Anda di halaman 1dari 20

Tugas : Makalah

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


“Prosedur dan Penatausahaan Pendapatan SKPD”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah yang diampu oleh Ibu Vina Olivia Pebrianty, SE., ME.

OLEH

KELOMPOK 1 :

Fuad Fallal Shobiril B1C119102


Indar Wisya B1C119111
Jumaria B1C119117
Moh. Assegaf Arifin Putra B1C119127
Muhammad Sandy B1C119137
Qonita Hafidzah B1C119150

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prosedur
Dan Penatausahaan Pendapatan SKPD” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen


pengampuh mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat
selesai dengan tepat waktu. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai Prosedur Dan
Penatausahaan Pendapatan SKPD..

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini.

Kendari, 25 Mei 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum ................................................................................... 3

B. Bendahara Penerimaan SKPD .......................................................... 7

C. Pertanggungjawaban Dan Penyampaiannya .................................... 10

D. Contoh Dokumen ............................................................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendapatan SKPD meliputi semua penerimaan uang yang berasal


daripendapatan daerah, yang hanya boleh diterima oleh SKPD (baik
melaluibendahara penerimaan SKPD, bendahara penerimaaan pembantu,
maupunyang langsung diterima di kas umum daerah). Pendapatan SKPD
merupakanhak daerah, tidak perlu dibayar kembali oleh daerah, dan pada SKPD
penerimaharus dibukukan sebagai pendapatan SKPD.

Tidak semua kelompok pendapatan daerah dapat dipungut dan diterima


oleh Bendahara Penerimaan SKPD. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, pasal
6ayat (2), SKPD hanya berwenang melaksanakan pemungutan penerimaanbukan
pajak. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya SKPD sering diminta
memungut/memotong pajak untuk kemudian disetorkan ke kas daerah. Pajak yang
dipungut SKPD tidak dibukukan sebagai pendapatan SKPD tapi dibukukan
sebagai pendapatan PPKD.

Penatausahaan keuangan daerah baik dari sisi pendapatan (penerimaan)


maupun dari sisi belanja (pengeluaran) sangatlah penting untuk diperhatikan,
kelemahan dalam menatausahakan keuangan daerah ini mengakibatkan lemahnya
dalam sistem pengendalian intern keuangan daerah, pada ujungnya akan sangat
rendah kualitas bukti-bukti administrasi yang digunakan dalam pencatatan
akuntansi.

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas


dalam makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
karya tulis ini antara lain:

1. Dasar hukum Proses dan Penatausahaan Pendapatan SKPD

2. Bendahara Penerimaan SKPD

3. Pertanggungjawaban dan Penyampaian Bendahara Penerimaan SKPD

1
C. TUJUAN

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun di atas, hingga


tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:

1. Untuk mengetahui Dasar Hukum apa saja untuk Proses dan Penatausahaan
Pendapatan SKPD

2. Untuk mengetahui seperti apa itu Bendahara Penerimaan SKPD

3. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban dan Penyampaian Bendahara


Penerimaan SKPD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan
penerimaan daerah yang di kelola oleh bendahara penerimaan diatur dalam
Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 187-189 dan Permendagri No. 55 tahun
2008 pasal 2 serta lampiran 1.

a. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 187-189


Pasal 187
(1) Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank
pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima
nota kredit.
(2) Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan cara:
a) disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b) disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau
kantor pos oleh pihak ketiga; dan
c) disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
(3) Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh
pihak ketiga kepada bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c diterbitkan dan disahkan oleh PPKD.

Pasal 188
Dalam hal daerah yang karena kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan
komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187 ayat (2) ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.

Pasal 189 (sebelum perubahan)


(1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan:
3
a) buku kas umum;
b) buku pembantu per rincian objek penerimaan; dan
c) buku rekapitulasi penerimaan harian.
(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menggunakan:
a) surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b) surat ketetapan retribusi (SKR);
c) surat tanda setoran (STS);
d) surat tanda bukti pembayaran; dan e. bukti penerimaan lainnya
yang sah.
(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) dilampiri dengan:
a) buku kas umum;
b) buku pembantu per rincian objek penerimaan;
c) buku rekapitulasi penerimaan harian; dan
d) bukti penerimaan lainnya yang sah.
(7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan.
(9) Mekanisme dan tatacara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.

4
(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan
buku rekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.I peraturan menteri ini.
(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda
setoran, dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran D.II peraturan menteri ini.
(12) Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.III
peraturan menteri ini.

Pasal 189 Setelah Perubahan


(Permendagri Nomor 59 Tahun 2007)
Ketentuan Pasal 189 ayat (6) huruf b dihapus dan huruf c diubah, sehingga
Pasal 189 berbunyi sebagai berikut:
(1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan:
a) buku kas umum;
b) buku pembantu per rincian objek penerimaan; dan
c) buku rekapitulasi penerimaan harian.
(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menggunakan:
a) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah);
b) Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
c) Surat Tanda Setoran (STS);
d) surat tanda bukti pembayaran; dan
e) bukti penerimaan lainnya yang sah.
(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung
jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

5
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) dilampiri dengan:
a) buku kas umum;
b) dihapus;
c) buku rekapitulasi penerimaan bulanan; dan
d) bukti penerimaan lainnya yang sah.
(7) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan.
(9) Mekanisme dan tata cara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) diatur dalam peraturan kepala daerah.
(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan
buku rekapitulasi penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran D.I peraturan menteri.
(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda
setoran, dan surat tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran D.ll peraturan menteri ini.
(12) Format laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran.

b. Permendagri Nomor 55 Tahun 2008 Pasal 2


(1) Bendahara penerimaan SKPD bertugas untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan
pendapatan dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bendahara
penerimaan SKPD berwenang:
a) menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli daerah;
b) menyimpan seluruh penerimaan;

6
c) menyetorkan penerimaan yang diterima yang diterima dari pihak
ketiga ke rekeningkas umumdaerah paling lambat 1 hari kerja;
d) mendapatkan bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui
Bank.
(3) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar secara geografis sehingga wajib
pajak dan/atau wajib retribusi mengalami kesulitan dalam membayar
kewajibannya, dapat ditunjuk satu atau lebih bendahara penerimaan pembantu
SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang bendahara penerimaan
SKPD.
(4) Tata cara penatausahaan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban
bendahara penerimaan SKPD dan bendahara penerimaan pembantu SKPD
serta penyampaiannya tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

B. BENDAHARA PENERIMAAN SKPD


1. Penatausahaan Penerimaan Pendapatan
Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang
tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR
dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam
pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang
telah ditetapkan.
Bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti
Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib
retribusi.
Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD harus
disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya
dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS).
Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat. sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.

2. Pembukuan Penerimaan Pendapatan


Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan menggunakan Buku
Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Dalam melakukan
pembukuan tersebut, bendahara penerimaan menggunakan dokumen-dokumen
sebagai dasar pencatatan antara lain:
a. Surat Tanda Bukti Pembayaran
7
b. Nota Kredit
c. Bukti Penerimaan Yang Sah, dan
d. Surat Tanda Setoran
Daftar STS yang dibuat oleh bendahara penerimaan didokumentasikan
dalam Register STS. Prosedur pembukuan dapat dikembangkan dalam 3 (tiga)
prosedur, antara lain:
a. Pembukuan atas pendapatan secara tunai
Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara
penerimaan menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi.
Apabila pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan
ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima.
Selanjutnya pencatatan dilakukan pada saat bendahara penerimaan
menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.
Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.
Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai
berikut:
o Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara
penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian
penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara
penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.
o Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode
rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode
rekening.
o Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah.
Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran adalah sebagai
berikut:
o Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran
pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah.
o Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada
buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian
penyetoran kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.
Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara
Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS.
b. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan

8
Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui
rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan
saat bendahara penerimaan menerima informasi dari bank mengenai adanya
penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga
penyetoran nya.
Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran.
Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening
bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut:
o Bendahara penerimaan menerima pemberitahuan dari bank
(pemberitahuan tergantung dari mekanisme yang digunakan) mengenai
adanya penerimaan di rekening bendahara penerimaan.
o Berdasarkan info tersebut dan info pembayaran dari wajib pajak/retribusi
(bisa berupa slip setoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan
melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut.
o Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara
penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran
pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom tanggal dan kolom cara
pembayaran.. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran
melalui rekening bendahara penerimaan.
o Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening sesuai
dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi
kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat.
Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas
umum daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara
penerimaan adalah sebagai berikut:
o Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran
pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank
bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.
o Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada
buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian
penyetoran pada kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.
Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara
Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS.
c. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah
Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran secara
langsung melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat

9
bendahara penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya
penerimaan pendapatan pada rekening kas umum daerah.
Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Bendahara Penerimaan. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan
yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah sebagai
berikut:
o Bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari
wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum
daerah.
o Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat
penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian
penerimaan.
o Lalu berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan juga
mencatat penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian
penyetoran.

C. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA


1. Pertanggungjawaban Administratif
Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung jawabkan
pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada
Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan. merupakan
penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan memuat
informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan:
o Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
o Register STS
o Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
o Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban
bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:

10
o Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban. yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya.
o Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis
kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara
penerimaan pembantu.
o Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung jawaban
bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam
pertanggungjawaban proses pembuatan laporan bendahara penerimaan
yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggung jawaban
bendahara pembantu.
o Bendahara penerimaan memberikan Laporan Pertanggungjawaban kepada
PA/KPA melalui PPK SKPD.
o Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan,
maka PPK SKPD akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap Laporan
Pertanggungjawaban tersebut.
o Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan menandatangani
Laporan Pertanggungjawaban (administratif) sebagai bentuk pengesahan.
Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun. anggaran
disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

2. Pertanggungjawaban Fungsional
Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung jawaban
secara fungsional kepada PPKD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya
menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif.
LPJ fungsional ini dilampiri dengan:
o Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
o Register STS
o Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggung jawaban
bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:
o Bendahara penerimaan menerima pertanggung-jawaban yang dibuat oleh
bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya.

11
o Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis
kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara
penerimaan pembantu.
o Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung jawaban
bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses
pembuatan laporan pertanggung jawaban bendahara penerimaan yang
merupakan gabungan dengan laporan pertanggungjawaban bendahara
pembantu.
o Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan
dari PPK-SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban
administratif.
o Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan
pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban
fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
o PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam rangka
rekonsiliasi pendapatan.
o Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran
disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

D. CONTOH DOKUMEN
1. Tanggal 2 Januari 200B, bendahara penerimaan menyetorkan ke kas daerah
pendapatan yang ditangguhkan dari retribusi pasar grosir sebesar Rp
30.000.000 pada neraca awal (uang tersebut diterima pada tanggal 31
Desember 200A dengan Tanda Bukti Pembayaran Nomor 00101).
Penyelesaiannya:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA A
SURAT TANDA SETOR (STS)
STS No. : STSXXX1 Bank : Pembangunan Daerah
No. Rekening : XXX231
Harap diterima uang sebesar Rp 30.000.000
(Dengan huruf: tiga puluh juta rupiah)
Dengan perincian penerimaan sebagai beriku:
No. Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp)
1 4.1.2.02.02 Retribusi pasar grosir 30.000.000
2
Jumlah 30.000.000
Uang tersebut diterima pada tanggal 5 Januari 2008

Pangguna Anggaran Bendahar Penerimaan

TTD TTD

(Catatan: STS dilampiri slip setoran bank)

12
2. Tanggal 15 Januari 2008, bendahara penerimaan menerima SKR Daerah
sebesar Rp 50.000.000 dari pengguna anggaran.
Penyelesaiannya:

13
3. Pada tanggal 20 Januari, SKR tersebut dibayar oleh wajib retribusi kepada
bendahara penerimaan.
Penyelesaiannya:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA A
TANDA BUKTI PEMBAYARAN
NOMOR BUKTI : BP0001
a. Bendahara penerimaan/Bendahara penerimaan pembantu
Telah menerima uang sebesar Rp50.000.000
(Dengan huruf: lima puluh juta rupiah)
b. Dari nama : XXX
Alamat : XXX
c. Sebagai pembayaran : Retribusi pasar grosir
Retribusi tempat pelelangan
Kode Rekening Jumlah (Rp)
4.1.2.02.02 20.000.000
4.1.2.02.03 30.000.000

d. Tanggal diterima : 20 Januari 2008

Bendahara Penerimaan Pembayar

TTD TTD

Lembar asli : Untuk pembayar


Salinan 1 : Untuk bendahara penerimaan
Salinan 2 : Arsip

4. Pada tanggal 21 Januari, kas dari retribusi tersebut disetor oleh bendahara
penerimaan ke kas daerah.
Penyelesaiannya:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA A
SURAT TANDA SETOR (STS)
STS No. : STSXXX2 Bank : Pembangunan Daerah
No. Rekening : XXX231
Harap diterima uang sebesar Rp 50.000.000
(Dengan huruf: lima puluh juta rupiah)
Dengan perincian penerimaan sebagai beriku:
No. Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp)
1 4.1.2.02.02 Retribusi pasar grosir 20.000.000
2 4.1.2.02.0 Retribusi tempat pelelangan 30.000.000
3
Jumlah 50.000.000
Uang tersebut diterima pada tanggal 21 Januari 2008

Pangguna Anggaran Bendahar Penerimaan

TTD TTD

(Catatan: STS dilampiri slip setoran bank)


14
5. Selain itu, pada tanggal 29 Januari 2008, bendahara penerimaan menerima
tagihan penjualan angsuran sebesar Rp 10.000.000.
Penyelesaiannya:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA A
TANDA BUKTI PEMBAYARAN
NOMOR BUKTI : BP0002
a. Bendahara penerimaan/Bendahara penerimaan pembantu
Telah menerima uang sebesar Rp10.000.000
(Dengan huruf: Sepuluh juta rupiah)
b. Dari nama : XXX
Alamat : XXX
c. Sebagai pembayaran : Cicilan penjualan rumah

Kode Rekening Jumlah (Rp)


4.1.4.13.01 10.000.000

d. Tanggal diterima : 29 Januari 2008

Bendahara Penerimaan Pembayar

TTD TTD

Lembar asli : Untuk pembayar


Salinan 1 : Untuk bendahara penerimaan
Salinan 2 : Arsip

6. Pada tanggal 30 Januari 2008, bendahara penerimaan menyetorkan kas ke kas


daerah dari tagihan penjualan angsuran tersebut.
Penyelesaiannya:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA A
SURAT TANDA SETOR (STS)
STS No. : STSXXX3 Bank : Pembangunan Daerah
No. Rekening : XXX231
Harap diterima uang sebesar Rp 10.000.000
(Dengan huruf: sepuluh juta rupiah)
Dengan perincian penerimaan sebagai beriku:
No. Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp)
1 4.1.4.1.01 Cicilan penjualan rumah 10.000.000
2
3
Jumlah 10.000.000
Uang tersebut diterima pada tanggal 30 Januari 2008

Pangguna Anggaran Bendahar Penerimaan

TTD TTD

(Catatan: STS dilampiri slip setoran bank)

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dasar hukum yang digunakan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan


penerimaan daerah yang di kelola oleh bendahara penerimaan diatur dalam
Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 187-189 dan Permendagri No. 55 tahun
2008 pasal 2 serta lampiran 1.

Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang


tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan
Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR
dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam
pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang
telah ditetapkan.

Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung jawabkan


pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada
Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya.

Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan. merupakan


penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan memuat
informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
bendahara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Falensya13. _____ . BAB IV Prosedur dan Penatausahaan Pendapatan (Online).


Tersedia di: https://www.coursehero.com/file/18617345/BAB-IV-
prosedur-dan-Penatausahaan-Pendapatan-doc1/ [Diakses: 24 Mei 2022].

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang: Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 Tentang: Tata Cara
Penatausahaan Dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Serta Penyampaiannya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang: Perubahan


Atasperaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.

Tanjung, Abdul Hafiz. 2009. Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah


untuk SKPD (Buku 1, Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai