Anda di halaman 1dari 4

MATERI 5- MATERIALITAS AUDIT

FASB (Financial accounting standards board) mendefinisikan materialitas (materiality) sebagai:


“Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan di
sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi
tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.”
Materialitas menguukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam
membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa hal–hal tertentu, terpisah
atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan
tersebut. Contoh keputusan ekonomis : menanam modal dalam entitas itu, bertransaksi bisnis
dengannya meminjamkan uang kepadanya , dan lain – lain.
Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan, materialitas untuk
laporan keuangan secara keseluruhan (materialitas yang menyeluruh) sering kali dijelaskan,
misalnya dalam kerangka pelaporan keuangan.
B. TAHAP-TAHAP MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT
Tahap Auditor Melaksanakan
Risk assessment (penilaian risiko) - Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas
untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan
performance materiality (materialitas pelaksanaan).
Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus
dilaksanakan.
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material.
Risk response (menanggapi risiko)- Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya
(extent) prosedur audit slanjutnya (further audit
procedures).
Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan
situasi (change in circumstances) selama audit berlangsung.
Reporting (pelaporan)- Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh entitas
itu. Merumuskan pendapat auditor.

C. KONSEP MATERIALITAS PADA DUA TINGKAT


1. “overall” materiality- adalah materialitas untuk laporan keuangan secarakeseluruhan.
2. “specific” materiality - adalah materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau
pengungkapan (disclosures) tertentu.
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut:
 Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai
laporan keuangan secara keseluruhan.
 Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan
keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.
1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan Materialitas laporan keuangan (financial statement
materiality) adalah salah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup
pentinguntuk mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Dalam membuat suatu pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas,
auditor mula-mula menentukan tingkat agreat (keseluruhan) materialitas untuk setiap laporan.
Sebagai contoh, diperkirakan bahwakekliruan berjumlah $100.000 untuk laporan labarugi dan
$200.000 untuk neraca akan materialitas. Dalam kasus ini tidak tepat bagi auditor untuk
menggunakan materialitas neraca dalam merencanakan audit karena jika salah saji dalam neraca
yang berjumlah hingga $200.000 juga mempengaruhi laporan laba-rugi, laporan labarrugi akan
mengandung salah saji yang material. Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakaan
tingkat agregat terkecil dari salah saji yang dipertimbangkan sebagai material untuk setiap
laporan keuangan. Peraturab keputusan ini tepat karena (1) laporan keuangan saling berkaitan
dan (2) banyak prosedur audit berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan.
2. Materialitas pada tingkat saldo akun Materialitas saldo akun (account balance materiality)
adalah saji minimum yang dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung
salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut dikenal sebagai salah saji yang dapat
ditolerir (torerable misstatement). Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas pada
tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas pada tingkat
saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus mengarahkan
auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material
secara individual, tetapi apabila diagregasi dengan salah saji pada saldo akun lainnya, mngkin
akan material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
D. KONSEP MATERIALITAS
Ada Empat Konsep Materialitas, yaitu:
1. “Overall” materiality – yaitu didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak
terhadap keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh
informasi yang menyebaban ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari yang
ditetapkannya semula, angka materialitas semuala seharusnya direvisi.
2. “Overall” performance materiality- yaitu ditetapkan lebih rendah dari overall materiality.
Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko tertentu
(tanpa mengubah overall materiality), dan menurunkan ke tingkat rendah yang tepat
(appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji yang
tidak terdeteksi secara agregat (aggregate of uncorrected and undetected misstatements)
melampui overall materiality. Performance materiality perlu diuba berdasarkan temuan
audit.
3. “Specific” materiality- yaitu untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu
dimana jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality.
4. “Specific” performance materiality- yaitu ditetapkan lebih rendah dari specific
materiality. Hal ini memungkin auditor menanggapi penilaian resiko tertentu, dan
memperhitungkan kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji
yang tidak material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality.

MATERI 6 – RESIKO AUDIT


Materialitas seperti dibahas di atas, berkaitan erat dengan risiko audit (audit risk). Keduanya
menjadi bahan pertimbangan penting dalam proses audit. Resiko audit adalah kemungkinan
auditor memberikan pendapat yang keliru (inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan
yang mengandung asalah saji yang material.
KOMPONEN RESIKO AUDIT
 RMM (risiko salah saji yang material)- adalah resiko dimana laporan keuangan disalah
sajikan secara material sebelum audit dimulai. Risiko-risiko ini diperhitungkan atau
menjadi pertimbangan di tingkat laporan keuangan (financial statement level) dan pada
tingkat asersi (assertion level). Pada rtingkat laporan keuangan tinjauannya adalah
menyeluruh, menyangkut resiko yang pervasif (dengan dampak bermacam-macam
asersi). RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis transaksi (classes of transaction),
saldo akun (account balances), dan pengungkapan (disclosure). RMM merupakan
kombinasi dari risiko bawaan atau inherent risk (IR) dan resiko pengendalian atau control
risk (CR), atau dirumuskan sebagai IRxCR= RMM. Detection Risk Detection Risk
adalah risiko dimana auditor gagal mendeteksi suatu salah saji dalam asersi yang bisa
berdampak material.
 Detection risk (DR) ditangani melalui:
 Perencanaan audit dengan baik (sound audit planning)
 Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM yang
diidentifikasi
 Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit
 Supervisi dan review atas pekerjaan audit Detection risk tidak pernah dapat diturunkan
sampai ke angka nol, karena adanya kendala bawaan (inherent limitations) dalam
prosedur audit, masih diperlukannya professional judgments (yang dibuat oleh manusis,
yang secara alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari bukti yang diperiksa.
Risiko audit atau audit risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
AR = RMM X DR

Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:
 Mengidentifikasi dan menilai RMM
 Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan
 Menetukan revisi atas materialitas (overall materiality maupun performance materiality)
dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti, informasi baru itu membuat
auditormenetapkan angka materialitas yang berbeda dari apa yang ditetapkan nya pada awal
audit
 Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements), terhadap
laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor Menggunakan analogi sederhana dari
cabang atletik loncat tinggi, materialitas ekuivalen dengan tingginya tongkat yang harus dilampui
atlet. Risiko audit ekuivalen dengan tingkat kesulitan yang inheren pada ketinggian tertentu
(RMM), digabungkan dengan risiko tambahan berupa kesalahan strategi loncatan atau kesalahan
dalam meloncat (detection risk).
PROSEDUR PENILAIAN RISIKO
Ada tiga prosedur penilaian risiko yang terdiri atas:
a. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others)
b. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection)
c. Prosedur analytical (analytical procedures).
Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam banyak
situasi, hasil dari prosedur akan membawa pada prosedur lain. Contoh, dalam wawancara dengan
manajer penjualan, terungkap adanya kontrak penjual yang tidak biasa. Wawancara ini (prosedur
inquiry) diikuti dengan prsedur inpeksi atas kontrak penjualan dan dilanjutkan dengan analisis
(analytical procedure) mengennai dampaknya terhadap margin penjualan. Atau, temuan dari
pelaksanaan analytical procedures atas angka-angka dalam draf laporan laba rugi mungki
memicu pertanyaan bagi manajemen. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dan membawa
auditor ke prosedur inspeksi atas dokumen tertentu atau prsedur pengamatan atas kegiatan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai