Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

“PENGENDALIAN DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI”

DISUSUN OLEH:

1. Lisa Nurjanah (2051030391)


2. Madona Novie Kofiffah Safitri (2051030300)
3. Y unita (2051030189)

Program Studi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi tepat
waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Arifa Kurniawan, S.E.,M.S.A
selaku dosen pengampu mata sistem informasi akuntansi yang telah membimbing penulisan
makalah berjudul “Pengendalian dan Sistem Informasi Akuntansi” sehingga dapat
diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam memahami tentang
pengendalian dan sistem informasi akuntansi dan juga berguna bagi siapa saja yang ingin
memahami ilmu tentang sistem informasi akuntansi. Tentunya tidak ada karya yang
sempurna, makalah ini pun memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, maka besar
harapan penulis mendapat kritikan dan saran dalam penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung, 03 Oktober 2022

Tim Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ II

DAFTAR ISI .................................................................................. III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 1

C. TUJUAN ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................3

A. Praktik Korupsi Asing dan Sarbanes Oxley Act ............................................3

B. Kerangka Kontrol (COBIT, COSO, Enterprise Risk Management) ..............5

C. Lingkungan Internal .....................................................................................8

D. Identifikasi Risiko ........................................................................................9

E. Aktivitas Pengendalian................................................................................10

F. Informasi dan Komunikasi .........................................................................10

G. Monitoring ..................................................................................................10

H. Contoh Kasus .............................................................................................. 11

BAB III PENUTUP .......................................................................... 12

A. SIMPULAN ................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 13

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem informasi akuntansi merupakan sistem formal yang utama dalam kebanyakan
perusahaan. Pada perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba, penjualan
merupakan kegiatan utama untuk mencapai tujuan utama. Dalam rangka menunjang
kegiatan penjualan, seorang manajer sangat berkepentingan atas informasi yang berkaitan
dengan penjualan, untuk menyajikan informasi mengenai penjualan sehingga dapat
digunakan untuk mengambil keputusan lebih lanjut. Era ekonomi yang meningkat seperti
ini banyak perusahaan yang menghadapi persaingan usaha yang ketat antar perusahaan
sejenis. Perkembangan dunia usaha akan mengakibatkan besarnya persaingan yang harus
dihadapi oleh setiap perusahan untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh laba yang
maksimal. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk meningkatkan kegiatan oprasionalnya
guna mempertahankan dan mengembangkan usahanya.
Semakin berkembangnya perusahaan, maka manajer dituntut untuk mengelola
perusahaannya secara professional agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk itu
manajer perusahaan mempunyai tugas dan wewenang dalam pengambilan keputusan.
Kualitas keputusan yang diambil sangatlah berpengaruh pada perkembangan kemajuan
perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan berkembang jika dalam operasi perusahaannya
diikuti oleh meningkatnya volume kegiatan usaha dan semakin rumitnya pengaturan
kegiatan usaha tersebut. Suatu perusahan pasti memiliki sistem informasi yang berfungsi
sebagai penghasil informasi. Dalam setiap perusahaan ada serangkain kegiatan akuntansi
yang tidak dapat dihindarkan yaitu sistem informasi akuntansi. Untuk itu diperlukan adanya
sistem informasi akuntansi (SIA) yang memadai guna membantu manajer untuk melakukan
pengendalian yang efektif atas kegiatan operasi perusahaan ditinjau dari segi keuangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu praktik korupsi asing dan Sarbanes Oxley Act?
2. Bagaimana kerangka kontrol pengendalian dan sistem informasi akuntansi?
3. Apa pengertian dari lingkungan internal?
4. Apa pengertian dari identifikasi risiko?
5. Apa pengertian dari aktivitas pengendalian?
6. Apa pengertian dari informasi dan komunikasi?
7. Apa pengertian dari monitoring?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui praktik korupsi asing dan SOA
2. Untuk mengetahui kerangka kontrol pengendalian dan sistem informasi akuntansi
3. Untuk mengetahui lingkungan internal
4. Untuk mengetahui identifikasi risiko
5. Untuk mengtahui aktivitas pengendalian
6. Untuk mengetahui informasi dan komunikasi
7. Untuk mengetahui penegrtian dari monitoring

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Praktik Korupsi Asing dan Sarbanes Oxley Act

1. Praktik Korupsi Asing


Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) adalah undang-undang yang dikeluarkan
untuk mencegah perusahaan menyuap pejabat asing agar mendapatkan bisnis; juga
mengharuskan semua perusahaan milik publik untuk memelihara sebuah sistem
pengendalian akuntansi internal. Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (FCPA, the Act)
adalah undang-undang Amerika Serikat yang melarang perusahaan dan individu AS
membayar suap kepada pejabat asing untuk kesepakatan bisnis lebih lanjut. FCPA berisi dua
artikel utama yaitu ketentuan anti penyuapan dan ketentuan pembukuan, catatan, dan
pengendalian internal, yang membahas praktik akuntansi. FCPA berlaku untuk perilaku
yang dilarang di mana pun di dunia dan berlaku untuk perusahaa publik Amerika
Serikat dan perusahaan swasta.
Undang-Undang Praktik Korupsi Asing (FCPA) adalah undang-undang Amerika
Serikat yang melarang perusahaan dan individu membayar suap kepada pejabat asing untuk
kesepakatan bisnis lebih lanjut. Baik Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) dan Departemen
Kehakiman (DOJ) bertanggung jawab untuk menegakkan FCPA. Bagian dari FCPA, pada
tahun 1977, membantu menyamakan kedudukan bagi bisnis Amerika di pasar luar negeri.
Undang-Undang Praktik Korupsi Asing menargetkan korupsi dan penyuapan secara
internasional. Membayar pejabat asing untuk mempercepat proses hukum atau
mendapatkan kontrak adalah praktik bisnis yang umum di seluruh dunia hingga tahun 1970-
an. Nyatanya, di beberapa negara, perusahaan secara rutin menghapuskan suap
sebagai pengeluaran bisnis normal saat mengajukan pengembalian pajak. Menjadi umum,
bagaimanapun, tidak membuat perilaku ini diinginkan atau etis.
Ketika undang-undang tersebut disahkan pada tahun 1977, undang-undang tersebut
mendapat dukungan substansial dari bisnis Amerika karena mereka tidak dapat bersaing
secara adil di pasar luar negeri tempat penyuapan diterima. Rezim anti-penyuapan FCPA —
bersama dengan pengadopsian perjanjian seperti Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pembangunan (OECD), yang mewajibkan negara-negara penandatangan untuk melarang
semua kejahatan keuangan — telah membantu untuk menyamakan kedudukan di luar negeri
bagi bisnis AS.1

1 https://id.nesrakonk.ru/foreign-corrupt-practices-act/ (diakses pada tanggal 03 Oktober 2022 pukul 18;34)


3
2. Sarbanes-Oxley Act
Sarbanes-Oxley Act (SOX) adalah undang-undang yang dimaksudkan untuk mencegah
kejahatan laporan keuangan, membuat laporan keuangan lebih transparan, memberikan
perlindungan pada investor, memperkuat pengendalian internal pada perusahaan publik,
dan menghukum eksekutif yang melakukan kejahatan. Sarbanes-Oxley Act (SOA)
merupakan sebuah produk hukum di Amerika Serikat yang mengatur tentang akuntabilitas,
praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata cara pengelolaan data di
perusahaan publik. Eksistensi Sarbanes-Oxley Act tersebut diprakarsai oleh senator Paul
Sarbanes dari Maryland dan Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio dan telah disahkan oleh
presiden AS George W. Bush.
Beberapa literatur mengakui pentingnya studi hubungan antara kualitas audit dengan
peran pengendalian internal berbasis Sarbanes-Oxley Act dan keandalan pelaporan
keuangan. Lennox (1999), menyatakan bahwa kantor akuntan publik yang besar akan lebih
mampu menangkap sinyal adanya penyelewengan keuangan dan mengungkapnya dalam
opini audit. Hasil penelitian tersebut menjelaskan adanya hubungan yang positif antara
penerapan pengendalian internal berbasis SarbanesOxley Act dengan kualitas audit. Di
Indonesia, hubungan antara kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan serta opini audit
belum dapat dilihat dengan jelas. Pada sektor publik, audit biasanya dilakukan oleh BPKP.
Audit akan dilakukan oleh kantor akuntan publik, jika pemeriksaan tersebut diminta oleh
BPKP. Jika penerapan Sarbanes-Oxley Act dan keandalan pelaporan keuangan sudah baik,
maka hal tersebut dapat menghasilkan opini audit wajar tanpa pengecualian. Namun
pengendalian internal berbasis Sarbanes-Oxley Act tidak terbukti mempunyai hubungan
signifikan terhadap kualitas audit. Berikut beberapa aspek terpenting SOX:
 Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB): dewan yang dibuat oleh
SOX yang mengatur profesi pengauditan; dibuat sebagai bagian dari SOX.
 Aturan-aturan baru bagi para auditor.
 Peran baru bagi komite audit.
 Aturan baru bagi manajemen.
 Ketentuan baru pengendalian internal.

Setelah SOX dikeluarkan, Securities and Exchange Comission (SEC) memerintahkan


bahwa manajemen harus:
 mendasarkan evaluasinya pada sebuah kerangka pengendalian yang berlaku.
 mengungkapkan semua kelemahan pengendalian internal material.
 menyimpulkan bahwa sebuah perusahaan tidak memiliki pengendalian internal
pelaporan keuangan yang efektif jika terdapat kelemahan material. 2

2 Syahril Djaddang dan Shanti Lysandra, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Volume XVIII No. 2, Agustus 2015)
4
B. Kerangka Kontrol

1. COBIT
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah
sekumpulan dokumentasi dan panduan yang mengarahkan kepada tata kelola IT yang
dapat membantu auditor, manajemen, dan pengguna (user) untuk menjembatani antara
resiko bisnis, kebutuhan kontrol, dan permasalahan-permasalahan teknis. COBIT
dikembangkan oleh IT governance Institute (ITGI) yang merupakan bagian dari
Information Systems Audit and Control Association (ISACA). COBIT sangat bermanfaat
bagi manajemen untuk membantu dalam menyeimbangkan antara resiko dan investasi
pengendalian dalam sebuah lingkungan Teknologi yang sering tidak dapat diprediksi.
Bagi user, hal ini menjadi sangat berguna untuk memperoleh keyakinan atas layanan
keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal atau pihak ketiga.
Sedangkan bagi Auditor untuk mendukung atau memperkuat opini yang dihasilkan dan
untuk memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian internal yang ada.
Untuk memenuhi tujuan bisnis, informasi perlu memenuhi kriteria tertentu, adapun
7 kriteria informasi yang menjadi perhatian COBIT, yaitu sebagai berikut:

a. Effectiveness (Efektivitas)
Informasi yang diperoleh harus relevan dan berkaitan dengan proses bisnis, konsisten
dapat dipercaya, dan tepat waktu.
b. Effeciency (Efisiensi)
Penyediaan informasi melalui penggunaan sumber daya (yang paling produktif dan
ekonomis) yang optimal.
c. Confidentially (Kerahasiaan)
Berkaitan dengan proteksi pada informasi penting dari pihak-pihak yang tidak memiliki
hak otorisasi/tidak berwenang.
d. Intergrity (Integritas)
Berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan data/informasi dan tingkat validitas yang
sesuai dengan ekspetasi dan nilai bisnis.
e. Availability (Ketersediaan)
Fokus terhadap ketersediaan data/informasi ketika diperlukan dalam proses bisnis, baik
sekarang maupun dimasa yang akan datang. Ini juga terkait dengan pengamanan atas
sumber daya yang diperlukan dan terkait.
f. Compliance (Kepatuhan)
Pemenuhan data/informasi yang sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan, dan
rencana perjanjian/kontrak untuk proses bisnis.

5
g. Reliability (Handal)
Fokus pada pemberian informasi yang tepat bagi manajemen untuk m engoperasikan
perusahaan dan pemenuhan kewajiban mereka untuk membuat laporan keuangan.
h. Komponen Control Objektif
Berdasarkan IT Governance Institute (2012), Framework COBIT disusun dengan
karakteristik yang berfokus pada bisnis. Dalam edisi keempatnya ini, COBIT Framework
terdiri dari 34 high level control objectives dan kemudian proses tersebut dikelompokan
menjadi 4 domain, keempat domain tersebut antara lain: Plannig and Organization,
Acquisition and Implementation, Delivery and Support, dan Monitoring and Evaluation.

2. COSO
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission)
merupakan sebuah komisi yang bertujuan untuk melakukan melakukan riset mengenai
fraud dalam pelaporan keuangan (fraudulent on financial reporting) dan membuat
rekomendasi2 yang terkait dengannya untuk perusahaan publik, auditor independen,
SEC, dan institusi pendidikan. Internal kontrol merupakan suatu proses, yang
dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah
entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang memadai berkaitan
dengan pencapaian tujuan dalam beberapa kategori.

Kategori-kategori dalam pencapaian tujuan Pengendalian Internal

a) Efektivitas dan efisiensi operasi


b) Keandalan laporan keuangan
c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Laporan ini menekankan bahwa sistem pengendalian internal merupakan


alat/perangkat dari manajemen dan bukan pengganti manajemen. Jadi manajemen dan
sistem pengendalian seharusnya dibentuk didalam kegiatan operasi. COSO menekankan
Pengendalian Internal sebagai suatu “proses” yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari aktivitas bisnis entitas yang berkelanjutan. Untuk tujuan pelaporan manajemen
kepada publik. Pengendalian Internal terkait penjagaan asset dari pengambilan,
penggunaan, atau penghilangan yang tidak terotorisasi adalah suatu proses yang
dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah
entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan/jaminan yang wajar berkaitan
dengan pencegahan atau deteksi dini terhadap pengambilan, penggunaan, atau
penghilangan yang tidak terotorisasi terhadap asset entitas sehingga dapat memberikan
pengaruh/efek yang material terhadap laporan keuangan.

6
3. Enterprise Risk Management
Enterprise Risk Management (ERM) merupakam sebuah proses yang melibatkan
keseluruhan entitas mulai dari dewan direksi, manajemen serta pejabat lainnya, yang
diaplikasikan ke dalam penyusunan strategi dan mencakup keseluruhan perusahaan,
yang didesain untuk mengidentifikasi kejadian yang berpotensi yang dapat berpengaruh
pada entitas , dan mengelola risiko pada tingkat risiko yang dikehendaki untuk
menyediakan penjaminan yang wajar dalam rangka mencapai tujuan dari entitas.
Enterprise Risk Management (ERM) meliputi dari hal-hal di bawah ini, yaitu :

a) Aligning risk appetite and strategy


Manajemen mempertimbangkan batas risiko dari entitas dalam mengevaluasi alternatif
strategi, menetapkan tujuan yang berhubungan dengan hal itu, dan mengembangkan
mekanisme untuk mengelola risiko yang berhubungan yang ditimbulkannya
b) Enhancing risk response decisions
ERM menyediakan kekuatan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi antara alternatif
respon dari risiko – menghindari, mengurangi, membgi dan menerima risiko
c) Reducing operational surprises and losses
Entitas mengambil keuntungan dari meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi
peristiwa yang berpotensi dan respon yang ada, mengurangi adanya kejutan-kejutan dan
menghubungkannya dengan biaya atau kerugian
d) Identifying and managing multiple and cross-enterprise risks
Setiap perusahaan menghadapi banyak sekali risiko yang berdampak kepada bagian yang
berbeda dari organisasi dan ERM memfasilitasi respon yang effektif kepada semua
bagian yang terkena dampaknya dan menggabungkan respon- respon tersebut kepada
bermacam-macam risiko
e) Seizing opportunities
Dengan mempertimbangkan hal terbesar dari potensi kejadian, manajemen dalam hal
ini berada pada posisi untuk mengidentifikasi dan melakukan tindakan proaktif terhadap
menyadari kesempatan yang ada
f) Improving deployment of capital
Penyediaan informasi risiko yang baik membuat manajemen dapat menilai secara effektif
keseluruhan modal yang dibutuhkan dan meningkatkan pengalokasian modal.

Oleh karena itu, Enterprise Risk Management dapat dijelaskan sebagai suatu proses
untuk membuka, mengindentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko tersebut, baik risiko
individual maupun konteks yang lebih luas atas risiko-risiko berbeda yang saling
berhubungan yang mempengaruhi perusahaan. COSO ERM Framework seperti yang

7
terdapat dalam executive summary pada September 2004, membagi objectives atau
tujuannya menjadi 4 kategori besar, yaitu:
a) Strategic – tujuan yang ditetapkan pada tingkat manajemen atas, disatukan dan dibuat
untuk mendukung misi dari perusahaan.
b) Operations – penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien
c) Reporting – pelaporan yang dapat dipercaya
d) Compliance –patuh dengan hukum dan peraturan yang berlaku. 3

C. Lingkungan Internal
Lingkungan internal yaitu budaya perusahaan yang memperngaruhi cara organisasi
menetapkan strategi dan tujuannya, membuat struktur aktivitas bisnis, dan
mengidentifikasi, menilai, serta merespon risiko. sebuah lingkungan internal mencakup hal-
hal sebagai berikut:

1. Filosofi Manajemen, Gaya Pengoperasian, dan Selera Risiko


Semakin bertanggung jawab filosofi dan gaya pengoperasian manajemen, serta makin jelas
mereka berkomunikasi, maka semakin besar kemungkinan para pegawai akan bertindak
dengan tanggung jawab 2. Komitmen Terhadap Integritas, Nilai-Nilai Etis, dan Kompetensi.
Perusahaan mendukung integritas dengan:
 Mengajarkan dan mensyaratkannya secara aktif
 Menghindari pengharapan atau insentif yang tidak realistis
 Memberikan penghargaan atas kejujuran
 Mengembangkan kode etik tertulis yang menjelaskan perilaku jujur dan tidak jujur
 Mewajibkan pegawai untuk melaporkan tindakan tidak jujur atau ilegal dan mendisiplinkan
pegawai yang diketahui tidak melaporkan tindakan
 Membuat komitmen untuk kompetensi

2. Pengawasan Pengendalian Internal oleh Dewan Direksi


SOX mensyaratkan perusahaan publik memiliki komite audit, yaitu sejumlah anggota dewan
direksi dari luar dan independen yang bertanggung jawab untuk pelaporan keuangan.
kepatuhan terhadap peraturan, pengendalian internal, serta perekrutan dan pengawasan
auditor internal dan eksternal.

3. Struktur Organisasi
Aspek penting struktur organisasi:
 Sentralisasi atau desentralisasi wewenang

3 Martina Melissa, Model Kerangka Pengendalian (2017)


8
 Hubungan pengarahan atau matriks pelaporan
 Organisasi berdasarkan industri. lini produk. lokasi. atau jaringan pemasaran
 Bagaimana alokasi tanggung jawab mempengaruhi ketentuan informasi
 Organisasi dan garis wewenang untuk akuntansi. pengauditan, dan fungsi sistem informasi
 Ukuran dan jenis aktivitas perusahaan

4. Metode Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab


Wewenang dan tanggung jawab ditetapkan dan dikomunikasikan menggunakan deskripsi
pekerjaan formal, platihan pegawai, jadwal pengoperasian, anggaran, kode etik, serta
kebijakan dan prosedur tertulis.

5. Standar Sumber Daya Manusia


Kebijakan SDM harus berisi tingkatan keahlian, perilaku etis, dan integritas. Kebijakan dan
prosedur yang penting. diantaranya:
 Pengecekan latar belakang saat perekrutan
 Mengkompensasi, mengevaluasi, dan mempromosikan
 Pelatihan
 Pengelolaan pegawai yang tidak puas
 Pemberhentian
 Liburan dan rotasi tugas
 Perjanjian kerahasiaan dan asuransi ikatan kesetiaan
 Menunutut dan memenjarakan pelaku 4

D. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko
harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifkasi organisasi,
analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang
disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi
spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran,
dan pelaporan data-data keuangan. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan
mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara
negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan
melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam

4https://canducation.com/pengendalian-dan-sistem-informasi-akuntansi/ (diakses pada tanggal 03 Oktober 2022


pukul 19:00)
9
lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki,
teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi, operasi
luar negeri, dan standar akuntansi baru.

E. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa
tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.
Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit
dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review terhadap
kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas.

F. Informasi dan Komunikasi


Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam sebuah bentuk dan waktu yang memungkinkan orang untuk melaksanakan
tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi serta menjaga
akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi mencakup penyediaan deskripsi tugas
individu dan tanggung jawab yang berkaitan dengan suatu struktur pengendalian intern
dalam pelaporan keuangan.

G. Monitoring
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat
waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi
dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan
serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan
dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan
pelanggan dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang
masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut
berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan da lam
hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat
bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh
entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta
penerapan persyaratan hukum dan peraturan.

10
H. Contoh Kasus
Salah satu permasalahan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang terjadi di
PT.Dirgantara Indonesia adalah laporan keuangan. Fenomena yang terkait Penerapan
Sistem Informasi terjadi pada perusahaan di PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang baru
menerapkan sistem Enterprises Resource Planning (ERP) berupa software SAP pada 6 tahun
2013. Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia (Persero) menggunakan sistem Integrated
Resources Planning (IRP) berupa software yang bernama FIS. Pembaharuan sistem ini
dilakukan karena sistem ERP (SAP) memiliki beberapa keunggulan dari sistem sebelumnya,
seperti data lebih akurat, visibilitas lebih baik, kontrol yang lebih bagus serta aliran data yang
lebih mulus. Perubahan ini memunculkan kekhawatiran akan kesiapan para karyawan 6
serta sarana dan prasarana yang mendukung sistem tersebut. Faktor pengguna sangat
penting untuk diperhatikan dalam penerapan sistem baru ini, karena tingkat kesiapan
pengguna untuk menerima sistem baru mempunyai pengaruh besar dalam menentukan
sukses tindaknya pengembangan/penerapan sistem tersebut.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) adalah undang-undang yang dikeluarkan untuk
mencegah perusahaan menyuap pejabat asing agar mendapatkan bisnis; juga
mengharuskan semua perusahaan milik publik untuk memelihara sebuah sistem
pengendalian akuntansi internal. Sarbanes-Oxley Act (SOX) adalah undang-undang yang
dimaksudkan untuk mencegah kejahatan laporan keuangan, membuat laporan keuangan
lebih transparan, memberikan perlindungan pada investor, memperkuat pengendalian
internal pada perusahaan publik, dan menghukum eksekutif yang melakukan kejahatan.
2. Kerangka control pengendalian sistem informasi akuntansi terdiri dari COBIT, COSO dan
ERM.
3. Lingkungan internal yaitu budaya perusahaan yang memperngaruhi cara organisasi
menetapkan strategi dan tujuannya, membuat struktur aktivitas bisnis, dan
mengidentifikasi, menilai, serta merespon risiko.
4. Identifikasi risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko
harus dikelola.
5. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa
arahan manajemen dilaksanakan.
6. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam sebuah bentuk dan waktu yang memungkinkan orang untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka.
7. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Syahril Djaddang dan Shanti Lysandra, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Volume XVIII No. 2, Agustus
2015)

Martina Melissa, Model Kerangka Pengendalian (2017)

https://id.nesrakonk.ru/foreign-corrupt-practices-act/

https://canducation.com/pengendalian-dan-sistem-informasi-akuntansi/

13

Anda mungkin juga menyukai