Anda di halaman 1dari 10

Nama : Syavitri Risky Rahmadani

Jurusan : S-1 Akuntansi (A)

NIM : 17023000021

MATERIALITAS, RISIKO DAN STATEGI AUDIT AWAL

Tingkat yang harus ditetapkan pada a. Materialitas pada tingkat laporan keuangan
Materialitas b. Materialitas pada tingkat saldo akun

MATERIALITAS Pertimbangan Awal Faktor yang dipertimbangkan dalam 1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
mengenai Materialitas materialitas pada setiap tingkat 2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Resiko Audit Keseluruhan

Macam-macam Resiko Audit


Risiko Audit Individual
Risiko Bawaan

MATERIALITAS, Unsur Resiko Audit Risiko Pengendalian


RISIKO DAN RESIKO AUDIT
STATEGI AUDIT
AWAL Risiko Deteksi
Penggunaan Informasi Audit

Hubungan antar Unsur Risiko Pendekatan Terutama Substantif

Macam-macam Strategi Audit


STRATEGI AUDIT AWAL

Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah


Unsur Strategi Audit Awal
PEMBAHASAN

A. MATERIALITAS
Materialistas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup
semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Risiko audit dan materialitas audit
dalam pelaksanaan audit dalam pelaksanaan audit mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Pertimbangan Awal mengenai Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam


perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang
berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor dalam
mempertimbangkan materialitas.
1) Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
b. Total aktiva dalam neraca
c. Total aktiva lancer dalam neraca
d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca
2) Faktor kualitatif, seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum
b. Kemungkinan terjadinya kecurangan
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan bebrapa rasio keuangan pada tingkat
minimum tertentu
d. Adanya gangguan dalam trend laba
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang
materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji
dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
b) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.
c) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji 1 % dari total pasiva.
d) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah
saji ½ % sampai 1 % dari pendapatan bruto.
2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada timgkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo
akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat,
sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
B. RESIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.

Resiko Audit dibagi menjadi 2 :


a) Resiko Audit Keseluruhan : merupakan besarnya risiko audit yang dapat
ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebu berisi salah saji
material.
b) Risiko Audit Individual : merupakan pengalokasian resiko audit keseluruhan ke
akun-akun secara individual, sehingga sangat diperlukan penentuan risiko untuk
setiap akun.

Unsur Resiko Audit :

a) Risiko Bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur pengendalian intern yang terkait.risiko salah saji demikian adalah lebih
besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan
yang lain.
b) Risiko Pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern.
Risiko ini ditentukan oleh efektivitas Kebijakan dan prosedur pengendalian intern
untuk menacapi tujuan umum pengendalian intern yang relevandengan audit atas
laporan keuangan entitas.
c) Risiko Deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini ditentukanoleh efektivitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.

Penggunaan Informasi Audit :

taksiran risiko audit pada tahap perencanan audit dapat digunakan oleh auditor
untuk menetapkanjumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan
kewajaran penyajian saldo akun tertentu.
Formula risiko audit :
Risiko Audit individual = Risiko bawaan x Risiko pengendalian x Risiko deteksi

Formula resiko deteksinya :

Resiko Deteksi = Resiko Audit Individual

Resiko Bawaan x Risiko Pengendalian

Hubungan antarunsur risiko


RISIKO RISIKO RISIKO RISIKO

BAWAAN PENGENDALIAN DETEKSI AUDIT

Prosedur Laporan
Kerentanan asersi auditor untuk keuangan
Salah saji material tidak Salah saji yang berisi
individual Pengendalian memverifika
dapat dicegah atau tidak material tetap salah saji
terhadap salah saji intern klien si asersi
dapat dideteksi dengan tidak dapat material,
material
pengendalian intern didteksi dalam namun diberi
klien asersi individual pendapat
wajar tanpa
Salah saji Salah saji
pengecualian
dicegah dan dideteksi
dideteksi dengan
dengan prosedur
pengendalian verifikasi
intern klien auditor

Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :

a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
i. Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
ii. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
iii. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

C. STRATEGI AUDIT AWAL


Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual
atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan
terutama substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko
pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :
a) Pendekatan Terutama Substantif.
Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti
audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan
kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.
b) Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah.
Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif.

Unsur Strategi Audit Awal

1) Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.


2) Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh
3) Pengujian pengendalian substantive yang direncanakan untuk menaksir
risiko pengendalian
4) Tingkat pengujian substantive yang direncanakan untuk mengurangi risiko
audit ke tingkat yang cukup rendah

Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Perbandingan Dua Strategi Audit, yaitu :


Pendekatan Terutama Substantif Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah
 Auditor merencakan taksiran risiko  Auditor merencakan taksiran risiko
pengendalian pada tingka maksimum pengendalian pada tingkat moderat
atau mendekati maksimum atau tingkat rendah

 Auditor merencanakan prosedur yang  Auditor merencanakan prosedur yang


kurang ekstensif untuk memperoleh lebih ekstensif untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern pemahaman atas pengendalian intern
 Auditor merencanakan sedikit, jika  Auditor merencanakan pengujian
ada, pengujian pengendalian pengendalian secara luas
 Auditor merencanakan akan  Auditor merencakan akan membatasi
melakukan pengujian substantive pengunaan pengujian substantif
secara luas

Materialitas dalam konsep audit

 Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan dianggap material bila kesalahan penyajian


tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi keputusan
ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan.
 Pertimbangan tentang hal-hal yang materialitas dibuat dengan memperhitungkan
berbagai kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan
penyajian, atau kombinasi keduanya.
 Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan didasarkan
pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umu sebagaimana diperlukan.
Penentuan materialitas membutuhkan pertimbangan professional, dan dipengaruhi
oleh presepsi auditor tetang kebutuhan informasi keuangan oleh para pengguna laporan
keuangan, dengan asumsi bahwa pengguna laporan keuangan :
1) Memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis, ekonomi, dan akuntansi dalam
memepelajari informasi laporan keuangan
2) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan, dan diaudit berdasarkan tingkat
materialitas tertentu
3) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan pengukuran suatu jumlah yang ditentukan
4) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi dalam laporan
keuangan
Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan
pada saat merumuskan opini dalam laporan audit.
Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang
ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material, yaitu :
1. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur penilaian risiko
2. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, dan
3. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
Materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan audit tidak semena-mena
menentukan bahwa kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi secara individual atau
gabungan di bawah materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak material. kondisi-
kondisi yang berkaitan dengan kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor menilai
kesalahan tersebut sebagai kesalahan penyajian material walauun kesalahan tersebut berada
dibawah tingkat materialitas.
Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang
ditetapkan oleh auditor, pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.
Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, dan
pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja
menyebabkan auditor menemukan jumlah materialitas yang berbeda dari jumlah materialitas
yang pertama kali ditetapkan.
Jika auditor menyimulkan bahwa materialitas yang lebih rendah daripada tingkat
materialitas yang ditentukan pertama kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan adalah
tepat, maka auditor harus menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan perlu
dilakukandan apakah sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut masih tepat.

Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat
mencakup :

 Unsure-unsur laporan keuangan (Contohnya asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban)


 Unsure-unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan keuangan suatu
entitas tertentu (Contohnya untuk tujuan pengevaluasian kinerja keuangan, pengguna
laporan keuangan cenderung akan fikus pada laba, pendapatan maupun asset bersih)
 Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industry serta lingkungan ekonomi
yang didalamnya entitas tersebut beroperasi
 Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (Contohnya jika pendanaan sebuah entitas
hanya dari hutang dan bukan ekuitas, maka pengguna laporan keuangan akan lebih
menekankan pada asset dan klaim atas asset tersebut daripada pendapatan entitas).

Materialitas pada tahap pelaksanaan audit

Pada tahap pelaksanaan audit penentuan materialitas dilaksanakan pada tingkat saldo
akun, jenis transaksi, dan pengungkapan “specific materiality” yang tingkat materialitasnya
akan lebih rendah dari “overall materiality”.

Materialitas bukanlah ukuran kuantitatif semata, tetapi juga secaa kulitatif.


Materialitas dalam makna kuantitatif berhubungan dengan sifat/kondisi/penyebab salah saji.

Pertimbangan materialitas dari aspek kualitatif meliputi

1) Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum


2) Kemungkinan terjadinya kecurangan
3) Syarat perjanjian kredit dari bank
4) Adanya gangguan trend laba
5) Integritas manajemn dalam laporan keuangan

Revisi materialitas

Auditor wajin merevisi overall materiality dan atau specific materiality jika selama
pelaksanaan auditnya ditemukan angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkan
semula, dan apakah sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya masih tepat.

Materialitas pada tahap penyusunan laporan

Dalam melakukan audit laporan keuangan, tujuan auditor adalah untuk mendapatkan
“reasonable assurance” bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, sehingga memungkinkan
auditor memberikan pendapat :opini” apakah laporan keuangan dalam semua hal yang
material telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku, dan
mengkomunikasikan temuantemuan audit sebagaimana disyaratkan dalam Standar Audit.

Penerapan professional judgement

Kearifan professional mempertimbangkan beberapa, yaitu :

1. Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinya


2. Hasil pelaksanaan prosedur risky assessment
3. Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap
4. Ekspektasi salah saji tahun berjalan

Salah saji yang umum ditemukan, yaitu :

1. Kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud) manipuasi dalam Laporan Keuangan


2. Penyimpangan terhadap kerangka pelaporan
3. Kecurangan yang dilakukan karyawan atau manajemen
4. Kesalahan manajemen
5. Estimasi yang tidak akurat
6. Penjelasa yang keliru, tidak tepat, atau tidak lengkap mengenai Kebijakan akuntansi, atau
hal lain dalam catatan atas Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai