B. KLASIFIKASI BELANJA
PSAP No. 2 Paragraf 34 menyatakan bahwa belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi. Klasifikasi
ekonomi sendiri menurut paragraf selanjutnya merupakan pengelompokan belanja
yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang. Belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak
terduga.
Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP No. 2
Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi.
Hibah, dan bantuan sosial.
2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan, serta aset tak berwujud.
3. Belanja Lain-Lain/Belanja Tak Terduga
Belanja lain-lain/belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
4. Transfer Keluar
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat
dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
Namun, berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011,
belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dikelompokkan menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD
serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta
penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja Pegawai.
b. Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang
yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding)
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.
c. Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/ lembaga
tertentu yang dimaksud adalah perusahaan/lembaga yang menghasilkan
produk atau jasa pelayanan umum masyarakat.
d. Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah
daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna
memenuhi standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan
perundangan-undangan. Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat
dilakukan apabila barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi
pemerintah daerah yang bersangkutan tetapi bermanfaat bagi pemerintah
atau pemerintah daerah lainnya dan/ atau kelompok
masyarakat/perorangan. Sementara pemberian hibah dalam bentuk jasa
dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seluruh
kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada perusahaan
daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk
menunjang peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
layanan dasar umum. Terakhir, hibah kepada badan/lembaga/ organisasi
swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.
Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus
menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam naskah perjanjian hibah daerah. Sementara, belanja hibah kepada
pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN. Serta hibah kepada
pemerintah daerah lainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan dikelola dengan mekanisme APBD sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
e. Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak
secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan
memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.
f. Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah
lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan.
Bantuan keuangan yang bersifat umum, peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa
penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus, peruntukan
dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi
bantuan. Pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan
dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan dan belanja
desa penerima bbantuan.
h. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam atau bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup, yang mana harus didukung dengan bukti-
bukti yang sah. Kegiatan yang sifatnya tidak biasa yaitu untuk tanggap
darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman,
dan ketertiban masyarakat di daerah.
2. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu
kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
b. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/ atau pemakaian
jasa mencakup belanja barang habis pakai, bahan/ material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas
dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.
c. Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun
aset.
Adanya perbedaan klasifikasi belanja di antara kedua dasar peraturan tersebut
membuat entitas pelaporan harus melakukan konversi untuk klasifikasi belanja
yang akan dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran (LRA). Hal ini sejalan
dengan PSAP No. 2 Paragraf 44-45 bahwa realisasi anggaran belanja dilaporkan
sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Berikut
klasifikasi belanja menurut PP No. 71 Tahun 2010 tersebut.
a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-Lain
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Transfer
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada)
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota Bagi
Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer/Bagi Hasil ke Desa
Bagi Hasıl Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
C. KLASIFIKASI BEBAN
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban diklasifikasikan menurut
klasifi ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu:
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga
d. Beban Subsidi
e. Beban Hibah
f. Beban Bantuan Sosial
g. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
h. Beban Transfer
i. Beban Lain-Lain
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari:
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga
d. Beban Subsidi
e. Beban Hibah
f. Beban Bantuan Sosial
g. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
h. Beban Transfer
i. Beban Tak Terduga
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bunga xxx
Utang Bunga xxx
e. Beban Transfer
Pengakuan beban transfer bersamaan dengan penyaluran dana transfer dari
RKUD berdasarkan peraturan kepala daerah tentang penetapan belanja
transfer yang terkait. Fungsi akuntansi PPKD membuat pengakuan beban
transfer berdasarkan bukti penyaluran memorial tersebut. Fungsi akuntansi
PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Transfer xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Contoh 2:
Pada tanggal 13 Februari 2013, berdasarkan Surat Penyediaan Dana Belanja
Daerah No. 25 Tahun 2013, dinas pendidikan sebagai kuasa BUD menerbitkan
SP2D No. 0024 atas SPM Tambahan UP No. 0101 beserta lampirannya senilai
Rp15.000.000 yang diajukan oleh bendahara pengeluaran dinas pendidikan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan Jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
13 Februari R/K SKPD 15.000.000
2013 Kas di Kas Daerah 15.000.000
Contoh 3:
Tanggal 10 Maret 2013, kuasa BUD menerima nota kredit sebesar Rp2.500.000
dari Bank Daerah atas setoran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran atas
sisa kas tambahan UP bulan Februari yang tidak habis digunakan dalam satu
bulan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan Jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Maret Kas di Kas Daerah 2.500.000
2013 R/K SKPD 2.500.000
Khusus untuk pengadaan barang dan jasa berupa belanja habis pakai,
belanja bahan/material, fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran
Penerimaan SP2D GU
Pengajuan ganti uang persedian dilakukan berdasarkan SP2D-GU. Fungsi
akuntansi PPKD mencatat jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Khusus untuk beban persediaan, pada akhir tahun perlu dilakukan penyesuain
untuk melihat berapa sesungguhnya beban persediaan untuk tahun berjalan.
Misalkan, pada akhir tahun 2013, nilai persediaan ATK yang tersisa adalah Rp
400.000, maka jurnal penyesuaian atas nilaai persediaan tersebut untuk keperluan
LO adalah:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Persediaan ATK 400.000
2013 Persediaan ATK 400.000
Belanja Langsung
Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
pembayaran langsung kepada pihak ketiga.
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.
Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi belanja langsung.
1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD sebagai
media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap
2. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) merupakan dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja sama atau surat
perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh
pejabat pelaksana teknis kegiatan.
3. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas beban pengeluaran DPA
SKPD.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan
oleh BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk
berdasarkan SPM-LS.
5. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
6. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
7. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas
8. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban,
ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
9. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar. Jurnal atas transaksi pembayaran langsung kepada pihak
ketiga dicatat berdasarkan kontrak atau surat perintah kerja setelah
memperhitungkan dengan kewajiban pihak ketiga atau pembayaran lain yang
bukan penyediaan UP Pengeluaran kas yang dilakukan dengan pembayaran
langsung meliputi belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Belanja daerah yang dapat dibiayai dengan pembayaran langsung dapat berupa
belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang. Namun, berdasarkan
kebijakan dari sejumlah pemerintah daerah, ketiga jenis belanja tersebut dapat
menggunakan UP/GU/TU, jika nilai pembayarannya di bawah batas nilai
tertentu yang telah dituangkan dalam kebijakan akuntansi pemerintah daerah
yang bersangkutan.
a. Belanja dan Beban Pegawai
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban pegawai yang
menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan SP2D-LS. SP2D-LS ini
menjadi dasar bagi SKPD untuk mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO xxx
R/K PPKD xxx
Belanja pegawai tersebut dicatat jumlah brutonya, yaitu nilai sebelum potongan-
potongan. Berbagai potongan atas belanja pegawai tidak dicatat oleh PPK-SKPD,
karena akan dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD.
Contoh 5:
Pada tanggal 30 Mei 2012, bendahara SKPD menerima SP2D-LS gaji (lihat
SP2D-LS gaji pada halaman berikutnya) atas pengajuan SPM-LS gaji sebesar
Rp143.570.000, dan langsung mencairkannya di BPD. Selanjutnya, uang yang
telah diterimanya, dibayarkan langsung kepada pegawai.
Berikut ilustrasi SP2D-nya.
Berikut jurnal pada saat transaksi penerbitan SP2D di PPKD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 R/K SKPD 143.570.000
Kas di Kas Daerah 143.570.000
Contoh 8:
Pengambilan belanja/beban UP/GU/TU pada periode yang sama di SKPD.
Pada tanggal 11 April 2012 diterima kembali beban perjalanan dianas ke luar
daerah selama buakn maret 2012 senilai Rp 5.000.000. Berikut jurnal pada saat
penerimaan belanja/beban UP/GU/TU perjalanan dinas periode yang sama.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
11 April Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Beban Perjalanan Dinas 5.000.000
Contoh 10:
Pengembalian belanja LS pada periode yang sama di SKPD dan di PPKD.
Kelebihan tunjanagn gaji pegawai yang terjadi pada bulan Mei 2012 diketahui dan
diakui pada tanggal 10 Juni tahun yang sama sebesar Rp 5.000.000. Berikut jurnal
pada saat penerimaan pengembalian belanja/beban LS di SKPD pada periode
yang sama.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Beban Tunjangan Gaji 5.000.000
(saat diterima di SKPD)
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Tidak ada jurnal saat disetor di
2012 PPKD
Jurnal untuk mengakui adanya beban akibat penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dibuat dengan mencatat beban depresiasi di sisi debit dan mencatat
akumulasi depresiasi di sisi kredit dengan nilai nominal manfaat ekonomi atau
potensi jasa yang sudah didapatkan/dipergunakan.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Depresiasi xxx
Akumulasi Depresiasi xxx
Jurnal atas beban yang terutang dan beban dibayar di muka untuk penyusunan
LO.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban xxx
Beban Dibayar di Muka xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran
Contoh 13:
Gaji pegawai yang masih harus dibayar sampai tanggal 31 Desember 2012 adalah
sebesar Rp 10.000.000. Berikut jurnalnya.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Gaji 10.000.000
2012 Utang Gaji 10.000.000
Contoh 14:
Suatu pemerintah daerah membeli mobil untuk perpustakaan keliling seharga
Rp200.000.000 pada tanggal 15 Januari 2012 yang mana mobil tersebut
diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun. Apabila diasumsikan mobil
tersebut didepresiasi menggunakan metode garis lurus dengan perkiran nilai
residu pada akhir tahun ke sepuluh sebesar Rp25.000.000.
( Rp 200.000 .000−Rp 25.000 .000)
Depresiassi mobil per tahun=
10 tahun
¿ Rp 17.500.000
Berikut Jurnalnya.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Depresiasi Mobil 17.500.000
2012 Akumulasi Depresiasi Mobil 17.500.000
Contoh 15:
Pembayaran belanja pegawai sebesar Rp24.600.000. Dari jumlah tersebut terdapat
belanja pegawai yang telah dibayar di muka sebesar Rp-4.600.000. Pada tanggal
31 Desember 2012, belanja pegawai yang masih harus dibayar adalah sebesar
Rp3.000.000.
Jurnal atas beban yang terutang dan beban dibayar di muka untuk penyusunan LO.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Pegawai 20.000.000
2012 Beban Pegawai Dibayar di 4.600.000
Muka 3.000.000
Utang Belanja Pegawai 21.600.000
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Belanja 24.600.000
2012 Estimasi Perubahn SAL 24.600.000