Anda di halaman 1dari 21

MATERIALISME

DAN
RISIKO AUDIT
Dosen : Dian Saputra SE., M.Acc., Akt, CA
Kelompok 1

Angga Zikrul Akbar (215310677)


Nurhalizah (215310255)
Kikimay Hendri (215310309)
Latar Belakang
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan
standar auditing terutama dalam hal pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan . Pentingnya konsep materialitas yakni
sebagai pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya.
Definisi materialitas mengharuskan seorang auditor
dalam mempertimbangkan keadaan baik yang berkaitan
dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan
meletakkan kepercayaannya .
Oleh karena itu pentingnya materialitas ,risiko dan
strategi audit awal guna memperlancar tugas seorang auditor
serta sebagai bahan pertimbangannya . Selanjutnya akan kami
bahasa dalam sesi ini
01

MATERIALITAS
Konsep Materialitas

 Materialitas : Besarnya Nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi,dapat mengakibatkan perubahan keputusan atau berpengaruh
terhadap pertimbangan orang yang menggunakan informasi tersebut.

 Penentuan materialitas sangat dipengaruhi judgement auditor.

 Penetuan materialitas ditentukan seawal mungkin pada tahapan perencanaan


audit .Tingkat materialitas ini dapat direvisi selanjutnya jika auditor
menemukan informasi baru.
Langkah-Langkah dalam menerapkan Materialitas

Langkah 1 Menetapkan materialitas untuk laporan


keuangan secara keseluruhan
Merencanakan luas
Langkah 2 Menentukan materialitas kinerja pengujuian

Langkah 3 Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4 Mengestimasi salah saji gabungan


Mengevaluasi hasil
hasil
Membandingkan estimasi salah saji gabungan
Langkah 5 dengan pertimbangan pendahuluan atau yg
direvisi tentang materialitas
Langkah 1. Overall Materiality

Overall Materiality merupakan nilai


materialitas awal untuk tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan
didasarkan pada kearifan profesional
auditor mengenai jumlah terbesar
salah saji dalam laporan keuangan
tanpa memengaruhi keputuan
ekonomis pemakai laporan keuangan
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

Merupakan jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan


keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang
bijaksana.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor
tentang materialitas :
 Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
tingkat materialitas seseorang berbeda
 Tolok ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas laba
bersih sebelum pajak menjadi tolok ukur utama karena jumlahnya
di anggap penting bagi para pemakai.
 Faktor kualitataif yang juga mempengaruhi materialitas. Jenis
salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai
dibandingkan salah saji lainnya,sekalipun nilai dolarnya sama.
Langkah 2. Performance Materiality (PM)

Performance Materiality didefinisiskan


sebagai jumlah yang ditetapkan oleh auditor
pada angka yang lebih kecil dari overall
materiality untuk laporan keuangan secara
keseluruhan demi menguranginya ke tingkat Performance materiality (PM) memiliki dua
probalitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah panduan sebagai berikut :
agregat dari salah saji yang belum dikoreksi
atau tidak terdeteksi melebihi materialitas 1) PM untuk setiap akun tidak boleh melebihi
untuk laporan keuangan secara keseluruhan. 60% dari OM
2) Penjumlahan semua PM tidak boleh meleihi
dua kali OM
Mengestimasi Salah Saji Dan Membandingkan Dengan
Pertimbangan Pendahuluan

1. Salah saji yang diketahui

Adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor . contoh :
Ketika mengaudit properti ,pabrik,dan peralatan ,auditor mungkin
mengidentifikasi lease peralatan yang dikapitalisasi ,padahal seharusnya
dibebankan karena merupakan lease operasi.
Mengestimasi Salah Saji Dan Membandingkan Dengan
Pertimbangan Pendahuluan

2. Salah saji yang mungkin

Terbagi menjadi dua yaitu :


1. Salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajmen dan
auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya : perbedaan estimasi penyisihan
untuk piutang tak tertagih dan kewajiban garansi.
2. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sample dari suatu
populasi. Contohnya : auditor menemukan salah saji yang dilakukan oleh klien
dalam sample yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan.
Auditor menggunakan salah saji tersebut untuk mengestimasi total salah saji
yang mungkin dalam persediaan (langkah 3) .total ini disebut estimasi karena
hanya sample yang diaudit ,bukan keseluruhan populasi . Jumlah salah saji yang
diproyeksikan untuk setiap akun digabungkan dalam kertas kerja (langkah
4),dan kemudian gabungan salah saji yang mungkin ini di bandingkan dengan
materialitas(langkah 5)
02

Risiko Audit
Risiko Audit

 Tingkat kemungkinan bahwa auditor gagal menemukan salah saji


material pada laporan keuangan dan tetap memberikan opini wajar
 Berbanding terbalik dengan tingkat penjaminan . Jadi jika tingkat
penjaminan audit 99% ,maka tingkat risiko audit adalah 1 %.
 Pengelompokkan risiko audit .

 Risiko audit keseluruhan (keseluruhan laporan


keuangan)
 Risiko audit individual (perakun)
Model Risiko Audit

Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis
bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya .Model ini dinyatakan
sebagai berikut :

PDR = AAR / IR x
CR

Dimana :
 PDR = risiko deteksi yang direncanakan (planned
detection )
 AAR = risiko audit yang dapat diterima (acceptable
audit risk)
 IR = risiko inheren (inheren risk)
 CR = risiko pengendalian (control risk)
Komponen Model Risiko Audit

1. PDR = risiko deteksi yang


direncanakan (planned
detection )Adalah risiko bahwa bukti
audit untuk suatu tujuan audit akan gagal
mendekteksi salah saji yang melebihi
materialitas kinerja.

2. IR = risiko inheren (inheren risk)


mengukur penilaian auditor atas
kerentanan asersi salah saji yang
material, sebelum memperhitungkan
keefektifan pengendalian internal.
Komponen Model Risiko Audit

3. CR = risiko pengendalian (control risk)


mengukur penilaian auditor mengenai risiko
bahwa salah saji yang material akan terjadi dalam
suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal
klien.

4. AAR = risiko audit yang dapat diterima


(acceptable audit risk) adalah ukuran kesediaan
auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai,dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan
Menilai Risiko Audit Yang Diterima

Risiko Penugasan
Adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian setelah audit selesai,walaupun
laporan audit sudah benar. Contoh : jika klien mengumumkan kepailitan setelah audit
selesai ,kemungkinan diajukannya gugatan hukum terhadap KAP sangatlah besar ,meskipun mutu
audit itu baik.
Faktor-Faktor Risiko Penugasan :

I. Derajat ketergantungan pemakai ekternal pada laporan keuangan


II. Kemungkinan bahwa klien akan menglami kesulitan keuangan setelah
laporan audit dikeluarkan
III. Evaluasi auditor atas integritas manajmen
Menilai Risiko Inheren

Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebab kan risiko inheren ,berberapa faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
• Sifat bisnis klien
• Hasil audit sebelumnya
• Penugasan awal versus penugasan berulang
• Pihak-pihak yg terkait
• Transaksi nonrutin atau kompleks
• Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan
tepat.
• Unsur-unsur populasi
• Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
• Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aset.
Kesimpulan
Konsep materialitas dan risiko dalam
auditing berkaitan erat dan tidak
terpisahkan .Risiko adalah ukuran
ketidakpastian,sedangkan materialitas
mengukur besarannya. Secara bersama –sama
keduanya mengukur ketidak pastian jumlah
dengan besaran tertentu.

Anda mungkin juga menyukai