Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KLASIFIKASI AKUNTANSI KEWAJIBAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu:
Dr. Muhsin, SE., Msi., Ak., CA., Asean CPA

Disusun Oleh:
RINA ARDIANTY FATWA ( B1032221006 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Klasifikasi
Akuntansi Kewajiban”.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi
Sektor Publik dan bertujuan memberikan informasi kepada pembaca.
Penulis sangat terbuka dengan argumen pembaca untuk makalah ini. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Harapan penulis makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan
pihak yang memerlukan.

Pontianak, 29 September 2023

Rina Ardianty Fatwa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
2.1 Pengertian Akuntasi Kewajiban .................................................................... 2
2.1.1 Akuntansi Kewajiban dalam PP No.24 Tahun 2005 .............................. 5
2.2 Koreksi Kesalahan ......................................................................................... 8
2.3 Perubahan Kebijakan Akuntansi ................................................................. 11
2.4 Peritiwa Luar Biasa ..................................................................................... 11
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
3.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi merupakan seni mencatat, menggolongkan dan
mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian bersifat
keuangan sedengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang serta
mengikhtisarkan hasil-hasilnya (Taswan, 2005:102). Menurut Soemarso
(2004:3), akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic
information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Dimana ada bisnis pasti ada yang namanya
akuntansi. Akuntansi bagian dari kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-
hari.
Akuntansi Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas, yaitu kewajiban
tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan
pemberi jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-
undangan (Erlina 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Kewajiban?
2. Bagaimana bentuk klasifikasi Akuntansi Kewajiban?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Akuntansi Kewajiban.
2. Mengetahui jenis-jenis Akuntansi Kewajiban

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akuntasi Kewajiban
Akuntansi merupakan tatanan pencatatan, menganalisis, meringkas, dan
melaporkan data yang berkaitan dengan transaksi keuangan yang dilakukan
dalam suatu bisnis atau perusahaan, yang tidak lain tujuannya adalah untuk
menyajikan informasi dengan rinci mengenai transaksi keuangan/
perekonomian kepada pihak-pihak yang berkepeningan, tidak hanya
perusahaan atau bisnis namun pemerintah juga menggunakan akuntansi
sebagai pokok informasi dalam pengambilan keputusan serta sebagai bukti
pertanggungjawaban manajemen yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau
perusahaan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekonomi dalam suatu
wilayah atau dalam suatu instansi.
kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman
tersebut dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain,
atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada
masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan
pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan
barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir
tahun anggaran.
Mengenai akuntansi kewajiban telah diatur dalam Bab IV tentang
Akuntansi Kewajiban KHES, yang terdiri dari 16 pasal (Pasal 765 sampai
780). Dalam pasal 765 menjelaskan mengenai cakupan yang berada dalam
akuntansi kewajiban, disebutkan di dalamnya yang diterapkan adalah
pengakuan mengenai kewajiban segera, bagi hasil yang belum dibagikan,
simpanan, simpanan dari perusahaan lain, hutang salam, hutang istishna’,

2
kewajiban dana investasi terikat dan kewajiban lain, hutang pajak, estimasi
kerugian komitmen dan kontingensi, pinjaman yang diterima, dan pinjaman
subordinasi1. Dalam cakupan pembahasan itu telah diatur mengenai
pengungkapan dan pengakuan dalam masing-masing cakupan akuntansi
kewajiban yang telah diatur dalam KHES, sebagai perincian dan pencatatan
hasil kegiatan transaksi mengenai keuangan di dalam Bank terhadap nasabah.
Pengungkapan dan pengakuan di dalam akuntansi kewajiban harus
disertakan dalam setiap jenis cakupan dalam akuntansi kewajiban,
penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban Segera
Kewajiban segera adalah kewajiban bank kepada pihak lain yang sifatnya
wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi amanat atau
perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. Kewajiban segera terdiri dari:
a. Penerimaan pajak termasuk potongan pajak yang masih harus disetor.
b. Kewajiban yang sudah jatuh tempo namun belum ditarik seperti deposito
mudharabah, bagi hasil yang belum diambil shahibul maal.
c. Dana transfer/kiriman uang masuk/keluar.
d. Saldo rekening tabungan yang sudah ditutup namun belum diambil oleh
pemilik rekening.
e. Deviden yang sudah ditetapkan tetapi belum dibayarkan.
Selain itu ada beberapa hal yang harus dicantumkan dalam kewajiban segera
yaitu:
a. Kiriman uang yang belum diambil oleh nasabah, dan penutupan rekening.
b. Komponen dana pihak ketiga yang digunakan untuk Giro Wajib Minimum
(GWM) di Bank Indonesia.
c. Dana yang dijaminkan sehingga diperhitungkan untuk premi penjaminan
yang harus dibayar.
d. Pengungkapan dan pengakuan bagi hasil yang belum dibagikan harus
disajikan di neraca sebesar jumlah kewajiban perusahaan yang wajib segera
dibayarkan.

3
2. Simpanan dan Simpanan dari Perusahaan lain
Simpanan dari bank lain adalah kewajiban bank kepada bank lain dalam
bentuk antara lain tabungan wadiah5. Dalam pengertian lain disebutkan
simpanan bank lain adalah produk pendanaan bank yang berasal dari dana
pihak kedua, berdasarkan pedoman Akuntansi 2001 (PAPI 2001), simpanan
dari Bank lain adalah kewajiban bank kepada bank lain, baik di dalam Negeri,
maupun diluar negeri dalam bentuk giro, tabungan, Interbank, Call Money,
deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis. Di dalam KHES dijelaskan
mengenai pengakuan dan pengungkapan yang harus disertakan dalam
pencatatan akuntansi yaitu:
a. Rincian simpanan mengenai jumlah dan jenis simpanan.
b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.
3. Pinjaman
Secara sederhana, pinjaman dapat diartikan sebagai barang atau jasa yang
menjadi kewajiban salah satu pihak untuk dibayarkan kepada pihak lain
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh pihak yang
bersngkutan baik secara tertulis maupun lisa, yang dinyatakan atau
diimplikasikan serta wajib dibayarkan kembali dalam jangka waktu
tertentu. (Ardiyos, 2004). Pengungkapan dan pengakuan yang dijabarkan
mengenai pinjaman pinjaman yang diterima dalam KHES yaitu:
a. Rincian pembiayaan yang diterima mengenai jenis dan sumber dana
yang diterima.
b. Jangka waktu, imbalan dan jatuh tempo pinjaman yang diterima.
c. Jenis valuta.
d. Perikatan yang menyertainya.
e. Nilai aktiva perusahaan yang dijaminkan.
f. Hubungan istimewa.
Ada ketentuan lain jika pinjaman itu berasal dari pemerintah atau pihak
lain yang menyediakan bantuan dengan tingkat imbalan lebih rendah dari
tingkat imbalan di pasar, maka menajemen harus mengungkapkan bantuan
tersebut dan dampaknya terhadap laba bersih.

4
2.1.1 Akuntansi Kewajiban dalam PP No.24 Tahun 2005
Dalam aturan PP No. 24 Tahun 2005 menerangkan mengenai
akuntansi kewajiban oleh pemerintah,adapun pengertian kewajiban yaitu
utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. jika dalam
KHES menjelaskan mengenai akuntansi kewajiban secara umum, namun
lebih spesifik yang berada dalam Bank syari’ah, berbeda dengan akuntansi
kewajiban yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini yang
menjabarkan dalam hal kewajiban Negara yang harus diterapkan atau
dirincikan dalam bentuk dan struktur yang telah ditetapkan. Berikut
mengenai penjabaran isi dari PP No. 24 Tahun 2005 mengenai akuntansi
kewajiban.
1. Ruang Lingkup Akuntansi Kewajiban Pemerintah
Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri
dan Utang Luar Negeri. Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman
dalam mata uang asing. Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul
dari restrukturisasi pinjaman. Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul
dari utang pemerintah. Perlakuan itu berlaku sepanjang belum ada
pengaturan khusus dalam pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
Pernyataan Standar ini tidak mengatur Akuntansi Kewajiban Diestimasi
dan Kewajiban Kontinjensi, serta Akuntansi Instrumen Derivatif dan
Aktivitas Lindung Nilai.
2. Karakterisitik kewajiban
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban
umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas

5
pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga
terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah,
kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak,
alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan
pemberi jasa lainnya.
3. Klasifikasi Kewajiban
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang
mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu
12 (dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) 27 bulan
setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu entitas pelaporan tetap
mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun kewajiban
tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah 40 tanggal pelaporan jika jangka waktu aslinya adalah untuk
periode lebih dari 12 (dua belas) 42 bulan dan entitas bermaksud untuk
mendanai kembali (refinance) kewajiban 44 tersebut atas dasar jangka
panjang. Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian 2
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan 3 kembali
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan 4 keuangan
disetujui.
4. Pengakuan Kewajiban
Pelaporan keuangan untuk tujuan umum harus menyajikan kewajiban
yang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban dapat timbul dari: (a) transaksi dengan pertukaran (exchange
transactions); (b) transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions),

6
sesuai hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan belum lunas
dibayar sampai dengan saat tanggal pelaporan; (c) kejadian yang
berkaitan dengan pemerintah (government-related events); (d) kejadian
yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak
dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai
gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk
menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran,
kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai
ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu
transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau
menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya
atau janji.Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui
atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Kejadian yang berkaitan dengan Pemerintah adalah kejadian yang tidak
didasari transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah
dan lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali
pemerintah.
Secara umum suatu kewajiban diakui, dalam hubungannya dengan
kejadian yang berkaitan dengan Pengukuran Kewajiban.
a. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata
uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.
b. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang
tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya,
seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan
kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar,
diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

7
c. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti
karakteristik dari masing-masing pos. Paragraf berikut menguraikan
penerapan nilai nominal untuk masing-masing pos kewajiban pada
laporan keuangan.

2.2 Koreksi Kesalahan


Pada kasus ini, penulis menggunakan ”LAMPIRAN XII PERATURAN
BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG
KEBIJAKAN AKUNTANSI” sebagai acuan dalam makalah ini. Kesalahan
dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi
anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis,
kesalahan dalam penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta, kecurangan, atau kelalaian. Dalam situasi tertentu, suatu
kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan
keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut
tidak dapat diandalkan lagi. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadiannya
dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
(a) Kesalahan yang tidak berulang; (b) Kesalahan yang berulang dan
sistemik; Kesalahan yang tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan
tidak akan terjadi kembali yang dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
(a) Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan; (b)
Kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya;
Kesalahan yang berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan oleh
sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan
akan terjadi berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak
yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak. Terhadap setiap kesalahan harus dilakukan
koreksi segera setelah diketahui. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun

8
yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam
periode berjalan.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan atau akun belanja dari periode yang bersangkutan. Koreksi
kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan
kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, serta mempengaruhi secara
material posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut
sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-
lain, akun aset, serta akun ekuitas dana yang terkait. Koreksi kesalahan atas
pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja)
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset
selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun ekuitas dana lancar. Laporan keuangan
dianggap sudah diterbitkan apabila sudah ditetapkan dengan peraturan daerah.
Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud tidak dengan sendirinya
berpengaruh terhadap pagu anggaran atau belanja entitas yang bersangkutan
dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan. Akun koreksi pendapatan
periode lalu dan akun koreksi belanja periode lalu disajikan secara terpisah
dalam Laporan Realisasi Anggaran. Akibat koreksi kesalahan tersebut
selanjutnya diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Koreksi kesalahan belanja dapat dibagi dua yaitu yang menambah saldo
kas dan yang mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan belanja yang
menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah

9
penghitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan pendapatan
lain-lain. Contoh koreksi kesalahan belanja yang mengurangi saldo kas yaitu
terdapat transaksi belanja pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan,
dikoreksi mengurangi akun ekuitas dana lancar dan mengurangi saldo kas.
Terhadap koreksi kesalahan yang berkaitan dengan belanja yang
menghasilkan aset, disamping mengoreksi saldo kas dan pendapatan lain-lain
juga perlu dilakukan koreksi terhadap aset yang bersangkutan dan pos ekuitas
dana diinvestasikan. Sebagai contoh, belanja aset tetap yang di mark-up dan
setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan belanja tersebut harus dikembalikan,
maka koreksi yang harus dilakukan adalah dengan menambah kas dan
pendapatan lain-lain, serta mengurangi pos aset tetap dan pos ekuitas dana
diinvestasikan.
Koreksi kesalahan pendapatan dapat dibagi dua yaitu yang menambah
saldo kas dan yang mengurangi saldo kas. Contoh koreksi kesalahan
pendapatan yang menambah saldo kas yaitu terdapat transaksi penyetoran
bagian laba perusahaan daerah yang belum dilaporkan. Dalam hal demikian,
koreksi yang perlu dilakukan adalah menambah saldo kas dan ekuitas dana
lancar. Contoh koreksi kesalahan pendapatan yang mengurangi saldo kas yaitu
kesalahan pengembalian pendapatan dana alokasi umum karena kelebihan
transfer. Dalam hal demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah
mengurangi saldo kas dan ekuitas dana lancar.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah
laporan keuangan periode tersebut diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pos-pos neraca terkait pada periode ditemukannya kesalahan. Contoh
kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas adalah belanja untuk membeli
perabot kantor (aset tetap) dilaporkan sebagai belanja perjalanan dinas. Dalam
hal demikian, koreksi yang perlu dilakukan adalah mendebet pos aset tetap
dan mengkredit pos ekuitas dana investasi pada aset tetap.
Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi, melainkan
dicatat pada saat terjadi. Akibat kumulatif dari koreksi kesalahan yang

10
berhubungan dengan periode-periode yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan
dalam baris tersendiri pada Laporan Arus Kas tahun berjalan.

2.3 Perubahan Kebijakan Akuntansi


Para pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu entitas
pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui trend posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan
harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Perubahan di dalam
perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari
perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi,
merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan
dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.
Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai berikut: (a)
adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara
substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan (b) adopsi
suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang sebelumnya
tidak ada atau yang tidak material.
Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu
perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut harus
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan terkait yang telah menerapkan
persyaratanpersyaratan sehubungan dengan revaluasi. Perubahan kebijakan
akuntansi dan pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

2.4 Peritiwa Luar Biasa


Peristiwa luar biasa menggambarkan suatu kejadian atau transaksi yang
secara jelas berbeda dari aktivitas biasa. Di dalam aktivitas biasa entitas

11
Pemerintah Daerah termasuk penanggulangan bencana alam atau sosial yang
terjadi berulang. Dengan demikian, yang termasuk dalam peristiwa luar biasa
hanyalah peristiwa-peristiwa yang belum pernah atau jarang terjadi
sebelumnya. Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas
adalah kejadian yang sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan
di dalam anggaran. Suatu kejadian atau transaksi yang berada di luar kendali
atau pengaruh entitas merupakan peristiwa luar biasa bagi suatu entitas, tetapi
peristiwa yang sama tidak tergolong luar biasa untuk entitas yang lain.
Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena peristiwa luar
biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggal menyebabkan
penyerapan sebagian besar anggaran belanja tak tersangka atau dana darurat
sehingga memerlukan perubahan/pergeseran anggaran secara mendasar.
Anggaran belanja tak tersangka atau anggaran belanja lain-lain yang ditujukan
untuk keperluan darurat biasanya ditetapkan besarnya berdasarkan perkiraan
dengan memanfaatkan informasi kejadian yang bersifat darurat pada
tahuntahun lalu. Apabila selama tahun anggaran berjalan terjadi peristiwa
darurat, bencana, dan sebagainya yang menyebabkan penyerapan dana dari
mata anggaran ini, peristiwa tersebut tidak dengan sendirinya termasuk
peristiwa luar biasa, terutama bila peristiwa tersebut tidak sampai menyerap
porsi yang Peraturan Bupati Maluku Tenggara Nomor 2.a Tahun 2010
signifikan dari anggaran yang tersedia. Tetapi apabila peristiwa tersebut secara
tunggal harus menyerap 50% (lima puluh persen) atau lebih anggaran tahunan,
maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai peristiwa luar biasa.
Sebagai petunjuk, akibat penyerapan dana yang besar itu, entitas
memerlukan perubahan atau penggeseran anggaran guna membiayai peristiwa
luar biasa dimaksud atau peristiwa lain yang seharusnya dibiayai dengan mata
anggaran belanja tak tersangka atau anggaran lain-lain untuk kebutuhan
darurat.

12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi kewajiban merupakan merupakan tatanan pencatatan,
menganalisis, meringkas, dan melaporkan data yang berkaitan dengan
transaksi keuangan yang dilakukan dalam suatu bisnis, perusahaan dan
pemerintah yang berkaitan dengan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi.
Lebih singkatnya kewajiban ini muncul karena adanya hutang yang harus
dilunasi. Akuntansi Kewajiban dalam PP No. 24 Tahun 2005 menerangkan
mengenai akuntansi kewajiban oleh pemerintah, adapun pengertian kewajiban
yaitu utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Menurut “Peraturan Bupati Maluku Tenggara Nomor 2.a Tahun 2010”
suatu peristiwa secara tunggal harus menyerap 50% (lima puluh persen) atau
lebih anggaran tahunan, maka peristiwa tersebut layak digolongkan sebagai
peristiwa luar biasa. Entitas memerlukan perubahan atau penggeseran
anggaran guna membiayai peristiwa luar biasa dimaksud atau peristiwa lain
yang seharusnya dibiayai dengan mata anggaran belanja tak tersangka atau
anggaran lain-lain untuk kebutuhan darurat.

3.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis memiliki saran kepada pembaca untuk
lebih memahami tentang klasifikasi kewajiban dan contoh kasus pada
akuntansi.

13
DAFTAR PUSTAKA

PP Nomor 24 Tahun 2005 Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan No.09


Tentang Akuntansi Kewajiban.
PAPSI BPRS. IX.2. Kewajiban Segera.
Karisma Brigitta Dyah. 2016. Evaluasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Dalam Penyususnan Laporan
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Santa Dharma: Yogyakarta.
Martani Dwi. SylviaVeronica NPS. Ratna Wardhani. Aria Farahmita. Edward
Tanujaya. 2014. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis Kas. Jakarta:
Salemba Empat
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-2. Bandung:
Alfabeta.

14

Anda mungkin juga menyukai