Anda di halaman 1dari 28

Penyajian Komponen

Laporan Keuangan
Berdasarkan IPSAS di
Kalangan Internasional
Seminar Akuntansi Pemerintahan

Oleh:

Adhi Tiya Tri Prabowo 2

Bramastia Candra Putra 8

Harapon Angun Kasogi 14

Joustar Margogo Harapan 20

Rochman Ma’ruf Iswandana 26

Program Diploma IV Akuntansi


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
BAB I
PENDAHULUAN

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar akuntansi untuk
entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting Standards
Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah International Federation of
Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977.
Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan yang konsisten
dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi
sektor publik, diharapkan memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut.
Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat mendorong
keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara melalui penyampaian
tanggapan/komentar atas proposal-proposal IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft. IPSAS
yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang
masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis).
IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial Reporting
Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International Accounting Standards
Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik.
Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak
tercakup di dalam IFRS.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan meningkatkan
kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas sektor publik di seluruh
dunia. Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik
di berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di
tingkat nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi
mereka masing-masing. Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim
telah mematuhi IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua ketentuan yang berlaku di dalam
masing-masing standar. Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB adalah
sebagai berikut.
1. IPSAS 1: Presentation of Financial Statements
2. IPSAS 2: Cash Flow Statements
3. IPSAS 3: Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
4. IPSAS 4: The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5. IPSAS 5: Borrowing Costs
6. IPSAS 6: Consolidated and Separate Financial Statements

1
7. IPSAS 7: Investments in Associates
8. IPSAS 8: Interests in Joint Ventures
9. IPSAS 9: Revenue from Exchange Transactions
10. IPSAS 10: Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
11. IPSAS 11: Construction Contracts
12. IPSAS 12: Inventories
13. IPSAS 13: Leases
14. IPSAS 14: Events After the Reporting Date
15. IPSAS 15: Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16. IPSAS 16: Investment Property
17. IPSAS 17: Property, Plant, and Equipment
18. IPSAS 18: Segment Reporting
19. IPSAS 19: Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
20. IPSAS 20: Related Party Disclosures
21. IPSAS 21: Impairment of Non-Cash-Generating Assets
22. IPSAS 22: Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC,2010)
23. IPSAS 23: Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)
24. IPSAS 24: Presentation of Budget Information in Financial Statements
25. IPSAS 25: Employee Benefits
26. IPSAS 26: Impairment of Cash-Generating Assets
27. IPSAS 27: Agriculture
28. IPSAS 28: Financial Instruments: Presentation
29. IPSAS 29: Financial Instruments: Recognition and Measurement
30. IPSAS 30: Financial Instruments: Disclosures
31. IPSAS 31: Intangible Assets. (IFAC, 2010)
Disebutkan dalam IPSAS, laporan keuangan akrual secara umum setidaknya terdiri dari lima
komponen berikut:
1. Statement of Financial Position (Neraca)
2. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan/Laporan Operasional)
3. Statement of Changes in Net Assets/Equity (Laporan Perubahan dalam Aset Bersih/Ekuitas)
4. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)
5. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas Kebijakan
Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI IPSAS


1. Objective
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur bagaimana laporan keuangan seharusnya
disajikan agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan entitas periode sebelumnya maupun
dengan laporan keuangan entitas lain. Untuk mencapai tujuan ini, Standar ini menetapkan overall
considerations untuk penyajian laporan keuangan (dijelaskan pada bagian selanjutnya), pedoman
untuk strukturnya, dan persyaratan minimum untuk isi dari laporan keuangan yang disusun dengan
basis akuntansi akrual. Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi tertentu dan peristiwa
lain yang dibahas juga dalam Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik.

2. Scope
Standar ini dapat diterapkan untuk semua laporan keuangan bertujuan umum yang disusun dan
disajikan dengan dasar akrual sesuai dengan Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik. Standar
ini berlaku untuk semua entitas sektor publik selain dari Badan Usaha Pemerintah.

3. Definitions
a. Economic Entity
Entitas ekonomi berarti sekelompok entitas yang terdiri dari pengendali entitas dan
satu atau lebih entitas yang dikendalikan. (“administrative entity,” “financial entity,”
“consolidated entity” and “group”)
b. Future Economic Benefits or Service Potential
Aset menyediakan sarana bagi entitas untuk mencapai tujuan mereka. aset yang yang
digunakan untuk memberikan barang dan jasa sesuai dengan tujuan entitas tetapi tidak
langsung menghasilkan arus kas masuk bersih sering digambarkan sebagai mewujudkan "
Service Potential." Aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas masuk bersih sering
digambarkan sebagai mewujudkan " Future Economic Benefits "Untuk mencakup semua
tujuan dimana aset dapat dimasukkan, Standar ini menggunakan " Future Economic Benefits
or Service Potential " untuk menggambarkan karakteristik penting dari aset.
c. Government Business Enterprises
Badan Usaha Pemerintah mencakup baik perusahaan perdagangan, seperti utilitas,
dan perusahaan keuangan, seperti lembaga keuangan. Pada dasarnya Badan Usaha
Pemerintah, tidak berbeda dari entitas yang sama-sama bergerak di sektor swasta. Umumnya
mereka beroperasi untuk menghasilkan keuntungan, meskipun beberapa diantaranya mungkin

3
memiliki kewajiban pelayanan masyarakat terbatas dengan barang dan jasa secara cuma-cuma
atau dengan biaya yang dikurangi secara signifikan.
Badan Usaha Pemerintah adalah suatu entitas yang memiliki semua karakteristik,
sebagai berikut:
i. Memiliki power untuk melakukan kontrak atas namanya sendiri;
ii. Telah diberikan otoritas keuangan dan operasional untuk melakukan bisnis;
iii. Menjual barang dan jasa, dalam kegiatan usahanya normalnya
iv. Tidak bergantung pada dana pemerintah untuk terus going concern
v. Dikendalikan oleh entitas sektor publik.
d. Materiality
Untuk menilai apakah kelalaian atau salah saji dapat mempengaruhi keputusan
pengguna, serta dianggap material memerlukan pertimbangan atas karakteristik para
pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas sektor publik,
kegiatan ekonomi, akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi dengan baik dan
tekun. Oleh karena itu, penilaian membutuhkan pertimbangan mengenai bagaimana pengguna
dengan atribut seperti itu diharapkan untuk dapat dipengaruhi dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan.
e. Net Assets/Equity
"Aktiva bersih / ekuitas" adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada
pengukuran residual dalam laporan posisi keuangan (aktiva kurang kewajiban). "Aktiva
bersih / ekuitas" bisa positif atau negatif.

4. Purpose of Financial Statements


Secara umum, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang berguna untuk berbagai pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara khusus, tujuan laporan keuangan yakni harus memberikan informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan, dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya
dipercayakan kepadanya, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
b. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan dibiayai kegiatannya dan memenuhi
persyaratan kas;
c. Memberikan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan entitas untuk
membiayai kegiatan serta untuk memenuhi kewajiban dan komitmennya;
d. Menyediakan informasi tentang kondisi keuangan entitas dan perubahan di dalamnya, dan

4
e. Menyediakan informasi agregat yang berguna dalam mengevaluasi entitas kinerja dalam hal
biaya pelayanan, efisiensi dan prestasi.

5. Responsibility for Financial Statements


Tanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan bervariasi di dalam dan di
seluruh wilayah hukum. Selain itu, yurisdiksi dapat melukiskan perbedaan antara yang bertanggung
jawab untuk mempersiapkan laporan keuangan dan siapa yang bertanggung jawab untuk menyetujui
atau menyajikan laporan keuangan.
Contoh: orang atau posisi yang mungkin bertanggung jawab atas penyusunan laporan
keuangan individu suatu entitas (seperti departemen pemerintah atau setara mereka) termasuk
individu yang mengepalai badan (kepala tetap atau kepala eksekutif) dan kepala badan keuangan
pusat (atau pejabat keuangan senior, seperti controller atau akuntan-umum).

6. Overall Considerations
a. Fair Presentation and Compliance with International Public Sector Accounting Standards Fair
Standar menjelaskan bahwa penyajian secara wajar membutuhkan representasi dari
setiap pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang ditetapkan dalam IPSASs. "presentasi adil."
b. Compliance
Suatu entitas yang laporan keuangannya mengikuti Standar Akuntansi Internasional
Sektor Publik harus membuat pernyataan eksplisit dan menunjukan kepatuhan seperti dalam
catatan. Laporan Keuangan tidak dapat disebut sebagai mengikuti Standar, kecuali mereka
mematuhi semua persyaratan yang teradapat pada Standar Akuntansi Internasional Sektor
Publik. Standar ini mengharuskan bahwa dalam keadaan yang sangat langka, di mana
manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan atas persyaratan dalam IPSAS akan sangat
menyesatkan serta bahwa hal itu akan bertentangan dengan tujuan keuangan yang diatur
dalam IPSAS 1, berangkat dari kebutuhan, kecuali keberangkatan dilarang oleh kerangka
peraturan yang relevan. Dalam kedua kasus tersebut, entitas diperlukan untuk membuat
pengungkapan tertentu.
Ketika entitas berangkat dari sebuah kebutuhan sebagaimana dimaksud diatas, ia
harus mengungkapkan:
i. Manajemen telah menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar atas
posisi keuangan entitas, kinerja keuangan dan arus kas;
ii. Telah memenuhi Standar Akuntansi Sektor Publik yang berlaku Internasional, kecuali
bahwa ia telah meninggalkan sebuah persyaratan tertentu untuk mencapai penyajian
secara wajar;

5
iii. Judul Standar pada entitas yang telah berangkat, yang sifat keberangkatan, termasuk
perlakuan yang disyaratkan standar, alasan mengapa peralkuan akan menyesatkan
dalam situasi bahwa akan bertentangan dengan objektif laporan keuangan yang
ditetapkan dalam IPSAS, dan perlakuan yang diadopsi, dan
iv. Untuk setiap periode yang disajikan, dampak keuangan dari keberangkatan pada
setiap item dalam laporan keuangan akan dilaporkan untuk memenuhi kebutuhan.
c. Going Concern
Ketika mempersiapkan laporan keuangan, penilaian kemampuan atas suatu entitas
untuk terus going concern harus dilakukan. Penilaian ini harus dilakukan oleh mereka yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan hasrus disusun
dengan dasar going concern, kecuali ada niat untuk melikuidasi perusahaan tersebut,
menghentikan operasi, atau jika tidak ada alternatif yang realistis.
Ketika orang yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan telah
menyadari, dalam membuat penilaian mereka, ketidakpastian materi yang terkait dengan
peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan
entitas untuk going concern, ketidakpastian tersebut harus diungkapkan. Ketika laporan
keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi going concern, fakta harus diungkapkan bersama
dengan dasar disusunya Laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dianggap sebagai
usaha yang going concern.
d. Consistency of Presentation
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan harus dipertahankan dari
satu periode ke periode berikutnya kecuali:
i. Adanya kejelasan, mengenai perubahan signifikan dalam sifat operasi entitas atau
review laporan keuangan, penyajian atau klasifikasi akan lebih sesuai dengan
memperhatikan kriteria seleksi dan penerapan kebijakan akuntansi pada IPSAS 3;
atau
ii. Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik membutuhkan perubahan dalam
penyajian.
e. Materiality and Aggregation
Setiap hal yang material dari pso-pos serupa harus disajikan terpisah dalam laporan
keuangan. Pos-pos yang berbeda sifat atau fungsi harus disajikan secara terpisah kecuali
mereka tidak material.
f. Offsetting
Aktiva dan kewajiban, serta pendapatan dan beban, tidak dapat saling offsetting
kecuali diperlukan atau diijinkan oleh Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik.

6
g. Comparative Information
Kecuali bila Standar Akuntansi Internasional Sektor Publik memungkinkan atau
mengharuskan sebaliknya, informasi komparatif harus diungkapkan sehubungan/berkaitan
dengan periode sebelumnya untuk semua jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Informasi komparatif harus dimasukkan sebagai naratif dan informasi deskriptif apabila
relevan dalam memahami laporan keuangan periode berjalan.
Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan pernyataan
diubah, jumlah komparatif akan direklasifikasi, kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis.
Ketika jumlah komparatif tersebut direklasifikasi, suatu entitas harus mengungkapkan:
i. Sifat reklasifikasi tersebut;
ii. Jumlah setiap item atau kelas item yang dipindahkan, dan
iii. Alasan dari reklasifikasi tersebut.
Ketika tidak praktis untuk mereklasifikasi jumlah komparatif, suatu entitas harus
mengungkapkan:
i. alasan untuk tidak mereklasifikasi jumlah, dan
ii. sifat dari penyesuaian yang seharusnya dilakukan jika jumlah telah direklasifikasi.

7. Structure and Content


a. Reporting Period
Laporan keuangan harus disajikan setidaknya setiap tahun. Ketika terjadi perubahan
tanggal pelaporan dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk satu tahun periode yang
lebih panjang atau lebih pendek, suatu entitas harus mengungkapkan:
i. Alasan untuk menggunakan waktu yang lebih lama atau lebih pendek, dan
ii. fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti laporan kinerja
keuangan, laporan perubahan aktiva bersih / ekuitas, laporan arus kas dan catatan
terkait adalah tidak sepenuhnya dapat dibandingkan.
b. Timeliness
Kegunaan laporan keuangan terganggu jika tidak tersedia untuk pengguna dalam
periode yang wajar setelah tanggal pelaporan. Sebuah entitas harus dapat mengeluarkan
laporan keuangannya dalam waktu enam bulan sejak tanggal pelaporan. faktor-faktor seperti
kompleksitas dari operasi entitas tidak dapat dijadikan alasan yang cukup untuk tidak
melaporkan pada waktu yang tepat. Tenggat waktu yang lebih spesifik diatur dalam undang-
undang dan peraturan di banyak yurisdiksi.

7
B. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN DAN ELEMEN POKOK YANG TERKANDUNG
DALAM KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN AKRUAL MENURUT IPSAS
1. Statement of Financial Position (Neraca)
IPSAS standar nomor 89 menyebutkan bahwa item yang disajikan dalam Neraca paling tidak
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Property, Plant, and Equipment;
b. Intangible assets;
c. Financial Assets (kecuali pada poin {d},{f}, dan {h} di bawah};
d. Investasi yang dihitung dengan metode ekuitas
e. Inventories (persediaan);
f. Recoverable from non-exchange transactions, including taxes and transfers;
g. Receivables from exchange transactions;
h. Kas dan setara kas;
i. Hutang pajak dan Hutang transfer;
j. Provisi
k. Liabilitas Tidak lancar
l. Payables under exchange transactions;
m. Minority Interest;
n. Net Assets/ Ekuitas

Untuk tiap item yang disajikan tersebut, dalam IPSAS standar no 75 s.d no.78 disebutkan
pembedaan item mana saja yang tergolong lancar dan tidak lancar (Current/non-current Distinction).
Suatu entitas harus menentukan apakah akan memisahkan antara aset mana yang tergolong lancar dan
tidak,begitu pula dengan kewajiban. Hal tersebut ada pada standar no.75 IPSAS. Apabila suatu entitas
memilih untuk tidak menggunakan klasifikasi tersebut, maka aset dan liabilitas harus disajikan sejelas
mungkin berdasarkan tingkat likuiditasnya.
Metode penyajian manapun yang digunakan, entitas harus mengungkapkan tiap item dalam
aset dan liabilitas yang merupakan gabungan antara: 1).nilai yang diharapkan untuk diperoleh atau
ditetapkan sebelum dan sesudah 12 bulan setelah tanggal neraca, serta 2). nilai yang diharapkan untuk
diperoleh atau ditetapkan setelah lebih dari dua belas bulan.
Informasi tanggal jatuh tempo (maturity date) atas aset dan liabilitas berguna dalam menilai
likuiditas dan solvabilitas suatu entitas. Pedoman pengungkapan jatuh tempo aset keuangan dan
liabilitas keuangan terdapat dalam Standar Akuntansi Internasional (IAS) 32, " Instrumen Keuangan
(Finacial Instrument) : Penyajian dan Pengungkapan". Yang tergolong dalam Aset keuangan termasuk
piutang penjualan dan piutang lainnya; sedangkan liabilitas keuangan termasuk pula hutang penjualan

8
dan hutang lainnya. Informasi tentang perkiraan tanggal perolehan dan penyelesaian aset serta
liabilitas non-moneter, seperti persediaan dan provisi, juga berguna untuk menentukan apakah aktiva
dan kewajiban akan diklasifikasikan dalam kategori lancar atau tidak lancar.

Aset Lancar (Curent Assets)


Standar no.79 menyebutkan bahwa suatu aset harus diklasifikasikan sebagai aset lancar
apabila:
 diharapkan dapat terealisasi, atau ditahan untuk dijual atau dikonsumsi, pada siklus operasi
normal entitas.
 ditahan untuk jangka pendek atau yang tujuan utamanya untuk dijual (trade), dan diharapkan
untuk direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan pada tanggal neraca; atau
 berupa kas atau aset setara kas.
, aset di luar kategori tersebut harus diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
Untuk periode jangka panjang, IPSAS menggunakan istilah “non-current assets” (aset tidak
lancar) antara lain pada: 1). aset tak berwujud (intangible), 2). aset operasional (operating), dan 3),
aset keuangan (financial). Walaupun demikian, dalam standar no. 82, untuk piutang pajak (tax
receivable), piutang biaya pengguna (user charge receivable), piutang denda dan biaya resmi (fines
and regulatory fees receivable), persediaan dan pendapatan investasi (inventories and accrued
investment revenue) yang dapat direalisasi, dikonsumsi, maupun dijual sebagai bagian dari siklus
oprasi normal, bahkan ketika aset tersebut di atas tidak terealisasi dalam waktu 12 bulan, tetap dapat
digolongkan sebagai Current assets.

Liabilitas Lancar (Current Liabilities)


Sementara itu standar no.83 menyebutkan suatu liabilitas harus diklasifikan sebagai liabilitas
lancar apabila :
 diharapkan dapat dilunasi pada siklus operasi normal entitas; atau
 jatuh tempo dalam 12 bulan pada periode tersebut.
Liabilitas lain di luar kategori tersebut diklasifikasikan sebagai liabilitas tidak lancar.
Namun dalam standar no.84 disebutkan bahwa beberapa liabilitas seperti hutang transfer pemerintah
(government transfers payable) dan hutang gaji pegawai (accruals for employee) serta operating cost
lainnya, menjadi bagian dari working capital yang digunakan pada siklus operasi normal suatu entitas,
digolongkan dalam current liabilities meskipun jangka waktu pelunasannya lebih dari 12 bulan sejak
tanggal neraca.
Liabilitas lancar lainnya (Other current liabilities) ada juga yang tidak termasuk dalam siklus
operasi saat ini (current operating cycle), namun jatuh tempo dalam 12 bulan tanggal neraca.
Contohnya, bagian saat ini dari interest-bearing liabilities, bank overdraft, hutang dividen,

9
penerimaan pajak dan hutang non-penjualan lainnya (non-trade payables). Interest-bearing liabilities
yang menyediakan pembiayaan working capital untuk basis jangka panjang, yang tidak jatuh tempo
dalam waktu 12 bulan, bukan tergolong liabilitas lancar (non-current liabilities).
Terkait dengan Interest-bearing liabilities, standar no.86 menyebutkan bahwa suatu entitas
harus terus menerus mengklasifikasikan long-term interest-bearing liabilities –nya sebagai liabilitas
tidak lancar, walaupun jatuh tempo dalam 12 bulan tanggal pelaporan di neraca, apabila :
 tujuan awalnya untuk periode lebih dari 12 bulan;
 entitas berniat untuk melakukan pembiayaan ulang (refinancing) kewajibannya menjadi basis
jangka panjang; dan
 niat tersebut didukung dengan perjanjian pembiayaan ulang (refinancing), atau penjadwalan
ulang (reschedule) pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah liabilitas apapun yang dikecualikan dari liabilitas lancar yang tersebut di atas, bersama
dengan informasi yang mendukung penyajian, harus diungkapkan pada penjelasan laporan keuangan
(notes).

Informasi yang disajikan baik dalam Neraca (Statement of Financial Position) maupun dalam
Notes
Standar no.95 menyebutkan bahwa entitas harus mengungkapkan baik dalam neraca maupun
notes, sub-klasifikasi lebih lanjut terhadap item yang disajikan (dalam laporan keuangan) disesuaikan
dengan jenis operasi dari entitas masing-masing. Tiap item harus disub-klasifikasikan berdasarkan 1)
jenisnya (nature), serta 2) jumlah yang terutang maupun yang tertagih dari entitas, entitas anak yang
dikendalikan, serta pihak-pihak lain yang masih berhubungan. Item tersebut harus diungkap dan
disajikan secara terpisah.
Penjelasan lengkap dalam sub-klasifikasi tersebut, baik dalam neraca maupun dalam notes
bervariasi untuk tiap item, sebagai contoh:
a. Aset berwujud harus diklasifikasikan sesuai dalam tiap kelas sesuai standar yang membahas
akuntansi untuk Plant, Property, & Equipment
b. Piutang ditentukan antara nilai tertagih dari user charge, pajak, dan pendapatan non
resiprokal lain, piutang pihak terkait, pembayaran di muka, dan nilai lainnya.
c. Persediaan (Inventories) disub-diklasifikasikan sesuai standar membahas akuntansi untuk
persediaan, yaitu diklasifikasikan seperti barang dagangan (merchandise), perlengkapan
produksi (production supplies), work in progress dan barang jadi (finished goods).
d. Pajak dan hutan transfer (transfer payable) ditentukan antara hutang pengembalian pajak,
hutang transfer, dan jumlah yang harus dibayar pada entitas ekonomi lain.

10
e. Provisi ditentukan dengan menunjukkan provisi untuk biaya manfaat pegawai (employee
benefit cost) yang dipisahkan, dan untuk yang lainnya diklasifikasikan sesuai dengan kenis
operasi entitas masing-masing.
f. Komponen net aset/ekuitas ditentukan dengan memisahkan antara contributes capital,
akumulasi surplusdan deficit , serta cadangan lainnya
Sementara itu, dalam IPSAS turut disebutkan mengenai perlakuan share capital yang ada
dalam suatu entitas. Dalam standar no. 97 disebutkan bahwa apabila suatu entitas tidak mempunyai
share capital, maka harus ada pengungkapan terpisah pada neraca maupun notes mengenai :
a. Net aset/ekuitas,yang menunjukkan pemisahan:
i. Contributed capital, sebagai nilai total pada tanggal pelaporan kontribusi dari pemilik,
dikurangi distribusi pada pemilik;
ii. akumulasi surplus atau deficit;
iii. cadangan, termasuk penjelasan dan tujuan dari tiap cadangan dalam net aset/ekuitas
iv. minority Interest (kepemilikan minoritas)
b. Nilai distribusi (diluar pengembalian modal –return of capital) yang diusulkan (proposed)
atau dikeluarkan (declared) setelah tanggal pelaporan namun sebelum laporan keuangan
diotorisasi untuk dipublikasikan.

Begitu pula dalam standar no.100, apabila suatu entitas mempunyai share capital, juga perlu
pengungkapan baik dalam neraca maupun notes sebagaimana dalam standar no. 97 ditambah :
a. Untuk tiap jenis share capital :
i. jumlah share yang dikeluarkan (authorized);
ii. jumlah share yang diterbitkan (isuued) dan dibayar penuh, serta yang diterbitkan namun
tidak dibayar penuh;
iii. Nilai par tiap share, atau share yang tidak mempunyai niai par;
iv. Rekonsiliasi antara jumlah share yang beredar pada awal dan akhir tahun;
v. Hak (rights), pilihan (preferences), dan batasan (restrictions) yang terdapat pada tiap
jenis share, termasuk batasan pada distribusi dividen dan pembayaran kembali modal
(repayment of capital); dan
vi. Shares yang dimiliki entitas, yang dipegana sendiri oleh entitas, atau oleh entitas anak,
atau entitas lain yang masih berhubungan; serta
vii. Shares yang dicadangkan untuk penerbitan dengan options atau kontrak penjualan,
termasuk syarat dan nilainya;
b. Penjelasan mengenai asal maupun tujuan dari tiap cadangan yang ada dalam ekuitas
c. Nilai dividen yang diusulkan atau diterbitkan setelah tanggal pelaporan namun sebelum
laporan keuangan diotorisasi untuk dipubliklasikan; dan

11
d. Nilai dividen preferensi kumulatif (cumulative preference dividens) yang tidak diakui.

2. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan/Laporan Operasional)


Informasi yang disajikan pada Laporan Operasional setidaknya mencakup item-item berikut
yang mana dicantumkan sebesar jumlah totalnya saja:
1. Penerimaan dari aktivitas operasional
2. Surplus atau defisit dari aktivitas operasional
3. Biaya pendanaan
4. Pembagian surplus atau defisit bersih dari entitas asosiasi dan join venture yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas
5. Surplus atau defisit dari aktivitas normal (ordinary activities)
6. Pos luar biasa (extraordinary items)
7. Surplus atau defisit bersih dari saham hak minoritas
8. Surplus atau defisit selama periode akuntansi
Dalam konteks Laporan Operasional, aktivitas operasi mengacu pada kegiatan yang suatu
entitas melakukan untuk mencapai tujuan utamanya. Pendapatan dan beban yang timbul dari kegiatan
operasi ini berbeda dengan yang timbul dari kegiatan memegang aset atau membiayai operasi suatu
entitas.
Entitas harus menyajikan, baik di Laporan Operasional atau dalam Catatan atas Laporan
Keuangan kinerja, sub-klasifikasi dari total pendapatan, diklasifikasikan dengan cara tepat untuk
operasi entitas. Selain itu entitas juga harus menyajikan, analisis biaya yang diklasifikan berdasarkan
sifat beban maupun fungsinya dalam entitas dengan tepat.
Item beban disubklasifikan lebih jauh untuk menitikberatkan pada biaya dan biaya pemulihan
tertentu dari program, kegiatan, maupun segmen lainnya yang relevan dengan entitas pelaporan.
Informasi ini dapat disajikan dengan dua cara:
1. Analisis pertama disebut sebagai metode sifat beban. Beban dikumpulkan dalam Laporan
Operasional menurut sifatnya, sebagai contoh beban penyusutan, pembelian bahan, serta upah
dan gaji, tidak dialokasikan di antara berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini sederhana
untuk diterapkan dalam entitas yang relatif kecil karena tidak ada klasifikasi yang diperlukan
antara alokasi beban operasional dan fungsional.
Revenue from operating activities X
Salaries and employee benefits X
Depreciation and amortization expense X
Other operating expenses X
Total expenses (X)

12
Surplus from operating activities X
2. Analisis kedua, disebut sebagai metode klasifikasi beban fungsional, mengklasifikasikan
beban sesuai dengan program atau tujuannya beban tersebut dibentuk. Penyajian dengan
metode ini menyediakan informasi yang lebih relevan dibandingkan klasifikasi beban
menurut sifat.
Total revenue X
Expenses:
Health expenses (X)
Education expenses (X)
Other expenses (X)
Surplus/(defisit) X

3. Statement of Changes in Net Assets/Equity (Laporan Perubahan dalam Aset


Bersih/Ekuitas)
Merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang disajikan untuk menampilkan
elemen-elemen berikut ini:
 surplus atau defisit dalam suatu periode,
 tiap item pendapatan dan beban dalam suatu periode yang mana diperlukan oleh standar
lainnya, diakui secara langsung dalam ekuitas, dan total item tersebut,
 total pendapatan dan beban dalam suatu periode (yang dihitung sebagai jumlah dari kedua
item sebelumnya), yang menunjukkan secara terpisah jumlah yang telah didistribusikan
sesuai proporsi dari entitas pengendali dan minority interest, dan
 tiap elemen dari ekuitas diungkapkan secara terpisah, efek atas perubahan kebijakan
akuntansi dan perubahan atas kesalahan diakui sesuai dengan IPSAS 3.
Selain itu, entitas dapat menyajikan dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan atas item-item berikut ini:
 jumlah atas transaksi dengan pihak pengendali dalam kapasitas tindakannya sebagai
pemilik, ditunjukkan secara terpisah dengan distribusi kepada pihak pengendali,
 jumlah atas akumulasi surplus atau defisit dari awal periode dan tanggal pelaporan, serta
perubahan selama periode tersebut, dan
 untuk penjelasan lebih lanjut atas elemen ekuitas diungkapkan secara terpisah dimana
rekonsiliasi antara saldo bawaan dari tiap elemen ekuitas pada awal periode dengan akhir
periode diungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.

4. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)

13
Informasi atas arus kas menyediakan suatu dasar kepada pengguna laporan keuangan untuk
menaksir kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan kas ekuivalen serta kebutuhan entitas
dalam mengelola arus kas tersebut. Dalam IPSAS No. 2 penyajian dan pengungkapan atas laporan
arus kas dibahas lebih lanjut. Pada sektor publik, informasi atas arus kas berguna untuk menyakinkan
pengguna laporan keuangan tentang bagaimana entitas sektor publik meningkatkan kas yang
diperlukan untuk mendanai kegiatan entitas tersebut dan tentang bagaiman pengelolaan arus kas
tersebut. Dalam penetapan dan pengevaluasian suatu keputusan tentang alokasi sumber daya, seperti
keberlanjutan kegiatan-kegiatan entitas, pengguna laporan keuangan memerlukan suatu pemahaman
mengenai waktu dan kepastian akan arus kas. Laporan arus kas seharusnya melaporkan arus kas
selama periode yang diklasifikasikan sesuai aktivitasnya yakni aktivitas operasi, investasi, dan
pembiayaan.

a. Aktivitas operasi
Jumlah bersih dari arus kas kegiatan operasi merupakan sebuah indikator utama dari
keseluruhan kegiatan operasi entitas yang didanai dengan pajak (baik secara langsung maupun tidak
langsung) atau dari penerimaan atas barang dan jasa yang disediakan oleh entitas. Arus kas operasi
pada konsolidasi pemerintah secara menyeluruh menyediakan suatu indikasi tentang keseluruhan
kegiatan pemerintah yang dibiayai dengan pajak dan charges.
Secara garis besar, arus kas dari kegiatan operasi berasal dari kegiatan penghasil kas yang utama dari
entitas. Contoh arus kas dari kegiatan operasi yakni :
 Penerimaan kas dari pajak, retribusi, dan denda;
 Penerimaan kas dari penyediaan barnag dan jasa dari entitas;
 Penerimaan kas dari hibah atau transfer dan appropriasi lainnya atau otoritas
penganggaran lainnya yang dibuat oleh pemerintah pusat atau entitas publik lainnya;
 Penerimaan kas dari royalti, biaya, komisi, dan pendapatan lainnya;
 Pembayaran kas pada entitas publik lainnya untuk membiayai keuangan mereka;
 Pembayaran kas pada penyuplai barang dan jasa;
 Pembayaran kas pada dan atas nama pegawai;
 Penerimaan kas dan pembayaran kas atas suatu asuransi entitas berupa premi dan klaim,
anuitas, serta manfaat kebijakan lainnya;
 Pembayaran kas atas pajak properti lokal atau pajak penghasilan (yang sesuai) dalam
kaitannya dengan kegiatan operasional;
 Penerimaan dan pembayaran kas atas perjanjian suatu kontrak atau tujuan perdagangan;
 Penerimaan atau pembayaran kas dari operasi tidak berkelanjutan; dan
 Penerimaan atau pembayaran kas yang berkaitan dengan pengurusan litigasi.

14
Entitas harus menyajikan arus kas dari kegiatan operasi dapat menggunakan metode langsung
atau metode tidak langsung. Pada metode langsung, disajikan secara kotor antara penerimaan kas dan
pembayaran kas, sedangkan pada metode tidak langsung menyajikan surplus atau defisit secara neto
dengan menyesuaikan efek dari transaksi yang secara alami merupakan transaksi non-kas, beberapa
penangguhan atau pengakuan di muka dari penerimaan atau pembayaran kas operasi saat lalu atau
masa depan, dan item-item pendapatan atau beban yang berkaitan arus kas investasi atau pembiayaan.

b. Aktivitas investasi
Pada aktivitas ini, arus kas yang disajikan dapat mencerminkan kas keluar yang telah dibuat
untuk sumber daya tertentu yang mana ditujukan untuk memberikan kontribusi pemberian jasa dari
entitas di masa depan. Contoh arus kas yang timbul dari kegiatan investasi adalah :
 Pembayaran kas untuk memperoleh properti, peralatan, aset tidak wujud, dan aset tetap
lainnya. Pembayaran ini termasuk hal-hal yang berkaitan dengan biaya pengembangan
yang dikapitalisasi serta properti dan peralatan yang dibangun sendiri;
 Penerimaan kas dari penjualan properti dan peralatan, aset tidak wujud, serta aset tetap
lainnya;
 Pembayaran kas untuk memperoleh instrumen ekuitas atau utang dari entitas lain dan
bunga dari joint venture (selain pembayaran untuk instrumen yang dipertimbangkan akan
menjadi kas ekuivalen atau yang dipegang untuk perjanjian tertentu atau tujuan
perdagangan);
 Penerimaan kas dari penjualan instrumen ekuitas atau utang dari entitas lain dan bunga
dari joint venture (selain pembayaran untuk instrumen yang dipertimbangkan akan
menjadi kas ekuivalen atau yang dipegang untuk perjanjian tertentu atau tujuan
perdagangan);
 Uang muka kas dan pinjaman yang dibuat untuk pihak lainnya (selain uang muka dan
pinjaman yang dibuat oleh suatu institusi keuangan publik);
 Penerimaan kas dari pembayaran kembali atas uang muka dan pinjaman yang dibuat
untuk pihak lainnya (selain uang muka dan pinjaman dari institusi keuangan publik);
 Pembayaran kas untuk kontrak futures, kontrak forward, kontrak opsi dan kontrak swap
kecuali ketika kontrak-kontrak tersebut dipegang untuk suatu perjanjian atau tujuan
perdagangan, atau pembayaran yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pembiayaan; dan
 Penerimaan kas dari kontrak futures, kontrak forward, kontrak opsi dan kontrak swap
kecuali ketika kontrak-kontrak tersebut dipegang untuk tujuan tertentu atau tujuan
perdagangan, atau penerimaan yang diklasifikasikan sebagai kegiatan pembiayaan.

c. Aktivitas pembiayaan

15
Pengungkapan terpisah dari arus kas yang timbul atas kegiatan pembiayaan penting
dikarenakan hal tersebut berguna dalam memprediksi klaim pada arus kas masa depan yang tersedia
dalam modal entitas. Contoh arus kas yang muncul dari kegiatan pembiayaan adalah :
 Kas yang dihasilkan dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman
jangka pendek atau panjang lainnya;
 Pembayaran kas kembali atas jumlah yang dipinjam; dan
Pembayaran kas dari lessee untuk pengurangan sejumlah liabilitas yang berkaitan dengan
pembiayaan leasing.

5. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas Kebijakan
Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan)
Sebagaimana disebutkan dalam IPSAS No 1 mengenai Penyajian Laporan Keuangan, struktur
dari Catatan atas Laporan Keuangan setidaknya harus memenuhi hal-hal berikut:
1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang dipilih dan diterapkan untuk transaksi yang signifikan dan
aktivitas akuntansi lainnya;
2. Mengungkapkan informasi yang diperlukan sesuai standar akuntansi sektor publik
internasional yang tidak disajikan di elemen lain dalam laporan keuangan, dan
3. Menyediakan informasi tambahan yang tidak disajikan pada laporan keuangan tetapi yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar.
Catatan atas Laporan Keuangan berisi deskripsi naratif atau skedul terinci atau analisis dari
jumlah angka-angka yang ditampilkan pada halaman depan Laporan Operasional, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan
komitmen. Termasuk di dalamnya informasi yang diperlukan untuk diungkapkan sesuai Standar
Akuntansi Sektor Publik Internasional, dan pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk mencapai
penyajian secara wajar.
Untuk membantu pengguna dalam memahami laporan keuangan dan membandingkannya
dengan entitas lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dalam urutan sebagai
berikut:
1. Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional;
Sesuai dengan IPSAS No 1 Paragraf 26, laporan keuangan tidak harus dijelaskan
memenuhi Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional kecuali mereka mematuhi
semua persyaratan dari masing-masing Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional
yang berlaku.
2. Pernyataan tentang dasar pengukuran (basis) dan kebijakan akuntansi yang diterapkan;

16
3. Informasi pendukung untuk item yang disajikan di halaman muka setiap laporan
keuangan dalam urutan di mana setiap item dan masing-masing laporan keuangan
disajikan, dan
4. Pengungkapan lainnya, termasuk:
a. Kontinjensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya; dan
b. Non-keuangan pengungkapan.
Dalam beberapa situasi, mungkin diperlukan perlakuan yang berbeda dalam setiap item
tertentu pada Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai contoh, informasi mengenai suku bunga dan
penyesuaian nialai wajar dapat digabungkan dengan informasi mengenai tanggal jatuh tempo
meskipun keterangan tersebut berada dalam Laporan Operasional dan Neraca.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu dapat
disajikan sebagai komponen terpisah dari laporan keuangan. Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan
atas Laporan Keuangan harus menjelaskan hal-hal berikut:
1. Basis atau dasar pengukuran yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
2. Penjabaran mengenai perubahan, jika ada, yang terjadi pada standar akuntansi sektor
publik internasional yang diterapkan oleh entitas.
3. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk dapat memahami laporan
keuangan dengan tepat.
Dalam memutuskan apakah kebijakan akuntansi tertentu harus diungkapkan, manajemen
mempertimbangkan apakah pengungkapan akan membantu pengguna dalam memahami cara transaksi
dan peristiwa tercermin dalam Laporan Operasional dan Neraca.

C. KESESUAIAN IPSAS DENGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


INDONESIA (SAP)

Perubahan mendasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah adanya
perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan. Perubahan ini selain
dilakukan untuk memenuhi amanat Undang-undang di bidang Keuangan Negara juga untuk mengikuti
penerapan akuntansi pemerintahan di dunia Internasional yang telah mengacu pada Internatonal
Public Sector Accounting Standards (IPSAS). Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Sejak
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini pada Bulan Oktober 2010, seluruh entitas pelaporan, baik
pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah diwajibkan untuk melaksanakan SAP
Berbasis Akrual, namun bagi entitas pelaporan yang belum siap menerapkan SAP Berbasis Akrual
secara penuh, pada masa transisi ini masih diperkenankan menggunakan SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual sampai pada tahun 2014.

17
Tabel Perbandingan Komponen Laporan Keuangan SAP dengan IPSAS

SAP (PP No.71 Tahun 2010) IPSAS


Neraca Statement of Financial Position (Neraca)
Laporan Operasional Statement of Financial Performance
Laporan Perubahan Ekuitas (Laporan Operasional)
Laporan Arus Kas Statement of Changes in Net
Catatan atas Laporan Keuangan Assets/Equity (Laporan Perubahan
Laporan Realisasi Anggaran Ekuitas)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)
Lebih (SAL) Accounting Policies and Notes to
Financial Statements (Catatan atas
Laporan Keuangan)
Presentation of Budget Information
(Laporan Realisasi Anggaran) sifatnya
opsional dan tidak mengatur tentang
bagaimana informasi ini disajikan
dan/atau diungkapkan.

Dari tabel perbandingan di atas, dapat diperoleh suatu gambaran bahwa dalam SAP (PP No.
71 Tahun 2010) yang diterbitkan oleh KSAP memang telah mengacu pada IPSAS, namun terdapat
suatu modifikasi berupa penambahan komponen laporan keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang bersifat “diharuskan”
dikarenakan di Indonesia masih terdapat peraturan perundangan yakni UU No. 17 Tahun 2003 yang
menyebutkan tentang penganggaran di Indonesia. Berkaitan dengan peraturan mengenai
pengganggaran ini, KSAP merekomendasikan untuk menambahkan komponen laporan keuangan
tersebut dengan cara penyajian dan/atau pengungkapan yang telah ditentukan.

D. PENERAPAN IPSAS DI BEBERAPA NEGARA

1. New Zealand

18
New Zealand merupakan negara yang mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi
pemerintahnya. Pada tahun 2002 IFRS tersebut diadopsi oleh New Zealand menjadi NZIFRS.
Berdasarkan standar tersebut maka penyajian komponen dan elemen laporan beserta prinsip prinsip
laporan keuangan New Zealand memuliki kesamaan dengan yang diatur berdasarkan standar IFRS.
Dengan kata lain baik komponen, elemen, dan prinsip akuntansi yang digunakan sangat menjiwai
akuntansi bisnis yang di atur dalam standar IFRS. Pada awal penerapannya, akuntan pemerintah di
New Zealand optimis bahwa adopsi IFRS menjadi standar pemerintah dapat dilakukan dengan mudah
dan memberi manfaat yng signifikan terhadap kualitas laporan kuangan yang dihasilkan.

Namun belakangan sejak tahun 2009, negara tersebut semakin menyadari dan mengakui
bahwa substansi dari laporan keuangan berdasarkan IFRS kurang sesuai karena standar tersebut
didasarkan pada profit oriented business yang tentunya kurang cocok diterapkan pada sektor publik.
Oleh karenanya pemeritah New Zealand berniat untuk merubah standar yang digunakannya agar lebih
sesuai dengan kebutuhan akuntansi sektor publik. Pilihan yang sedang dikaji adalah menerapkan
akuntansi sektor aktual berdasarkan standard IPSAS. ALasan utamanya adalah standar ini memang
didesign untuk kebutuhan sektor aktual dan murahnya biaya yang dikeluarkan ketimbang membuat
standard akuntansi sendiri.

Berikut adalah table perbandingan komponen dari Financial Statement of New Zealand tahun
2011 berdasarkan penerapan NZIFRS terhadap IPSAS :

New Zealand IPSAS


Statement of Financial Performance Statement of Financial Position (Neraca)
Statement of Comprehensive Income Statement of Financial Performance
Statement of Cash Flows (Laporan Operasional)
Statement of Change in Net Worth Statement of Changes in Net
Statement of Financial Position Assets/Equity (Laporan Perubahan
Analysis of Expenses by Functional Ekuitas)
Classification Cash Flow Statement (Laporan Arus
Statement of Segments Kas)
Notes to Financial Statement Accounting Policies and Notes to
Financial Statements (Catatan atas
Laporan Keuangan)
Segment Reporting - IPSAS 18 (sifatnya
komplemen)
Presentation of Budget Information –
IPSAS 24 (Laporan Realisasi Anggaran)

19
sifatnya opsional dan tidak mengatur
tentang bagaimana informasi ini disajikan
dan/atau diungkapkan.

Jika membandingkan komponen laporan keuangan New Zealand (NZIFRS) terhadap


komponen laporan keuangan berdasarkan IPSAS maka bisa dikatakan dari segi penyajian komponen
laporan keuangannya sudah sesuai dengan apa yang disebutkan oleh IPSAS. Hal yang cukup menarik
pada laporan keuangan Pemerintah New Zealand yakni bahwa penyajian elemen dalam laporan
keuangan tidak hanya disajikan dalam jumlah aktual namun juga dalam jumlah yang dianggarakan.
Pada setiap akun yang muncul pada Statement of Financial Performance, Statement of Comprhensive
Income, Statement of Cashlow, Statementof Change in Net Worth dan Statemetof Fianncial position
maka akan selalu terlihat adanya perbandingan jumlah aktual dari tahun ke tahun dan jumlah yang
dianggarkan dari tahun ke tahun. Hal ini mungkin selaras dengan kemampuan New Zealand dalam
melakukan penganggaran berbasis akrual dimana akan sangat memiliki kaitan dengan otomatis
dengan akun-akun pada keseluruhan laporan keuangan.

Walaupun sudah menyajikan komponen-komponen laporan keuangan dalam jumlah budget


dan dalam jumlah realisasi, New Zealand juga memiliki satu komponen laporan keuangan yang
dinamakan Analysis of Expenses by Functional Classification. Komponen ini memnyajikan belanja
yang dilakukan oleh pemerintah Newz Zealand yang pengkategorian belanjanya berdasarkan fungsi.
Seperti komponen laporan keuangan lainnya, Analysis of Expenses by Functional Classification
menyajikan jumlah yang dianggarkan dan jumlah aktual. Laporan ini mirip dengan laporan realisasi
anggaran yang terdapat pada SAP.
Lebih lanjut, pemerintah New Zealand juga menyajikan komponen laporan keuangan berupa
Statement of Segment. Laporan ini bertujuan untuk menyajikan laporan keuangan dengan lebih
spesifik atas segmen-segmen yang membentuk keseluruhan laporan keuangan. Dengan menyajikan
laporan keuangan per segmen-segmen makan dapat dilakukan penilaian atas kinerja dan kondisi
laporan keuangan tiap segmen dan pengaruhnya terhadap keseluruhan laporan keuagan. Adapun
segmen segmen yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi Core Crown (pemerinah pusat),
Crown Entities (badan-badan) dan State-Owned Enterprise (BUMN). Dengan menyajikan statement
of segment maka sudah sesuai dengan Segmet eporting pada IPSAS 18.

2. Kanada
Pemerintah Kanada berupaya untuk menerapkan akuntansi basis akrual sejak tahun 1995
untuk menggantikan akuntansi berbasi kas yang sebelumnya berlaku. Motivasi yang mendorong
penerapan akrual di negara ini adalah adanya suatu program untuk meningkatkan efisiensi melalui

20
manajemen sektor publik yang lebih baik. Untuk mewujudkan peningkatan efisiensi tersebut maka
dibutuhkan informasi yang lebih berkualitas yang dapat tersedia melalui penerapan akrual accounting
pada sektor pemerintahan.

Adapun Tabel perbandingan Laporan Keuangan Kanada tahun 2011 terhadap IPSAS adalah
sebagai berikut :

Kanada IPSAS
Statement of Operations and Statement of Financial Position (Neraca)
Accumulated Deficit Statement of Financial Performance
Statement of Financial Position (Laporan Operasional)
Statement of Change in Net Debt Statement of Changes in Net
Statement in Cash Flow Assets/Equity (Laporan Perubahan
Notes To Financial Statement (terdapat Ekuitas)
segment reporting) Cash Flow Statement (Laporan Arus
Kas)
Accounting Policies and Notes to
Financial Statements (Catatan atas
Laporan Keuangan)
Segment Reporting - IPSAS 18 (sifatnya
komplemen)
Presentation of Budget Information –
IPSAS 24 (Laporan Realisasi Anggaran)
sifatnya opsional dan tidak mengatur
tentang bagaimana informasi ini disajikan
dan/atau diungkapkan.

Hal yang cukup unik pada laporan keuangan Kanada yaitu dalam penyajian Statement of
Financial Position (neraca). Pemerintah Kanada memodifikasi persamaan akuntansi yang umum pada
neraca menjadi format sebagai berikut :

 Total Liabilites
Dikurang (-)
 Total Financial Asset
Menjadi (=)
 Net Debt
Dikurang (-)

21
 Non-Financial Asset
Menjadi (=)
 Accumulated deficit

Accumulated deficit pada neraca merupakan istilah yang dipersamakan dengan aktiva bersih
namun jumlahnya yang negativ karena keseluruhan hutang yang melebihi keseluruhan asset.
Penyajian dengan format seperti ini memiliki manfaat untuk memprioritaskan informasi mengenai
hutang kepada pengguna laporan keuangan. Disamping itu penyajian seperti ini juga memberi
informasi mengenai jumlah asset financial yang dimiliki negara dibandingkan dengan hutang yang
ada atau dengan kata lain menggambarkan salvabilitas dari negara tersebut untuk melunasi hutangnya.

Penyajian Statement of Operations and Accumulated Deficit tidak hanya dinyatakan dalam
jumlah aktual tetapi juga jumlah yang dianggarkan sebelumnya. Jadi elemen-elemen dalam komponen
laporan ini seperti personal income tax, corporate income tax, children benefit expense, elderly
benefit expense disajikan dalam bentuk perbandingan budget dengan aktual. Kemudian untuk
peyajian laporan realisasi anggaran, pemerintah Kanada tidak menyajikan sebagai komponen laporan
keuangan terpisah. Namun laporan realisasi ini dapat dilihat pada notes to financial statement dengan
sangat rinci. Perbandingan anggaran dan belanja dalam basis kas tersebut disajikan juga ke segmen-
semen yang nilainya dianggap material. Selebihnya penyajian Statement of Change in Net Debt,
Statement in Cash Flow, Notes To Financial Statement sudah seperti yang disebutkan dalam IPSAS.

Untuk penyajian segment reporting, pemerintah Kanada tidak menyajikannya sebagai


komponen dalam laporan keuangan, tetapi dilaporakan dengan rinci pada catatan atas laporan
keuangan.

3. Swiss
Swiss sudah berupaya menerapakan akuntansi berbasis akrual sejak tahun 1944. Beberapa wilayah
otonomi (disebut kanton) sudah menerapkan basis akrual pada tahun tersebut. Namun nampaknya
untuk sampai ke penerapan basis akrual secara penuh pada tingkat nasional diperlukan waktu yang
tidak sebentar. Baru setelah tahun 2008 Swis resmi menerapkan akuntansi basis akrual pada seluruh
kanton dan juga pada tingkat nasional. Berikut perbandingan Financial Consolidated Statement Swiss
Confederation tahun 2011 terhadap IPSAS

SWISS IPSAS
Financing and Flow of Funds Statement Statement of Financial Position (Neraca)
Statement Of Financial Performance Statement of Financial Performance
Statement Of Financial Position (Laporan Operasional)
Statement of Investment Statement of Changes in Net

22
Statement of Net Assets/Equity Assets/Equity (Laporan Perubahan
Notes to Financial Statement Ekuitas)
Cash Flow Statement (Laporan Arus
Kas)
Accounting Policies and Notes to
Financial Statements (Catatan atas
Laporan Keuangan)
Segment Reporting - IPSAS 18 (sifatnya
komplemen)
Presentation of Budget Information –
IPSAS 24 (Laporan Realisasi Anggaran)
sifatnya opsional dan tidak mengatur
tentang bagaimana informasi ini disajikan
dan/atau diungkapkan
Jika dilihat komponen-komponen laporan keuangan yang dihasilkan melalui penerapan basis
akrual oleh pemerintah Swis maka dirasa sudah hampir seluruhnya sesuai dengan apa yang diatur
dalam IPSAS. Namun laporan keuangan Swis memiliki beberapa keunikan diantaranya memiliki
format Laporan arus kas (Financing and Flow of Funds Statement) yang unik. Laporan arus kas ini
tidak membagi kategori elemennya menjadi operating, investing maupun financing. Namun laporan
ini membagi arus kas menjadi 3 bagian yaitu Ordinary Receipts, Ordinary Expenditures, dan
Extraordinary Receipts/Expenditures. Ordinary Receipts meliputi sub category Tax Receipt, Royalty
and concession receipts, financial receipts (hutang) dan juga investment receipt. Ordinary Expenditure
meliputi sub kategori yaitu operating expenditure, current transfer expenditure, financial expenditure,
investment expenditure. Lebih lanjut Financing and Flow of Funds Statement juga menyajikan nilai
yang dianggarkan (budget) disamping nilai aktualnya. Itu berarti laporan ini disamping berfungsi
sebagai arus kas juga dapat berfungsi sebagai laporan perbandingan anggaran terhadap realisasi.

Terdapat laporan tambahan yang ada pada laporan keuangan pemerintah Swiss yaitu
statement of Investment. Laporan ini memuat informasi mengenai pemasukan ataupun pengeluaran
yang terkait dengan investasi yang dilakukan pemerintah. Laporan ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu
ordinary investment receipt dan ordinary ordinary investment expenditure. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut

23
Selebihnya komponen laporan keuangan yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Swiss sudah selaras dengan apa yang disebutkan dalam IPSAS.

4. Amerika
Laporan Keuangan Konsolidasi Pemerintah AS menyajikan konsolidasi seluruh laporan
pemerintah yang dibedakan dari tingkat entitas pelaporan (misalnya, Departemen Kesehatan dan
Human Service). Laporan Keuangan Konsolidasi Pemerintah AS tersedia di Internet di situs
http://www.gao.gov/financial/ fy2005financialreport.html. Selain itu, panduan untuk memahaminya
dapat ditemukan di http://www.gao.gov/financial/fy2005/guidetofrofusg.pdf. Selanjutnya, untuk
analisis pelaksanaan reformasi pengelolaan keuangan, termasuk pelaporan keuangan pemerintah
Amerika Serikat berbasis akrual, dapat dilihat di http://www.gao.gov/new.items/d06242t.pdf.
Laporan keuangan konsolidasi menyajikan konsolidasi ringkasan informasi keuangan dari
berbagai instansi pemerintah federal dan departemen. Laporan tersebut disampaikan oleh Departemen
Keuangan berkoordinasi dengan Kantor Manajemen dan Anggaran. Kantor Akuntabilitas Pemerintah
Amerika Serikat (GAO) melakukan audit atas informasi keuangan dalam laporan keuangan
pemerintah federal, bersama dengan catatan atas laporan keuangan, dengan tujuan adalah untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Tabel Perbandingan Komponen Laporan Keuangan Pemerintah AS dengan IPSAS

Pemerintah AS IPSAS
Management’s Discussion and Analysis (MD&A) Statement of Financial Position (Neraca)
Laporan dari GAO Statement of Financial Performance
Laporan Keuangan (Laporan Operasional)
 Statement of Net Cost Statement of Changes in Net Assets/Equity
 Statement of Operations and Changes in Net (Laporan Perubahan Ekuitas)
Position Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)
 Reconciliation of Net Operating Revenue (or Accounting Policies and Notes to

24
Cost) and Unified Budget Surplus (or Deficit). Financial Statements (Catatan atas
 Statement of Changes in Cash Balance from Laporan Keuangan)
Unified Budget and Other Activities. Segment Reporting - IPSAS 18 (sifatnya
 Balance Sheet komplemen)
Stewardship Information Presentation of Budget Information –
Catatan atas Laporan Keuangan IPSAS 24 (Laporan Realisasi Anggaran)
Supplemental Information sifatnya opsional dan tidak mengatur
tentang bagaimana informasi ini disajikan
dan/atau diungkapkan
Dari tabel perbandingan di tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara Laporan
Keuangan Pemerintah Federal Amerika Serikat (AS) dan IPSAS. Laporan Keuangan Konsolidasi
diorganisasikan dalam enam bagian utama:
 Management’s Discussion and Analysis (MD&A) memberikan wawasan manajemen ke
dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah federal dan Pernyataan
Asuransi Sosial.
 Laporan dari GAO menyajikan hasil audit yang telah dilakukan oleh GAO atas laporan
keuangan.
 Laporan Keuangan mengkonsolidasikan informasi keuangan dari entitas federal untuk
memberikan gambaran menyeluruh dari operasi dan kondisi keuangan pemerintah federal.
Laporan keuangan pemerintah federal terdiri dari lima laporan keuangan yang terkait.
Masing-masing dari lima laporan keuangan menyajikan data keuangan 2 tahunan, sehingga
pengguna laporan dapat membandingkan informasi keuangan pemerintah federal untuk tahun
ini dan tahun sebelumnya. Laporan keuangan dalam CFR, yang dijelaskan lebih rinci di
bawah, adalah:
1. Statement of Net Cost.
2. Statement of Operations and Changes in Net Position.
3. Reconciliation of Net Operating Revenue (or Cost) and Unified Budget Surplus (or
Deficit).
4. Statement of Changes in Cash Balance from Unified Budget and Other Activities.
5. Balance Sheet.
 Stewardship Information menyediakan informasi tentang sumber daya dan tanggung
jawab pemerintah federal yang tidak termasuk pada Neraca pemerintah federal, yang
terbesar yang berhubungan dengan program asuransi sosial seperti Jaminan Sosial dan
Medicare.
 Catatan atas Laporan Keuangan memberikan pengungkapan penting dan rincian yang terkait
dengan informasi yang dilaporkan pada laporan, dan

25
 Supplemental Information menyediakan informasi tambahan mengenai operasi keuangan
yang dipilih dari pemerintah federal.

26
BAB III
KESIMPULAN

Penerapan akuntansi basis akrual dipercaya dapat meningkatkan kualitas laporan


keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah. Peningkatan kualitas ini terkait erat salah satunya
dengan penyajian komponen dan elemen pada laporan keuangan Pemerintah. Dengan
menggunakan basis akrual maka komponen dan elemen laporan keuangan pemerintah
memberikan informasi yang lebih andal dan mendalamdengan kegunaan diantaranya
mendukung manajemen kinerja , memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik,
memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya, memfasilitasi dan
meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).

Upaya menerapkan akuntansi basis akrual dalam suatu pemerintahan tidaklah mudah.
Pemerintah di setiap negara tentunya membutuhkan panduan untuk dapat menerapkan
akuntansi basis akrual. Salah satu acuan yang dapat digunakan adalah International Public
Sector Accounting Standard. (IPSAS). IPSAS sendiri disusun dengan mengadopsi dan
memodifikasi IFRS agar sesuai dengan kebutuhan aktual. Modifikasi (penyesuaian) ini
sangat perlu mengingat kebutuhan yang berbeda dimana IFRS untuk memenuhi kebutuhan
akan profit oriented business sedangkan IPSAS lebih ditujukan untuk entitas yang non profit
dan berorientasi pada pelayanan publik.

Namun demikian melihat praktik yang terjadi di berbagai negara yang sudah atau
sedang menerapkan basis akrual di pemerintahannya, diketahui bahwa walaupun IPSAS
sudah disusun dengan berdasar pada kebutuhan sektor publik, tidak serta merta membuat
standar tersebut langsung dapat diterapkan oleh setiap negara yang ingin menggunakan basis
akrual. Pemerintah yang ingin menggunakan IPSAS sebagai panduan, perlu melakukan
kajian yang mendalam mengenai ketentuan peraturan yang berlaku dan juga kondisi spesifik
pemerintahnya dalam rangka menyusun standar akuntasi yang sesuai bagi pemerintah di
negaranya.

27

Anda mungkin juga menyukai