Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD”

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik

DOSEN PENGAMPU:

Agus Kurniawan, S.E.,M.S.Ak.

DISUSUN OLEH:

Kelompok 11

Anjas Olanda (2051030410)


Listiya Arika Putri (2051030086)
Tri Novita Sari (2051030171)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia- Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Akuntansi Sektor Publik ini
tepat waktu.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang ini dan yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Agus Kurniawan, S.E.,M.S.Ak.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang telah membimbing
penulisan makalah berjudul ”Penyusunan Laporan Keuangan SKPD’’ ini, sehingga makalah
dapat diselesaikan. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang
baru setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, 6 November 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Laporan Keuangan SKPD...............................................................................................3

B. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD...........................................................................3

BAB III PENUTUP...............................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................................13

B. Saran..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era keterbukaan ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya
sebagai warga negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang
salah satunya perbaikan terhadap sistem pengelolaan keuangan pada badan-badan
pemerintah. Dengan adanya otonomi daerah, Pemerintah daerah mempunyai hak dan
kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah. Namun
demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintah
daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya,
tanpa arah dan tujuan yang jelas.

Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakikatnya
merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan,
baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah
membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia. Transparansi dapat
diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua
kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya
beserta sumberdaya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai
bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang
menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-
undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah.
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan
pcrubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan
sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya.

Dalam melaksanakan pertanggungjawaban laporan keuangannya pemerintah daerah


baik pusat dan propinsi harus menyusunnya sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan mengenai

1
penyusunan laporan keuanganpemerintah daerah dalam lingkup SKPD (satuan kerja
perangkat daerah).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Laporan Keuangan SKPD itu?
2. Bagaimanakah Penyusunan Laporan Keuangan SKPD?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apakah Laporan Keuangan SKPD itu.
2. Mengetahui Penyusunan Laporan Keuangan SKPD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Laporan Keuangan SKPD


Sebagaimana diatur dalam paket peraturan perundangan-undangan mengenai
pengelolaan keuangan (UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004 dan UU No. 15
Tahun 2004) pemerintah daerah wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri atas
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas disertai dengan
Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan pemerinatah daerah disusun
berdasarkan laporan keuangan yang dibuat oleh seluruh SKPD. Laporan keuangan SKPD
disusun oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-
SKPD). Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, laporan keuangan SKPD yang telah disusun
oleh PPK-SKPD selanjutnya disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan
keuangan SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling lambat 2 (dua)
bulan setelah akhir tahun anggaran/periode akuntansi berakhir. Laporan keuangan SKPD
hanya terdiri atas 3 laporan yaitu:1
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Neraca; dan
3. Catatan atas Laporan Keuangan.
Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas, laporan keuangan SKPD yang
disampaikan dilampiri dengan surat pernyataan kepala SKPD. Surat pernyataan kepala
SKPD berisi pernyataan bahwa laporan keuangan SKPD menjadi tanggung jawabnya dan
telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan standar
akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD


Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah
dihasilkan melalui proses akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD. Jurnal dan
posting yang telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.2
1. Langkah 1 (Kertas Kerja)
1
Haryanto, dkk, 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hal 158.

3
a. PPK-SKPD menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat untuk
menyusun Laporan Keuangan. Worksheet adalah alat bantu yang digunakan
dalam proses pembuatan Laporan Keuangan. Worksheet berguna untuk
mempermudah proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara
manual. PPK-SKPD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi
neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku besar dipindahkan ke
kolom neraca saldo dalam worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit dalam
saldo di buku besar masing-masing.
b. PPK-SKPD membuat jurnal penyesuaian. Jurnal ini dibuat dengan tujuan
melakukan penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas
transaksi-transaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian tersebut diletakkan
dalam kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. Jurnal penyesuaian
telah dijelaskan dalam pembahasan Prosedur Akuntansi Aset, Kewajiban dan
Ekuitas Dana SKPD. Jurnal Penyesuaian yang ada SKPD meliputi setidaknya:
1) Koreksi kesalahan pencatatan
2) Pengakuan aset, hutang, dan ekuitas.
3) Jurnal depresiasi
4) Jurnal terkait dengan transaksi yang bersifat accrual dan prepayment
c. PPK-SKPD melakukan penyesuaian atas neraca saldo berdasarkan jurnal
penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan
diletakkan pada kolom ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada
Kertas Kerja.
d. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran dan
memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada
Kertas Kerja.
e. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke
kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.
f. Dari kertas kerja yang telah selesai diisi, PPK-SKPD dapat menyusun Laporan
Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai

2
Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah: Bab V Penyusunan Laporan Keuangan
SKPD. Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal 92-102.

4
catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena PPK-SKPD belum membuat
Jurnal Penutup.
2. Langkah 2 (Jurnal Penutup)
Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal menjadi
nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang digunakan
untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu Pendapatan, dan Belanja.
Jurnal Penutup yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jurnal Penutup Pendapatan

Dr Pendapatan… xxx
Cr Surplus/Defisit xxx

b. Jurnal Penutup Belanja

Dr Surplus/Defisit xxx
Cr Belanja… xxx

Jurnal Penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di Neraca menjadi jumlah yang
benar.
c. Jurnal Penutup Surplus/Defisit ke SiLPA jika Surplus

Dr Surplus/Defisit xxx
Cr SILPA xxx

d. Jurnal Penutup Surplus/Defisit ke SiLPA jika Defisit

Dr SILPA xxx
Cr Surplus/Defisit xxx

Jurnal Penutup dicatat pada Buku Jurnal Umum untuk selanjutnya diposting ke Buku
Besar.
3. Langkah 3 (Penyusunan Laporan Keuangan Sebelum Konversi)
Laporan Realisasi Anggaran SKPD (LRA SKPD) disusun setiap semester.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja

5
SKPD yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode.
4. Langkah 4 (Konversi SAP)
Laporan keuangan yang dibuat oleh SKPD yang terdiri atas LRA, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, disusun berdasarkan struktur anggaran APBD sesuai
Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sehingga, terdapat perbedaan struktur akun
pendapatan dan belanja bila dibandingkan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PP No. 24 Tahun 2005). Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah langkah konversi.
Berikut bagan konversi yang dimaksud:
a. Konversi untuk LRA

Permendagri No. 13 Tahun 2006 PP No. 24 Tahun 2005 SAP


PENDAPATAN PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah
1. Pajak Daerah 1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah 2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan yang Dipisahkan
4. Lain-Lain PAD yang Sah 4. Lain-Lain PAD yang Sah

Pendapatan Asli Daerah yang merupakan wewenang SKPD untuk mencatat dan
melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat, dalam bagan di atas, tidak terdapat
perbedaan. Oleh karena itu, untuk PAD tidak memerlukan konversi.

6
Belanja yang merupakan wewenang SKPD untuk mencatat dan melaporkannya
dalam LRA, seperti terlihat, dalam bagan di atas, harus dilakukan konversi, yaitu:
1) Belanja Tidak Langsung tidak dikenal dalam struktur pada format SAP,
sehingga perlu dikonversi ke Belanja Operasi.
2) Konversi Belanja Langsung sebagai berikut:
a) Dari komponen belanja langsung, yaitu belanja pegawai ke komponen
belanja operasi pada akun belanja pegawai,
b) Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja barang dan jasa ke
komponen belanja barang, dan
c) Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja modal ke komponen
belanja modal.
Dalam konversi agar sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP,
pelaporan realisasi belanja dalam LRA tidak berdasarkan program dan
kegiatan, sebagaimana klasifikasi anggaran belanja langsung dalam APBD,
tetapi untuk tujuan Penjabaran Laporan Realisasi APBD, belanja harus
dilaporkan bersama program dan kegiatan.
Dengan demikian, perlu dibuat dua versi pelaporan LRA, yaitu berdasarkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 kemudian konversinya yang berdasarkan PP
No. 24 Tahun 2005 sebagaimana telah dijelaskan di atas.
b. Konversi untuk neraca

7
Ketika akan melakukan konversi Neraca, perlu diteliti lebih dahulu pada
klasifikasi mana terjadi perbedaan antara Permendagri No. 13 Tahun 2006 dengan
PP No. 24 Tahun 2005, kemudian lakukan konversi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh konversi pada bagan di bawah ini:

Dari bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk SKPD, tidak terdapat
Perbedaan pada kelompok Aset Lancar.

Permendagri No. 13 Tahun PP No. 24 Tahun 2005 tentang


2006 ASET TETAP SAP ASET TETAP
1. Tanah 1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin 2. Peralatan dan Mesin
3. Gedung dan Bangunan 3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Jaringan dan Instalasi 4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
5. Aset Tetap Lainnya 5. Aset Tetap Lainnya
6. Konstruksi dalam Pengerjaan 6. Konstruksi dalam Pengerjaan
7. Akumulasi Penyusutan 7. Akumulasi Penyusutan

8
Perbedaan di dalam Aset Tetap ada pada kelompok Jalan, Jaringan dan Instalasi
berdasarkan akun pada Permendagri No. 13 Tahun 2006, sedangkan berdasarkan
format PP No. 24 Tahun 2005 kelompok yang sama adalah Jalan, Irigasi, dan
Jaringan. Bila diperhatikan lebih saksama ke dalam susunan Kode Rekening
Permendagri No.13 Tahun 2006, yang dimaksud dengan jaringan termasuk di
dalamnya adalah jaringan irigasi, sehingga sebenarnya tidak ada perbedaan
substansi di antara keduanya.

Permendagri No. 13 Tahun PP No. 24 Tahun 2005 tentang


2006 ASET LAINNYA SAP ASET LAINNYA
1. Tagihan Piutang Penjualan 1. Tagihan Penjualan Angsuran
Angsuran
2. Tagihan Tuntutan Ganti 2. Tuntutan Perbendaharaan
Kerugian Daerah
3. Kemitraan dengan Pihak 3. Tuntutan Ganti Rugi
Ketiga
4. Aset Tidak Berwujud 4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
5. Aset Lain-Lain 5. Aset Tidak Berwujud
6. Aset Lain-Lain

Perbedaan pada kelompok Aset Lainnya terlihat bahwa dalam format PP No. 24
Tahun 2005 dibedakan antara Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi,
sedangkan di Permendagri No. 13 Tahun 2006 hanya ada Tagihan Tuntutan Ganti
Kerugian Daerah dengan tidak memisahkan ke dalam dua kelompok seperti pada
PP No.24 Tahun 2005. Oleh karena itu, dalam konversi, sesuai dengan kejadian
transaksinya, perlu dibedakan ke dalam dua kelompok seperti dalam PP No. 24
Tahun 2005.

Permendagri No. 13 Tahun PP No. 24 Tahun 2005 tentang


2006 KEWAJIBAN SAP KEWAJIBAN
A. Kewajiban Jangka Pendek A. Kewajiban Jangka Pendek
1. Utang Perhitungan Pihak 1. Utang Perhitungan Fihak Ketiga

9
Ketiga (PFK)
2. Uang Muka dari Kas Daerah*) 2. Utang Bunga
3. Utang Bunga 3. Bagian Lancar Utang dalam
Negeri
4. Utang Pajak 4. Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang Lainnya
5. Bagian Lancar Utang Jangka 5. Utang Jangka Pendek Lainnya
Panjang
6. Pendapatan diterima di
Muka**)
7. Utang Jangka Pendek Lainnya

Perbedaan kelompok Kewajiban:


1) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat Uang Muka dari Kas Daerah.
Bila yang dimaksud adalah transfer kas dari BUD, maka diakui/dicatat sebagai
RK-Pusat yang menjadi bagian dari akun ekuitas dana di SKPD.
2) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat Pendapatan Diterima di
Muka/ Pendapatan yang Ditangguhkan. Hal ini terjadi dari transaksi
pendapatan yang diterima oleh Bendahara Penerimaan yang belum disetorkan
ke Kas Daerah. Namun sebenarnya bila transaksi itu terjadi maka
diakui/dicatat ke sebagai pendapatan yang ditangguhkan yang masuk dalam
kelompok Ekuitas Dana Lancar. Tetapi bila akun tersebut muncul dari
transaksi lainnya yang menyebabkan pendapatan diterima di muka, maka
dapat dikonversikan ke dalam Utang Jangka Pendek Lainnya menurut PP No.
24 Tahun 2005.

Permendagri No. 13 Tahun PP No. 24 Tahun 2005 SAP


2006 EKUITAS DANA EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar
1. Sisa Lebih Pembiayaan 1. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Anggaran (SiLPA) (SiLPA)
2. Cadangan Piutang 2. Cadangan Piutang
3. Cadangan Persediaan 3. Cadangan Persediaan

10
4. Dana yang Harus Disediakan 4. Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang Jangka untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek* Pendek

Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi


1. Diinvestasikan dalam Aset 1. Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Tetap
2. Diinvestasikan dalam Aset 2. Diinvestasikan dalam Aset
Lainnya (tidak termasuk Dana Lainnya
Cadangan)

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan antara
Permendagri No. 13 Tahun 2006 dengan PP No. 24 Tahun 2005 bagi
komponen Ekuitas pada Neraca.
3) Akun Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
merupakan contra account dari Ekuitas Dana Lancar.
5. Langkah 5 (Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Setelah Konversi)
Format Laporan Realisasi Anggaran SKPD setelah dilakuan konversi disajikan
sesuai Permendagri 59 Tahun 2007/Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.
Sementara Format Neraca SKPD setelah dilakuan konversi disajikan sesuai
Permendagri 59 Tahun 2007/Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.
6. Langkah 6 (Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan)
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus memiliki referensi
silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7. Langkah 7 (Pembuatan Jurnal Balik di Awal Tahun)
Jurnal Balik adalah proses pilihan yang dilakukan setelah pembuatan laporan
keuangan. Jurnal balik adalah proses penjurnalan kembali untuk akun-akun yang
dilakukan penyesuaian (misalnya persediaan) agar pada kondisi awal neraca periode
berikutnya, nilainya menjadi nihil. Secara singkatnya, jurnal balik adalah jurnal
penyesuaian dengan rekening yang sebelumnya di debit menjadi kredit dan rekening
yang sebelumnya dikredit menjadi di debit. Jurnal Balik telah dibahas pada Prosedur

11
Akuntansi Neraca. Jurnal Balik dicatat pada Buku Jurnal Umum untuk selanjutnya
diposting ke Buku Besar pada awal tahun.
a. Jurnal balik persediaan

Dr Cadangan persediaan xxx


Cr Persediaan xxx

b. Jurnal balik piutang

Dr Cadangan piutang xxx


Cr Piutang xxx

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Laporan keuangan SKPD hanya terdiri atas 3 laporan yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca; dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Langkah-langkah penyusunan laporan keuangan SKPD yaitu:
a. Langkah 1 (Kertas Kerja)
b. Langkah 2 (Jurnal Penutup)
c. Langkah 3 (Penyusunan Laporan Keuangan Sebelum Konversi)
d. Langkah 4 (Konversi SAP)
e. Langkah 5 (Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Setelah Konversi)
f. Langkah 6 (Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan)
g. Langkah 7 (Pembuatan Jurnal Balik di Awal Tahun)

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di
kemudian hari. Apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan dan memakluminya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, dkk, 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah: Bab V Penyusunan
Laporan Keuangan SKPD. Pemerintah Kabupaten Bandung.
https://www.bandungkab.go.id/uploads/Bab_5_Laporan_Keuangan_SKPD.pdf
(Diakses Pada 7 November 2022).

iii

Anda mungkin juga menyukai