Anda di halaman 1dari 32

Modul ke:

Akuntansi Sektor Publik

08 Fakultas
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah

Ekonomi dan
Bisnis
Program Studi
SWARMILAH HARIANI.,SE.,M.ACC.,CIBA.,CBV
Akuntansi

Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
 
Dana Alokasi Umum ( DAU )

Penerapan otonomi daerah membuat pemerintah daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya. Pelimpahan wewenang tersebut menuntut
daerah untuk mampu membiayai pengeluarannya sendiri.
Definisi
DANA Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1
angka 21 Undang-undang No. 33 Tahun 2004).
Dasar Hukum DAU
1. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; dan
2. PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
Alokasi DAU
1. DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten kota.
2. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan
dalam APBN.
3. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota
Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Formulasi DAU
1. Formula DAU
Formula DAU menggunakan pendekatan celah fiscal (fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs)
dikurangi dengan kapasitas fiskal (tiscal capacity) daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.
Rumus Formula DAU
DAU = Alokasi Dasar (AD) +Celah Fiskal (CF)
Keterangan
AD : Gaji PNS Daerah
CF: Kebutuhan Fiskal- Kapasitas FiSkal
2. Variabel DAU
Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk kebütuhan daerah terdiri dari: jumlah
penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ndeks
Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) per kapita.
Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari
Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).
3. Metode Penghitungan DAU
 
a. Alokasi Dasar (AD)
Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi
gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-
1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan
yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian
PNS yang berlaku.
b.Celah Fiskal (CF)
Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah iska Suatu
daerah dihitung dengan mengaikan bobot celah fiscal
daerah bersangkutan (CF daerah dibagi dengan total
CF nasional) dengan alokasi DAU CF nasional. Untuk
CF suatu daerah dihitung berdasarkan selisih antara
KbF dengan KpF Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Dana Alokasi Khusus ( DAK )
 
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dasar Hukum
 
1. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah; dan
2. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
 
Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:
 
1. Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin dari penerimaan
umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD;
2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan
otonomi khusus dan karakteristik daerah; dan
3. Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat menggambarkan kondisi sarana
dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.
Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu
 
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK;dan
2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah
3. Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.
4. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan
indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
5. Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


Sumber Pendapatan Daerah
 
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH
 
1. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Undang-Undang yang terdiri dari :
a. Pendapatan Pajak Daerah
Pajak daerah, adalah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat kontribusi wajib kepada daerah yang terutang (UU No. 28
tahun 2009).

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


b. Pendapatan Retribusi Daerah
Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa maupun pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau Badan (UU No. 28 tahun 2009). Terdiri dari :
- Retribusi jasa Umum
- Retribusi Jasa Usaha
- Retribusi Perizinan Tertentu
c. Lain-Lain PAD yang Sah, serta terdiri atas (a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; (b)
hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; (c) jasa giro; (d) pendapatan
bunga; (e) tuntutan ganti rugi; (f) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan (g)
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah. Contohnya :
- Penerimaan Jasa Giro

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


d. Pendapatan dari Pengembalian
Yang dimaksud dengan pendapatan dari pengembalian yaitu pendapatan dari pengembalian
pajak penghasilan PPh Pasal 21, pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran asuransi kesehatan,
pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan dan pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran perjalanan dinas.
 
2. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas pelaporan lain, seperti pemerintah pusat
atau daerah otonom lain dalam rangka perimbangan keuangan
a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
a. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
b. Dana Desa Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Dana Dekonsentrasi
 
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur. Untuk mendukung pelaksanaan
dekonsentrasi, dibutuhkan dana dekonsentrasi, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
gubernur yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Perencanaan dan Penganggaran
Pagu dana yang akan dilimpahkan merupakan pagu dari K/L. Untuk mendukung pelaksanaan program dan
kegiatan, K/L juga harus memperhitungkan kebutuhan anggaran:
 
Biaya penyusunan dan pengiriman laporan SKPD;
Biaya operasional dan pemeliharaan ;
Honorarium pejabat pengelola keuangan;
Biaya lainnya dalam pencapaian target kegiatan.
 
Sejalan dengan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja, penyusunan RKA-KL perlu diperhatikan :
Kegiagan yang dituangkan dalam RKA-KL merupakan kegiatan Eselon I sesuai dengan hasil restrukturisasi;
Target kinerja dan besarnya alokasi anggaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing SKPD:
Dokumen pendukung dari masing-masing SKPD harus dilengkapi pada saat penelaahan RKA-KL.

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


Pertanggungjawaban dan Pelaporan
Kepala Daerah melampirkan laporan tahunan Dana
Dekon/TP dalam Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD kepada DPRD yang terdiri dari
Laporan tahunan Dana Dekon/TP bukan merupakan safu
kesatuan dari Dokumen LPJ -APBD; serta mekanisme
penyampaian lampiran laporan tahunan Dana Dekon/TP
kepada DPRD dapat dilakukan secara bersama-sama
atau terpisah dengan LPJ-APBD

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


Pembinaan, Pengawasan, dan Sanksi
 
Sanksi yang diberikan berupa penundaan pencairan apabila SKPD tidak melakukan rekonsiliasi laporan
keuangan dengan KPPN setempat sesuai ketentuan PMK yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah pusat
K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekon/ TP untuk tahun berikutnya apabila SKPD penerima
dana dimaksud:
 
Tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan;
Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku pada
Tahun anggaran sebelumnya;
Melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Ditjen K/L atau aparat pemeriksa fungsional
lainnya.

Dr. Siti Choiriah, SE.,MM


PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

DITJEN BINA ADMINISTRASI KEUANGAN


DAERAH
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
DANA PERIMBANGAN
Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi (sumber
penerimaan/pendapatan daerah)

DANA PERIMBANGAN :
1. DANA BAGI HASIL PAJAK DAN BUKAN PAJAK (SDA) 
sumber penerimaan dgn pertimbangan potensi daerah
penghasil.
2. DANA ALOKASI UMUM (DAU) tujuan pemerataan, dgn
pertimbangan luas daerah, jlh penduduk, tingkat pendapatan
masyarakat, ikk dsb.
3 DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)  kebutuhan2 khusus
daerah.
4 DANA DARURAT  keadaan mendesak, spt:Bencana Alam
(Psl 6 UU 25/1999)
DANA BAGI HASIL PAJAK
1. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)
Untuk Pusat dibagi sebesar 10 % dan
untuk Daerah sebesar 90 %

Penerimaan Pusat sebesar 10% dibagikan


secara merata ke seluruh Kabupaten dan Kota

Penerimaan Daerah sebesar 90% dibagikan


dengan rincian :
- Sebesar 9 % untuk Biaya Pemungutan
- Sebesar 16,2 % untuk Daerah Propinsi ybs
- Sebesar 64,8 % untuk Daerah Kabupaten/Kota
ybs.
2. BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN (BPHTB)
Dibagikan untuk Pusat sebesar 20 % dan
untuk Daerah sebesar 80 %

Penerimaan Pusat sebesar 20% dibagikan


secara merata ke seluruh Kabupaten dan Kota

Penerimaan Daerah sebesar 80% dibagikan


dengan rincian :
- Sebesar 16 % untuk Daerah Propinsi.
- Sebesar 64 % untuk Daerah Kabupaten/Kota ybs.
BAGI HASIL SDA
1. SEKTOR KEHUTANAN :
Dibagikan untuk Pusat sebesar 20 % dan
untuk Daerah sebesar 80 %
Penerimaan sumber daya sektor kehutanan terdiri dari
a. Penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan
(IHPH)
IHPH dibagi untuk Provinsi sebesar 16%, dan
untuk Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 64%
b. Penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
PSDH dibagi untuk Provinsi ybs sebesar 16%
Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 32%; dan
Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi ybs sebesar
32%
2. SEKTOR PERTAMBANGAN UMUM :

Dibagikan untuk Pusat sebesar 20 % dan


untuk Daerah sebesar 80 %

Penerimaan sumber daya sektor kehutanan terdiri dari


Iuran Tetap/Land-rent dan Iuran Eksplorasi &
Eksploitasi/Royalti
Iuran Tetap/Land-rent dibagi untuk Provinsi sebesar 16%
dan untuk Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 64%
Iuran Eksplorasi & Eksploitasi/Royalti dibagi utk Provinsi
sebesar 16%, Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 32% dan
Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi ybs sebesar 32%
3. SEKTOR PERIKANAN

Dibagikan untuk Pusat sebesar 20 % dan untuk


Daerah sebesar 80 %

Penerimaan Sektor Perikanan terdiri dari


a. Penerimaan Pungutan Pengusahaan Perikanan
b. Penerimaan Pungutan Hasil Perikanan

KEDUA PENERIMAAN TERSEBUT DIBAGIKAN


DENGAN PORSI YANG SAMA BESAR BAGI
KABUPATEN/KOTA YBS DI SELURUH INDONESIA
BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (SDA)
PERTAMBANGAN MINYAK BUMI
Dibagikan untuk Pusat sebesar 85 % dan
untuk Daerah sebesar 15 %

Bagian Daerah tersebut dibagi untuk Provinsi sebesar 3%,


Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 6% dan
Kabupaten/Kota Lain dalam Provinsi ybs sebesar 6% dibagi
secara merata.

Bagi Hasil sektor Minyak Bumi yang menjadi


bagian Daerah tersebut diperhitungkan setelah
dikurangi komponen pajak
BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (SDA)
PERTAMBANGAN GAS ALAM
Dibagikan untuk Pusat sebesar 70 % dan
untuk Daerah sebesar 30 %

Bagian Daerah tersebut, dibagi untuk Provinsi sebesar 6%,


Kabupaten/Kota Penghasil sebesar 12% dan
Kabupaten/Kota Lain dalam Provinsi ybs sebesar 12%
dibagi secara merata

Bagi Hasil sektor Gas Alam yang menjadi bagian


Daerah tersebut diperhitungkan setelah
dikurangi komponen pajak
BAGIAN DAERAH DARI PBB, BPHTB & SDA
(Sesuai UU No. 25 THN 1999)
JENIS PUSAT DAERAH
PBB *) 10 % 90 %
BPHTB *) 20 % 80 %
SDA :
- KEHUTANAN 20 % 80 %
(IHPH : Prop 16 %, Kab/Kota
Penghasil 64 %)
(PROVISI: Prop 16%, Kab/Kota
Penghasil 32 %, Kab/Kota Lain 32 %)
- PERTAMBANGAN UMUM
(Iuran Tetap: Prop 16 %, Kab/Kota 20 % 80 %
64 %)
(Iuran eksp & ekspl/royalti :
Prop 16 %, Kab/Kota Pengh 32 %,
Kab/Kota lain 32 %
- PERIKANAN
(Pungutan Pengusahaan/Hsl Perikanan 20 % 80 %
dibagi merata ke seluruh Kab/Kota)
- TAMBANG MINYAK **)
(Prop 3 %, Kab/Kota Pengh 6 %, Kab/ 85 % 15 %
Kota lain 6 %)
- Gas Alam **)
Prop 6 %, Kab/kota Pengh 12 %, Kab/ 70 % 30 %
Kota lain 12 %
*) Penerimaan Pusat (10 % dr PBB & 20 % dari BPHTB dibagikan kpd selurh kab/kota
**) diperhitungkan sesudah dikurangi komponen pajak
DANA ALOKASI UMUM
• DAU bersumber dari APBN (besarnya secara Nasional
Sekurang2nya 25% dari penerimaan APBN)
• Sebagai salah satu bentuk transfer dana dari Pemerintah
Pusat ke Daerah
• DAU mengatasi fiskal gap/ketimpangan fiskal horizontal
( equalization grant )
• DAU menduduki porsi jumlah terbesar dibandingkan
komponen lain dalam Dana Perimbangan (Bagi Hasil,
DAK)
• by formula
PENGHITUNGAN DAU
Dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan
keuangan antar Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi

DAU untuk Propinsi ditetapkan sebesar 10% dan untuk


Kabupaten/Kota ditetapkan sebesar 90%
Dana Alokasi Umum bagi masing-masing Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan perkalian
dari Jumlah DAU bagi seluruh Daerah dengan bobot
Daerah yang bersangkutan dibagi jumlah masing-masing
bobot seluruh Daerah di seluruh Indonesia
Bobot Daerah ditetapkan berdasarkan Kebutuhan Wilayah
Otonomi Daerah dan Potensi Ekonomi Daerah
PRESIDEN  Dasar Penyaluran/
Pencairan DAU oleh
DJA/Depkeu
KEPPRES

DAERAH DEPKEU
DPR
Penyiapan Data (Komisi IX)  DJ LK DJA PKPD BKF
Dasar Konsultasi Formula (SDA) (Penyalur)(Perencana) (Pengalokasian
& Dlm APBN)
Penetapan DAU

TIM VERIFIKASI 
• Depdagri

 • Depkeu
• BKN 
Sidang
 DEPKEU 
DPOD &
• BPS Pusat & Propinsi Pembahasan DEPDAGRI
• Dep ESDM
• Perikanan
Formula 
• UI, UNHAS, UNAN,
UGM 
DRAFT KEPPRES
KPKN
Penyaluran


DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
DAK Dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk
membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan
tersedianya dana dalam APBN

Kebutuhan khusus dimaksud adalah :


(1) Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara
umum dengan menggunakan rumus alokasi umum, atau
(2) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
nasional

Kriteria Teknis sektor/kegiatan yang dapat dibiayai dari DAK


ditetapkan oleh Menteri Teknis/Instansi Terkait

Penerimaan negara yang berasal dari Dana Reboisasi sebesar 40%


disediakan kepada Daerah Penghasil sebagai bagian DAK untuk
membiayai reboisasi dan penghijauan di Daerah penghasil
PERSYARATAN UMUM DAK

• Adanya usulan Daerah yang diajukan ke Menteri Teknis/Instansi


Terkait
• Daerah tidak mampu membiayai keseluruhan kegiatan tersebut
dari PAD, DAU, Bagi Hasil dan Penerimaan lain yang sah
• Dana Pendamping 10%
• Memenuhi kriteria Teknis sektor/kegiatan yang ditetapkan oleh
Menteri Teknis/Instansi terkait.
KEBUTUHAN KHUSUS YANG DIBIAYAI
DARI DAK
• Kebutuhan yg tdk dapat diperkirakan secara
umum dengan rumus alokasi umum
• Kegiatan Investasi, pengadaan dan atau
peningkatan/ perbaikan prasarana fisik dengan
umur ekonomis yang panjang serta bermanfaat
bagi masyarakat
• Kegiatan OP prasarana dan sarana untuk periode
terbatas tidak melebihi 3 tahun yang bermanfaat
bagi masyarakat dan diberikan dalam kondisi
tertentu
• Kegiatan Reboisasi dan penghijauan (dibiayai
oleh 40% penerimaan negara yang bersumber
dari Dana Reboisasi
DAK DANA REBOISASI
• Sebesar 40 % dari penerimaan Dana
Reboisasi bersumber dari:
- Rencana Karya Tahunan
- Ijin rencana pemanfaatan kayu
- Tunggakan
- Keberhasilan penanganan kayu
ilegal
• DAK DR disediakan bagi daerah penghasil
PEDOMAN PELAKSANAAN
• Surat Edaran bersama :
– DepKeu No. SE-59/A/2001
– DepHut No. SE-720/Menhut-11/2001
– Depdagri No. SE-522.4/947/V/Bangda
tanggal 21 Mei 2001 dan
– Bappenas No. SE-2035/D.IV/05/2001
tentang : Pedoman Umum Pengelolaan
DAK DR.
DAK Non DR
• Diarah kan untuk membiayai
krbutuhan fisik sarana dan
prasarana dasar yang merupakan
prioritas nasional bidang
pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, dan sarana
pemerintahan
Terima Kasih

SWARMILAH HARIANI.,SE.,M.ACC.,CIBA.,CBV

Anda mungkin juga menyukai