Anda di halaman 1dari 19

“RECOGNITION AND MEASUREMENT OF INTERNATIONAL

FINANCIAL REPORTING STANDARD SERTA PENGAKUAN DAN


PENGUKURAN ASET”

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Akuntansi Internasional

Dosen Pembimbing : Naili Saadah, SE.,MSi,AK,CA

Disusun Oleh : Kelompok 5

1. Anisa Fitri Indah Sari 1705046069


2. Fitriyani 1705046093
3. Sania Amalia Zafira 1705046126

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


2020

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Adanya peribahasa “Akuntansi adalah bahasa bisnis” yang disepakati oleh
semua pihak, berimpilikasi pada bagaimana akuntansi mampu menjadi alat
pengukuran kinerja keuangan suatu organisasi usaha dan tentunya menjadikan
akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis dimana dan
darimanapun semua pihak terkait (Stakeholder). Selanjutnya organisasi bisnis
seluruh dunia dalam pelaporan hasil bisnis, perdagangan kepada stakeholder
internasional, maupun aktivitas menukar atau membagi hasil keuangan dari
aktivitas bisnis internasional tentunya memerlukan suatu bahasa umum bisnis
dan seperangkat standar akuntansi universal tunggal yang akan menyatukan
dunia akuntansi dan memecahkan perbedaan praktik akuntansi lintas batas
[ CITATION Ank12 \l 14345 ].
Dengan dilakukannya penggabungan internasional, diyakini sangat berperan
penting dalam mengurangi peraturan yang merintangi dalam pelaksanaan
penggalangan modal lintas batas. Sama halnya dengan Indonesia yang
mengadopsi secara penuh IFRS mulai tahun 2012 yang mewajibkan penyajian
laporan keuangannya pada setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sesuai dengan standard tersebut (Juanda 2014). dengan demikian
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) semakin menjadi perangkat
standar akuntansi yang diterima secara global untuk memenuhi kebutuhan
dunia.

2. Tujuan
a) Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran akuntansi berdasarkan IFRS.
b) Untuk mengetahui kerangka dasar akuntansi berdasarkan IFRS.
c) Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran aset berdasarkan IFRS.
d) Untuk mengetahui perbedaan pengakuan dan pengukuran IFRS/U.S
GAAP/PSAK.

3. Rumusan Masalah
a) Bagamaina pengakuan dan pengukuran akuntansi berdasarkan IFRS?
b) Bagaimana kerangka dasar akuntansi berdasarkan IFRS?
c) Bagaimana pengakuan dan pengukuran aset berdasarkan IFRS?
d) Bagaimana perbedaan pengakuan dan pengukuran IFRS/U.S GAAP/PSAK?
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Berdasarkan IFRS

Dipandang dari sisi pengakuan (recognition)Properti investasi diakui


sebagai aset jika dan hanya jika: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di
masa depan dari aset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam
entitas; dan (b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal
(PSAK No. 13 Revisi 2007, paragraf 16) [ CITATION LDN10 \l 14345 ].

Dipandang dari sisi pengukuran (measurement) IFRS memberikan pedoman


pengakuan, pengukuran awal, pengukuran setelah pengakuan awal, transfer
dan pelepasan property investasi serta hal-hal apa saja yang harus diungkapkan
pada catatan atas laporan keuangan terkait dengan aktiva tersebut. IAS 40
memberikan dua alternatif pengukuran investasi properti, yaitu dengan
menggunakan model biaya dan model nilai wajar yang harus diterapkan secara
konsisten[ CITATION LDN10 \l 14345 ] .
2. Kerangka Dasar Akuntansi Berdasarkan IFRS

Kerangka dasar serupa dengan kerangka konseptual yang mana suatu sistem
koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang memiliki
keterkaitan dan menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten serta
penentuan atas sifat, fungsi, dan batas-batas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan. Dalam hal ini kernagka konseptual memiliki kegunaan pada
saat pengambilan keputusan yang sesuai dengan aturan dan konsep yang
terbentuk sebelumnya sehingga meminimalisir bahkan tidak terjadi kesalahan
dalam mengambil keputusan. Selain itu, kernagka konseptual juga dibutuhkan
dalam Akuntansi karena dapat memberikan informasi yang berguna terkait
penyusunan laporan keuangan yang harus berdasarkan standar dan aturan yang
berlaku.

IASB (Internasitonal Accounting Standars Board) dan FASB (Financial


Accounting Standars Board) bekerja sama dalam mengahsilkan konsep yang
dapat diterima secara umum melalui IFRS (International Financial Reporting
Standars). IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh IASB. IFRS bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
tahunan perusahaan mengandung informasi yang berkualitas tinggi.

IFRS membagi kerangka konseptual pelaporan keuangan kedalam tiga level


yakni: (1) First Level: Basic Objective; (2) Second Level: Fundamental
Concept; (3) Third Level:Recognition, Measurement, and Disclosure Concept.

Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. First Level : Basic Objective


Pada bagian ini berisi mengenai tujuan dari pelaporan keuangan, yang
mana tujuannya ialah memberikan dan menyediakan informasi keuangan
tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor sekarang dan
potensial, lenders, kreditur dan pemberi pinjaman lain dalam
pengambilan keputusan terkait perannya sebagai penyedia modal.
2. Second Level : Qualitative Characteristics and Element of Financial
Statements (Fundamental Concept)
a) Qualitative Characteristics (Karakteristik Kualitatif)
IASB mengindentifikasikan karakteristik kualitatif informasi
akuntansi untuk membedakan serta menyediakan informasi yang lebih
baik (lebih berguna) dan informasi yang inferior (kurang bermanfaat)
dalam keperluan pembuatan keputusan. Karakteristik kualitatif terbagi
menjadi dua jenis terkait kegunaannya, yakni kualitas primer
(fundamental qualities) dan kualitas sekunder (enchancing qualities).
Berikut penjelasannya:
1. Kualitas Primer (Fundamental Qualities)
Dalam hal ini menjelaskan bahwa informasi akuntansi harus dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Kualitas Primer mencakup
relevan dan reliabilitas.
2. Kualitas Sekunder (Enchancing Qualities)
Kualitas sekunder merupakan bagian pelengkap kualitas primer
sehingga dapat menjadikan laporan keuangan lebih berguna atau
bermanfaat. Pada bagian ini mencakup unsur dapat dibandingkan,
dapat diuji, dapat dipahami, dan tepat waktu.
b) Element of Financial Statements (Unsur-Unsur Laporan Keuangan)
Dalam laporan keuangan terdapat unsur-unsur atau isitlah-istilah yang
sering digunakan antara lain:
1. Aset (Assets)
Aset merupakan sumber ekonomi yang diharapkan dapat
memberikan manfaat usaha di masa mendatang.
2. Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban merupakan suatau pengorbanan dyang dilakukan masa
kini oleh perusahaan atas peristiwa masa lalu.
3. Ekuitas (Equity)
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi seluruh kewajiban dalam neraca.
4. Pendapatan (Income)
Pendapatan ialah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun
berupa barang yang berasal dari pihak lain meupun hasil industri
yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang berlaku saat
itu.
5. Beban (Expenses)
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi atau pengurangan dari pendapatan akan menghasilkan
laba bersih sebelum ada pajak dalam laporan.
3. Third Level : Recognition, Measurement, and Disclosure Concept
a) Assumptions (Asumsi Dasar)
Pada bagian asumsi dasar terbagi lima asumsi dasar dalam pelaporan
keuangan, antara lain:
a. Economic Entity
Asumsi ini berarti bahwa perusahaan merupakan entitas ekonomi
yang terpisah kekayaannya dari pemilik dan unit bisnis lainnya.
b. Going Concern
Perusahaan dianggap sebagai entitas yang memiliki kelangsungan
hidup yang berkelanjutan sehingga perencanaan atas pembuatan
laporan keuangan dilakukan secara terus menerus.
c. Monetary
Asumsi ini menjelaskan bahwa transaksi yang terjadi harus dapat
diukur dengan satuan uang atau dapat dikatakan uang merupakan
common denominator.
d. Periodicity
Laporan keuangan pada suatu entitas bisnis harus dilaporkan dalam
suatu jangka waktu tertentu atau periode-periode akuntansi.
e. Accrual Basic
Asumsi inin menjelaskan bahwa seluruh transaksi yang dicatat
dalam suatu periode harus berdasarkan pada saat peristiwa dalam
periode tersebut terjadi.
b) Principles (Prinsip Dasar)
Umumnya terdapat empat prinsip dasar akuntansi, antara lain:
a. Measurement (Pengukuran)
Dalam pengukuran terbagi menjadi dua yakni: (1) cost principle
yang mana penyajian secara wajar dari jumlah yang dibayarkan
untuk barang yang diterima; (2) fair value yang mana aset dinilai
sesuai dengan jumlah nilai yang berlaku pada saat ini. IASB
menetapkan bahwa perusahan menggunakan fair value sebagai
dasar pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan.
b. Revenue Recognition (Pengakuan Pendapatan)
Pendapatan harus diakui apabila kemungkinan besar bahwa
manfaat ekkonomi masa mendatang akan mengalir ke perusahaan
dan pengukuran dapat dilakukan secara andal atau dapat dikatakan
bahwa pendapatan dapat diakui pada saat sebelum produksi, pada
saat selesai produksi, dan saat menerima uang hasil penjualan
produk.
c. Expense Recognition (Pengakuan Beban)
Pengakuan beban dapat terjadi saat pengeluaran atau penggunaan
atau yang menimbulkan kewajiban selama periode sebagai akibat
dari penyerahan produksi barang atau jasa.
d. Full Disclosure (Pengakuan Penuh)
Pengakuan penuh yakni memberikan informasi yang penting dalam
jumlah cukup yang dapat memepengaruhi penilaian keputusan dari
pengguna informasi.
c) Constraints (Kendala)
Dalam kendala mencakup atas biaya penyusunan dan materialitas,
berikut penjelasannya:
a. Biaya
Biaya dan penyedia informasi harus mempertimbangkan manfaat
yang dapat ditimbulkan dari penggunaannya.
b. Materialitas
Suatu item dapat dianggap material jika secara sengaja atau tidak
sengaja mempostingnya yang akan mempengaruhi atau merubah
penilaian dari orang yang menggunakannya.

3. Pengakuan dan Pengukuran Aset Berdasarkan IFRS


Aset (Assets) merupakan sumber daya ekonomi yang dikendalikan oleh entitas
yang diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi
entitas [ CITATION JrW11 \l 14345 ]. Aset terdiri dari :
a) Aset Tetap
Aset ini juga dikategorikan sebagai Properti, Pabrik, dan Peralatan
(property, plant, and equipment) atau disebut sebagai fixed assets. Aset
tetap merupakan sumber daya yang memiliki kriteria, yaitu [ CITATION
Set18 \l 14345 ]:
1) Memiliki bentuk fisik berwujud karena bentuk dan ukurannya jelas.
2) Digunakan dalam produksi atau pemasok barang atau jasa, untuk
disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan tidak
untuk dijual kembali.
3) Bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan.

Pengakuan biaya perolehan diakui sebagai asset, jika [ CITATION Ank12 \l


14345 ] :

1) Asset tersebut memiliki manfaat ekonomis dimasa depan yang berkaitan


dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas.
2) Harga perolehan dari pos tersebut dapat diukur secara andal.
Pengukuran untuk asset tetap dibagi menjadi dua, yaitu[ CITATION Ank12 \l
14345 ] :

1) Model Harga Perolehan (Cost Model)


Setelah pengakuannya atas dasar harga perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset (impairment loss).
2) Model Revaluasi
Setelah pengakuan sebagai suatu asset, maka pos tersebut mempunyai
nilai wajar yang dapat diukur secara andal, mungkin dicatat menurut
suatu jumlah yang direlevaluasi. Jumlah yang direvaluasi ini akan
menjadi nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurang akumulasi
penyusutan berikutnya dan akumulasi kerugian karena penurunan nilai
asset berikutnya.

Entitas yang pada awal mengukurnya menggunakan model harga perolehan,


bisa mengubah metodenya pada tahun berikut menjadi model revaluasi
apabila nilai tercatat dari asset berusia panjang tidak lagi mencerminkan
nilai wajar dari asset tetap tahun berikutnya. Sekali entitas menggunakan
model revaluasi, standar mengharuskan revaluasi atas asset tetap dilakukan
secara berkala guna memastikan jumlah yang tercatat tidak berbeda secara
material dengan yang ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan.

b) Properti Investasi
Properti investasi adalah property (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesseel
penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk
kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk [ CITATION Set18 \l 14345 ]
:
1) Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif.
2) Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Pengakuan biaya perolehan diakui sebagai asset, jika [ CITATION Set18 \l
14345 ] :

1) Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan dari aset yang


tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas
2) Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal

Pengukuran untuk properti investasi dibagi menjadi dua, yaitu [ CITATION


Set18 \l 14345 ] :

1) Pengukuran pada saat pengakuan awal (At Recognition)


Properti investasi yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset
harus diukur sebesar biaya perolehan, yang meliputi harga pembelian dan
setiap pengeluaran yang dapat didistribusikan secara langsung.
Contohnya biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi
lainnya. Jika entitas memperoleh properti investasi dengan cara kredit
dan pembayaran untuk asset melampaui jangka waktu kredit normal,
maka perbedaan antara total pembayaran dengan nilai tunainya diakui
sebagai beban bunga selama periode kredit.
Properti investasi juga bisa didapat melalui pertukaran asset nonmoneter
atau kombinasi asset moneter dan nonmoneter, sehingga biaya
perolehannya diukur pada nilai wajar, kecuali :
a. Transaksi pertukaran tidka memiliki substansi komersial
b. Nilai wajar asset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.

Jika asset yang diperoleh tidak bisa diukur dengan nilai wajar, maka
biaya perolehan property investasi diukur dengan jumlah tercatat dari
asset yang diserahkan.

2) Pengukuran setelah pengakuan awal (After Recognition)


Entitas harus memilih model sebagai kebijakan akuntansi untuk
pengukuran setelah perolehan, dan model yang dipilih harus diterapkan
pada seluruh properti investasi. Model tersebut, yaitu:
a. Model Biaya (Cost Model)
Perlakuan akuntansi setelah perolehan dengan menggunakan model
biaya sama seperti model biaya pada asset tetap, yaitu dicatat sebesar
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai asset (impairment loss).
b. Model Nilai Wajar (Fair Value Model)
Model nilai wajar harus diterapkan untuk seluruh property investasi,
bukan hanya untuk kelompok tertentu saja, selain itu juga selisih yang
timbul dari penyesuaian ke nilai wajar langsung diakui dalam laporan
laba rugi komprehensif dan tidak dilakukan perhitungan penyusutan
apabila entitas memilih menggunakan model nilai wajar.

c) Aset Tidak Berwujud


Aset tidak berwujud adalah aset-aset yang tidak memiliki wujud fisik dan
umumnya dimiliki lebih dari satu periode akuntansi [ CITATION JrW11 \l
14345 ].
Pengakuan biaya perolehan asset tidak berwujud
Suatu entitas untuk mengakui suatu asset tidak berwujud, apakah dibeli
atau diciptakan sendiri (menurut biaya perolehan), apabila [ CITATION
Ank12 \l 14345 ] :
1) Dimungkinkan bahwa manfaat ekonomis di masa datang yang dapat
diatribusikan kepada asset yang akan mengalir kedalam entitas.
2) Biaya perolehan asset yang dapat diukur secara andal.

Pengukuran untuk asset tidak terwujud

Bagaimana asset diperoleh dapat mempengaruhi cara asset tidak


berwujud diakui dan diukur. Apabila asset dibeli secara tunai, maka harga
perolehan asset diukur dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk
mendapatkan haka atau asset tersebut. Apabila asset diperoleh melalui
transaksi selain pembelian tunai, maka harga perolehan diukur dengan harga
pasar dari barang atau jasa yang dikorbankan untuk mendapatkan asset
tersebut atau harga pasar dari asset tersebut. Apabila asset diperoleh dengan
riset dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan sendiri, maka pada
umumnya tidak dicatat tersendiri. Adapun dalam melakukan pengukuran
asset tidak berwujud menggunakan metode, yaitu [ CITATION Ank12 \l
14345 ] :
1) Model Biaya Perolehan

Setelah pengakuan awal, asset tidak berwujud harus dicatat atas dasar
biaya perolehan dikurang dengan amortisasi dan rugi karena penurunan
nilai.

2) Model Revaluasi

Aset tidak berwujud dicatat atas dasar suatu jumlah yang direlevansi
(nilai wajar) dikurang dengan amortisasi dan rugi karena penurunan nilai,
hanya bila nilai wajar dapat ditentukan melalui referensi suatu pasar yang
aktif. Pasar aktif semacam itu diharapkan tidak umum untuk asset tidak
berwujud.

4. Perbedaan Pengakuan dan Pengukuran IFRS/U.S GAAP/PSAK


Di Indonesia, penggunaan standar akuntansi internasional sudah
berlangsung sejak tahun 1973, dimana Indonesia kini mengalami beberapa
perubahan aturan, yaitu :
1. Menerapkan aturan Belanda.
2. Menggunakan aturan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)
dari Amerika Serikat.
3. Menggunakan International Accounting Standards (IAS). Dalam
perkembangan penyusunan standar akuntansi IAS diketahui memiliki dua
pendekatan, yaitu Principle-Based Accounting Standards menggunakan
IASB (International Accounting Standards Board) dan Ruled-Based
Accounting Standards menggunakan FASB (Financial Accounting
Standards Board).
FASB merefleksikan tingkat kecanggihan dan adidaya ekonomi dan
keuangan Amerika Serikat, sebaliknya IAS berupaya merangkul seluas-luasnya
semua negara dunia dari yang paling canggih-kaya sampai pada negara yang
paling miskin terbelakang. IFRS merupakan standar akuntansi internasional
yang diterbitkan ole internasional accounting standart board (IASB).
Konvergensi IFRS terhadap PSAK akan menyebabkan PSAK yang tadinya
bersifat Ruled-Based menjadi bersifat Principle-Based. Berdasarkan
pengadopsian tersebut maka jelas akan ada perbedaan antara IFRS, U.S. GAAP
dan PSAK. Khususnya mengenai perbedaan IFRS, U.S. GAAP dan PSAK
dalam hal penyajian (presentation), pengakuan (recognition), pengukuran
(measurement), dan pengungkapannya (disclosure).

IFRS U.S. GAAP PSAK


IAS 40 “Investmen Tidak diatur secara PSAK No.13 (Revisi
Property” khusus mengenai 2007) Properti Investasi
property investasi
(Investment Property)
IAS 40 memberikan Secara tegas U.S Seperti IAS 40 ( PSAK
pedoman pengakuan, GAAP tidak No.13 Revisi 2007
pengukuran awal, mengijinkan paragraf20-35).
pengukuran setelah menggunakan model Pengukuran pada saat
pengakuan awal, transfer, nilai wajar. pengakuan awal dan
dan pelepasan property pengukuran setelah
investasi sarta hal-hal apa pengakuan awal (PSAK
saja yang harus No.13 Revisi 2007
diungkapkan pada CALK paragraf 36-59) .
dengan aktiva tersebut. Model nilai wajar ( fair
IAS 40 memberikan dua value model) dan model
alternative pengukuran biaya (cost model).
investasi properti, yaitu
dengan menggunakan
model biaya dan model
nilai wajar yang arus
ditetapkan secara
konsisten ( IAS 40
paragraf 33-56)

Seperti yang sudah dijelaskan dikolom perbedaan IFRS, U.S. GAAP dan
PSAK, dalam U.S. GAAP properti investasi ini tidak diatur secara khusus dan
secara tegas U.S. GAAP tidak mengijinkan penggunaan model nilai wajar
dalam pengukuran properti investasi. Dalam PSAK No. 13 Tahun 2004 yang
masih mangacu pada U.S. GAAP, menunjukkan bahwa properti investasi ini
tidak diatur secara khusus, karena PSAK No. 13 Tahun 2004 mengatur
akuntansi untuk investasi secara umum dan properti investasi masuk
didalamnya, berbeda dengan PSAK No. 13 Revisi 2007 yang mengadopsi
IFRS properti investasi diatur secara khusus dalam PSAK No. 13 Revisi 2007
ini. Sehingga dalam PSAK No. 13 Tahun 2004, akuntansi untuk properti
investasi mengikuti akuntansi untuk investasi secara umum. U.S. GAAP secara
tegas tidak mengijinkan penggunaan model nilai wajar dalam pengukuran
properti investasi, sedangkan pengukuran dalam IFRS dan PSAK mengijinkan
penggunaan model nilai wajar. Untuk dasar/basis pengukuran properti investasi
antara IFRS dan U.S. GAAP berbeda :

IAS Topik IFRS U.S. GAAP


IAS 40 Basis/dasar Pilihan untuk (a) Biasanya diminta
pengukuran model biaya menggunakan
untuk properti historis model biaya
investasi (depresiasi, historis
impairement) atau (depresiasi,
(b) model nilai impairement).
wajar dengan
perubahan nilai
melalui laba atau
rugi.

Dalam IFRS dan PSAK ada pengukuran saat pengakuan awal dan
pengukuran setelah pengakuan awal, sedangkan dalam U.S. GAAP tidak ada
pengukuran pada saat pengakuan awal dan pengukuran setelah pengakuan
awal. Pengukuran pada saat pengakuan awal: (a) properti investasi pada
awalnya diukur sebesar biaya perolehan, biaya transaksi termasuk dalam
pengukuran awal tersebut; (b) biaya perolehan awal hak atas properti yang
dikuasai dengan cara sewa dan dikelompokkan sebagai properti investasi yang
harus dicatat sebagai sewa pembiayaan seperti diatur paragraph 16 dalam
PSAK No. 30 tentang Sewa, dalam hal ini aset harus diakui pada jumlah yang
lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini dari pembayaran sewa minimum
(PSAK No. 13 Revisi 2007 paragraf 20 dan 25).
Dalam hal pengungkapan, PSAK No. 13 Tahun 2004 paragraf 44 (mengacu
pada U.S. GAAP) menyatakan bahwa pengungkapan adalah tepat jika nilai
wajar dari investasi properti yang dipertanggungjawabkan sebagai investasi
jangka panjang tidak dicatat pada nilai wajar. Sedangkan pengungkapan dalam
IFRS dan PSAK selain pengungkapan secara umum juga harus ditambah
dengan pengungkapan model nilai wajar atau pengungkapan model biaya.
Pengungkapan secara umum, adalah entitas harus mengungkapkan (PSAK No.
13 Revisi 2007 paragraf 78).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Ankarath, Nandakumar. 2012. Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan


Internasional. Jakarta: Indeks.

Jr, Walter T. Harrison. 2011. Akuntansi Keuangan International Financial


Reporting Standards-IFRS. Jakarta : Erlangga .

L.D, Nunik. 2010. "Perbedaan IFRS, U.S. GAAP, dan PSAK." Jurnal Akuntansi
66.

Setiyowati, Supami Wahyu. 2018. Akuntansi Keuangan dalam Perspektif IFRS


dan SAK-ETAP. Jakarta: Mitra Wacana Media.

http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/kerangka-konseptual-conceptual-
framework.html, diakses pada 27 februari 2020

http://pustakaclicker.blogspot.com/2012/02/ifrs-kerangka-konseptual.html,
diakses pada 27 februari 2020

Anda mungkin juga menyukai