Anda di halaman 1dari 16

BUPArl BANGKALAN

PERATURAN SUPATI SANGKALAN


NOMOR42> TAHUN 2011
Tf:NTANG
PEDOMAN PEMSERIAN SUSSIDI, HISAH, SANTUAN SOSIAL, SAGI HASIL,
SANTUAN KEUANGAN DAN SELANJA TIDAK TERDUGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SUPATI SANGKALAN,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan Subsidi, Hibah,


Santuan Sosial, Sagi Hasil, Santuan Keuangan dan Selanja Tidak
Terduga, dan sebagai penyempurnaan dalam pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Pasal133 ayat (3), serta Pasal134 ayat (4)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Santuan Sosial
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Selanja Daerah, perlu
dilakukan penyempurnaan pedoman pengelolaan hibah dan bantuan
sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Selanja Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b, maka perlu mencabut dan mengganti Peraturan Supati Sangkalan
Nomor 44 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Selanja
Subsidi, Hibah, Santuan Sosial, Sagi Hasil, Santuan Keuangan dan
Selanja Tidak Terduga.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
..,-.
,.:
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4400);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagiman~':telaq.~iubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Nom"or4548);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Kuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4577);

-.
, ,
2

7. Peraturan Pemenntah Nemer 58 Tahun 2005 tentang Pengelelaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nemer 140,
Tambahan Lembaran Negara Nemer 4578);
8. Peraturan Pemenntah Nemer 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemenntahan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nemer 123, Tambahan
Lembaran Negara Nemer 5165);
9. Peraturan Menten Dalam Negeri Nemer 13 Tahun 2006 tentang
Pedeman Pengelelaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menten Dalam Negen Nemer 21 Tahun 2011;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nemer 15 Tahun 2007 tentang
Pekek-Pekek Pengelelaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun
2007 Nemer 10/E), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Bangkalan nemer 11 tahun 2008 ( Lembaran Daerah
Kabupaten Bangkalan Tahun 2008 nemer 4/E )
11. Peraturan Bupati Bangkalan Nemer 48 Tahun 2007 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelelaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Tahun 2007
Nemer 44/E);
12. Peraturan Bupati Bangkal,im Nemer 49 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Akuntansi Keuangan Daerah (Benta Daerah Tahun 2009 Nemer 45/E)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bupati Bangkalan
Nemer 26 Tahun 2011 (Benta Daerah Tahun 2011 Nemer 16/E).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN SUBSIDI,


HIBAH, BANTUAN SOSIAL, BAGI HASIL, BANTUAN KEUANGAN DAN
BELANJA TIDAK TERDUGA.

BABI
RUANG L1NGKUP
Pasal1

Dengan Peraturan Bupati ini ditetapkan Pedeman Pembenan Subsidi, Hibah,


Bantuan Sesial, Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga.

Pasal2

(1) Subsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dapat berupa uang,


barang, atau jasa.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dapat berupa uang,
barang, atau jasa.
(3) Bantuan sesial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dapat berupa
uang, barang, atau jasa.
(4) Bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal1, dapat berupa uang.
(5) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dapat
berupa uang.
(6) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dapat
berupa uang, barang, atau jasa.

BAB II
SUBSIDI
Pasal3

(1) Belanja Subsidi sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 digunakan


untuk menganggarkan bantuan biaya preduksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual preduksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau eleh masyarakat banyak.
, ,
3

(2) Perusahaanllembaga tertentu sebagaimana dimaksud pasal (1),


merupakan perusahaanllembaga yang menghasilkan produkljasa
pelayanan umum masyarakat.
(3) Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi harus ter1ebih dahulu
dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikeeualikan bagi
Usaha Kecil Menengah (UKM).
(5) Belanja Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), diberikan
melalui Bank Pemberi Kredit.
(6) Mekanisme peneairan dana secara rinei tercantum dalam lampiran
angka II.
(7) Realisasi belanja Subsidi dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
ketentuan.

BAB III
HIBAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal4

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah sesuai kemampuan


keuangan daerah.
(2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib.
(3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah
daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas,
dan manfaat untuk masyarakat.
(4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi
kriteria paling sedikit :
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak harus terus-menerus setiap
tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;dan
e. memenuhi persyaratan penerima hibah.

Pasal5

Hibah dapat diberikan kepada :


a. pemerintah;
b. pemerintah daerah lainnya;
e. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan/atau
e. organisasi kemasyarakatan.

Pasal6

(1) Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal5 huruf


a diberikan kepada satuan kerja dari kementerianllembaga pemerintah
non kementerian yang wilayah kerjanya berada di Kabupaten
Bangkalan.
(2) Hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
a bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan lungsi
Pemerintah Daerah.
, ,
4

(3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf b diberikan kepada daerah otonom baru hasil
pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-
undangan.
(4) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b bertujuan untuk menunjang peningkatan
penyelenggaraan pemerintah daerah dan layanan umum.
(5) Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah dalam
rangka penerusan hibah yang diterima pemerintah daerah dari
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c bertujuan untuk menunjang peningkatan pelayanan
kepada masyarakat.
(7) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d diberikan kepada kelompok orang yang memiliki kegiatan
tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan,
keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan non-
profesional.
(8) Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dan huruf e bertujuan
untuk meningkatkan partisipasi penyelenggaraan pembangunan
daerah atau secara fungsional terkait dengan dukungan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
(9) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf e diberikan kepada organisasi kemasyarakatan
yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal7

(1) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(7) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. memiliki kepengurusan yang jelas; dan
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah
Kabupaten Bangkalan.
(2) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (9) diberikan dengan persyaratan paling sedikit:
a. telah terdaftar pada pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan
sekurang-kurangnya 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah
Kabupaten Bangkalan; dan
c. memiliki sekretariat tetap.

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal8

(1) Pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,


masyarakat dan organisasi kemasyarakatan menyampaikan usulan
hibah secara tertulis kepada Bupati.
(2) Bupati menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), melakukan verifikasi
terhadap permohonan tersebut untuk dijadikan dasar pertimbangan
dalam pemberian hibah.
..
5

(4) Dalam pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),


SKPD Penanggung Jawab membentuk Tim Verifikasi dan Supervisi
dengan melibatkan unsur SKPDllnstansi terkait yang ditetapkan
dengan Keputusan Bupati yang terdiri dari 6 (enam) orang untuk hibah
non fisik dan 7 (tujuh) orang untuk hibah fisik yang diketuai oleh
Asisten yang membidangi atau pejabat lain yang ditunjuk.
(5) HasH verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan
dalam Bema Acara HasH Tim Verifikasi dan Supervisi yang
disampaikan kepada SKPD Penangggung Jawab.
(6) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
berupa rekomendasi kepada Bupati melalui Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD).
(7) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) memberikan pertimbangan
atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai
dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.

Pasal9

(1) Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan Tim Anggaran


Pemerintah Daerah (TAPD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (6) dan ayat (7) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran
hibah dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi anggaran hibah berupa uang, barang, dan/atau jasa.

Pasal10

(1) Hibah berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


(2) Hibah berupa barang atau jasa dicantumkan dalam RKA-SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menjadi dasar penganggaran hibah dalam APBD sesuai
peraturan perundang-undangan.

Pasal11

(1) Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak


langsung, jenis belanja hibah, obyek, dan rincian obyek belanja
berkenaan pada PPKD.
(2) Hibah berupa barang atau jasa dianggarkan dalam kelompok belanja
langsung yang diformulasikan ke dalam program dan kegiatan, yang
diuraikan ke dalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja hibah
barang dan jasa berkenaan kepada pihak ketiga/masyarakat, dan
rincian obyek belanja hibah barang atau jasa kepada pihak
ketiga/masyarakat berkenaan pada SKPD.
(3) Rincian obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dicantumkan nama penerima dan besaran hibah.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan
Pasal12

(1) Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang berdasarkan atas DPA-


PPKD.
(2) Pelaksanaan anggaran hibah berupa barang atau jasa berdasarkan
atas DPA-SKPD.
.'
6

Pasal13

(1) Dalam pelaksanaan hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12 ayat (1) Bupati menetapkan SKPD sebagai
verifikator/koordinator/penanggung jawab kegialan sebagaimana
lercanlum dalam lampiran angka I.
(2) Unluk melaksanakan kegialan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Bagian Keuangan selaku PPKD membuat Surat Pelimpahan
Kewenangan kepada Kepala SKPD yang dilunjuk sebagaimana
tercantum dalam lampiran angka I.
(3) Surat Pelimpahan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditandatangani bersama oleh Kepala Bagian Keuangan dan Kepala
SKPD terkait dengan diberi materai seeukupnya.
(4) Dengan dilandatanganinya Sural Pelimpahan Kewenangan oleh
Kepala SKPD terkait berarti tanggung jawab kegialan lersebul berada
pada Kepala SKPD tersebut.

Pasal14

(1) Seliap pemberian hibah diluangkan dalam Naskah Pe~anjian Hibah


Daerah (NPHD) yang dilandalangani bersama oleh Bupali dan
penerima hibah.
(2) NPHD sebagaimana dimaksud pada ayal (1) paling sedikil memual
ketentuan mengenai :
a. pemberi dan penerima hibah;
b. tujuan pemberian hibah;
e. besaran/rineian penggunaan hibah yang akan diterima;
d. hak dan kewajiban;
e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah; dan
f. tata cara pelaporan hibah.
(3) Bupati dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani NPHD.

Pasal15

(1) Bupati menetapkan daftar penerima hibah beserta besaran uang atau
jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan Keputusan Bupati
berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Bupati
tentang penjabaran APBD.
(2) Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
dasar penyaluran/penyerahan hibah.
(3) Penyaluran/penyerahan hibah dari Pemerintah Daerah kepada
penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
(4) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS).
(5) Mekanisme pencairan dana secara rinei tercantum dalam lampiran
angkall.

Pasal16

Pengadaan barang dan jasa dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 ayat (2) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
7

Sagian Keempal
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal17

(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan penggunaan


hibah kepada Supali melalui PPKD dengan lembusan SKPD lerkait.
(2) Penerima hibah berupa barang alau jasa menyampaikan laporan
penggunaan hibah kepada Supali melalui kepala SKPD lerkait.

Pasal18

(1) Hibah berupa uang dicalal sebagai realisasi jenis belanja hibah pada
PPKD dalam lahun anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang atau jasa dicatal sebagai realisasi obyek belanja
hibah pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegialan
pada SKPD lerkait.

Pasal 19

Pertanggungjawaban pemerinlah daerah alas pemberian hibah melipuli:


a. usulan dari calon penerima hibah kepada Supali;
b. kepulusan Supali lenlang penelapan daftar penerima hibah;
c. NPHD;
d. pakta inlegrilas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah
yang dilerima akan digunakan sesuai dengan NPHD; dan
e. bukli lransfer uang alas pemberian hibah berupa uang alau bukti serah
lerima barang/jasa alas pemberian hibah berupa barang/jasa.

Pasal20

(1) Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan malerial alas


penggunaan hibah yang dilerimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima hibah melipuli:
a. laporan penggunaan hibah;
b. sural pemyalaan langgung jawab yang menyatakan bahwa hibah
yang d~erima lelah digunakan sesuai NPHD; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang alau
salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah berupa
barang/jasa.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikan kepada Supali paling lambat langgal 10 bulan
Januari tahun anggaran berikutnya, kecuali dilenlukan lain sesuai
peraluran perundang-undangan.
(4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek
pemeriksaan.
(5) Unluk belanja hibah kepada pemerintah/inslansi vertikal dilaporkan
oleh Bupali kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
seliap akhir tahun anggaran.

Pasal21

(1) Jika dalam penggunaan hibah oleh penerima hibah lerdapat sisa,
maka dikembalikan ke Kas Daerah.
(2) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambal 1 bulan setelah pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari
hibah.
9

(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap
lahun anggaran sampai penerima banluan lelah lepas dari resiko
sosial.
(6) Krileria sesuai lujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayal
(1) huruf d bahwa lujuan pemberian banluan sosial melipuli:
a. rehabililasi sosial;
b. perlindungan sosial;
c. pemberdayaan sosial;
d. jaminan sosial;
e. penanggulangan kemiskinan; dan
f. penanggulangan bencana.

Pasal26

(1) Rehabililasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayal (6)


huruf a dilujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapal melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (6)
huruf b ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan dasar minimal.
(3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayal (6)
huruf c dilujukan. unluk menjadikan seseorang atau kelompok
masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
(4) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (6) huruf
d merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima
bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
(5) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (6) huruf e merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak
mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak
dapat memenuhi kebuluhan yang layak bagi kemanusiaan.
(6) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (6) huruf f merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
rehabilitasi.

Pasal27

(1) Bantuan sosial dapal berupa uang alau barang yang diterima langsung
oleh penerima banluan sosial.
(2) Banluan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayal (1)
adalah uang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti
beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim pialu, nelayan
miskin, masyarakal lanjut usia, terlantar, cacat berat dan lunjangan
kesehalan pulra pulri pahlawan yang lidak mampu.
(3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayal (1)
adalah barang yang diberikan secara langsung kepada penerima
seperti banluan kendaraan operasional unluk sekolah luar biasa
swasta dan masyarakat lidak mampu, banluan perahu untuk nelayan
miskin, banluan makanan/pakaian kepada yatim pialu/luna sosial,
lernak bagi kelompok masyarakal kurang mampu.
10

Bagian Kedua
Penganggaran
Pasal28

(1) Anggotalkelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis kepada


Bupati.
(2) Bupati menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi usulan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), melakukan verifikasi
terhadap permohonan tersebut untuk dijadikan dasar pertimbangan
dalam pemberian bantuan sosial.
(4) Dalam pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
SKPD Penanggung Jawab membentuk Tim Verifikasi dengan
melibatkan unsur SKPD/lnstansi terkait yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati yang terdiri dari 6 (enam) orang untuk bantuan
sosial non fisik dan 7 (tujuh) orang untuk bantuan sosial fisik yang
diketuai oleh Asisten yang membidangi atau pejabat lain yang ditunjuk.
(5) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Tim Verifikasi yang disampaikan kepada
SKPD Penangggung Jawab;
(6) Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil verifikasi sebagaimana ayat (5) berupa
rekomendasi kepada Bupati melalui Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD).
(7) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) memberikan pertimbangan
atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai
dengan prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
(8) Pengajuan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
untuk bantuan kepada individu/perorangan atas kondisi sosial ekonomi
yang sifatnya penting dan mendesak.

Pasal29

(1) Rekomendasi kepala SKPD dan pertimbangan TIm Anggaran


Pemerintah Daerah (TAPD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (6) dan ayat (7) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran
bantuan sosial dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi anggaran bantuan sosial berupa uang dan/atau barang.

Pasal30

(1) Bantuan sosial berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


(2) Bantuan sosial berupa barang dicantumkan dalam RKA-SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menjadi dasar penganggaran bantuan sosial dalam APBD
sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal31

(1) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30


ayat (1) dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis
belanja bantuan sosial, obyek, dan rincian obyek belanja berkenaan
pada PPKD.
11

(2) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30


ayat (2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan
kedalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja bantuan sosial
barang berkenaan yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat, dan rincian obyek belanja bantuan sosial barang
yang akan diserahkan pihak ketigalmasyarakat berkenaan pada
SKPD.
(3) Dalam rincian obyek belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dieantumkan nama penerima dan besaran bantuan sosial.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan
Pasal32

(1) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas


DPA-PPKD.
(2) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan
atas DPA-SKPD.

Pasal33

(1) Dalam pelaksanaan bantuan sosial berupa uang sebagaimana


dimaksud pada Pasal 32 ayat (1) Bupati menetapkan SKPD sebagai
verifikator/koordinator/penanggung jawab kegiatan sebagaimana
dimaksud pada Lampiran Angka I.
(2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Bagian Keuangan selaku PPKD membuat Surat Pelimpahan
Kewenangan kepada Kepala SKPD yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada Lampiran Angka I.
(3) Surat Pelimpahan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditandatangani bersama oleh Kepala Bagian Keuangan dan Kepala
SKPD terkait dengan diberi materai secukupnya.
(4) Dengan ditandatanganinya Surat Pelimpahan Kewenangan oleh
Kepala SKPD terkait berarti tanggung jawab kegiatan tersebut berada
pada Kepala SKPD tersebut.

Pasal34

(1) Bupati menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial


dengan keputusan Bupati berdasarkan peraturan daerah tentang
APBD dan peraturan Bupati tentang penjabaran APBD.
(2) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial didasarkan pada daftar
penerima bantuan social yang tereantum dalam keputusan Bupati
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Peneairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan eara
pembayaran langsung (LS).
(4) Mekanisme pencairan dana seeara rinci tereantum dalam Lampiran
Angka II.

Pasal35

Pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
12

Pasal36

Untuk pencairan Selanja Santuan Sosial dapat dilakukan dalam 1 (satu)


SPP/SPM/SP2D dari 20 (dua puluh) orang atau 50 (lima puluh) kelompok
masyarakat penerima yang sumber dananya dianggarkan pada kode
rekening Selanja Santuan Sosial.

Pasal37

(1) Supati dan Wakil Supati dapat memberikan belanja bantuan sosial
yang telah tersedia dalam APSD dengan cara tunai secara langsung
dengan nilai besaran :
a. Supati setinggi-tingginya sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah);
b. Wakil Supati setinggi-tingginya sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta
lima ratus ribu rupiah).
(2) Unluk mendukung kelancaran pelaksanaan banluan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayal (1), kepada SKPD/Sagian yang
membidangi dapal mengajukan pencairan dana (SPP/SPM) sesuai
dengan kebutuhan selelah mendapal perselujuan Supali.
(3) Pertanggungjawaban alas pencairan sebagaimana dimaksud pada
ayal (2), dibuat oleh Kepala SKPD/Sagian yang membidangi dalam
benluk laporan rincian penggunaan dana kepada Supali dengan
lembusan kepada PPKD.

Sagian Keempal
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal38

(1) Penerima banluan sosial berupa uang menyampaikan laporan


penggunaan banluan sosial kepada Supali melalui PPKD dengan
lembusan kepada SKPD lerkait.
(2) Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan
penggunaan banluan sosial kepada Supali melalui kepala SKPD
lerkait.

Pasal39

(1) Santuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja
bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Santuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja
bantuan sosial pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan
kegiatan pada SKPD terkait.

Pasal40

(1) Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan


sosial meliputi:
a. usulan dari calon penerima bantuan sosial kepada Supati;
b. keputusan Supati tentang penetapan daflar penerima bantuan
sosial;
c. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan
bahwa bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai
dengan usulan; dan
d. bukti transfer/penyerahan uang atas pemberian bantuan sosial
berupa uang atau bukti serah terima barang atas pemberian
bantuan sosial berupa barang.
13

(2) Pertanggungjawabansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,


hururf b, dan hururf c dikecualikan bagi penerima bantuan yang
bersifat individu/perorangan akibat kondisi sosial ekonomi yang
sifatnya pentingdan mendesak"

Pasal41

(1) Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan


materialatas penggunaanbantuansosial yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawabanpenerimabantuansosial meliputi:
a. laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan
sosial;
b. surat pemyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa
bantuan sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan
usulan; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undanganbagi penerima bantuan sosial berupa uang
atau salinan bukti serah terima barang bagi penerima bantuan
sosial berupa barang.
(3) Pertanggungjawabansebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b dikecualikan untuk penerima bantuan yang bersifat
individu/perorangan akibat kondisi sosial ekonomi yang sifatnya
penting dan mendesak"
(4) Pertanggungjawabansebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikankepada Bupati paling lambat tanggal10 bulan
Januari tahun anggaran berikutnya, kecuali ditentukan lain sesuai
peraturanperundang-undangan.
(5) Pertanggungjawabansebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku
obyek pemeriksaan.

Pasal42

(1) Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan


pemerintahdaerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada
penerima bantuan sosial sampai dengan akhir tahun anggaran
berkenaandilaporkansebagai persediaandalam neraca.
(3) Barang (modal maupun non modal) yang diberikan sebagai bantuan
sosial tidak diakui sebagai aset pemerintah daerah sehingga tidak
perlu dilaporkandalam Neraca SKPD;

BABV
BAGI HASIL
Pasal43

(1) Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, digunakan


untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari
pendapatanKabupatenkepada PemerintahDesa I Kelurahan.
(2) Belanja bagi hasil yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada
PemerintahDesa I Kelurahandi KabupatenBangkalan.
(3) Mekanisme pencairan dana secara rinci tercantum dalam lampiran
angkall.
(4) Realisasi belanja bagi hasil dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
ketentuan.
14

BABVI
BANTUAN KEUANGAN
Pasal44

(1) Belanja Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1,


digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat
umum atau khusus kepada pemerintah desa dan kepada pemerintah
daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.
(2) Belanja Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan salah satu bentuk instrumen bantuan dalam bentuk uang
antar Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan
fiskal antar daerah diwilayah tertentu dalam rangka meningkatkan
kapasitas fiskal, baik untuk kepentingan yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus.
(3) Belanja Bantuan Keuangan yang bersifat umum, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan penggunaannya diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima
bantuan.
(4) Belanja Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), peruntukan dan pengelolaannya
diarahkan/ditetapkan oleh Bupati.
(5) Pemberian bantuan yang bersifat khusus, sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa penerima bantuan;
(6) Khusus untuk partai politik, bantuan diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Bantuan Keuangan disalurkan langsung ke kas daerah/kas desa.
(8) Mekanisme pencairan dana secara rinci tercantum dalam lampiran
angka II.

Pasal45

(1) Penerima bantuan keuangan bertanggung jawab atas penggunaan


uang yang diterimanya dengan berpedoman pada ketentuan
perundang-undangan dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
penggunaannya kepada Bupati melalui PPKD dan SKPD/Bagian yang
bersangkutan.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa
Laporan Realisasi Penggunaan Uang sesuai dengan proposal
Permohonan Bantuan atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Bupati melalui PPKD dan SKPD/Bagian yang
bersangkutan paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
penggunaan/pekerjaan selesai sebagaimana tercantum pada waktu
kegiatan pada proposal/surat pengajuan bantuan.
(4) Penerima bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan objek pemeriksaan, mempunyai kewajiban menyimpan
laporan Realisasi Penggunaan Uang dan bukti-bukti lainnya yang sah
sesuai dengan Proposal Permohonan Bantuan atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(5) Khusus bagi bantuan untuk Partai Politik, pertanggungjawabannya
mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik, atau ketentuan lain
yang dipersamakan dan diberlakukan.
15

Pasal46

Realisasi Bantuan Keuangan dicatat dan dilaporkan sesuai dengan


ketentuan.

BAB VII
BELANJA TIDAK TERDUGA
Pasal47

(1) Belanja Tidak Terduga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1,


merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.
(2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan ganguan
terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya
keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.
(3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus didukung dengan bukti-bukti yang sah.
(4) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), berdasarkan kebutuhan yang diusulkan dari
instansi/lembaga berkenaan setalah mempertimbangkan efisiensi dan
efektifrtas serta menghindari adanya tum pang tindih pendanaan
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari APBD Provinsi atau
APBN.
(5) Pertimbangan efisiensi dan efektifitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dapat diartikan sebagai kebutuhan riil.
(6) Dasar pengeluaran anggaran Belanja Tidak Terduga yang dianggarkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mendanai
tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana
sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan tahun-
tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan dengan Keputusan
Bupati dan diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud
ditetapkan.
(7) Mekanisme pencairan dana secara rinci tercantum dalam lampiran
angka II

Pasal48

(1) Penerima belanja tidak terduga bertanggung jawab atas penggunaan


uang yang diterimanya dengan berpedoman pada ketentuan
perundang-undangan dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
penggunaannya kepada Bupati melalui PPKD dan SKPD/Bagian yang
bersangkutan.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa
Laporan Realisasi Penggunaan Uang/Barang dan/atau jasa sesuai
dengan proposal Permohonan Bantuan atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Bupati melalui PPKD dan SKPD/Bagian yang
bersangkutan paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
penggunaan/pekerjaan selesai sebagaimana tercantum pada waktu
kegiatan pada proposal/surat pengajuan bantuan.
16

(4) Penerima belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan


objek pemeriksaan, mempunyai kewajiban menyimpan laporan
Realisasi Penggunaan Uang/Barang dan/alau Jasa serta bukti-bukli
lainnya yang sah sesuai dengan Proposal Permohonan Bantuan atau
dokumen lain yang dipersamakan.

Pasal49

(1) Realisasi belanja tidak terduga dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
ketentuan.
(2) Barang modal maupun non modal yang dibanlukan lidak diakui
sebagai asel pemerinlah Kabupaten Bangkalan sehingga tidak perlu
dilaporkan dalam Neraca SKPD.

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal50

(1) SKPD terkait melakukan monitoring dan evaluasi atas pemberian


subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan dan
belanja tidak terduga.
(2) Unluk melaksanakan moniloring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayal (1) SKPD penanggung jawab pemberian subsidi, hibah,
banluan sosial, bagi hasil, banluan keuangan dan belanja lidak terduga
membenluk Tim Monitoring dan Evaluasi.
(3) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) disampaikan kepada Bupali dengan lembusan kepada SKPD
yang mempunyai lug as dan fungsi pengawasan.

Pasal51

Dalam hal hasil moniloring dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 ayal (3) lerdapal penggunaan subsidi, hibah, banluan sosial, bagi hasil,
banluan keuangan dan belanja lidak lerduga yang lidak sesuai dengan
usulan yang lelah diselujui, penerima subsidi, hibah, banluan sosial, bag;
hasil, bantuan keuangan dan belanja lidak lerduga yang bersangkutan
dikenakan sanksi sesuai dengan peraluran perundang-undangan.

BABIX
LAIN-LAIN
Pasal52

Membebankan biaya adminislrasi pengelolaan banluan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 1, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupalen Bangkalan dimasing-masing SKPD/bagian yang membidangi.

BABX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal53

Dengan berlakunya Peraluran Bupali ini:


a. Pemberian subsidi, hibah, banluan sosial, bagi hasil, banluan keuangan
dan belanja lidak lerduga untuk tahun anggaran 2011 tetap dapat
dilaksanakan sepanjang telah dianggarkan dalam APBD/Perubahan
APBD tahun anggaran 2011.
17

b. Penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan


pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian subsidi,
hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak
terduga secara bertahap mulai lahun anggaran 2012 berpedoman pada
Peraluran Bupati ini.

BABXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal54

Pada saat Peraluran Bupali ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati
Bangkalan Nomor 44 Tahun 2010 lentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan
Belanja Tidak Terduga (Berita Daerah Kabupaten Bangkalan Tahun 2010
Nomor 30/E) dicabut dan dinyalakan lidak berlaku.

Pasal55

Peraluran Bupati ini mulai berlaku pada tanggal dilelapkan.

Agar seliap orang dapal mengetahuinya, memerinlahkan pengundangan


Peraluran Bupali ini dengan penempatannya dalam Berila Daerah
Kabupalen Bangkalan.

Diundangkan~ang\<;'la~.
padatangga~ ~~

~
i.J.J
"'N\..l
':Ar;\\,
\
S't\\Rt\. r. v-I' /1
c::..: 1~,1 \\~."., .
ll.l
~ Q- -", /
~,*
'.'.J..;
SAIFUL'DJAMAL
\_";/
......}Ef~~I~)f&:ERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2011
NOMOR .49/ G .

Anda mungkin juga menyukai