Anda di halaman 1dari 15

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Financial Distress
2.1.1.1 Definisi Financial Distress
Financial Distress adalah kegagalan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban dan juga ketidakmampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas
yang cukup untuk membuat suatu pembayaran yang dibutuhkan sesuai kontrak,
tetapi financial distress dapat juga membawa suatu yang dapat menggagalkan
suatu kontrak, dan itu mungkin saja dapat melibatkan restukturasi financial
diantara perusahaan yang mungkin saja dapat dipaksakan untuk melakukan
likuidasi aktivanya, para kreditornya, dan para investornya ekuitasnya (Arifin
2018:189).
Financial distress adalah suatu perusahaan yang mengalami masalah
dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai
memasuki masa kesulitan keuangan (Fahmi 2016:169).
Definisi financial menjelaskan berdasarkan aliran kas, terjadi bila aliran
kas perusahaan tidak cukup untuk menutup pembayaran yang dibutuhkan
berdasarkan kontrak (Arifin 2018:191).
2.1.1.2 Pihak - Pihak yang Memerlukan Prediksi Financial Distress
Menurut Susanti (2015), adapun Pihak - pihak yang berkepentingan
terhadap informasi mengenai financial distress sebagai berikut:
1. Bank dan Lembaga Perkreditan
Bank dan lembaga perkreditan memerlukan informasi mengenai
kemungkinan financial distress suatu perusahaan untuk menentukan status
pinjaman harus diberikan atau tidak.
2. Investor
Adanya informasi mengenai prediksi financial distress dapat memberikan
masukan serta bahan pertimbangan bagi para investor dalam penanaman
modal pada perusahaan yang bersangkutan.
9

3. Pemerintah
Adanya informasi mengenai prediksi financial distress dapat membantu
pemerintah dalam menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan
lain yang menyangkut hubungan pemerintah dengan perusahaan.
2.1.1.3 Cara Mengatasi Kondisi Financial Distress
Menurut Arifin (2018:190), perusahaan mengatasi kondisi financial
distress dengan antara lain:
1. Menjual aktiva yang utama.
2. Merger dengan perusahaan yang lain.
3. Mengurangi pengeluaran modal dan penelitian dan pengembangan.
4. Menerbitkan surat berharga yang baru.
5. Negoisasi dengan bank dan para kreditor yang lain.
6. Perubahan utang menjadi piutang.
2.1.1.4 Prediksi Financial Distress Menggunakan Metode Altman
Menurut Altman mendefinisikan financial distress menggunakan angka-
angka yang ada dilaporan keuangan dan mempresentasikannya dalam suatu proksi
atau model yaitu Altman Z-Score yang dapat menjadi acuan apakah perusahaan
berpotensi untuk bankrut atau tidak. Dalam penelitian ini model yang digunakan
untuk menilai financial distress adalah model Altman Z-Score modifikasi.
Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja
kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu
ke waktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman
hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi
sudah mencakup perusahaan manufaktur non public dan perusahaan obligasi
korporasi. Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang
dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan yang pertama. Persamaan
kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik
manufaktur (Hanafi dan Halim, 2016).
Z = 1,2, (WCTA) + 1,4 (RETA) + 3,3 (EBITTA) + 0,6 (MVEBVL) + 1 (STA)
Keterangan:
WCTA= Aktiva Lancar - Utang lancar(Working Capital)
10

Total Aset
Laba Ditahan (Retained Earning)
RETA=
Total Aset
Laba sebelum bunga dan pajak
EBITTA=
Total Aset
Market Value Of Equity
MVEBVL=
Total Utang
Penjualan
STA=
Total Aset
Menurut Altman menafsirkan nilai Z yang di dapatkan sebagai berikut:
1. Dengan kriteria penilaian Z > 3,00, artinya perusahaan dikategorikan tidak
bangkrut.
2. Apabila 2,70 < Z < 2,99, artinya perusahaan dikategorikan akan mengalami
permasalahan jika tidak dilakukan perbaikan.
3. Hasil 1,80 < Z < 2,70 perusahaan dikategorikan berpotensi bangkrut dalam dua
tahun kedepan.
4. Dan apabila hasil Z < 1,80 maka perusahaan dikategorikan mengalami
kebangkrutan.
2.1.2 Laporan Keuangan
2.1.2.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan dan untuk
menilai kinerja perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang sahamnya telah tercatat
dan diperdagangkan di bursa (Hantono 2018:1).
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan (Hidayat 2018:2).
2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Hidayat (2018:4), tujuan laporan keuangan secara garis besar
adalah:
1. Sarana informasi, analisa hanya dilakukan berdasarkan laporan keuangannya.
2. Pemahaman, analisa dilakukan dengan cara memahami perusahaan.
11

3. Peramalan, analisa dapat digunakan juga untuk meramalkan kondisi


perusahaan pada masa yang akan datang.
4. Diagnosa, analisa memungkinkan untuk dapat melihat kemungkinan
terdapatnya masalah bank di dalam manajemen ataupun masalah yang lain
dalam perusahaan.
5. Evaluasi, analisa digunakan untuk menilai serta mengevaluasi kinerja
perusahaan termasuk manajemen dalam meningkatkan tujuan perusahaan
secara efisien.
2.1.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Hidayat (2018:5), karakteristik utama laporan keuangan yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Informasi harus bermanfaat dan dipahami.
2. Informasi harus relevan dengan pengambilan keputusan.
3. Informasi yang disajikan harus handal dan dapat dipercaya.
4. Informasinya harus memiliki sifat daya banding.
2.1.2.4 Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat berguna untuk melihat kondisi suatu perusahaan,
baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat untuk memprediski
untuk kondisi di masa yang akan datang (Hidayat 2018:4).
2.1.2.5 Komponen Laporan Keuangan
Menurut Hantono (2018:1), komponen laporan keuangan pada umumnya
terdiri dari:
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang
menunjukan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dari suatu perusahaan.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk
periode tertentu yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang
timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya.

3. Laporan perubahan ekuitas


12

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan ang menunjukan perubahan yang


menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan
selama periode pelaporan.
4. Laporan arus kas
Laporan ini menunjukan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas
perusahaan selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan.
5. Catatan laporan keuangan perusahaan
Catatan atas laporan keuangan perusahaan memberikan penjelasan mengenai
gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos pos
laporan keuangan dan informasi penting lainnya.
2.1.2.6 Pihak yang Membutuhkan Laporan Keuangan
Menurut Hidayat (2018:9), ada beberapa pihak yang selama ini dianggap
memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang,
barang maupun dalam bentuk jasa.
2. Investor adalah pihak yang membeli saham, atau komisaris perusahaan yang
membutuhkan laporan keuangan guna mengetahui kondisi perusahaan
sehingga memastikan uang yang diinvestasikan merasa aman dan
menguntungkan.
3. Akuntan publik adalah pihak yang melakukan audit laporan keuangan
perusahaan, untuk selanjutnya hasil audit akan memberikan penilaian dalam
bentuk rekomendasi.
4. Karyawan adalah pihak yang secara penuh bekerja di perusahaan yang
menggantungkan kehidupan.
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pihak yang mengawasi perusahaan yang go
public serta melakukan evaluasi laporan keuangan perusahaan tersebut.
6. Konsumen pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
7. Pemasok pihak yang menerima order untuk memasok kebutuhan perusahaan.
13

8. Pemerintah pihak yang membutuhkan laporan keuangan untuk melihat


perkembangan perusahaan dan penerimaan pajak.
2.1.3 Arus Kas
2.1.3.1 Pengertian Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016), arus kas adalah arus kas masuk dan arus
keluar kas dan setara kas.
Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow) masing-
masing terbagi dua bagian, antara lain:
1) Arus Kas Masuk (cash inflow)
a. Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara tunai,
penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan
kredit yang dilakukan, dan lain-lain.
b. Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung,
penerimaan modal saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan
bunga, dan lain-lain.
2) Arus Kas Keluar (cash outflow)
a. Bersifat rutin, misalnya: pembelian bahan baku dan bahan pembantu,
membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor habis pakai, dan lain-
lain.
b. Bersifat tidak rutin, misalnya: pembelian aset, pembayaran angsuran
utang, pembayaran dividen, dan lain-lain (www.iaiglobal.or.id).
2.1.3.2 Pengertian Laporan Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016), laporan arus kas melaporkan arus kas
selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan (www.iaiglobal.or.id).
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu entitas ekonomi selama
suatu periode akuntansi (Purnamawati, Gege Adi dkk, 2018:173).
2.1.3.3 Tujuan Laporan Arus Kas
14

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016), laporan arus kas bertujuan untuk
memberikan informasi tentang arus kas entitas yang berguna dalam menyediakan
pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas
dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk
menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomik
oleh pengguna mensyaratkan evaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan
kas dan setara kas serta kepastian perolehannya (www.iaiglobal.or.id).
2.1.3.4 Klasifikasi Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No.2 (revisi 2016), laporan arus kas melaporkan arus kas
selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi
dan pendanaan. Klasifikasi arus kas berdasarkan aktivitas menyediakan informasi
yang memungkinkan pengguna untuk menilai dampak aktivitas tersebut terhadap
posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi ini
dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas
tersebut (www.iaiglobal.or.id).
2.1.3.5 Penyajian Laporan Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016), laporan arus kas melaporkan arus kas
selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan. Entitas penyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi menurut
aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai
pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah
kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi
hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut (www.iaiglobal.or.id).
Penyajian laporan arus kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016), entitas
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari
dua metode berikut:
15

1. Metode langsung; dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan


kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
2. Metode tidak langsung; dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi nonkas, penangguhan atau
akrual dari penerimaan pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan
masa depan dan unsur penghasilan (www.iaiglobal.or.id).
2.1.3.6 Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2016) mendefinisikan arus kas dari aktivitas
operasi diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena
itu, arus kas tersebut pada umumnya dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi.
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi menurut Ikatan Akuntan
Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi
2016) antara lain:
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa.
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain.
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
4. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan.
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan
premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain.
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan
kecuali jika dapat diidentifikasikan secara spesifik sebagai aktivitas
pendanaan dan investasi.
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjualbelikan.
8. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar (www.iaiglobal.or.id).
16

2.1.3.7 Metode Arus Kas dari Aktivitas Operasi


Menurut Purnamawati, Gege Adi dkk (2018:181), entitas melaporkan arus
kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut:
1. Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan.
2. Metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi non kas.
Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang
berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan
oleh metode tidak langsung.
Informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran
kas bruto dapat diperoleh:
a. Dari catatan akuntansi entitas.
b. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos pos lain
dalam laporan laba rugi komprehensif.
Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas operasi ditentukan
dengan menyesuaikan laba atau rugi neto pengaruh:
a. Perubahan persediaan, piutang usaha, serta utang usaha selama periode
berjalan.
b. Pon nonkas, seperti penyusutan, provisi, pajak tangguhan, keuntungan dan
kerugian mata uang asing yang belum direalisasikan,serta laba yang belum
didistribusikan.
Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
2.1.3.8 Rasio Arus Kas
Arus kas yang paling utama adalah arus kas operasi. Proksi yang
digunakan untuk menghitung arus kas operasi dalam penelitian ini adalah rasio
arus kas operasi terhadap hutang lancar (Hery 2015:89).

Arus kas Operasi


Arus Kas Operasi = =
Utang Lancar
17

2.1.4 Leverage
2.1.4.1 Pengertian Leverage
Leverage adalah menentukan efek dari setiap alternatif pendanaan
terhadap rasio-rasio leverage (penggunaan utang/rasio utang), rasio utang
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang,
sedangkan rasio jaminan menunjukan kemampuan kemampuan untuk membayar
bunga pokok pinjaman yang jatuh tempo (Purnamawati, Gege Adi dkk 2017:119).
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Pada penelitian ini leverage diukur dengan debt equity
ratio, yakni dengan membagi total utang dengan ekuitas (Kasmir 2018:158).
Dengan meningkatnya leverage yang berlebihan akan memicu terjadinya financial
distress (Harmono 2016:157).
2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage
Menurut Kasmir (2018:153), tujuan penggunaan rasio leverage bagi
perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Untuk menilai seberapa besar dana pinjaman yang segera akan ditagih,
terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
Sementara itu manfaat rasio leverage adalah:
18

1. Menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada


pihak lainnya.
2. Menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang besifat
tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal.
4. Menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
6. Menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan utang jangka panjang.
7. Menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat
sekian kalinya modal sendiri.
2.1.4.3 Ukuran Leverage
Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur leverage
adalah Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Equity adalah rasio yang menunjukan
sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga dapat dibaca
sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan
(Hantono 2018:13).

Total Utang
DER = =
Total Modal Sendiri

Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti-peneliti


terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini ke dalam tabel penelitian terdahulu
pada sebagai berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Pengaruh X dan Y
19

1 Annisa Livia 2019 Pengaruh -operating capacity tidak


Ramadhani operating berpengaruh terhadap
capacity, sales financial distress
growth, dan arus -sales growth tidak
kas operasi berpengaruh terhadap
terhadap financial distress
financial distress -arus kas operasi
berpengaruh terhadap
financial distress
2 Yutha Siti 2019 Pengaruh -intangible asset
Tutliha dan intangible asset, berpengaruh terhadap
Maryati arus kas operasi financial distress
Rahayu dan leverage -arus kas berpengaruh
terhadap terhadap financial distres
financial distress -leverage berpengaruh
terhadap financial distress
3 Febrian dan 2019 Pengaruh arus Semua variabel x memiliki
Ari Hadi kas operasi, pengaruh terhadap financial
Prasetyo likuiditas, distress
leverage, dan
diversifikasi
terhadap
financial distress

4 Rini Purwati 2019 Pengaruh -kepemilikan instutisional


Ningsih kepemilikan tidak berpengaruh terhadap
instutisional, financial distress
dewan direksi, - dewan direksi tidak
leverage, arus berpengaruh terhadap
kas operasi financial distress
terhadap -leverage berpengaruh
20

financial distress terhadap financial distress


-arus kas tidak berpengaruh
terhadap financial distress
5 Intan Saputri 2019 Pengaruh -profitabilitas berpengaruh
Ayuningtiyas likuiditas, terhadap financial distress
dan profitabilitas, -leverage dan arus kas tidak
Bambang leverage dan arus berpengaruh terhadap
Suryono kas terhadap financial distress
kondisi financial
distress
6 Amrizah 2019 Financial -cash flow memiliki
Kamaludin, distress pengaruh terhadap financial
Norhafizah prediction distress
Ishak, dan through cash -profitability memiliki
Nor Farizal flow Ratios pengaruh terhadap financial
Mohammed Analysis distress
7 Firasari 2018 Penggunaan -ROA berpengaruh secara
Nukmaningti profitabilitas, signifikan terhadap
yas dan likuiditas, financial distress
Saparila leverage dan arus -CER, DER dan arus kas
Worokinasih kas untuk tidak berpengaruh terhadap
memprediksi financial distress
financial distress
8 Dean Subhan 2018 Pengaruh -operating capacity
Saleh dan operating berpengaruh secara
Khez capacity, arus kas signifikan terhadap
Muttaqien operasi dan biaya financial distress
variabel terhadap -arus kas operasi
financial distress berpengaruh secara
signifikan terhadap
financial distress
21

-biaya variabel berpengaruh


secara signifikan terhadap
financial distress
9 Mamang 2018 pengaruh laba -laba dan arus kas tidak
Hariyanto dan arus kas memiliki pengaruh terhadap
dan UIN terhadap financial distress
Maliki financial distress
Malang

2.2 Kerangka Pemikiran


2.2.1 Hubungan Laporan Arus Kas dengan Financial Distress
Perusahaan yang memiliki arus kas operasi yang tinggi berarti memiliki
sumber dana untuk melaksanakan aktifitas operasinya seperti untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen. Jika
arus kas operasi mengalami kenaikan maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress (Annisa, 2019).
2.2.2 Hubungan Leverage dengan Financial Distress
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. pada penelitian ini leverage diukur dengan debt equity
ratio, yakni dengan membagi total utang dengan ekuitas (Kasmir 2018:158).
Semakin tinggi nilai debt to equity ratio atau jumlah total liabilities lebih
besar dari jumlah total equity, maka perusahaan tersebut dikhawatirkan akan
kesulitan dalam membayar utang dan memicu terjadinya financial distress
(Widati, 2015).

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Arus Kas

X1 Financial Distress

Y
22

Leverage

X2

2.3 Hipotesis Penelitian


H1 = laporan arus kas memiliki pengaruh secara parsial terhadap financial
distress.
H2 = leverage memiliki pengaruh secara parsial terhadap financial distress.
H3 = laporan arus kas, dan leverage memiliki pengaruh secara simultan terhadap
financial distress

Anda mungkin juga menyukai