Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah: Hukum Pemda dan Otonomi Daerah

Dosen Pengampu: Dr. Sirajuddin S.H., M.H


1. Pengaturan Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah Menurut UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan anara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. Pendapatan Asli Daerah
3. Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan dan Sistem Informasi Keuangan Daerah
4. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam Pengalokasian Dana Transfer ke Daerah
Materi 1

Pengaturan Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah Menurut


UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan anara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
merupakan pengganti dari UU no. 25 Tahun 1999. Alasan revisi UU No. 25 Tahun 1999 adalah karena telah
terjadi perubahan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam system keuangan negara, yakni : 

a. Pasal 18A ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 (hasil amandemen)  
b. Ketetapan MPR No.IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah
dan Ketetapan MPR No.VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA; 
c. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 
Pokok-pokok muatan UU No. 33 Tahun 2004 sebagaimana disebutkan pada akhir Penjelasan
Umum, antara lain sebagai berikut : 

a. Penegasan prinsip-prinsip dasar perimbangan keuangan pemerintah dan pemerintahan daerah


sesuai atas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan 
b. Penambahan jenis dana bagi hasil dari sector pertambangan panas bumi, pajak penghasilan (PPh)
Pasal 25/9 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 
c. Pengelompokan dana reboisasi yang semula termasuk dalam komponen dana alokasi khusus
menjadi dana bagi hasil 
Penjelasan Umum menyebutkan tujuan pembentukan UU No. 33 Tahun 2004 adalah untuk
mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintahan daerah yang diatur dalam UU
tentang Pemerintahan Daerah.

Menurut Pasal 5 terdapat dua macam sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi yang didanai oleh APBD, yaitu: (a) pendapatan daerah, dan (b) pembiayaan (ayat(1).
Pada pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa “pendapatan daerah” sebagai komponen penerimaan daerah
bersumber dari:  
a. Pendapatan asli daerah (PAD) 
b. Dana perimbangan 
c. Lain-lain pendapatan
Materi 2: Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di
pisahkan dan lain-lain.

a. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBM yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
b. Dana Bagi Hasil
Menurut pasal 11 ayat (1) dan (2), dana bagi hasil (DBH) sebagai dana dari pendapatan APBN yang dibagi hasilkan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu, bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

c. Dana Alokasi Umum


Dana alokasi umum (DAU) menurut pasal 1 angka 20 adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.

d. Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan rumusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional (Pasal 1 angka 23).
e. Lain-lain pendapatan : Pendapatan Hibah dan Pendapatan Dana Darurat
Menurut pasal 1 angka 28 meumuskan bahwa hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara
asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga Internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan,
baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang/jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali. Sedangkan pemberian dana darurat kepada daerah adalah karena bencana nasional dan/atau peristiwa luar
biasa yang tidak dapat ditanggulangi dengan dana APBN.

f. Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah


Menurut Pasal 1 angka 24 merumuskan bahwa pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan
daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Selanjutnya mengenai Obligasi daerah yang diartikan oleh Pasal 1
angka 25 sebagai pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal.
Materi 3

Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan, dan Sistem


Informasi Keuangan Daerah 
UU No. 33 Tahun 2004 juga mengatur mengenai masalah pendanaan dalam rangka penyelenggaraan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan (medebewind). Pengaturan dana dekonsentrasi diatur mulai dari Pasal 87 hingga Pasal 93.
Sedangkan ketentuan tentang dana medebewind diatur mulai Pasal 94 sampai Pasal 100. 
a. Dana dekonsentrasi
Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah (Pasal 1 angka 26).
b. Dana Tugas Pembantuan (medebewind)
Dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan (Pasal 1 angka 27). Dana tugas pembantuan adalah
untuk menjamin tersedianya dana bagi pelaksanaan kewenangan pemerintah yang ditugaskan kepada daerah.
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No. 33 Tahun 2004, Pengadministrasian dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan dilakukan melalui mekanisme APBN, sedangkan pengadministrasian dana desentralisasi
mengikuti mekanisme APBD. Ditujukan agar penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan daerah
dapat dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Tujuan pemerintah menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah secara nasional menurut Pasal
101 ayat (1) adalah untuk: 
1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional. 
2. Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional. 
3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah, seperti dana perimbangan, pinjaman daerah, dan pengendalian
defisit anggaran. 
4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi pendanaan desentralisasi, dekonsentrasi, tugas
pembantuan, pinjaman daerah, dan defisit anggaran daerah.
Materi 4:
Kebijakan Pemerintah Pusat dalam Pengalokasian Dana Transfer ke
Daerah

Kebijakan pengalokasian dana pusat untuk daerah dapat disimak dari nota keuangan dan RAPBN yang
diajukan oleh presiden ke DPR setiap tahunnya. Dalam nota keuangan dan RAPBN tahun 2016,
disebutkan bahwa pokok-pokok kebijakan belanja negara tahun 2016 pada dasarnya diarahkan agar APBN
lebih efisien, produktif, dan berkualitas.
Transfer ke daerah merupakan bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan
desentralisasi fiskal, yang terdiri atas dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana keistimewaan
DIY, serta dana tranfer lainnya.
Dana transfer lainnya merupakan dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka
melaksanakan kebijakan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tranfer ke daerah dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi besar, yaitu :
1. Dana perimbangan
2. Dana insentif daerah
3. Dana otonomi khusus dan dana keistimewaan Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai