Anda di halaman 1dari 45

PERMENDAGRI NO.

21 TAHUN 2011
Tentang
Perubahan Kedua Permendagri 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
23 Mei 2011

DISAMPAIKAN OLEH:
DRS. HARYANTO KADI, MSc
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
1
2011
UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004

UU 12/2011 UU 25/2004

UU 32/2004 UU 33/2004

PP 38/2007 PP 58/2005 PP 41/2007

PERMENDAGRI PERMENDAGRI
13/2006 59/2007
PERMENDAGRI
21/2011
Latar Belakang

1. adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
2. penetapan peraturan perundang-undangan mengenai Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang berimplikasi terhadap
perubahan struktur pendapatan
3. penegasan terhadap kedudukan pejabat pembuat komitmen
4. penganggaran tahun jamak
5. Pengaturan pendanaan tanggap darurat bencana

3
Dasar Hukum (1)
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
4
Dasar Hukum (2)
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
5
Dasar Hukum (3)
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2011
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

6
Dasar Hukum (4)
13.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan
14.Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005
tentang Hibah Kepada Daerah
15.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
16.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

7
Dasar Hukum (5)
17.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008
tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana
18.Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan
19.Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik

8
Dasar Hukum (6)
20.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan
Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
21.Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
22.Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

9
Dasar Hukum (7)
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam
Negeri

10
Tambahan Ketentuan Umum
• Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan
anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku
Bendahara Umum Daerah
• Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan
dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang
pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak.
• Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS
merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non
personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan
program wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

11
Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa
• Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna
Anggaran bertindak sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai peraturan perundang-undangan
di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

12
Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa
1. Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam
melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian
kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa
pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
2. Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekaligus bertindak sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen
3. Pelimpahan sebagian kewenangan berdasarkan pertimbangan
tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang
dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali,
dan/atau pertimbangan objektif lainnya
4. Pelimpahan sebagian kewenangan ditetapkan oleh kepala daerah
atas usul kepala SKPD
13
Pengaturan Pengadaan Barang dan Jasa
5. Pelimpahan sebagian kewenangan, meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan;
e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dan
g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna
anggaran
14
Bantuan Sosial
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011
1) Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan 1) Belanja bantuan sosial digunakan untuk
pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat
barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang
peningkatan kesejahteraan masyarakat. dan/atau barang kepada kelompok/anggota
2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat masyarakat.
(1) diberikan tidak secara terus menerus/tidak 2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
berulang setiap tahun anggaran, selektif dan (1) diberikan secara selektif, tidak terus
memiliki kejelasanPeruntukan penggunaannya. menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan
3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen peruntukan penggunaannya dengan
keadilan dan pemerataan dalam upaya mempertimbangkan kemampuan keuangan
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala
masyarakat, b antuan dalam bentuk uang dapat daerah.
dianggarkan apabila pemerintah daerah telah 2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus
memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan menerus/tidak mengikat diartikan bahwa
wajib guna terpenuhinya standar pelayanan pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak
minimum yang ditetapkan dalam peraturan harus diberikan setiap tahun anggaran.
perundang-undangan. 3) Dihapus.
4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai 4) Dihapus.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dianggarkan dalam bantuan sosial.

15
Bantuan Keuangan
1) Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang
bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah
desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan dan kepada
partai politik.
2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah
daerah/pemerintah desa penerima bantuan.
3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah
pemberi bantuan.
4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat
mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau anggaran
pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.
16
Belanja Barang dan Jasa
1) Belanja barang/jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah, termasuk barang yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau
pihak ketiga.
2) Belanja barang/jasa berupa:
 belanja barang pakai habis,
 bahan/material,
 jasa kantor,
 premi asuransi,
 perawatan kendaraan bermotor,
 cetak/penggandaan,
 sewa rumah /gedung / gudang/parkir,
 sewa sarana mobilitas,
 sewa alat berat,
 sewa perlengkapan dan peralatan kantor,
 makanan dan minuman,
 pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
 perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai,
 pemeliharaan, jasa konsultansi,
 lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis serta pengadaan barang yang
17
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau pihak ketiga
Belanja Langsung
• Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk
melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja
SKPD berkenaan
• Kegiatan dimaksud dapat mengikat dana anggaran:
a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau
b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk
kegiatan tahun jamak sesuai peraturan perundang-
undangan
18
Kegiatan Tahun Jamak
• Kegiatan tahun jamak harus memenuhi kriteria sekurang-
kurangnya:
a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara
teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu
output yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12
(duabelas) bulan; atau
b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya
harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran
seperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan
perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan
pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.

19
Kegiatan Tahun Jamak
• Penganggaran kegiatan tahun jamak berdasarkan atas persetujuan DPRD yang
dituangkan dalam nota kesepakatan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD
• Nota kesepakatan bersama ditandatangani bersamaan dengan
penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun pertama rencana
pelaksanaan kegiatan tahun jamak.
• Nota kesepakatan sekurang-kurangnya memuat:
– a. nama kegiatan;
– b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;
– c. jumlah anggaran; dan
– d. alokasi anggaran per tahun.
• Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui akhir tahun
masa jabatan Kepala Daerah berakhir

20
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yg Dipisahkan
Digunakan antara lain:
 untuk menganggarkan hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD dan
 hasil divestasi penyertaan modal
pemerintah daerah

21
Investasi (1)
1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera diperjualbelikan/ dicairkan,
ditujukan dalam rangka manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang
dari 12 (duabelas) bulan.
2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup deposito berjangka
waktu 3 (tiga) bulansampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara
otomatis, pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat
Perbendaharaan Negara (SPN).
3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung penganggaran investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi
permanen dan non-permanen.
4) Investasi jangka panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam
rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk
menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli
pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat
berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka
pendek.

22
Investasi (2)
5) Investasi permanen bertujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam
bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau
badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
6) Investasi non permanen bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk
diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah
daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masyarakat seperti bantuan modal kerja,
pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan
kepada usaha mikro dan menengah.
7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan
dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantum dalam peraturan
daerah penyertaan modal pada tahun-tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah
tersendiri sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaan
modal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentang penyertaan modal.
9) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan
modal yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal, pemerintah daerah
melakukan perubahan peraturandaerah tentang penyertaan modal yang berkenaan
23
Kode Rekening (1)
1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi
tercantum dalam Lampiran A.I.a Permendagri 21/2011.
2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan
merupakan bagian susunan kode akun keuangan daerah yang tercantum
dalam Lampiran A.II Permendagri 21/2011.
3) Kode rekening pendapatan untuk provinsi tercantum dalam Lampiran
A.III.a Permendagri 21/2011.
4) Kode rekening pendapatan untuk kabupaten/kota tercantum dalam
Lampiran A.IV.a Permendagri 21/2011.
5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V Permendagri
21/2011.
6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara tercantum dalam Lampiran
A.VI.a Permendagri 21/2011. 24
Kode Rekening (2)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
7) Kode dan daftar program dan kegiatan menurut 7) Kode dan program dan kegiatan menurut urusan
urusan pemerintahan daerah tercantum dalam pemerintahan daerah tercantum dalam Lampiran
Lampiran A .VII Permendagri 13/2006. A.VII.a Permendagri 21/2011.
8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana 8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana
dimaksud d alam Pasal2 4 ayat (2) tercantum dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) tercantum dalam
dalam L ampiran A .VIU Permendagri 13/2006. Lampiran A.VIII.a.1 Permendagri 21/2011.
9) Dalam rangka sinkronisasi program dan kegiatan 9) Dihapus.
pemerintah dengan pemerintah daerah, daftar 10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana
program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam
pada ayat (7) secara berkala akan disempurnakan Lampiran A.IX.a.1 Permendagri 21/2011.
sesuai dengan perkembangan kebutuhan daerah. 11) Dihapus.
10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana
12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dimaksud dalamP asal 24 ayat (3) tercantum dalam ayat (3), ayat (4), ayat (7), ayat (8) dan ayat (10)
L ampiran A .IX Permendagri 13/2006.
merupakan daftar nama rekening dan kode
11) Untuk memenuhi kebutuhan objekif dan rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam
karakteristik daerah serta keselarasan penyusunan penyusunan kode rekening yang pemilihannya
statistik keuangan negara, perubahan dan disesuaikan dengan kebutuhan objektif dan nyata
penambahan kode rekening rincian objek belanja sesuai karakteristik daerah.
dapat diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala
daerah setelah dikonsultasikan dengan Menteri
Dalam Negeri. 25
PPAS
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011
• Rancangan PPAS disusun dengan • Rancangan PPAS disusun dengan
tahapan sebagai berikut: tahapan sebagai berikut:
a. menentukan skala prioritas a. menentukan skala prioritas
pembangunan daerah; pembangunan daerah;
b. menentukan prioritas program b. menentukan prioritas program
untuk masing-masing urusan; untuk masing-masing urusan
dan yang disinkronisasikan dengan
c. menyusun plafon anggaran prioritas dan program nasional
sementara untuk masing-masing yang tercantum dalam Rencana
program/kegiatan. Kerja Pemerintah setiap tahun;
dan
c. menyusun plafon anggaran
sementara untuk masing-masing
program/kegiatan.

26
Rancangan KUA dan PPAS
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011

1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS 1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS
disampaikan kepala daerah kepada DPRD disampaikan kepala daerah kepada DPRD
paling lambat pertengahan bulan Juni tahun paling lambat pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan untuk dibahas dalam anggaran berjalan untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggaran berikutnya. anggaran berikutnya.
2) Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama 2) Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.  Badan Anggaran DPRD.
3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang 3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang
telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi
KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli
tahun anggaran berjalan. tahun anggaran berjalan.
4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam 4) (4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam
Lampiran A.X.a dan A.XI.a Peraturan Menteri Lampiran A.X.a dan A.XI.a Peraturan Menteri
ini. ini.

27
RKA-SKPD dan RKA-PPKD
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011

1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.


2) RKA-SKPD memuat program/kegiatan.
3) RKA PPKD digunakan untuk menampung:
a. pendapatan yang berasal dari dana
perimbangan dan pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan
belanja tidak terduga; dan
c. Penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan daerah.

28
Rancangan Perkada
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011

1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran 1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas: APBD dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:
a. ringkasan penjabaran APBD; dan a. ringkasan penjabaran APBD; dan
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis,
obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan
pembiayaan. pembiayaan.
2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran 2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD memuat penjelasan sebagai berikut: APBD memuat penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum; a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;
b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan; dan b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan yang bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan
sumber penerimaan pembiayaan untuk kelompok penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan
penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran dalam kolom penjelasan; dan
pembiayaan untuk kelompok pengeluaran c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan
pembiayaan. sumber penerimaan pembiayaan untuk kelompok
3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam pembiayaan untuk kelompok pengeluaran
Lampiran A.XVI Peraturan Menteri ini. pembiayaan.
3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran A.XVI Peraturan Menteri ini.

29
Penetapan APBD
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
1) Apabila DPRD sampai batas waktu 1 (satu) bulan sebelum 1) Apabila DPRD sampai batas waktu 1 (satu) bulan sebelum
tahun anggaran tidak menetapkan persetujuan bersama tahun anggaran tidak menetapkan persetujuan bersama
dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran
setinggi-tingginy a sebesar angka APBD t ahun anggaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan. sebelumnya.
2) Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan 2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan
belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat belanja yang bersifat wajib.
wajib. 3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada
3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus
ayat (2) merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus- menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah
menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun
dengan jumklah yang cukup untuk mkeperluan setiap bulan anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai,
dalam tahun anggaran yang bersangkutan seperti belanja belanja barang dan jasa.
pegawai, belanja barang dan jasa. 4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya
4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau
masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.
melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga

30
DPA-SKPD dan DPA-PPKD
Permendagri 59/2007 Permendagri 21/2011

1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD 1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD.
2) DPA-SKPD memuat program/kegiatan yang 2) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh PPKD selaku SKPD; memuat program/kegiatan.
3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung: 3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung :
a. Penerimaan pajak daerah dan pendapatan a. pendapatan yang berasal dari dana
yang berasal dari dana perimbangan dan perimbangan dan pendapatan hibah;
pendapatan hibah; b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja
b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; dan
belanja tidak terduga; c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
pembiayaan daerah. 4) Format DPA PPKD tercantum dalam lampiran
4) Format DPA-PPKD tercantum dalam Lampiran B.I.b Peraturan Menteri ini.
B.I.b Peraturan Menteri ini.

31
SILPA (1)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih 1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih
perhitungan tahun anggaran sebelumnya. perhitungan tahun anggaran sebelumnya.
2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun 2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebelumnya harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan
dapat berupa: dapat berupa:
a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi a. membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi
daerah yang melampaui anggaran y ang tersedia daerah yang melampaui anggaran yang tersedia
mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud mendahului perubahan APBD sebagaimana dimaksud
dalamP asa1t 45a yat( 2); dalam Pasal 145 ayat (2);
b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang; b. melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;
c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat c. mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat
adanya kebijakan pemerintah; adanya kebijakan pemerintah;
d. mendanai kegiatan lanjutan sesuai dengan ketentuan d. mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang telah
pasal 138; ditetapkan dalam DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk
selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang
e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria
perubahan APBD tahun anggaran berikutnya;
harus diselesaikan sampai dengan batas akhir
penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran e. mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria
harus diselesaikan sampai dengan batas akhir
berjalan; dan
penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran
f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target berjalan; dan
kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan
f. mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target
semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan y
kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan
ang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir
semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan yang
penyeiesaian pembayaran dalam tahun anggaran
dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir
berjalan.
penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran
berjalan

32
SILPA (2)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
3) Penggunaan saldo anggaran tahun 3) Penggunaan saldo anggaran tahun
sebelumnya untuk pendanaan sebelumnya untuk pendanaan
pengeluaran sebagaimana dimaksud pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf f diformulasikan terlebih dan huruf f diformulasikan terlebih
dahulu dalam DPA-SKPD. dahulu dalam DPPA-SKPD.
4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun 4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya untuk mendanai sebelumnya untuk mendanai
pengeluaran sebagaimana dimaksud pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d diformulasikan pada ayat (2) huruf d diformulasikan
terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD. terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD.
5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun 5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya ubtuk mendanai sebelumnya untuk mendanai
pengeluaran sebagaimana dimaksud pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e diformulasikan pada ayat (2) huruf e diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA-SKPD terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

33
Pendanaan Dana Darurat (1)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154
ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria ayat (1) huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas
pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksikan
sebelumnya; sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang; b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah
daerah; d an daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran
dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh
keadaan darurat. keadaan darurat.
2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan 2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahaan PBD, selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.
3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia 3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia
anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat( 2) dapat anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
menggunakan belanja tidak t erduga. menggunakan belanja tidak terduga.
4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat 4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat
dilakukan dengan cara: dilakukan dengan cara:
a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang
capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya
dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. memanfaatkan uang kas yang tersedia. b. memanfaatkan uang kas yang tersedia

34
Pendanaan Dana Darurat (2)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang termasuk belanja untuk keperluan mendesak yang
kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD. tentang APBD.
6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak 6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mencakup: sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mencakup:
a. program dan kegiatan pelayanan dasar a. program dan kegiatan pelayanan dasar
masyarakat yang anggarannya belum tersedia masyarakat yang anggarannya belum tersedia
dalam tahun anggaran berjalan; dan dalam tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila b. keperluan mendesak lainnya yang apabila
ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih
besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat. besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program 7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program
dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a
diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.
8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan 8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat( 6) diformulasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA-SKPD terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, kecuali untuk
kebutuhan tanggap darurat bencana.

35
Pendanaan Dana Darurat (3)
Permendagri 21/2011
(8a) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan dengan pembebanan langsung
pada belanja tidak terduga.
(8b) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) digunakan hanya untuk pencarian dan
penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan,
sandang, pelayanan kesehatan dan penampungan serta tempat hunian sementara.
(8c) Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (8b) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh kepala daerah, kepala SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana kepada PPKD selaku
BUD;
b. PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat bencana kepada Kepala SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB;
c. pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan dengan mekanisme TU dan diserahkan kepada bendahara
pengeluaran SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;
d. penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran pada
SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;
e. kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik dan keuangan terhadap
penggunaan dana tanggap darurat bencana yang dikelolanya; dan
f. pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang
melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada PPKD dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah
dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab belanja.
36
Pendanaan Dana Darurat (4)
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011
9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah 9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah
ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah ditetapkannya perubahan APBD, pemerintah
daerah dapat melakukan pengeluaran yang daerah dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran
tersebut disampaikan dalam laporan realisasi tersebut disampaikan dalam laporan realisasi
anggaran. anggaran.
10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan 10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan
sebagaimandai maksud pada ayat( 9) sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA- diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-
SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA- SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-
SKPD oleh PPKD setelah memperoleh SKPD oleh PPKD setelah memperoleh
persetujuan sekretaris daerah. persetujuan sekretaris daerah.
11) Pelakasanaan pengeluaran untuk mendanai 11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai
kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana
di maksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih
dahulu ditetapkan dengan peraturan kepala dahulu diatur dengan peraturan kepala
daerah. daerah.

37
Laporan Realisasi Semester I
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011

1) Laporan realisasi semester pertama 1) Laporan realisasi semester pertama APBD dan
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya
APBD dan prognosis untuk 6 (enam)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292
bulan berikutnya sebagaimana disampaikan kepada DPRD dan Menteri Dalam
dimaksud dalam Pasal 292 Negeri paling lambat akhir bulan Juli tahun
disampaikan kepada DPRD paling anggaran berkenaan.
lambat akhir bulan Juli tahun 2) Format laporan realisasi semester pertama
APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
anggaran berkenaan. berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat
2) Format laporan realisasi semester (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI Peraturan
pertama APBD dan prognosis untuk Menteri ini.
6 (enam) bulan berikutnya 3) Laporan realisasi anggaran sebagaimana
dimaksud disampaikan oleh kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat kepada Menteri Dalam Negeri paling lambat 3
(1) tercantum dalam lampiran E.XXI (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Peraturan Menteri ini.
38
Laporan Keuangan Akhir Tahun
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011

• Laporan keuangan: laporan realisasi • Laporan keuangan: laporan realisasi anggaran;


anggaran; neraca; laporan arus kas; neraca; laporan arus kas; dan catatan atas
laporan keuangan, disampaikan oleh kepala
dan catatan atas laporan keuangan, daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan
disampaikan oleh kepala daerah (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan paling
kepada Badan Pemeriksa Keuangan lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
(BPK) untuk dilakukan pemeriksaan berakhir.
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah • Kepala daerah memberikan tanggapan dan
tahun anggaran berakhir. melakukan penyesuaian terhadap laporan
keuangan  berdasarkan hasil pemeriksaan
• Kepala daerah memberikan tanggapan BPK.
dan melakukan penyesuaian terhadap • Laporan realisasi anggaran sebagaimana
laporan keuangan  berdasarkan hasil dimaksud disampaikan oleh kepala daerah
pemeriksaan BPK. kepada Menteri Dalam Negeri paling lambat 3
(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

39
BLUD
Permendagri 13/2006 Permendagri 21/2011

1) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD untuk : 1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD
a. menyediakan barang dan/atau jasa untuk atau Unit Kerja pada SKPD yang tugas
layanan umum; dan
dan fungsinya bersifat operasional dalam
b. mengelola dana khusus dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan menyelenggarakan pelayanan umum
kepada masyarakat dengan menerapkan Pola Pengelolaan
2) Instansi yang menyediakan barang dan/atau jasa Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara sesuai dengan peraturan perundang-
lain rumah sakit daerah, penyelenggaraan
pendidikan, pelayanan lisensi dan dokumen, undangan.
penyelenggaraan jasa penyiaran publik, penyedia 2) Dihapus.
jasa penelitian dan pengujian, serta instansi layanan
umum lainnya. 3) Dihapus.
3) Dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan kepada masyarakat antara lain
instansi yang melaksanakan pengelolaan dana
seperti dana bergulir usaha kecil menengah,
tabungan perumahan, dan instansi pengelola dana
lainnya.
40
PENGELOLAAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (1)
1) Pejabat yang ditunjuk untuk mengelola dana BOS sekolah negeri sebagai berikut:
a. kepala daerah menetapkan kuasa pengguna anggaran atas usul kepala SKPD
Pendidikan selaku Pengguna Anggaran; dan
b. kepala sekolah ditunjuk sebagai PPTK.
2) Tugas PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mengelola dana BOS yang
ditransfer oleh bendahara pengeluaran pembantu pada SKPD Pendidikan.
3) Dana BOS untuk sekolah negeri dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan.
4) Dana BOS untuk sekolah swasta dianggarkan pada jenis belanja hibah.
5) RKA-SKPD untuk program/kegiatan dana BOS untuk sekolah negeri disusun oleh SKPD
Pendidikan.
6) RKA-PPKD untuk belanja hibah dana BOS untuk sekolah swasta disusun oleh PPKD.
7) Kode rekening belanja tidak langsung dan belanja langsung yang bersumber dari dana
BOS, untuk uraian obyek belanja dan rincian obyek belanja sebagaimana tercantum pada
lampiran A.VIII.a.1 Peraturan Menteri ini.

41
PENGELOLAAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (2)
8) Pencairan dana BOS untuk sekolah negeri dilakukan dengan
mekanisme TU.
9) Pencairan dana BOS untuk sekolah swasta dilakukan dengan
mekanisme LS.
10)Penyaluran dana BOS bagi sekolah negeri dilakukan setiap triwulan
oleh bendahara pengeluaran pembantu SKPD Pendidikan melalui
rekening masing-masing sekolah.
11)Penyaluran dana BOS bagi sekolah swasta dilakukan setiap triwulan
oleh BUD melalui rekening masing-masing sekolah.
12)Penyaluran dana BOS triwulan berikutnya dapat dilakukan tanpa
menunggu penyampaian laporan penggunaan dana BOS triwulan
sebelumnya.
42
PENGELOLAAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (3)
13) Penyaluran dana BOS bagi sekolah swasta didasarkan atas Naskah
perjanjian hibah daerah.
14) Naskah perjanjian hibah ditandatangani bersama antara kepala
daerah dengan kepala sekolah swasta.
15) Dalam rangka percepatan penyaluran dana hibah, kepala SKPD
Pendidikan atas nama kepala daerah dapat menandatangani
Naskah perjanjian hibah.
16) Naskah perjanjian hibah dilakukan 1 (satu) kali untuk keperluan 1
(satu) tahun anggaran.
17) Format Naskah perjanjian hibah sebagaimana tercantum dalam
lampiran F.I Permendagri 21/2011.

43
PENGELOLAAN DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH (4)
18) Kepala sekolah negeri menyampaikan laporan penggunaan dana BOS triwulan I
dan triwulan II paling lambat tanggal 10 Juli sedangkan untuk triwulan III dan
triwulan IV paling lambat tanggal 20 Desember tahun berkenaan kepada
bendahara pengeluaran pembantu.
19) Laporan penggunaan dana BOS untuk sekolah negeri dilampiri bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap.
20) Laporan penggunaan dana BOS untuk sekolah negeri, disahkan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran setelah diverifikasi oleh pejabat penatausahaan keuangan
SKPD Pendidikan.
21) Kepala sekolah negeri bertanggungjawab atas penggunaan dana BOS yang
diterima setiap triwulan.
22) Tata cara pertanggungjawaban dana BOS yang diterima oleh sekolah swasta
diatur dalam naskah perjanjian hibah daerah.

44
Sekian
&
Terima Kasih
Drs. Haryanto Kadi, MSc
Email: haryantokadi@gmail.com
HP. 0811 87 3935
0812 82 300 600

Copyright © 2011 – Kementerian Keuangan RI 45

Anda mungkin juga menyukai