BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3. Pemerintah
Adanya informasi mengenai prediksi financial distress dapat membantu
pemerintah dalam menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan
lain yang menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan.
2.1.1.3 Cara Mengatasi Kondisi Financial Distress
Menurut Arifin (2018:190), perusahaan mengatasi kondisi financial
distress dengan antara lain:
1. Menjual aktiva yang utama.
2. Merger dengan perusahaan yang lain.
3. Mengurangi pengeluaran modal dan penelitian dan pengembangan.
4. Menerbitkan surat berharga yang baru.
5. Negoisasi dengan bank dan para kreditor yang lain.
6. Perubahan utang menjadi piutang.
2.1.1.4 Prediksi Financial Distress Menggunakan Metode Altman
Menurut Altman mendefinisikan financial distress menggunakan angka-
angka yang ada dilaporan keuangan dan mempresentasikannya dalam suatu proksi
atau model yaitu Altman Z-Score yang dapat menjadi acuan apakah perusahaan
berpotensi untuk bankrut atau tidak. Dalam penelitian ini model yang digunakan
untuk menilai financial distress adalah model Altman Z-Score modifikasi.
Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja
kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu
ke waktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman
hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi
sudah mencakup perusahaan manufaktur non public dan perusahaan obligasi
korporasi. Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang
dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan yang pertama. Persamaan
kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik
manufaktur (Hanafi dan Halim, 2016).
Z = 1,2, (WCTA) + 1,4 (RETA) + 3,3 (EBITTA) + 0,6 (MVEBVL) + 1 (STA)
Keterangan:
WCTA= Aktiva Lancar - Utang lancar(Working Capital)
10
Total Aset
Laba Ditahan (Retained Earning)
RETA=
Total Aset
Laba sebelum bunga dan pajak
EBITTA=
Total Aset
Market Value Of Equity
MVEBVL=
Total Utang
Penjualan
STA=
Total Aset
Menurut Altman menafsirkan nilai Z yang di dapatkan sebagai berikut:
1. Dengan kriteria penilaian Z > 3,00, artinya perusahaan dikategorikan tidak
bangkrut.
2. Apabila 2,70 < Z < 2,99, artinya perusahaan dikategorikan akan mengalami
permasalahan jika tidak dilakukan perbaikan.
3. Hasil 1,80 < Z < 2,70 perusahaan dikategorikan berpotensi bangkrut dalam dua
tahun kedepan.
4. Dan apabila hasil Z < 1,80 maka perusahaan dikategorikan mengalami
kebangkrutan.
2.1.2 Laporan Keuangan
2.1.2.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan dan untuk
menilai kinerja perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang sahamnya telah tercatat
dan diperdagangkan di bursa (Hantono 2018:1).
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan (Hidayat 2018:2).
2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Hidayat (2018:4), tujuan laporan keuangan secara garis besar
adalah:
1. Sarana informasi, analisa hanya dilakukan berdasarkan laporan keuangannya.
2. Pemahaman, analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan.
11
2.1.4 Leverage
2.1.4.1 Pengertian Leverage
Leverage adalah menentukan efek dari setiap alternatif pendanaan
terhadap rasio-rasio leverage (penggunaan utang/rasio utang), rasio utang
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang,
sedangkan rasio jaminan menunjukan kemampuan kemampuan untuk membayar
bunga pokok pinjaman yang jatuh tempo (Purnamawati, Gege Adi dkk 2017:119).
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Pada penelitian ini leverage diukur dengan debt equity
ratio, yakni dengan membagi total utang dengan ekuitas (Kasmir 2018:158).
Dengan meningkatnya leverage yang berlebihan akan memicu terjadinya financial
distress (Harmono 2016:157).
2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage
Menurut Kasmir (2018:153), tujuan penggunaan rasio leverage bagi
perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menilai seberapa besar dana pinjaman yang segera akan ditagih,
terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
Sementara itu manfaat rasio leverage adalah:
18
Total Utang
DER = =
Total Modal Sendiri
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Pengaruh X dan Y
19
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Arus Kas
X1 Financial Distress
Y
22
Leverage
X2