dalamm kegiatan sehari-hari. (Par.5)

Dalam PSAK 13 juga diberikan definisi mengenai properti yang digunakan sendiri
(owner occupied property), yaitu properti yang dikuasai (Oleh pemilik atau lesse melalui sewa
pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk tujuan
administratif. Perbedaan utama antara properti investasi dan properti yang digunakan sendiri
adalah properti investasi menghasilkan arus kas yang sebagian besar independen aset tetap.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat beberapa perbedaan antara aset tetap dan
properti investasi, yaitu properti investasi harus berbentuk properti (yaitu tanah atau bangunan
atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) dan digunakan untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai. Sebagai contoh, jika suatu entitas membeli sebidang tanah.
Pernyataannya diklasifikasikan sebagai aset tetap atau properti investasi? Klasifikiasinya
tergantung darin tujuan entitas dalam mmperoleh tana tersebut, Apabila tanah tersebut
digunakkan dalam kegiatan operasional (misalnya di atas tabah akan dibangun gedung yang
diunakan sebagai  kantor perusahaan) maka tanah tersebut merupakan aset tetap.
Namun, apabilah tanah tersebut tidak digunakan dalam kegiatan operasional, tetapi
dengan tujuan akan dijual kembali dimasa depan karena prusahaan memiliki keyakinan harga
tanah tersebut akan terus mengalami kenaikan nilai,maka tanah tersebut merupakan properti
investasi.

Contoh  properti investasi: (Par. 8)


 Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual
jangka pendek dalam kegiatan sehari-hari,
 Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya belum ditentukan,
 Bangunan yang dimiliki melalui sewa pembiayaan dan disewakan kepada pihak lain
melalui satu atau lebih sewa operasi,
 Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui
satu atau lebih sewa operasi.
Contoh bukan properti investasi: (Par. 9)
 Properti yang dimaksud untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang dalam
proses pembangunan untuk dijual (PSAK 14 – Persediaan),

7
 Properti yang digunakan sendiri (PSAK 16 – Aset Tetap),
 Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.
 Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga.
 Properti dalam proses konstruksi atau pengembangan yang di masa depan digunakan
sebagai properti investasi.PSAK 16 aset tetap berlaku untuk properti tersebut hingga
proses pembangunan atau pengembangan selesai.
Apabila bagian properti tersebut dapat di jual secara terpisah atau dapat disewakan
kepada pihak lain secara terpisah melalui sewa pembiayaan, maka entitas harus mencatat kedua
baagian itu secara terpisah, yaitu bagian pertama sebagai investasi dan bagian kedua sebagai aset
tetap. Namun jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka klasifikasi properti
tersebut ditentukan oleh bagian yang jumlahnya signifikan. Misalkan, bagian yang digunakakn
dalam proses produksi atau persediaan barang-barang  atau jasa atau untuk tujuan administratif
tidak signifikan, maka seluruh properti di klasifikasikan sebagai properti investasi.

4.1 DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba

Disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 26 September 2018.

DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba memberikan


pedoman penyajian laporan keuangan untuk entitas berorientasi nonlaba. Contoh-contoh dalam
Interpretasi ini tidak ditujukan untuk mengilustrasikan seluruh aspek dari SAK atau mencakup
bentuk yang sesuai untuk seluruh entitas berorientasi nonlaba. Contoh ini dapat berbeda dari
kondisi yang terdapat dalam entitas berorientasi nonlaba tertentu

. Entitas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan apakah entitas merupakan


suatu entitas berorientasi nonlaba terlepas dari bentuk badan hukum entitas tersebut sehingga
dapat menerapkan Interpretasi ini

8
5.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan


dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah Daerah (LKPD).

Laporan keuangan pokok menurut SAP adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran;

2. Neraca;

3. Laporan Arus Kas;

4. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan Pemerintah untuk tujuan umum juga mempunyai kemampuan


prediktif dan prospektif dalam hal memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk
operasi berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan serta resiko
dan ketidakpastian yang terkait. Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah:

1. Masyarakat.

2. Para wakil rakyat, lembaga pemeriksa dan lembaga pengawas.

3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman.

4. Pemerintah.

SAP memiliki dua basis Penerapan yaitu :

1. SAP Berbasis Kas

Basis Akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja

9
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau entitas
pelaporan (PP No.71 tahun 2010).

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual yang
mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports),
sebagaimana di cantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan financial,
yang pada PSAP 12 mempasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan basis akrual.

Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas,
serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara
bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis akrual
terletak pada PSAP 12 menganai laporan operasional. Entitas melaporkan secara transparan
besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang di tanggung untuk
menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus / deficit operasional merupakan penambah atau
pengurang ekuitas/ kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan ( PP NO 71 Tahun 2010)

2. SAP berbasis Akrual

SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD.

Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan di
catat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh

10
pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar
(PP No.71 tahun 2010).

SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/ daerah, jika menurut
peraturan perundang – undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan (PP No.71 Tahun 2010).

SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan
(due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban
profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.

Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan


urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam
bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Tahap - tahap penyiapan SAP yaitu (Supriyanto:2005):

1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar

2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam Komite

3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja

4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja

5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja

6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan

11
7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)

8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)

9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian

10. Finalisasi Standar

Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan berdasarkan
masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP meminta pertimbangan
kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena
komite belum ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan
Presiden, dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk
menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar dapat segera
ditetapkan.

Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan pertimbangan dari BPK.
BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera Menetapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun berjalan dengan
Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan
HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan Peraturan Pemerintah.

5.2 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP) dan Kerangka Dasar


Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDP-LK).

KKAP dan KDPP-LK sama-sama menujukan pada 4 (empat) pihak yaitu: komite
penyusun standar, penyusun laporan keuangan, pemeriksa (auditor) dan para pemakainya. Ini
agaknya memang suatu hal yang tak bisa dihindari, sebab keempat pihak tersebut telah menjadi
fixed sebagai pengguna standar akuntansi.

12
Perbedaan baru mulai terlihat pada poin ruang lingkup. Sebab merupakan hal yang baru,
cakupan ruang lingkup yang dibahas dalam KKAP memang terkesan lebih banyak pertimbangan
adaptasi

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, kerangka ini merumuskan konsep yang


mendasari penyusunan dan penyajiaan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sebagai
acuan bagi :

1. Penyusunan Standar Akuntansi pemerintah (KSAP).


2. Penyusun laporan keuangan
3. Pemeriksa
4. Para pengguna laporan keuangan

5.3 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan

1. Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP melalui pemerintah, meminta


pertimbangan BPK RI atas draf SAP. Komite Konsultatif selanjutnya mengusulkan kepada
Presdien draf SAP Final melalui Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Pemerintah.

2. Sosialisasi Awal Standar

Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, SAP selanjutnya dipublikasikan dan


distribusikan kepada publik termasuk masyarakat, institusi, serta perwakilan organisasi. Selain
itu, KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk sosialisasi awal
yang dilakukan berupa seminar/diskusi dengan para pengguna, program pendidikan profesional
berkelanjutan, training of trainers (TOT), dan lain-lain

3. Bahasa

Seluruh draf dan standar, termasuk intepretasi dan buletin teknis diterbitkan oleh KSAP dalam
bahasa Indonesia. Proses pengalihan bahasa ke bahasa lain harus dikonfirmasikan kepada KSAP.
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat IPSAP,

13
adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Buletin Teknis SAP adalah
informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman bagi pengguna.

Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal apabila terdapat masalah
akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam hal terjadi
pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi yang diunggulkan adalah relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar
akuntansi di masa depan.

14
6.1 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

SPKN adalah standar penting yang akan menjadi panduan proses audit di Indonesia yang
dikembangkan oleh BPK. SPKN hanya mengatur hal-hal yang belum diatur oleh Standar Profesional
Akuntan Publik (lainnya. SPAP). Aturan tambahan tersebut diperlukan mengingat karakteristik organisasi
pemerintahan yang berbeda dengan organisasi lainnya. SPKN ini berlaku untuk:

1. Badan Pemeriksa Keuangan RI


2. Akuntan publik atau pihak pihak yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK RI
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan Pengawasan Intern
(SPI) BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai
dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing
4. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN

Beberapa referensi yang digunakan dalam penyusunan SPKN adalah:

5. Standar Audit Pemerintahan


6. Generally accepted government auditing standards (GAGAS), revisi 2003. US
General Accounting Office
7. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), IAI, 2001
8. Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI), amandemen terakhir 1995
9. Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002
10. Internal Control Standards, INTOSAI, 2001
11. Standards for Professional Practice of Internal Auditing (SPPI), IIA, 2000

SPKN membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis:

 Pemeriksaaan keuangan Bertujuan memberikan keyakinan mengenai kewajaran


penyajian laporan keuangan dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia
 Pemeriksaan kinerja Pemeriksaan ini dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap
bukti-bukti agar dapat memberikan penilaian secara independen atas kinerja suatu entitas
yang menghasilkan informasi yang berguna untukmeningkatkan kinerja suatu entitas dan
memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang berwenang

15
 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu Bersifat pemeriksaaan (examination),
penelaahan (review), dan prosedur yang disepakati dengan tujuan menghasilkan suatu
kesimpulan tentang keadaan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran pemeriksaaan ini
mencakup pemeriksaan hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan
pemeriksaan atas sistem pengendaliaan internal pemerintah

6.2 Standar Umum SPKN

Standar umum SPKN harus diikuti oleh semua pemeriksa/ auditor dan organisasi mereka. Standar
umum SPKN tersebut adalah sebagai berikut:

 Standar kemampuan/keahlian
Standar ini mengharuskan audit dilaksanakan oleh staff yang memiliki keahlian, pengetahuan
dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melakukan audit.
 Persyaratan independensi
Standar ini mengharuskan organisasi pemeriksa dan pemeriksanya untuk mempertahankan
independensi nya sehingga hasil pemeriksaannya tidak memihak
 Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama
Auditor wajib menggunakan kemahirannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan
penyusunan laporannya dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan atas kepentingan
public
 Pengendalian mutu
Setiap organisasi yang melakukan pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu
yang memadai. Sistem tersebut harus dapat memberikan keyakinan bahwa organisasi telah
menerapkan dan mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku dan mematuhi kebijakan serta
prosedur pemeriksaan yang memadai.

16
7.1 REGULASI DAN STANDAR SEKTOR PUBLIK

DASAR BUKU KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Dasar hukum Keuangan Negara

Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasikan sebagai segala bentuk
kekayaan,hak, dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN dan laporan pelaksanaannya.

Hak-hak Negara yang dimaksud, mencakup antara lain : Kewajiban negara adalah berupa
pelaksanaan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yaitu :

1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang


2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan,seperti pajak, bea dan cukai
3. Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh khalayak umum,
yang dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontraprestasi) sebagai sumber
penerima negara
4. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
5. Memajukan kesejahteraan umum
6. Mencerdaskan kehidupan bangsa
7. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi,dan keadilan sosial

Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa pengeluaran dan diakui
sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen IV, secara khusus diatur mengenai keuangan
Negara, yaitu pada BAB VII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang.


Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang
3. Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang

17
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu di beritahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan undang-undang tentang APBN untuk tahun
anggaran bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang
dimaksud pada pasal 23 ayat (1) UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja yang dilaksanakan
oleh pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena itu, penyusunannya didasarkan
atas rencana strategi dalam UU Propenas, dan pelaksanaannya dituangkan dalam UU yang harus
dijalankan oleh Presiden/Wakil Presiden dan menteri-menteri serta pimpinan lembaga tinggi Negara
lainnya.

18

Anda mungkin juga menyukai