Anda di halaman 1dari 16

Modul

Konsep Materialitas dan


Risiko Audit

Dr. Erika Amelia, SE., M. Si


KB. 1. Konsep Materialitas

Auditor menerapkan lima langkah yang saling


A. Materialitas terkait untuk menetapkan materialitas, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar sebagai berikut.

“Besarnya suatu pengabaian salah saji


informasi akuntansi yang dengan
memperhitungkan situasinya,
menyebabkan seseorang yang
mengandalkan informasi tersebut
mungkin berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.”
2. Pertimbangan Pendahuluan 3. Materialitas pada Tingkat
atas Materialitas Laporan Keuangan

Boynton (2006) merumuskan bahwa pada perencanaan Materialitas laporan keuangan (financial statement materiality)
audit, auditor harus menilai materialitas pada dua adalah saji agregat minimum dalam suatu laporan keuangan
tingkat sebagai berikut. yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum
1. Tingkat laporan keuangan, karena opini (PABU).
auditor atas kewajaran meluas sampai ke
laporan keuangan secara keseluruhan

2. Tingkat saldo akun, karena auditor


menguji saldo akun dalam memperoleh
kesimpulan keseluruhan atas kewajaran
laporan keuangan.
4. Materialitas pada Tingkat
Saldo Akun

Materialitas saldo akun (account balance


materiality) adalah salah saji minimum yang
dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga
dianggap salah saji material. Salah saji tingkat
tersebut dikelan sebagai salah saji yang dapat
ditolerir (tolerable misstatement). Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo akun
material. Saldo akun material adalah besarnya
saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji
yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai
informasi keuangan.
6. Mengestimasi Salah Saji

Mengestimasi salah saji dilakukan dengan cara


5. Mengalokasikan membandingkannya dengan pertimbangan pendahuluan.
Pertimbangan Pendahuluan Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen
audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat
Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang
atas materialitas ke seluruh segmen-segmen ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi
yang salah saji dapat ditoleransi perlu dua jenis (Arens, 2006), yakni salah saji yang diketahui dan
dilakukan. Dalam melakukan alokasi salah saji yang mungkin terjadi. Salah saji yang diketahui
materialitas, auditor harus mempertimbangkan (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang
kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan
untuk memverifikasi akun tersebut. Misalnya,
salah saji lebih (overstatement) kemungkinan Sebagai contoh, ketika mengaudit properti,
lebih besar terdapat pada akun sediaan pabrik, dan peralatan, auditor mungkin
ketimbang aset tetap, dan umumnya biaya mengidentifikasi lease peralatan yang
untuk mengaudit sediaan lebih mahal dikapitalisasi, padahal seharusnya dibebankan
ketimbang mengaudit aset tetap. karena merupakan lease operasi.
7. Hubungan antara Materialitas
dan Bukti Audit

Materialitas merupakan satu di antara


berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor terhadap kecukupan
bukti audit. Perlu diingat, jumlah bukti audit
memiliki hubungan terbalik dengan
materialitas. Semakin kecil tingkat materialitas
yang ditetapkan, maka diperlukan bukti audit
yang banyak. Namun sebaliknya, apabila
tingkat materialitas yang ditetapkan adalah
besar maka, bukti audit yang diperlukan
adalah sedikit.
1. . Penentuan Risiko Kecurangan

Pada pembahasan kali ini dibahas sedikit terhadap


B. RISIKO AUDIT kecurangan (fraud) karena risiko audit memiliki
keterkaitan dengan risiko kecurangan. Auditor tidak dapat
SPAP Seksi 312 mendefinisikan risiko audit sebagai risiko yang menemukan adanya salah saji material pada laporan
terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak mampu keuangan entitas mungkin saja disebabkan oleh adanya
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu praktik kecurangan dalam entitas tersebut. Oleh karena
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Standar itu, sebelum kita membahas model risiko audit dan
pekerjaan lapangan yang kedua mengharuskan auditor
jenisjenis risiko audit, sebaiknya kita mengenali dulu apa
memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam
yang dimaksud dengan praktik kecurangan (fraud) itu.
laporan keuangan klien. Auditor menggunakan model risiko audit
untuk mengidentifikasi lebih jauh salah saji yang potensial dalam
laporan keuangan secara keseluruhan serta saldo akun khusus,
kelas transaksi, dan pengungkapan dalam hal salah saji paling
mungkin terjadi.
2. Definisi Kecurangan
Dorongan/
tekanan
Dalam pengambilan keputusan
terhadap risiko kecurangan, auditor
harus memahami tiga kondisi yang Kesempatan
pada umumnya menyebabkan
terjadinya kecurangan.
Rasionalisasi
3. Penggelapan Aset

Survei KPMG pada Tahun 2003


memberikan hasil bahwa masalah
yang berfrekuensi tinggi seperti
kecurangan vendor (kebanyakan
melalui kolusi pegawai), kecurangan
pegawai, manajemen dan perbuatan
jahat pegawai, dan kecurangan
komputer. Tujuan dari perilaku ini
selalu kepada penggelapan asset.
4. Pengauditan
untuk Kecurangan 5. Model Risiko Audit
Jika kecurangan tersebut berdampak material terhadap
laporan keuangan atau auditor tidak dapat menentukan
apakah salah saji akibat kecurangan itu berdampak
material maka auditor harus (SA Seksi 316):
a. mempertimbangkan implikasi terhadap aspek audit
yang lain;
b. membicarakan masalah tersebut dan pendekatan
untuk menyelidiki lebih lanjut dengan tingkat
manajemen yang semestinya, yaitu paling tidak satu
tingkat di atas orang yang terlibat dan dengan
manajemen senior;
c. mencoba memperoleh bukti audit tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan material telah terjadi
atau kemungkinan telah terjadi, dan jika demikian,
dampaknya terhadap laporan keuangan dan laporan
auditor atas laporan keuangan tersebut;
d. jika berlaku, menyarankan klien untuk berkonsultasi
dengan penasihat hukumnya.
7. Risiko Audit
Keseluruhan
6. Risiko Audit pada Tingkat Laporan
Keuangan dan Tingkat Saldo Akun
Pada tahap perencanaan audit,
Risiko audit, seperti materialitas auditor harus menentukan risiko
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat dibagi menjadi dua bagian: audit keseluruhan yang direncanakan
memberikan jaminan tentang ketepatan (overall planned audit risk), yang
merupakan besarnya risiko yang
informasi yang disajikan oleh klien dalam
risiko audit dapat ditanggung oleh auditor dalam
laporan keuangan mengharuskan auditor risiko audit menyatakan pendapat wajar atas
individual
mempertimbangkan, baik materialitas keseluruhan laporan keuangan padahal
yang
maupun risiko audit, yaitu risiko yang terjadi yang berkaitan
mengandung salah saji material.
berkaitan Pada penentuan risiko audit
dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak dengan setiap
keseluruhan, auditor juga
memodifikasi pendapatnya sebagaimana dengan saldo akun menyatakan tingkat kepercayaan
laporan individual
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang (level of confidence) atas laporan
yang keuangan
mengandung salah saji material. keuangan
dicantumkan
sebagai dalam laporan
keseluruhan; keuangan.
9. Perbedaan antara Risiko-Risiko
8. Jenis-jenis Risiko dalam Model Risiko Audit

Risiko deteksi
yang Risiko bawaan Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan
direncanakan risiko yang bersedia diambil kantor akuntan publik bahwa
laporan keuangan disalah sajikan setelah audit selesai,
Risiko audit berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu.
Risiko
yang dapat Risiko bawaan dan risiko pengendalian didasarkan pada
pengendalian
diterima ekspektasi atau prediksi auditor tentang kondisi klien
KB. 2. Menilai Risiko Audit

A. MENILAI RISIKO AUDIT YANG


DAPAT DITERIMA Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko
audit yang dapat diterima adalah sebagai berikut
Risiko penugasan (engagement risk)
adalah risiko bahwa auditor atau Derajat ketergantungan Kemungkinan bahwa klien Evaluasi auditor
kantor akuntan publik dapat pemakai eksternal pada mengalami kesulitan keuangan atas integritas
laporan keuangan setelah laporan audit dikeluarkan. manajemen
menderita kerugian setelah audit
selesai, walaupun laporan audit
Laba (rugi)
sudah benar. Distribusi Posisi
Ukuran klien tahun-tahun
kepemilikan likuiditas sebelumnya

Sifat dan Metode


Sifat operasi
pembiayaan
jumlah klien
pertumbuhan
kewajiban
Kompetensi
manajemen
1. Menilai 2. Sifat Bisnis 3. Hasil Audit
Risiko Bawaan Klien Sebelumnya

4. Penugasan Awal
5. Pihak yang
Versus Penugasan
Berulang Terkait

6. Transaksi 7. Pertimbangan yang


Diperlukan untuk
Nonrutin Mencatat Saldo Akun
dan Transaksi dengan
Tepat

10. Hubungan Risiko


8. Unsur-unsur 9. Faktor-faktor yang
dengan Bukti Serta
Berkaitan Curang dan
Populasi Penggelapan Aset
Faktor yang
Mempengaruhi Risiko
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai