Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang penyediaan air bersih untuk kebutuhan

masyarakat. Keberadaan PDAM sebagai unsur pelayanan publik, harus

mengutamakan aspek sosial. Hal ini tercermin di dalam penetapan harga produk

lebih mempertimbangkan kemampuan masyarakat, namun di balik fungsinya

sebagai unsur pelayanan publik juga tidak terlepas dari dimensi ekonomi, yaitu

mencari keuntungan.

Secara umum, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berbeda dengan

Perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit

oriented). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan

pembangunan daerah khususnya, dan pembangunan ekonomi nasional umumnya,

dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat, dan memenuhi

persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah.

Apabila merujuk pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690-069

Tahun 1992, tentang Pola Petunjuk Teknis Pengelolaan PDAM, di sana

ditegaskan bahwa PDAM mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada

masyarakat, dimana dalam menjalankan fungsinya PDAM harus mampu

membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat

pelayanannya. Di samping itu, PDAM juga diharapkan mampu memberikan

sumbangan pembangunan kepada pemerintah.

16
17

Selanjutnya dalam keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327

Tahun 1994, tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan PDAM dinyatakan

bahwa tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan

akan air bersih bagi masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD. Untuk

mencapai tujuan di atas, maka penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan

terhadap PDAM harus berdasarkan kepada prinsip-prinsip dan azas ekonomi

perusahaan sehat.

Dari ketentuan yang mengatur tentang keberadaan PDAM sangat jelas

bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia air bersih dan dalam upaya

peningkatan pelayanan publik tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu

memperoleh keuntungan yang memadai. Adanya kepentingan pelayanan publik

menyebabkan PDAM tidak akan mampu menjalankan fungsinya secara optimal,

sehingga keadaan ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

2.2. Konsep Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Dalam PSAK Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017,

menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang

lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan.
18

2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013:10), secara umum laporan keuangan bertujuan

untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu

maupun periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan

yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.

Menurut Kasmir (2013:11), berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau

penyusunan laporan keuangan, yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada saat periode tertentu;

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode;

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;

8. Informasi keuangan lainnya.


19

Dalam PSAK Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017,

tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,

membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan

ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul

tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan

menilai keuangan. Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk

meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari

keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan

yang timbuk tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan,

membandingkan dan menilai keuangan.

2.2.3. Karakteristik Laporan Keuangan

Dalam PSAK Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Tahun 2017,

laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat 4

(empat) karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan,

dan dapat diperbandingkan.

Menurut Kasmir (2013:12), dalam praktiknya sifat laporan keuangan

dibuat bersifat historis dan menyeluruh. Bersifat historis artinya bahwa laporan

keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat

dari masa sekarang. Kemudian, bersifat menyeluruh maksudnya laporan

keuangan dibuat selengkap mungkin, laporan keuangan disusun sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.


20

2.3. Konsep Piutang

2.3.1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang

Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2009:437), istilah piutang

(receivable) mencangkup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain,

termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain, piutang-piutang ini

biasanya merupakan bagian yang signifikan dari total aset lancar.

Menurut Baridwan (2008:124), menjelaskan bahwa piutang dagang

(piutang usaha) adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang

dihasilkan perusahaan dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang

dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga

dikelompokan dalam aktiva lancar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, piutang timbul karena

adanya transaksi penjualan kredit, hal itu dilakukan agar dapat menjual lebih

banyak barang atau jasa, oleh karena itu besar kecilnya penjualan kredit akan

berpengaruh langsung terhadap jumlah piutang. Piutang merupakan klaim uang,

atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya. Piutang juga merupakan

tagihan perusahaan kepada pihak lain atau pelanggan karena adanya transaksi

penjualan barang dan jasa secara kredit.

Secara garis besar piutang dapat digolongkan menjadi beberapa jenis

menurut:

1. Sumber terjadinya Piutang

a. Piutang usaha

Piutang usaha yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang-barang

atau jasa-jasa yang dihasilkan dari kegiatan utama perusahaan.


21

b. Piutang non usaha

Piutang non usaha yaitu piutang yang timbul bukan dari penjualan

barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan dari kegiatan utama

perusahaan. Piutang non dagang dapat timbul dari transaksi-transaksi

berikut ini:

1) Persekot dalam kontrak pembelian.

2) Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang yang

rusak atau hilang.

3) Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang

dipertanggungkan.

4) Klaim terhadap pegawai perusahaan.

5) Klaim terhadap restitusi pajak.

6) Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang

( misal: botol, drum, dan lain-lain).

7) Uang muka pada perusahaan anak.

8) Uang muka pada pegawai perusahaan.

9) Piutang deviden dan bunga.

10) Piutang pesanan pembelian saham.

2. Lamanya tanggal jatuh tempo

a. Piutang jangka pendek

Piutang jangka pendek yaitu piutang yang diidentifikasikan dapat ditagih

dalam jangka waktu satu tahun atau dalam periode siklus kegiatan normal

perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1,


22

tentang Penyajian Laporan Keuangan, dijelaskan bahwa aktiva

diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:

1.) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau

digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan,

atau

2.) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan akan direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan

dari tanggal neraca, atau

3.) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.

Aktiva yang tidak termasuk dalam kategori di atas diklasifikasikan

sebagai aktiva tidak lancar.

b. Piutang jangka panjang

Piutang jangka panjang yaitu piutang yang jangka waktu pelunasannya

lebih dari 1 (satu) tahun. Piutang jangka panjang harus disajikan dalam

neraca dalam kelompok aktiva tidak lancar, biasanya termasuk sebagai

Investasi (jangka panjang).

2.3.2. Pengakuan Piutang

Saat timbulnya piutang usaha harus ditentukan dengan tepat agar piutang

usaha dapat disajikan pada periode yang tepat. Pengakuan piutang usaha sangat

berhubungan dengan pengakuan pendapatan. Dalam PSAK Nomor 23 tentang

Pendapatan Tahun 2017, Ikatan Akuntan Indonesia mensyaratkan bahwa

pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut telah

terpenuhi :
23

1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan, dan telah

memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian yang efektif

atas barang yang dijual.

3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi

akan mengalir kepada perusahaan tersebut.

5. Biaya terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan

dapat diukur dengan andal.

2.3.3. Estimasi Piutang Tak Tertagih

Penjualan secara kredit di samping mendatangkan keuntungan juga bisa

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian ini dikarenakan debitur tidak

mau atau tidak mampu dalam melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini di dalam

akuntansi dikenal dengan nama, seperti kerugian piutang dan biaya piutang tak

tertagih. Kerugian semacam ini dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang

normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang

melakukan penjualan secara kredit.

Piutang usaha harus disajikan dalam jumlah bersih setelah

memperhitungkan estimasi piutang tak tertagih, potongan penjualan, dan retur

penjualan. Estimasi piutang tak tertagih perlu dibentuk dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Memperhitungkan biaya-biaya yang

bersangkutan dengan hasil penjualan, sehingga laba (rugi) periodik yang

ditentukan menggambarkan ketelitian dan mendekati ketepatan.


24

2. Menunjukkan (taksiran) nilai realisasi dari

piutang dagang sebagai suatu sumber ekonomi yang potensial bagi

perusahaan.

Menurut Baridwan (2008:126) dalam menentukan besarnya kerugian

piutang dapat dilakukan dengan dua metode:

1. Kerugian piutang dihitung atas dasar jumlah penjualan.

Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu

dengan jumlah penjualan periode tersebut. Persentase kerugian piutang

dihitung dari perbandingan piutang yang dihapus dengan jumlah penjualan

tahun-tahun lalu kemudian disesuaikan dengan keadaan tahun yang

bersangkutan. Kerugian piutang itu timbul karena adanya penjualan kredit.

Oleh karena itu, sebaiknya kerugian piutang juga dihitung dari penjualan

kredit, tetapi karena pemisahan jumlah penjualan menjadi penjualan tunai dan

kredit menimbulkan tambahan pekerjaan, maka untuk praktisnya persentase

kerugian bisa didasarkan pada jumlah penjualan periode yang bersangkutan.

Taksiran kerugian ini dibebankan ke rekening kerugian piutang dan dan

kreditnya adalah rekening cadangan kerugian piutang. Apabila kerugian

piutang itu dihubungkan dengan proses pengukuran laba yang teliti maka

dasar perhitungan kerugian piutang adalah jumlah penjualan (pendekatan

pendapatan-biaya).

2. Kerugian piutang dihitung atas dasar saldo piutang.

Perhitungan kerugian piutang atas dasar piutang akhir periode dapat

dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu, (1) jumlah cadangan dinaikkan sampai

persentase tertentu dari saldo piutang, (2) cadangan ditambah dengan


25

persentase tertentu dari saldo piutang dan, (3) jumlah cadangan dinaikkan

sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang.

a. Jumlah cadangan piutang tak tertagih

dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang.

Dalam cara ini saldo piutang dikalikan dengan persentase tertentu,

hasilnya merupakan saldo rekening cadangan kerugian piutang yang

diinginkan. Untuk menghitung jumlah kerugian piutang, hasil perhitungan

tadi dikurangi atau ditambah dengan saldo rekening cadangan kerugian

piutang.

b. Cadangan piutang tak tertagih ditambah

dengan presentase tertentu dari saldo piutang.

Dalam cara ini hasil kali persentase kerugian piutang dengan saldo piutang

merupakan jumlah yang dicatat sebagai kerugian piutang dan dikreditkan

ke rekening cadangan kerugian piutang tanpa memperhatikan saldo

rekening cadangan kerugian piutang.

c. Jumlah cadangan kerugian piutang

dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur

piutang.

Metode ini disebut metode analisis umur piutang. Piutang masing-masing

langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu belum menunggak dan

menunggak. Yang dimaksud menunggak adalah sudah melebihi jangka

waktu kredit. Piutang yang menunggak dipisah-pisahkan dalam kelompok

berdasar lamanya waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing

jumlah tunggakan yang didasarkan pada lamanya waktu tunggakan


26

ditetapkan persentase kerugian piutangnya. Jumlah kerugian piutang yang

dihitung dengan cara ini sesudah mempertimbangkan saldo rekening

cadangan kerugian piutang merupakan jumlah kerugian piutang.

2.4. Klasifikasi Piutang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Menurut Martani, Veronica, dkk (2012:193), kategori piutang dipengaruhi

jenis usaha entitas. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang

muncul adalah piutang dagang dan piutang lainnya, entitas yang menyebutkan

piutang terkait dengan pendapatan adalah sebagai piutang usaha, untuk entitas

perbankan piutang adalah kredit yang disalurkan kepada pihak lain, dalam laporan

posisi keuangan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan, dan

perusahaan pembiayaan selain bank (multifinance) mengklasifikasikan piutang

menurut jenis pembiayaan misalnya piutang pembiayaan misalnya piutang

pembiayaan konsumen, piutang pembiayaan sewa, dan piutang pembiayaan

kredit.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan daerah yang

kegiatan usahanya yang paling utama adalah penyediaan dan pelayanan air minum

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat sosial dan disamping itu

untuk mendapatkan keuntungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM,

membagi piutang yang dimiliki PDAM menjadi:

1. Piutang usaha

Tagihan yang termasuk dalam piutang usaha ini adalah semua bentuk tagihan

yang berasal dari kegiatan utama PDAM, piutang usaha ini kemudian dibagi

lagi menjadi Piutang Rekening Air dan Piutang Rekening Non Air. piutang
27

rekening air adalah piutang yang berasal dari penjualan air dan unsur

pendapatan yang termasuk dalam tagihan rekening air yang dibukukan pada

saat penerbitan Daftar Rekening Air Ditagih (DRD). Pengakuan awal piutang

rekening air pada saat diterbitkan Daftar Rekening Air Ditagih (DRD).

Sedangkan piutang rekening non air adalah biaya yang belum dibayarkan

pelanggan terkait pelayanan atas pemasangan sambungan baru.

2. Piutang non usaha

Kelompok piutang non usaha ini terdiri dari semua piutang yang timbul

bukan dari pendapatan usaha pokok PDAM, piutang non usaha ini meliputi

piutang pegawai, piutang pajak, pendapatan yang belum diterima, dan rupa-

rupa piutang lainnya.

2.5. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2010:316), analisis laporan

keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan dan kecenderungan

(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan. Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya

karena ingin mengetahui tingkat perkembangan suatu perusahaan.

Menurut Kasmir (2013:66), analisis laporan keuangan merupakan

kegiatan yang dilakukan setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data

yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang

benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti

menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit infromasi yang lebih

kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
28

makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun

data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih

dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Secara umum analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya

merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan dalam

rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan

pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi

dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan

pada masa mendatang.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan

keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal

yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan memberikan pengukuran

relatif dari operasi perusahaan. Data pokok sebagai input dalam analisa rasio ini

adalah laporan laba-rugi dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan

dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk

menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2011:39), pada pokoknya ada 2 (dua) cara yang

dapat dilakukan dalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu Cross-

Sectional Approach dan Time Series Analysis.

1. Cross Sectional Approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.

2. Time Series Analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio

finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan


29

antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan

memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.

Setiap perkembangan-perkembangan yang tidak diingini haruslah segera

diperbaiki dan diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Time

series analysis juga sangat rnembantu dalarn menilai kewajaran

(reasonableness) dari laporan laporan keuangan yang diproyeksikan.

Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio-

rasio dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Rasio-rasio Neraca (Balance sheet ratios), adalah rasio-rasio yang disusun

dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio),

rasio tunai (acid-test ratio), rasio kas (cash ratio) dan lain sebagainya.

2. Rasio-rasio laporan Laba dan Rugi (income statement ratios), adalah rasio-

rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement,

misalnya margin laba bruto (gross profit margin), margin laba bersih (net

operating margin), rasio operasi (operating rasio) dan lain sebagainya.

3. Rasio-rasio antar-laporan (Inter-statement ratios), adalah rasio-rasio yang

disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya berasal dari

laporan Rugi dan Laba, misalnya rasio perputaran aktiva (assets

turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran

piutang (receivables turnover) dan lain sebagainya.

2.5.1. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya

anlisis laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan

keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasih


30

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai

perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi

pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk

dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat

diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Menurut Kasmir (2013:68), secara umum dikatakan bahwa tujuan dan

manfaat analisis laporan keuangan adalah:

1. Mengetahui posisi keuangaan perusahan dalam satu periode tertentu, baik

harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk

beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan

perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan

ke depan yang berkaitan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. Dapat

juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang

hasil yang mereka capai.

2.6. Analisis Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical

relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan

menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat

likuiditas, solvabilitas, keefektivan operasi serta derajat keuntungan suatu


31

perusahaan (profitability perusahaan). Analisis Rasio adalah cara analisa dengan

menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang

ditujukkan dalam neraca maupun laba rugi. Pada dasarnya perhitungan rasio-rasio

keuangan adalah untuk menilai kinerja keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini,

dan kemungkinannya di masa depan.

Reeve, Warren dan Duchac (2010:322) menggolongkan jenis analisis rasio

keuangan perusahaan yang sering digunakan. Adapun rasio keuangan

diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Analisis rasio solvabilitas (solvency ratio)

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menilai kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Analisis rasio

solvabilitas biasanya dinilai dengan memeriksa hubungan dalam neraca

seperti:

a. analisis posisi lancar,

b. analisis piutang usaha,

c. analisis persediaan,

d. rasio aset tetap terhadap kewajiban jangka panjang,

e. rasio kewajiban terhadap ekuitas pemegang saham, dan

f. berapa kali beban bunga diperoleh.

2. Analisis rasio profitabilitas (profitability)

Rasio profitabilitas adalah rasio yang menilai kemampuan suatu dalam

menghasilkan laba. Analisis rasio profitabilitas terutama menitikberatkan

pada hubungan antara hasil kegiatan operasi (laporan laba rugi) dan sumber

daya yang tersedia (neraca), analisis utama meliputi:


32

a. rasio penjualan

bersih terhadap aset,

b. tingkat

pengembalian terhadap total aset,

c. tingkat

pengembalian terhadapekuitas pemegang saham,

d. tingkat

pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham biasa,

e. rasio harga

terhadap laba, dan

f. dividen per

saham dan hasil dividen

2.6.1. Analisis Rasio Piutang Usaha

Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2010:324) menagih piutang pada

waktunya merupakan hal yang diinginkan. Kas yang berasal dari penagihan

piutang meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban.

Selain itu, kas yang dihasilkan pada waktunya dari penagihan dapat digunakan

untuk keperluan seperti pembelian persediaan dalam jumlaah yang lebih besar

pada harga yang lebih rendah. Kas juga dapat digunakan untuk pembayaran

dividen kepada pemegang saham atau untuk keperluan investasi atau pendanaan

lainnya, penagihan tepat waktu juga mengurangi risiko kerugian akibat piutang

tak tertagih.

Menurut Martani, Veronica, dkk (2012:232) entitas melakukan analisis

piutang yang dimiliki perusahaan dengan pada risiko tidak tertagihnya piutang.
33

Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati kebijakan akuntansi yang

dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang dan cadangan penurunan nilai.

Analisis piutang usaha dilakukan dengan melihat rasio perputaran piutang usaha

dan rasio jangka waktu rata-rata pengumpulan piutang.

2.6.1.1. Jangka Waktu Penagihan Piutang Usaha

Jangka waktu penagihan piutang usaha adalah angka yang menunjukkan

seberapa lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Menurut Irawati

(2006:55) jangka waktu penagihan piutang usaha adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur efektivitas rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan

piutang dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009:309), jangka

waktu penagihan piutang usaha adalah rasio yang menunjukan berapa lama

perusahaan melakukan penagihan piutang, semakin pendek jangka waktu

penagihan piutang usahanya maka semakin upaya yang telah dilakukan dalam

mengumpulkan piutang usaha. Adapun perhitungan rasio jangka waktu penagihan

piutang usaha berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun

1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum adalah

sebagai berikut:

4.2.1.

4.2.2.

Adapun kriteria penilaian jangka waktu penagihan piutang usaha

berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang

Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum yang diterapkan

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
jangka waktu penagihan piutang usaha
34

Nilai Kriteria
<= 60 Baik Sekali
60 - > 90 Baik
90 - > 150 Cukup
150 - > 180 Kurang
> 180 Tidak Baik
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47
Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum dalam BPKP
Tahun 2016
35

2.6.1.2. Efektivitas Penagihan Piutang Usaha

Pengertian efektivitas menurut Handoko dalam Agustina (2009:18),

merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan

pekerjaan yang benar. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan

gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun waktu

orientasinya pada keluaran yang dihasilkan. Efektivitas dapat diartikan sebagai

tingkat atau derajat pencapaian hasil yang diharapkan, semakin besar hasil yang

dicapai maka akan berarti semakin efektif.

Rasio efektivitas penagihan adalah indikator dalam mengukur efektivitas

upaya penagihan atas penjualan kredit. Rasio efektivitas penagihan dapat

menunjukan sejauh mana PDAM Tirta Randik mampu mengelola pendapatan

dari hasil penjualan kepada pelanggan (piutang usaha) secara efektif sehingga

menjadi penerimaan PDAM. Adapun perhitungan efektivitas penagihan piutang

usaha berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999

tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum adalah sebagai

berikut:

Jumlah penerimaan rekening air dan non air = Jumlah penerimaan tunai

(kas/bank) dari penjualan rekening air (DRD air) yang diterbitkan selama satu

tahun buku dan pendapatan rekening non air berupa jasa pemasangan sambungan

baru atau dengan perhitungan (saldo awal piutang usaha + pendapatan penjualan

rekening air dan non air – saldo akhir piutang usaha)


36

Jumlah rekening air dan non air = Jumlah seluruh tagihan kepada pelanggan

PDAM sesuai DRD air selama 1 (satu) tahun buku (DRD air terdiri atas harga air

dan beban tetap) dan jumlah tagihan atas pendapatan non air.

Adapun kriteria penilaian efektivitas penagihan piutang berdasarkan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum yang diterapkan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2
Indikator Penilaian Efektivitas Penagihan Piutang Usaha
Nilai Kriteria
>= 90 % Baik Sekali
85 % - < 90 % Baik
80 % - < 85 % Cukup
75 % - < 80 % Kurang
< 75 % Tidak Baik
Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47
Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum dalam BPKP
Tahun 2016
37

2.7. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah dalam penyusunan penelitian ini, maka Penulis

menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

Laporan Piutang Usaha dan Pendapatan


Usaha PDAM Tirta Randik

Rasio Piutang Usaha berdasarkan


Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
47 Tahun 1999

Jangka Waktu Penagihan Efektivitas Penagihan


Piutang Usaha Piutang Usaha

Kriteria berdasarkan Keputusan Menteri


Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Tidak Baik

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Dari gambar kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa data

digunakan adalah laporan piutang usaha dan pendapatan usaha PDAM Tirta

Randik Kabupaten Musi Banyuasin untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber

analisis mengenai jangka waktu dan efektivitas penagihan piutang usaha PDAM

Tirta Randik Kabupaten Musi Banyuasin.

Anda mungkin juga menyukai