Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN I
MATERIALITAS DAN RISIKO

Disusun oleh:
Safitri Nurul Aisyah (F0317091)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI S1 AKUNTANSI
2019
BAB 9
MATERIALITAS DAN RISIKO

MATERIALITAS
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan
atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan informasi tersebut mungkin
akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan
menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilaukan tindakan koreks. Auditor mengikuti
lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas

Langkah 1

Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

Merencanakan luas
Langkah 2 pengujian
Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas ke segmen-segmen

Langkah 3

Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4

Memperkirakan salah saji gabungan Mengevaluasi hasil-hasil

Langkah 5

Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan


pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas

MENETAPKAN PERTIMBANGAN PENDAHULUAN TENTANG MATERIALITAS


Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu :
1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas

MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN PENDAHULUAN TENTANG


MATERIALITAS KE SEGMEN-SEGMEN (SALAH SAJI YANG DAPAT
DITOLERANSI)
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu
dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segemen dan bukan untuk laporan
keuangan secara keseluruhan. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam
mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibanding akun-akun lainnya
2. Baik lebih saji ataupun salah saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini
Pada akhir audit, auditor harus menggabungkan semua salah saji aktual dan yang
diestimasi. Selanjutnya auditor harus membandingkannyadengan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas.

MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


PERTIMBANGAN PENDAHULUAN
Ketika meleksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah salah saji yang ditemukan.salah saji yang ditemukan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Salah saji yang diketahui (Salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan
oleh auditor)
2. Salah saji yang mungkin ( Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis,yaitu
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor
tentang estimasi saldo akun serta proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor
atas sampel dari populasi)

𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑗𝑖 =


𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑋 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

RISIKO
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Auditor yang
efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut dengan
tepat
Model risiko audit
𝐴𝐴𝑅
PDR = 𝐼𝑅 𝑋𝐶𝑅

PDR : risiko diteksi yang direncanakan IR : risiko inheren


AAR : risiko audit yang dapat diterima CR : risiko pengendalian

Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


penjualan pembelian penggajian persediaan
perolehan
dan dan dan dan dan
penagihan pembanyara personalia pergudangan
pembayaran
n kembali
modal
A Penilaian auditor Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran
atas ekspektasi beberapa banyak salah sedikit salah banyak salah sedikit salah
salah saji yang salah saji saji saji saji saji
material sebelum (sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
pengendalian
internal
(risiko inheren)
B Penilaian auditor Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
atas keefektifan sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian (sedang) (rendah) (rendah) (tinggi) (sedang)
internal untuk
mencegah/
mendeteksi salah
saji yang material
( risiko
pengendalian )
C Kesediaan auditor Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
untuk membiarkan rendah rendah rendah rendah rendah
salah saji yang (rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
material tetap ada
setelah
menyelesaikan
audit (resiko audit
yang dapat
diterima)
D Perencanaan luas Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
bukti yang akan (sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
dikumpulan auditor
(risiko deteksi yang
direncanakan)

JENIS-JENIS RISIKO
Terdapat empat jenis risiko, yaitu :
1. Planned Detection Risk (PDR : Risiko Deteksi Terencana)
Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Point utama :
PDR hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari
ketiga faktor lainnya tersebut.
Risiko ini menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran PDR itu sendiri.
2. Inheren Risk (IR : Risiko Inheren)
Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.
Hubungan antara IR – PDR – Bukti audit yang direncanakan : IR saling berlawanan
dengan PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.
3. Control Risk (CR : Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah salah
saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen
tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR
memperlihatkan :
Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah
atau mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang
dibuatnya.
4. Acceptable Audit Risk (AAR : Risiko Akseptibilitas Audit)
Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah,
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa
laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakannnya untuk
memodifikasi risiko audit yang dapat diterima. Derajat ketergantungan pemakai eksternal
pada laporan keuangan adalah ukuran klien, distribusi kepemilikan, sifat dan jumlah
kewajiban.

Faktor-faktor Metode yang digunakan praktisi untuk menilai risiko audit yang
dapat diterima
Ketergantungan 1. Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan kaki
pemakai eksternal pada 2. Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentuukan
laporan keuangan rencana masa depan
3. Menelaah formulir 10K untuk perusahaan terbuka
4. Mambahas rencana pembiayaan dengan manajemen
Kemungkinan 1. Menganalisis laporan keuangan untuk mengenali dengan
terjadinya kesulitan menggunakan rasio serta prosedur analitis lainnya
keuangan 2. Menelaah laporan arus kas historis dan yang diproyeksikan
untuk mempelajari sifat arus kas masuk dan arus kas keluar
Integrasi manajemen Mengikuti prosedur yang dibahas pada bab 8 tentang
penerimaan dan kelanjutan klien

MENILAI RISIKO INHEREN


Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep terpenting
dalam auditing. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor-faktor utama ketika
menilai risiko inheren, antara lain :
1. Sifat bisnis klien
2. Hasil audit sebelumnya
3. Penugasan awal versus penugasanberulang
4. Pihak-pihak yang terkait
5. Transaksi nonrutin
6. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
7. Unsur-unsur populasi
8. Faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang tepat
9. Faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aktiva

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO
Sebagai tambahan untuk memodifikasi bukti audit, ada cara lain di mana auditor bias
mengubah audit untuk merespon risiko, yaitu apabila bila perjanjian tersebut mungkin
membutuhkan staf yang lebih berpengalaman dan perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti
daripada biasanya.
Risiko audit untuk segmen-segmen
Risiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan oleh auditor selama fase perencanaan dan
ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan akun utama.beberapa auditor
menggunakan tingkat risiko akseptibiltas yang sama atas keseluruhan penugasan audit bagi
tiap segmen auditnya.
Mengaitkan nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi dan risiko-risiko kepada
tujuan audit yang terkait dengan saldo.
Para auditor dapat mengasosiasikan sebagian besar resiko pada berbagi tujuan audit yang
berbeda dengan efektif, menentukan hubungan antara suatau resiko dengan satu atau dua
tujuan audit cukup mudah dilakukan.
Batasan Batasan Pengukuran
Satu batasan utama dalam penerapan modelresiko audit ini adalah kesulitan pengukuran
berbagai komponen model. Sebagian besar auditor menggunakan istilah pengukuran yang
lebar dan subyektif, seperti rendah, sedang dan tinggi.
Merupakan hal yang cukup sulit untuk suatu auditor dalam mengukur jumlah bukti audit
yang diperlukan bagi suatu tingkat rencana deteksi terencana tertentu . dalam menerapkan
model risiko audit, auditor sanagt memperhatikan masalah overauditing dan underauditing.
Tapi yang paling banyak diperhatikan adalah underauditing, karana hal ini dapat membuat
auditor bermasalah dengan hukum.
Kertas kerja atas perencanaan pengumpulan bukti audit dari uji rincian saldo.
Para praktisi audit mengembangkan beragam jenis kertas kerja untuk membantu mereka
dalam menghubungkan berbagai pertimbanagn yang dapat mempengaruhi bukti audit.
Sehingga mereka dapat menentukan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan
Hubungan antara risiko, materialitas, dan bukti audit.
Konsep-konsep materialtitas dan risiko dalam auditing saling terkait erat dan tak
terpisahkan. Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas
merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama kedua hal tersebut
mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.

Faktor-faktor yang mempengruhi risiko Risiko Bukti audit


 Ketergantungan pemakai eksternal Risiko audit
yang dapat
 Kemungkinan kegagalan keuangan diterima
 Integritas manajemen

 Sifat bisnis
L
 Hasil audit sebelumnya
 Penugasan awal vs penugasan berulang L T

 Pihak-pihak yang terkait Risiko T Risiko T Bukti audit


deteksi yang
 Transaksi nonrutin inheren
terncana direncanakan
 Pertimbangan yang diperlukan untuk
mencatat saldo akun dan transaksi dengan T L

tepat
 Unsur-unsur populasi
 Faktor yang berkaitan dengan salah saji yang
timbul akibat pelaporan keuangan yang
curang
 Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi

Risiko
pengendalian
 Efektifitas pengendalian internal
 Rencana pengandalan

 L = hubungan langsung ; T = hubungan terbalik

MENGEVALUASI HASIL
Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasil-
hasil audit dapat dinyatakan pula dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model risiko
audit. Dalam SAS 47, model risiko audit untuk mengevaluasi hasil-hasil audit ini dinyatakan
sebagai berikut:

Dimana:
AcAR = risiko audit yang tercapai
IR = risiko inheren
CR = risiko pengendalian
AcDR = risiko deteksi yang dicapai

Terdapat tiga cara untuk mengurangi tingkat risiko audit yang tercapai hingga mencapai
satu tingkat risiko yang dapat diterima :
1. Mengurangi tingkat risiko inheren
2. Mengurangi tingkat risiko pengendalian
3. Mengurangi tingkat risiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji audit yang
subtantif.

MEREVISI RISIKO-RISIKO DAN BUKTI AUDIT


Auditor harus melakukan pertimbangan yang sangat hati-hati saat membuat keputusan,
dengan berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, bahwa penilaian awal atas risiko
pengendalian atau risiko inheren telah ditetapkan terlalu rendah atau risiko aseptabilitas audit
yang ditetapkan terlalu tinggi. Dalam situasi semacam ini auditor mengikuti suatu pendekatan
dua langkah. Pertama auditor harus merevisi penilaia awal tentang tingkat risiko yang tepat.
Kedua, auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebuit terhadap kebutuhan akan
bukti audit, tanpa mempergunakan model risiko audit.

Anda mungkin juga menyukai