Anda di halaman 1dari 51

A.

DEFINISI BELANJA DAN BEBAN


Istilah belanja dalam akuntansi sektor publik hampir serupa dengan istilah
beban Jalam akuntansi sektor komersial. Menurut Deddi Nordiawan (2007),
beban di lingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus keluar
dari aset atau segala bentuk penggunaan aset yang terjadi selama periode tertentu
yang berasal dari produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi
dalam kegiatan operasional entitas.
Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4, belanja
didefinisikan sebagai jumlah yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluarkan
atau properti lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang
diberikan, atau kewajiban yang terjadi dalam hubungannya dengan barang atau
jasa yang telah atau akan diterima.
Lebih lanjut menurut Deddi Nordiawan (2007), dari definisi tersebut,
terlihat bahwa belanja terjadi dikarenakan penggunaan aset (dalam segala bentuk)
untuk kegiatan operasional entitas, sehingga belanja dapat diakui walaupun tidak
terjadi arus keluar kas.
Definisi tersebut diterapkan untuk lingkungan akuntansi di sektor swasta
yang menggunakan basis akrual dalam pelaporannya. Untuk akuntansi sektor
publik, perlu adanya definisi yang disesuaikan dengan lingkungan pemerintahan
yang menggunakan basis kas untuk laporan realisasi anggaran dan basis akrual
untuk laporan operasional.
1. Definisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
(PSAP No. 2, Paragraf 7) Sementara menurut Permendagri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bagaimana
telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21
Tahun 2011, belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Istilah belanja terdapat dalam laporan
realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih
menggunakan basis kas.
2. Definisi Beban
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (revisi
2015), beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibstkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian
kepada penanam modal. Sementara PSAP No. 1 Paragraf 8 menyatakan bahwa
beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Berdasarkan pengertian ini, maka beban dapat diakui walaupun tidak terjadi arus
kas keluar. Beban dapat terjadi karena penggunaan aset untuk kegiatan
operasional entitas, misalnya beban penyusutan atas aset tetap. Dalam laporan
realisasi anggaran, tidak dikenal istilah beban penyusutan atas aset tetap, karena
laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas.

B. KLASIFIKASI BELANJA
PSAP No. 2 Paragraf 34 menyatakan bahwa belanja diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi. Klasifikasi
ekonomi sendiri menurut paragraf selanjutnya merupakan pengelompokan belanja
yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang. Belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak
terduga.
Klasifikasi belanja untuk tujuan pelaporan keuangan menurut PSAP No. 2
Paragraf 36-40 dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi.
Hibah, dan bantuan sosial.
2. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan, serta aset tak berwujud.
3. Belanja Lain-Lain/Belanja Tak Terduga
Belanja lain-lain/belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah.
4. Transfer Keluar
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat
dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
Namun, berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007 dan Permendagri No. 21 Tahun 2011,
belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dikelompokkan menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD
serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta
penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja Pegawai.
b. Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang
yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding)
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.
c. Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/ lembaga
tertentu yang dimaksud adalah perusahaan/lembaga yang menghasilkan
produk atau jasa pelayanan umum masyarakat.
d. Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah
daerah telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna
memenuhi standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan
perundangan-undangan. Pemberian hibah dalam bentuk barang dapat
dilakukan apabila barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi
pemerintah daerah yang bersangkutan tetapi bermanfaat bagi pemerintah
atau pemerintah daerah lainnya dan/ atau kelompok
masyarakat/perorangan. Sementara pemberian hibah dalam bentuk jasa
dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi seluruh
kebutuhan belanja urusan wajib guna memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah. Hibah kepada perusahaan
daerah bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan kepada
masyarakat. Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk
menunjang peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
layanan dasar umum. Terakhir, hibah kepada badan/lembaga/ organisasi
swasta dan/atau kelompok masyarakat/perorangan bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan daerah.
Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus
menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam naskah perjanjian hibah daerah. Sementara, belanja hibah kepada
pemerintah dikelola sesuai dengan mekanisme APBN. Serta hibah kepada
pemerintah daerah lainnya dan kepada perusahaan daerah,
badan/lembaga/organisasi swasta dan/atau kelompok
masyarakat/perorangan dikelola dengan mekanisme APBD sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
e. Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak
secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan
memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.
f. Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah
lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan.
Bantuan keuangan yang bersifat umum, peruntukan dan penggunaannya
diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa
penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus, peruntukan
dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi
bantuan. Pemberi bantuan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan
dana pendamping dalam APBD atau anggaran pendapatan dan belanja
desa penerima bbantuan.
h. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam atau bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup, yang mana harus didukung dengan bukti-
bukti yang sah. Kegiatan yang sifatnya tidak biasa yaitu untuk tanggap
darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan, ketentraman,
dan ketertiban masyarakat di daerah.
2. Belanja Langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung dari suatu
kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
b. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/
pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/ atau pemakaian
jasa mencakup belanja barang habis pakai, bahan/ material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas
dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.
c. Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun
aset.
Adanya perbedaan klasifikasi belanja di antara kedua dasar peraturan tersebut
membuat entitas pelaporan harus melakukan konversi untuk klasifikasi belanja
yang akan dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran (LRA). Hal ini sejalan
dengan PSAP No. 2 Paragraf 44-45 bahwa realisasi anggaran belanja dilaporkan
sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Berikut
klasifikasi belanja menurut PP No. 71 Tahun 2010 tersebut.
a. Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-Lain
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Transfer
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Transfer Lainnya (disesuaikan dengan program yang ada)
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
b. Klasifikasi Belanja Pemerintah Provinsi
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota Bagi
Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota
c. Klasifikasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer/Bagi Hasil ke Desa
Bagi Hasıl Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
C. KLASIFIKASI BEBAN
Berdasarkan PSAP No. 12 Paragraf 37-38, beban diklasifikasikan menurut
klasifi ekonomi yang mana pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis
beban Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu:
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga
d. Beban Subsidi
e. Beban Hibah
f. Beban Bantuan Sosial
g. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
h. Beban Transfer
i. Beban Lain-Lain
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari:
a. Beban Pegawai
b. Beban Barang
c. Beban Bunga
d. Beban Subsidi
e. Beban Hibah
f. Beban Bantuan Sosial
g. Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
h. Beban Transfer
i. Beban Tak Terduga

D. PENGAKUAN BELANJA DAN BEBAN


Deddi Noordiawan dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan (2007)
mengungkapkan bahwa dalam terminologi akuntansi komersial, belanja atau bisa
disebut juga sebagai beban (expense) atau belanja memiliki pengertian yang
berbeda dengan biaya (cost). Biaya adalah sejumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan untuk memperoleh suatu aset, sedangkan beban (expense) adalah
biaya yang sudah terjadi (expired cost). Tidak semua biaya dapat langsung
dibebankan apabila biaya tersebut memiliki periode lebih dari satu tahun.
Sebagai contoh, jika pemerintah daerah membeli mobil untuk perpustakaan
keliling. Pembelian itu dapat diartikan sebagai biaya karena mobil ini memiliki
masa manfaat selama 10 tahun. Tetapi dalam akuntansi sektor publik yang diatur
oleh PP No. 71 Tahun 2010, pengeluaran tersebut dianggap sebagai belanja modal
untuk laporan realisasi anggaran, sementara untuk laporan operasional, biaya yang
cxpired per tahun selama 10 tahun tersebut menjadi beban yang biasa disebut
sebagai beban penyusutan aset tetap.
1. Pengakuan Belanja untuk Laporan Realisasi Anggaran
PSAP No. 2 Paragraf 31-33 dijelaskan bahwa belanja diakui pada saat terjadinya
pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah. Khusus pengeluaran melalui
bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Lebih lanjut Deddi Noordiawan (2007) menegaskan baliwa pengakuan belanja
dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber dana asal yang
digunakan untuk pelaksanaan belanja tersebut. Kedua hal tersebut adalah
a. Pengeluaran belanja melalui rekening kas umum negara/daerah (belanja LS)
diakui ketika terjadi arus kas keluar dari rekening tersebut.
b. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran (belanja
UP/GU/TU) diakui pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan, atau dengan kata
lain ketika SPJ Pengeluaran dinyatakan definitif
Pengeluaran dari rekening kas umum daerah ditandai dengan terbitnya
5P2D-LS sebagai bukti kejadian yang paling penting (critical event) dari proses
pengakuan belanja telah terjadi.
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pagar Alam No. 7 tentang
Akuntansi Belanja menyatakan bahwa suatu pengeluaran belanja akan
diperlakukan sebagai belanja modal (untuk laporan realisasi anggaran) dan
nantinya akan sebagai aset tetap (untuk laporan operasional) jika memenuhi
seluruh kriteria sebagai berikut:
a. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 (dua belas) bulan.
b. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan, serta tidak untuk
dijual
c. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian
barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah
ditetapkan.
d. Barang yang dibeli merupakan objek pemeliharaan.
e. Perolehan barang tersebut untuk digunakan dan tidak untuk dijual/
dihibahkan/disumbangkan/diserahkan kepada pihak ketiga.

Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai


belanja modal (untuk laporan realisasi anggaran) dan dikapitalisasi menjadi aset
tetap (untuk laporan operasional) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut.
a. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara:
1. Bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
2. Bertambah umur ekonomis, dan/atau
3. Bertambah volume, dan/atau
4. Bertambah kapasitas produksi, dan/atau
5. Bertambah estetika/keindahan/kenyamanan.
b. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut
material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah
ditetapkan.
Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap tersebut melebihi jangka waktu 1
tahun (berorientasi jangka panjang). Sementara itu, apabila ada pengeluaran yang
bersifat rutin untuk memperbaiki dan atau memelihara aset tetap meskipun
jumlahnya cukup material, tetap digolongkan sebagai revenue expenditure, karena
pengeluaran jenis ini memiliki makna pengeluaran untuk mempertahankan
kapasitas yang ada saat ini (current year).
2. Pengakuan Beban untuk Laporan Operasional
Kerangka Konseptual PP No. 71 Tahun 2010 Paragraf 96 menyatakan
kalau beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset,
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Dari definisi tersebut,
dapat diartikan bahwa
a. Beban harus sudah diakui apabila suatu entitas sudah memperoleh manfaat
ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan pembayaran, tetapi
telah timbul kewajiban untuk membayar. Contoh dari pengakuan ini adalah
pembayaran air, listrik, dan telepon. Pada akhir bulan, entitas harus
mengakui adanya belanja air, listrik, dan telepon selama bulan yang
bersangkutan, walaupun pembayaran atas penggunaan air, listrik, dan
telepon akan dilakukan pada bulan berikutnya.
b. Beban harus diakui apabila terjadi konsumsi penggunaan aset. Contoh dari
pengakuan ini adalah pemakaian persediaan. Misalkan pemakaian alat tulis
kantor. Beban atas alat tulis kantor adalah sebesar berapa yang digunakan
untuk periode yang bersangkutan. Hal ini berbeda untuk pengakuan belanja
untuk keperluan penyusunan laporan realisasi anggaran. Belanja diakui saat
terjadi pembayaran atas pembelian ATK, jadi jumlah yang diakui sebagai
belanja adalah sebesar nilai pembelian ATK tersebut. Jika ada sisa di akhir
tahun hanya memengaruhi neraca,Tidak mengurangi perkiraan belanja.
c. Beban diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Contoh dari pengakuan ini adalah beban penyusutan aktiva tetap. Dari
contoh sebelumnya, suatu pemerintah daerah membeli mobil untuk
perpustakaan keliling seharga Rp350.000.000 pada tanggal 15 Januari 2012,
yang mana mobil tersebut diperkirakan mempunyai masa manfaat 10 tahun,
dengan metode garis lurus dan nilai sisa mobil pada akhir tahun ke-10
diperkirakan sebesar Rp50.000.000. Untuk keperluan penyusunan laporan
realisasi anggaran menambah belanja modal aset yang bersangkutan.
Sedangkan untuk keperluan penyusunan laporan operasional, pembelian
tersebut akan menambah perkiraan aset tetap yaitu mobil perpustakaan
keliling senilal Rp.350.000.000 yang akan memengaruhi neraca. Sedangkan,
beban yang harus dilaporkan untuk tahun 2012 adalah sebesar
Rp30.000.000,
3. Pengakuan Beban pada PPKD
a. Beban Bunga. Beban bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah
daerah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang (principal outstanding) termasuk beban
pembayaran biaya-biaya yang terkait dengan pinjaman bah yang diterima
pemerintah daerah seperti biaya commitment fee dan biaya denda Beban
bunga meliputi beban bunga pinjaman dan beban bunga obligast Beban
bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk
keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan
tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.
b. Beban Subsidi. Beban subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran
yang diberikan pemerintah daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar
harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat.
Beban subsidi diakui pada saat kewajiban pemerintah daerah untuk
memberikan subsidi telah timbul.
c. Beban Hibah. Beban hibah merupakan beban pemerintah dalam bentuk
uang, barang, atau jasa kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya.
Perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat. Pengakuan beban hibah sesuai
Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dilakukan bersamaan dengan
penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut belum dapat
ditentukan berdasarkan NPHD karena harus dilakukan verifikasi atas
persyaratan penyaluran hibah
d. Beban Bantuan Sosial. Beban bantuan sosial merupakan beban pemerintah
daerah dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial. Pengakuan beban bantuan sosial dilakukan
bersamaan dengan penyaluran belanja bantuan sosial, mengingat kepastian
beban tersebut belum dapat ditentukan sebelum dilakukan verifikasi atas
persyaratan penyaluran bantuan sosial
e. Beban Penyisihan Piutang.
Beban penyisihan piutang merupakan cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban
penyisihan piutang diakui pada saat akhir tahun.
f. Beban Transfer. Beban transfer merupakan beban berupa pengeluaran uang
atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada
entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Beban transfer diakui saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya
kewajiban pemerintah daerah (jika terdapat dokumen yang memadai).
Dalam hal pada akhir Tahun Anggaran terdapat pendapatan yang harus
dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui daerah yang
berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban.
4. Pengakuan Beban pada SKPD
a. Beban Pegawai. Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai
baik dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pejabat
negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah daerah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal. Pembayaran atas beban pegawai dapat dilakukan
melalui mekanisme UP/GU/TU seperti honorarium non PNS, atau melalui
mekanisme LS seperti beban gaji dan tunjangan. Beban pegawai yang
pembayarannya melalui mekanisme LS. beban pegawai diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah
(jika terdapat dokumen yang memadai). Beban pegawai yang
pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU, beban pegawai diakui
ketika bukti pembayaran beban (misalnya, bukti
b. pembayaran honor) telah disahkan pengguna anggaran. Beban Barang.
Beban barang merupakan penurunan manfaat ekonomidalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan barang
dan jasa yang habis pakai, perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk
pembayaran honorarium kegiatan kepada nonpegawai dan pemberian hadiah
atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu prestasi. Beban barang diakui
ketika bukti penerimaan barang atau berita acara serah terima
ditandatangani. Dalam hal pada akhir tahun masih terdapat barang
persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

E. PENGUKURAN BELANJA DAN BEBAN


Menurut Deddi Nordiawan dkk (2007), pengukuran belanja/beban yang
menggunakan basis kas maupun akrual diakui dalam laporan keuangan
sebesar nilai wajar yang akan dibayarkan atau yang akan dibayarkan. Nilai
wajar yang dimaksud adalah nilai yang seharusnya dibayar atau yang akan
dibayarkan Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 71 Tahun 2010
bahwa belanja diakui sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dari rekening kas
umum negaral daerah. Nilai yang diakui meliputi nilai yang dibayarkan olelı
pemerintah, bukan nilai yang seharusnya dibayarkan.
Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan diukur
berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen
pengeluaran yang sah. Sedangkan, beban menurut PSAP No. 12 Paragraf 32
diakui pada saat: (a) timbulnya kewajiban, (b) terjadinya konsumsi aset, dan
(c) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Pengukuran beban dari transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang
digunakan atau dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur
dengan nilai wajar. Sedangkan, pengukuran beban dari transaksi pertukaran
diukur dengan menggunakan harga sebenarnya (actual price) yang
dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang
telah membentuk harga.

F. PENGUNGKAPAN BELANJA DAN BEBAN


1. Pengungkapan Belanja
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan belanja, antara lain:
a. Pengeluaran belanja tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun
anggaran.
b. Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah.
c. Konversı yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi belanja yang
didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dengan yang didasarkan pada PP No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
d. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
Belanja disajikan berdasarkan jenis belanja dalam laporan realisasi
anggaran dan laporan dan rincian lebih lanjut jenis belanja akan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan. Belanja disajikan dalam laporan realisasi anggaran
sesuai dengan klasifikasi dalam anggaran. Penjelasan sebab-sebab terjadinya
perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Berikut ilustrasi pengungkapan belanja dalam
catatan atas laporan keuangan:
Cuplikan Laporan Realisasi Anggaran untuk Belanja
Anggaran Tahun Realisasi Tahun
BELANJA Selisih (Rp)
2011 (Rp) 2011 (Rp)
Belanja pegawai …………….. …………….. ……………..
Belanja barang ……………. …………….. ……………..
Belanja modal 30.000.000 250.000.000 100.000.000
Catatan atas Laporan Keuangan
1) Terdapat selisih lebih sebesar Rp100.000.000 untuk realisasi belanja
modal dibandingkan anggarannya. Selisih lebih ini disebabkan terjadi
efisiensi dalam pengadaan barang, khususnya dalam harga barang.
Realisasi harga barang lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi pada
saat penyusunan anggaran, yaitu sebesar Rp100.000.000. Hal ini
disebabkan adanya negosiasi/kesepakatan dengan pihak ketiga melalui
proses lelang
2. Pengungkapan Beban
Beban disajikan berdasarkan jenis beban dalam laporan operasional dan rincian
lebih lanjut jenis belanja disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Berikut
ilustrasi pengungkapan beban dalam catatan atas laporan keuangan:
Cuplikan Laporan Operasional untuk Beban
Jumlah Tahun 2011 Jumlah Tahun 2010
BEBAN
(Rp) (Rp)
Beban Pegawai 500..000.0001) 450.000.000
Beban Persediaan 40.000.0002) 30.000.000
Beban Pmeliharaan 300.000.0003) 300.000.000
dst

Catatan atas Laporan Keuangan


1) Terjadi kenaikan beban pegawai.
2) Beban persediaan merupakan beban persediaan ATK yang terjadi di tahun 2011.
3) Beban pemeliharaan sebesar Rp300.000.000 sesuai dengan tahun sebelumnya,
merupakan beban pemeliharaan jalan.

G. PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN PPKD


Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan beban
PPKD menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013.
a. Fungsi Akuntansi PPKD.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.t
c. BUD.
Berikut pencatatan transaksi belanja dan beban PPKD berdasarkan
Armendagi No. 64 Tahun 2013.
a. Beban Bunga
Berdasarkan dokumen perjanjian utang, fungsi akuntansi PPKD membuat
bukti memorial terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh
PPKD. Berdasarkan bukti memorial untuk pengakuan beban tersebut,
fungi akuntansi PPKD melakukan pencatatan atas transaksi tersebut
dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bunga xxx
Utang Bunga xxx

Selanjutnya, dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga


tersebut. Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang bunga
tersebut, fungs akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Bunga xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bunga xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
b. Beban Subsidi
Berdasarkan tagihan dari penerima subsidi yang telah melaksanakan
prestasi sesuai persyaratan pemberian subsidi, fungsi akuntansi PPKD
menyiapkan bukti memorial terkait pengakuan beban subsidi. Setelah
diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi dasar bagi fungsi
akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Subsisdi xxx
Utang Belanja Subsidi xxx

Selanjutrnya dilakukan proses penatausahaan untuk pembayaran beban subsidi


tersebut mulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D.
Berdasarkan SP2D pengeluaran kas untuk pelunasan utang subsidi tersebut, fungsi
akuntansi PPKD mencatat denagn jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Subsidi xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Subsidi xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
c. Beban Hibah
PPKD dan Pemerintah/Pemerintah Daerah Lain/Perusahaan Daerah/
Masyarakat/Ormas bersama-sama melakukan penandatanganan Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD). Pengakuan beban hibah sesuai NPHD
dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat
kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan berdasarkan NPHD
karena mengingat masih perlu ditindaklanjuti dengan penerbitan dokumen
pencairan. Untuk itu atas pengakuan beban hibah, fungsi akuntansi PPKD
mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Hibah xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

d. Beban Bantuan Sosial


Realisasi beban bantuan sosial dilakukan melalui proses penatausahaan
yang dimulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan
SP2D. Berdasarkan SP2D pembayaran beban bantuan sosial tersebut,
fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bantuan Sosial xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bantuan Sosial xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

e. Beban Transfer
Pengakuan beban transfer bersamaan dengan penyaluran dana transfer dari
RKUD berdasarkan peraturan kepala daerah tentang penetapan belanja
transfer yang terkait. Fungsi akuntansi PPKD membuat pengakuan beban
transfer berdasarkan bukti penyaluran memorial tersebut. Fungsi akuntansi
PPKD mencatat dengan jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Transfer xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Transfer xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Berikut ilustrasi transasksi belanja dan beban di PPKD.
Misalnya, pada tanggal 28 Mei 2013 diterbitkan SP2D untuk bantuan social
kepada masyarakat setempet sebesar Rp 100.000.000. Berikut jurnal atas transaksi
berikut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Bantuan Sosial 100.000.000
Kas di Kas Daerah 100.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Bantuan Sosial 100.000.000
Estimasi Perubahan SAL 100.000.000

H. PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN SKPD


Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi belanja dan
beban SKPD menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013.
a. Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD).
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD).
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
Dalam prosedur pembayaran, belanja dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantian Uang (GU)/Tambahan Uang (TU).
b. Belanja Langsung (belanja LS). Belanja langsung dikelompokkan menjadi
belanja langsung gaji dan belanja langsung nongaji.
Belanja Uang Persediaan (UP)/Pergantian Uang (GU)/ Tambahan Uang
(TU)
Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
penyediaan Uang Persediaan (UP).
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.
Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas
untuk penyediaan Uang Persediaan (UP).
1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD
sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap
2. Surat Permintan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) merupaka dokumen
yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk perminta dang muka kerja
yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang thá dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung
3. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU)
merupakan dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran unt
permintaan tambahan UP guna melaksanakan kegiatan yang beriliz mendesak
dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan sang persediaan.
4. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) merupakan dokumen
yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan diterbitkan oleh
BUD/kuasa BUD atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan
sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.
5. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU) merupakan
dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan
diterbitkan oleh BUD/kuasa BUD atas beban pengeluaran DPA-SKPD,
karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah pagu uang persediaan yang
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
6. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan
oleh BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk
berdasarkan SPM-UP dan SPM-TU.
7. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
8. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang
menunjukkan adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
9. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas.
10. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) atas semua transaksi atau kejadian
selain kas dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset,
kewajiban, ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
11. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
Baik basis kas maupun basis akrual, saldo normal rekening buku besar
belanja dan beban adalah saldo debit. Hal ini berarti rekening ini akan
bertambahdengan adanya transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan berkurang
dengan adanya transaksi yang mengkreditnya. Berikut transaksi di SKPD yang
terkait dengan belanja dan beban yang pembayarannya melalui mekanisme
UP/GU/ TU, yang mana jurnal atas transaksi penyediaan uang persediaan (UP)
dan tambahan uang persediaan (TU) dicatat baik oleh sistem akuntansi PPKD
maupun sistem akuntansi SKPD sebagai satuan kerja yang menerima uang
persediaan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dangan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal
Fungsi akuntansi SPKD mencatat dangan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
R/K SKPD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal
Contoh 1
Pada tanggal 26 Januari 2013, berdasarkan Surat Penyediaan Dana Belanja
Daerah No.25 Tahun 2013, dinas pendidikan sebagai kuasa BUD mnerbitkan
SP2D No.0001 atas SPM Uang Persedian No. 0101 beserta lampirannya senilai
Rp 10.000.000 yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran dinas pendidikan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan Jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari R/K SKPD 10.000.000
2013 Kas di Kas Daerah 10.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat dangan jurnal:


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 10.000.000
2013 R/K SKPD 10.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Contoh 2:
Pada tanggal 13 Februari 2013, berdasarkan Surat Penyediaan Dana Belanja
Daerah No. 25 Tahun 2013, dinas pendidikan sebagai kuasa BUD menerbitkan
SP2D No. 0024 atas SPM Tambahan UP No. 0101 beserta lampirannya senilai
Rp15.000.000 yang diajukan oleh bendahara pengeluaran dinas pendidikan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan Jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
13 Februari R/K SKPD 15.000.000
2013 Kas di Kas Daerah 15.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Fungsi akutansi SKPD mencatat dangan jurnal:


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 15.000.000
2013 R/K SKPD 15.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Dalam penatausahan uang tambahan persediaan, jika seluruh dana yang


diterima tidak habis terpakai mka sisa uang harus segera di transfer ku BUD.

Contoh 3:
Tanggal 10 Maret 2013, kuasa BUD menerima nota kredit sebesar Rp2.500.000
dari Bank Daerah atas setoran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran atas
sisa kas tambahan UP bulan Februari yang tidak habis digunakan dalam satu
bulan.
Fungsi akuntansi PPKD mencatat dengan Jurnal:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Maret Kas di Kas Daerah 2.500.000
2013 R/K SKPD 2.500.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Maret R/K PPKD 2.500.000
2013 Kas di Bendahara 2.500.000
Pengeluaran

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas


untuk Penggantian UP sedikit berbeda dengan dokumen untuk prosedur akuntansi
pengeluaran kas untuk UP dan TU. Berikut merupakan dokumen pergantian UP.
1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD
sebagai media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap.
2. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU) merupakan
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
penggantian uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung.
3. Surat Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SP) Belanja)
merupakan dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran kuasa
pengguna anggaran sebagai pengesahan atas pertanggungjawaban
penggunaan dana oleh bendahara pengeluaran.
4. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan (SPM-GU) merupakan
dokumen yang dibuat oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang akan
diterbitkan oleh BUD/kuasa BUD atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.
5. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan
oleh BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk
berdasarkan SPM-GU.
6. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran
daerah.
7. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
8. Buku jurnal merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
9. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain
kas dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset,
kewajiban, ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan Pembiayaan.
10. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
Atas dasar pengesahan penggunaan Uang Persediaan (UP) oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran, BUD/kuasa BUD menerbitkan SP2D atas
SPM-GU yang diajukan oleh bendahara pengeluaran. Berdasarkan transaksi
tersebut, jurnal yang dibuat oleh sistem akuntansi PPKD dan sistem akuntansi
SKPD telah membebani belanja daerah. Berikut jurnal atas transaksi yang
dimaksud berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013.
a. Belanja dan Beban Pegawai
Bendahara pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi beban pegawai
yang menggunakan uang persediaan. Fungsi akuntansi SKPD mencatat
dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai LO xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

b. Belanja dan Beban Barang dan Jasa


Berikut adalah akuntansi belanja barang yang pembayarannya
menggunakan UP/GU/TU. Terdapat dua pencatatan atas belanja dan beban barang
dan jasa, yakni untuk keperluan penyusunan LO dan penyusunan LRA.
Pencatatan dilakukan pada saat bendahara pengeluaran melakukan pembelian (1)
barang dan atau (2) jasa. Pencatatan transaksi pembelian barang untuk
penyusunan LO adalah bertambahnya persediaan yang dicatat di sisi debit serta
berkurangnya kas bendahara pengeluaran yang dicatat di sisi kredit. Jika terdapai
pungutan pajak dan dipungut oleh SKPD, maka dicatat sebagai utang oleh SKPD.
Pada akhir periode akuntansi, nilai persediaan merupakan nilai setelah dikurangi
nilai persediaan yang telah digunakan. Pencatatannya adalah beban persediaan
yang dicatat di sisi debit serta persediaan yang dicatat di sisi kredit. Sementara
pencatatan transaksi pembelian jasa, untuk penyusunan LO adalah bertambahnya
beban jasa yang dicatat di sisi debit serta berkurangnya kas bendahara
pengeluaran yang dicatat di sisi kredit. Jika terdapat pungutan pajak dan dipungut
oleh SKPD, maka dicatat sebagai utang oleh SKPD. Pencatatan transaksi
pembelian jasa untuk penyusunan LRA adalah bertambahnya belanja jasa yang
dicatat di sisi debit, dan estiması perubahan SAL. Yang dicatat di sisi kredit.
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, bendahara pengeluaran
SKPD menyerahkan bukti transaksi beban barang dengan menggunakan uang
persediaan. Pengakuan beban barang yang menggunakan uang persediaan
dilakukan berdasarkan bukti transaksi beban barang. Fungsi akuntansi SKPD
mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Barang dan Jasa xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Khusus untuk pengadaan barang dan jasa berupa belanja habis pakai,
belanja bahan/material, fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Barang dan Jasa xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

c. Belanja Modal dan Pembelian Aset Tetap


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Aset Tetap xxx
Belanja Modal xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Penerimaan SP2D GU
Pengajuan ganti uang persedian dilakukan berdasarkan SP2D-GU. Fungsi
akuntansi PPKD mencatat jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
R/K SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal

Fungsi akuntansi SKPD mencatat denagn jurnal:


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
R/K SKPD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Tidak ada jurnal
Berikut ilustrasi transaksi belanja dan beban melalui mekanisme penggunaan
UP/GU/TU.
Contoh 4:
Pada tanggal 2 Januari 2013, dinas pendidikan menerima SP2D uang persediaan
sebesar Rp15.000.000. Dari SPJ dan lampirannya tersebut dapat diketahui bahwa
dinas pendidikan melakukan transaksı belanja dengan menggunakan uang
persediaan sebagai berikut.
1. Pada tanggal 5 Januari 2013, bendahara pengeluaran membayar bahan habis
pakai berupa alat tulis kantor senilai Rp-4.460.000. Nilai ini termasuk PPN 10%
dan PPh Pasal 22 Bendaharawan sebesar 1,5%.
2. Pada tanggal 10 Januari 2013 bendahara pengeluaran membayar beban telepon
sebesar Rp1.500.000, beban air sebesar Rp250.000, dan beban listrik sebesar
Rp750.000.
3. Pada tanggal 15 Januari 2013, bendahara pengeluaran membayar jasa servis
kendaraan yang menjadi inventaris kantor senilai Rp300.000.
4. Pada tanggal 20 Januari 2013, bendahara pengeluaran membayar beban
perjalanan dinas ke luar daerah sebesar Rp2.000.000.
Berikut jurnal atas transaksi tersebut.
1. Jurnal atas transaksi penerimaan uang persediaan. Fungsi akuntansi PPKD
mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari R/K SKPD 15.000.000
2013 Kas di Kas Daerah 15.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Tidak ada jurnal
2013
Fungsi akuntansi SKPD mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 15.000.000
2013 R/K SKPD 15.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Tidak ada jurnal
2013

2. Jurnal atas transaksi pengeluaran bahan habis pakai.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Beban Bahan Habis Pakai-ATK 4.460.000
2013 Kas di Bendahara Pengeluaran 4.460.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Belanja Bahan Habis Pakai-ATK 4.460.000
2013 Estimasi Perubahan SAL 4.460.000

3. Jurnal atas transaksi pemungutan pajak di SKPD.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 460.000
2013 Utang PPN 400.000
Utang PPh Pasal 22 60.000
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Tidak ada jurnal
2013

4. Jurnal atas transaksi penyetoran pajak di SKPD.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Utang PPN 400.000
2013 Utang PPh Pasal 22 60.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 460.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Tidak ada jurnal
2013
5. Jurnal atas transaksi pengeluaran beban telepon, air, dan listrik.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Januari Beban Telepon 1.500.000
2013 Beban Air 250.000
Beban Listrik 750.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 2.500.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Januari Beban Telepon 1.500.000
2013 Beban Air 250.000
Beban Listrik 750.000
Estimasi Perubahan SAL 2.500.000
6. Jurnal atas transaksi pembayaran jasa perbaikan kendaraan.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
15 Januari Beban Jasa Servis Kendaraan 300.000
2013 Kas di Bendahara Pengeluaran 300.000

Laporan Realisai Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
15 Januari Beban Jasa Servis Kendaraan 300.000
2013 Estimasi Perubahan SAL 300.000

7. Jurnal atas transaksi pembayaran beban perjalan dinas.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
20 Januari Beban Perjalanan Dinas 2.000.000
2013 Kas di Bendahara Pengeluaran 2.000.000

Laporan Realisai Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
20 Januari Beban Perjalanan Dinas 2.000.000
2013 Estimasi Perubahan SAL 2.000.000

Khusus untuk beban persediaan, pada akhir tahun perlu dilakukan penyesuain
untuk melihat berapa sesungguhnya beban persediaan untuk tahun berjalan.
Misalkan, pada akhir tahun 2013, nilai persediaan ATK yang tersisa adalah Rp
400.000, maka jurnal penyesuaian atas nilaai persediaan tersebut untuk keperluan
LO adalah:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Persediaan ATK 400.000
2013 Persediaan ATK 400.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Tidak ada jurnal
2013

Belanja Langsung
Berikut fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi pengeluaran kas untuk
pembayaran langsung kepada pihak ketiga.
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran.
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.
d. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
e. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah.
Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi belanja langsung.
1. Surat Penyediaan Dana (SPD) merupakan dokumen yang dibuat PPKD sebagai
media atau surat yang menunjukkan tersedianya dana untuk diserap
2. Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) merupakan dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung
kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja sama atau surat
perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan jumlah, penerima,
peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang dokumennya disiapkan oleh
pejabat pelaksana teknis kegiatan.
3. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) merupakan dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas beban pengeluaran DPA
SKPD.
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan
oleh BUD/kuasa BUD untuk mencairkan uang pada bank yang ditunjuk
berdasarkan SPM-LS.
5. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
6. Nota debit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang dari rekening kas umum daerah.
7. Buku jurnal pengeluaran kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengeluaran kas
8. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas
dari jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban,
ekuitas dana, belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
9. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian
akun buku besar. Jurnal atas transaksi pembayaran langsung kepada pihak
ketiga dicatat berdasarkan kontrak atau surat perintah kerja setelah
memperhitungkan dengan kewajiban pihak ketiga atau pembayaran lain yang
bukan penyediaan UP Pengeluaran kas yang dilakukan dengan pembayaran
langsung meliputi belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Belanja daerah yang dapat dibiayai dengan pembayaran langsung dapat berupa
belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang. Namun, berdasarkan
kebijakan dari sejumlah pemerintah daerah, ketiga jenis belanja tersebut dapat
menggunakan UP/GU/TU, jika nilai pembayarannya di bawah batas nilai
tertentu yang telah dituangkan dalam kebijakan akuntansi pemerintah daerah
yang bersangkutan.
a. Belanja dan Beban Pegawai
Berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban pegawai yang
menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan SP2D-LS. SP2D-LS ini
menjadi dasar bagi SKPD untuk mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO xxx
R/K PPKD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Belanja pegawai tersebut dicatat jumlah brutonya, yaitu nilai sebelum potongan-
potongan. Berbagai potongan atas belanja pegawai tidak dicatat oleh PPK-SKPD,
karena akan dicatat oleh fungsi akuntansi PPKD.
Contoh 5:
Pada tanggal 30 Mei 2012, bendahara SKPD menerima SP2D-LS gaji (lihat
SP2D-LS gaji pada halaman berikutnya) atas pengajuan SPM-LS gaji sebesar
Rp143.570.000, dan langsung mencairkannya di BPD. Selanjutnya, uang yang
telah diterimanya, dibayarkan langsung kepada pegawai.
Berikut ilustrasi SP2D-nya.
Berikut jurnal pada saat transaksi penerbitan SP2D di PPKD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 R/K SKPD 143.570.000
Kas di Kas Daerah 143.570.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 Tidak ada jurnal
Berikut jurnal pada saat penerimaan SP2D di SKPD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 Kas di Bendahara Pengeluaran 143.570.000
R/K PPKD 143.570.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 Tidak ada jurnal

Berikut jurnal pada saat bendahara pengeluaran melakukan pembayaran gaji


pegawai di SKPD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 Beban Gaji 143.570.000
Kas di Bendahara 143.570.000
Pengeluaran

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Mei 2012 Beban Gaji 143.570.000
Estimasi Perubahan SAL 143.570.000
Contoh 6:
Pada tanggal 20 Oktober 2012, bendahara SKPD menerima SP2D-LS gaji atas
pengajuan SPM-LS gaji sebesar Rp143.570.000 dan langsung dipindahbukukan
ke rekening bank masing-masing pegawai, maka jurnalnya adalah:
Berikut jurnal pada saat penerbitan SP2D di PPKD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Oktober R/K SKPD 143.570.000
2012 Kas di Kas Daerah 143.570.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Oktober Tidak ada jurnal
2012

Berikut jurnal pada saat penerimaan SP2D di SKPD.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Oktober Beban Gaji 143.570.000
2012 R/K PPKD 143.570.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
30 Oktober Beban Gaji 143.570.000
2012 Estimasi Perubahan SAL 143.570.000

b. Belanja dan Beban Barang dan Jasa


Menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013, pengakuan beban barang yang
menggunakan mekanisme LS dilakukan berdasarkan berita acara serah terima
barang. Berita acara serah terima barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-
SKPD untuk mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Barang dan Jasa xxx
Utang Belanja Barang Dan xxx
Jasa
Selanjutnya, dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban barang
tersebut. Berdasarkan SP2D pelunasan utang beban tersebut, PPK-SKPD
mencatat dengan jurnal:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang Dan Jasa xxx
R/K PPKD xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja Barang dan Jasa xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Contoh 7:
Pada tanggal 25 April 2012, bendahara pengeluaran menerima SP2D-LS senilai
Rp12.000.000 untuk pembayaran kepada CV. Bhayangkara atas pembelian 3 unit
laptop.
Berikut jurnal pada saat penerbitan SP2D di PPKD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
25 April R/K SKPD 12.000.000
2012 Kas di Kas Daerah 12.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
25 April Tidak ada jurnal
2012
Berikut jurnal pada saat penerbitan SP2D di SKPD.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
25 April Laptop 12.000.000
2012 R/K PPKD 12.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
25 April Beban Modal-Laptop 12.000.000
2012 Estimasi Perubahan SAL 12.000.000

I. KOREKSI BELANJA DAN BEBAN


Ada kemungkinan terjadi koreksi terhadap belanja/beban di tahun anggaran
berjalan. Koreksi beban dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Kesalahan klasifikasi belanja/beban.
b. Kesalahan pencatatan nilai belanja/beban.
c. Pengembalian belanja/beban.
Koreksi atas kesalahan/pengembalian belanja/beban dilakukan pada saat
ditemukannya kesalahan/diterimanya pengembalian beban tersebut. Perlakuan
akuntansi yang diterapkan sangat terkait dengan transaksi yang terjadi
sebelumnya, apakah di tahun yang sama atau di tahun yang berbeda.
Berdasarkan PSAP No. 10 Paragraf 8-10, kesalahan bila ditinjau dari sifat
kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
a. Kesalahan tidak berulang.
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan menjadi:
1. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan.
2. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
b. Kesalahan berulang dan sistemik.
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan
terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak
yang memerlukan koreksi, sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak.
Lebih lanjut dijelaskan dalam PSAP No. 10 Paragraf 12-14, bahwa koreksi
kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang
memengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun belanja maupun
akun beban. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan memengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan
periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan, baik pada akun belanja maupun akun beban
Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode periode
sebelumnya dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-
LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan
pada akun saldo anggaran lebih.
Paragraf 18 PSAP N0.10 menambahkan bahwa koreksi kesalahan atas beban yang
tidak berulang, sehingga mengakibatkan pengurangan beban yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak
mempengaruhi secara material posisi asset selain kas, apabila laporan keuangan
periode tersebut sedah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain LO/ekuitas. Dalam hal mengakibatkan penambahn beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
Berdasarkan PP N0. 71 Tahun 2010, maka koreksi tersebut di perlakuakn
sebagai:
Tampilan 4.1 Koreksi atas Belanja
Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun Yang
Sebelumnya Sana
Kesalahan klasifikasi Tidak dilakukan jurnal Dilakuakan koreksi kode
koreksi. belanja yanh sesuai.
Kesalahan pencatatan Dilakukan koreksi ke Dilakukan koreksi atas
nilai belanja Salso Anggaran Lebih. kekuranagn/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait.
Pengembalian belanja Dicatat sebagai lain-lain Dicatat sebagai
PAD yang sah. pengurang .
Sumber: PP No.71 Tahun 2010

Tampilan 4.2 Koreksi atas Beban (Basis Akrual)


Jenis Terjadi di Tahun Terjadi di Tahun Yang
Sebelumnya Sana
Kesalahan klasifikasi Tidak dilakukan jurnal Dilakuakan koreksi kode
koreksi. beban yang sesuai.
Kesalahan pencatatan Dilakukan koreksi ke Dilakukan koreksi atas
nilai belanja ekuitas. kekuranagn/kelebihan
jumlah ke kode rekening
yang terkait.
Pengembalian belanja Dilakukan koreksi ke Dicatat sebagai pengurang
ekuitas. beban .
Sumber: PP No.71 Tahun 2010

Contoh 8:
Pengambilan belanja/beban UP/GU/TU pada periode yang sama di SKPD.
Pada tanggal 11 April 2012 diterima kembali beban perjalanan dianas ke luar
daerah selama buakn maret 2012 senilai Rp 5.000.000. Berikut jurnal pada saat
penerimaan belanja/beban UP/GU/TU perjalanan dinas periode yang sama.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
11 April Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Beban Perjalanan Dinas 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
11 April Estimasi Perubahan SAL 5.000.000
2012 Belanja Perjalan Dinas 5.000.000
Contoh 9:
Pengembalian belanja/beban UP/GU/TU periode yang berada di SKPD.
Pada tanggal 2 Jaanuari 2012 diterima kembali beban perjalan dinas ke luar
daerah selama bulan Desember 2011 senilai Rp 5.00.000. Berikut jurnal pada saat
peneriman pengembaliaan belanja/beban UP/GU/TU perjalanan dinas periode
yang berbeda.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Ekuitas 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Estimasi Perubahan SAL 5.000.000
2012 Lain-lain PAD yang sah 5.000.000

Contoh 10:
Pengembalian belanja LS pada periode yang sama di SKPD dan di PPKD.
Kelebihan tunjanagn gaji pegawai yang terjadi pada bulan Mei 2012 diketahui dan
diakui pada tanggal 10 Juni tahun yang sama sebesar Rp 5.000.000. Berikut jurnal
pada saat penerimaan pengembalian belanja/beban LS di SKPD pada periode
yang sama.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Beban Tunjangan Gaji 5.000.000
(saat diterima di SKPD)

10 Juni 2012 R/K PPKD 5.000.000


Kas di Bendahara 5.000.000
Pengeluaran
(saat disetor di BUD)
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Estimasi Perubahan SAL 5.000.000
2012 Beban Tunjangan Gaji 5.000.000
(saat diterima di SKPD)

10 Juni Tidak ada jurnal saat disetor di


2012 BUD

Berikut jurnal pada saat penerimaan pengembalian belanja/beban LS di PPKD


pada periode yang sama.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Tidak ada jurnal saat disetor di
2012 PPKD

Kas di Kas Daerah 5.000.000


10 Juni R/K PPKD
2012 (saat disetor di BUD) 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
10 Juni Tidak ada jurnal saat diterima di
2012 PPKD

10 Juni Tidak ada jurnal saat disetor di


2012 BUD
Contoh 11:
Pengembalian belanja LS pada periode yang berbeda di SKPD dan di PPKD.
Kelebihan tunjangan gaji pegawai yang terjadi pada bulan Desember 2011
diketahui dan diakui pada tanggal 5 Januari 2012 sebesar Rp5.000.000. Berikut
jurnal pada saat penerimaan pengembalian belanja/beban LS di SKPD pada
periode yang berbeda.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000
2012 Ekuitas 5.000.000
(saat diterima di SKPD)

5 Januari R/K PPKD 5.000.000


2012 Kas di Bendahara 5.000.000
Pengeluaran
(saat disetor di BUD)

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Estimasi Perubahan SAL 5.000.000
2012 Lian-lain PAD yang sah 5.000.000
(saat diterima di SKPD)

5 Januari Tidak ada jurnal saat disetor di


2012 BUD

Berikut jurnal pada saat penerimaan pengembalian belanja/beban LS di PPKD


pada periode yang berbeda,
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Tidak ada jurnal saat diterima di
2012 PPKD

5 Januari Kas di Kas Daerah 5.000.000


2012 R/K PPKD
(saat disetor di BUD) 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
5 Januari Tidak ada jurnal saat diterima di
2012 PPKD

5 Januari Tidak ada jurnal saat disetor di


2012 BUD

J. PENYESUAIAN PADA AKHIR TAHUN


Pada akhir periode akuntansi ada beberapa perkiraan yang harus dilakukan
penyesuaian di antaranya pa at kewajiban timbul karena adanya beban yang masih
harus dibayar atau terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa, walaupun tidak terjadi pengeluaran kas.
Jurnal atas transaksi konsumsi aset diakui dengan bertambahnya beban
aset yang dicatat di sisi debit dan berkurangnya aset yang dicatat di sisi kredit
dengan nilai nominal aset yang sudah digunakan/terpakai.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Aset xxx
Aset xxx
Jurnal atas beban yang masih harus dibayar diakui dengan mencatat beban di sisi
debit dan mencatat utang di sisi kredit dengan nilai nominal beban yang masih
harus dibayar tersebut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban yang Masih Harus xxx
Dibayar xxx
Utang

Jurnal untuk mengakui adanya beban akibat penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dibuat dengan mencatat beban depresiasi di sisi debit dan mencatat
akumulasi depresiasi di sisi kredit dengan nilai nominal manfaat ekonomi atau
potensi jasa yang sudah didapatkan/dipergunakan.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban Depresiasi xxx
Akumulasi Depresiasi xxx

Jurnal atas beban yang terutang dan beban dibayar di muka untuk penyusunan
LO.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Beban xxx
Beban Dibayar di Muka xxx
Kas di Bendahara xxx
Pengeluaran

Jurnal pengeluaran kas atas belanja untuk penyusunan LRA


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Contoh 12:
Pada tanggal 1 Juni 2012, saldo awal persediaan alat tulis kantor (ATK) adalah
sebesar Rp3.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2012, persediaan alat tulis kantor
(ATK) tersebut memiliki saldo akhir sebesar Rp500.000, sehingga jurnalnya
adalah:
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Persediaan ATK 2.500.000
2012 Persediaan ATK 2.500.000

Contoh 13:
Gaji pegawai yang masih harus dibayar sampai tanggal 31 Desember 2012 adalah
sebesar Rp 10.000.000. Berikut jurnalnya.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Gaji 10.000.000
2012 Utang Gaji 10.000.000

Contoh 14:
Suatu pemerintah daerah membeli mobil untuk perpustakaan keliling seharga
Rp200.000.000 pada tanggal 15 Januari 2012 yang mana mobil tersebut
diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun. Apabila diasumsikan mobil
tersebut didepresiasi menggunakan metode garis lurus dengan perkiran nilai
residu pada akhir tahun ke sepuluh sebesar Rp25.000.000.
( Rp 200.000 .000−Rp 25.000 .000)
Depresiassi mobil per tahun=
10 tahun
¿ Rp 17.500.000
Berikut Jurnalnya.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Depresiasi Mobil 17.500.000
2012 Akumulasi Depresiasi Mobil 17.500.000

Contoh 15:
Pembayaran belanja pegawai sebesar Rp24.600.000. Dari jumlah tersebut terdapat
belanja pegawai yang telah dibayar di muka sebesar Rp-4.600.000. Pada tanggal
31 Desember 2012, belanja pegawai yang masih harus dibayar adalah sebesar
Rp3.000.000.
Jurnal atas beban yang terutang dan beban dibayar di muka untuk penyusunan LO.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Beban Pegawai 20.000.000
2012 Beban Pegawai Dibayar di 4.600.000
Muka 3.000.000
Utang Belanja Pegawai 21.600.000
Kas di Bendahara
Pengeluaran

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
31 Desember Belanja 24.600.000
2012 Estimasi Perubahn SAL 24.600.000

Anda mungkin juga menyukai