Anda di halaman 1dari 9

Dasar Hukum

Dasar Hukum
Penerimaan dan Penatausahaan di Bendahara
• UNDANG-UNDANG NO. 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA.
• UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2004 TENTANG PER- BENDAHARAAN
NEGARA.
• Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
• PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
• PERMENDAGRI NO. 59 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.
• PERMENDAGRI 21 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Proses pelaksanaan anggaran merupakan proses yang terikat dengan banyak peraturan perundang-undangan
yang juga sudah banyak mengalami perubahan, maka Peraturan Pemerintah ini disusun dalam rangka
melakukan penyesuaian dengan perkembangan yang terjadi.

BAB VI: PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN (Bagian Kedua-Pelaksanaan dan Penatausahaan Kas Umum
Daerah)
Pasal 126
Dalam rangka pengelolaan uang daerah, PPKD selaku BUD membuka Rekening Kas Umum Daerah pada bank
umum yang sehat.
Bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penetapan bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat dalam perjanjian antara BUD dengan bank
umum yang bersangkutan.
Pasal 127
Dalam pelaksanaan operasional Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah, BUD dapat membuka rekening
penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menampung Penerimaan Daerah
setiap hari.
Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil yang
seluruh penerimaannya dipindahbukukan ke Rekening Kas Umum Daerah sekurang-kurangnya sekali sehari
pada akhir hari.
Dalam hal kewajiban pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara teknis belum dapat dilakukan
setiap hari, pemindahbukuan dapat dilakukan secara berkala yang ditetapkan dalam Perkada.
Rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dioperasikan sebagai rekening yang menampung pagu
dana untuk membiayai Kegiatan Pemerintah Daerah sesuai rencana pengeluaran, yang besarannya ditetapkan dengan
Perkada.
Pemindahbukuan dana dari rekening penerimaan dan/atau rekening pengeluaran pada bank umum ke Rekening Kas
Umum Daerah dilakukan atas perintah BUD.

Pasal 128
Kepala Daerah dapat memberi izin kepada kepala SKPD untuk membuka rekening penerimaan melalui BUD yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah pada bank umum.
Kepala Daerah dapat memberikan izin kepada kepala SKPD untuk membuka rekening pengeluaran melalui BUD yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah pada bank umum untuk menampung UP.
Pasal 129
Pemerintah Daerah berhak memperoleh bunga, jasa giro, dan/atau imbalan lainnya atas dana yang disimpan pada bank
berdasarkan tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 130
Biaya yang timbul sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank didasarkan pada ketentuan yang berlaku
pada bank yang bersangkutan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 131
Dalam rangka manajemen kas, Pemerintah Daerah dapat mendepositokan dan/atau melakukan investasi jangka pendek
atas uang milik Daerah yang sementara belum digunakan sepanjang tidak mengganggu likuiditas Keuangan Daerah,
tugas daerah, dan kualitas pelayanan publik.
Deposito dan/atau investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disetor ke Rekening Kas Umum
Daerah paling lambat per 31 Desember.
Permendagri 16 Tahun 2006
BAB X: PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH (Bagian Kedua-Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah)

Pasal 185
(1)Untuk pelaksanaan APBD, kepala daerah menetapkan:
a.pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b.pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c.pejabat yang diberi wewenang mengesahkan SPJ;
d.pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
e.bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran;
f.bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil, belanja
bantuan keuangan, belanja tidak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPKD;
g.bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD; dan
h.pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2)Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
(3)Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.
(4)Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:
a.PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD;
b.PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
c.pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan daerah;
d.pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti penerimaan lainnya yang sah; dan
e.pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.
(5)Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilaksanakan sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.

Pasal 186
(1)Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu
bendahara.
(2)Pembantu bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen
penerimaan
(3) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen
pengeluaran uang atau pengurusan gaji.
Permedagri 59 Tahun 2007
Pasal 189
(1) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerirnaan yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan:
a. buku kas umum;
b. buku pembantu per rindan objek penerimaan; dan
c. buku rekapitulasi penerimaan harian.
(3) Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah);
b. Surat Ketetapan Retribusi (SKR);
c. Surat Tanda Setoran (STS);
d. surat tanda bukti pembayaran; dan
e. bukti penerimaan lainnya yang sah.
(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-
SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(6) Laporan pertanggungjawaban penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
ditampiri dengan:
a. buku kas umum;
b. dihapus;
c. buku rekapitulasi penerimaan bulanan; dan
d. bukti penerimaan lainnya yang sah.
(7) PPKD selakuBUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban
bendahara penerimaan pada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dalam rangka
rekonsiliasi penerimaan.
(9) Mekanisme dan tata cara verifikasi, evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diatur
dalam peraturan kepala daerah.
(10) Format buku kas umum, buku pembantu per rincian objek penerimaan dan buku rekapitulasi
penerimaan harian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran D.I peraturan
menteri.
(11) Format surat ketetapan pajak daerah, surat ketetapan retribusi, surat tanda setoran, dan surat
tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran D.ll peraturan
menteri ini.
(12) Format laporan pertanggungjawaba benctahara- penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran D.lll peraturan menteri ini
Permendagri 21 Tahun 2011
• Pasal 162 (8c)
Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan
pertanggungjawaban belanja kebutuhan tanggap darurat
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8b) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh kepala
daerah, kepala SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana mengajukan Rencana
Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana
kepada PPKD selaku BUD;
b. PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat
bencana kepada Kepala SKPD yang melaksanakan
fungsi penanggulangan bencana paling lambat 1 (satu)
hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB;
c. pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan
dengan mekanisme TU dan diserahkan kepada
bendahara pengeluaran SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana;
d. penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada
Buku Kas Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran
pada SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan
bencana;
e. kepala SKPD yang melaksanakan fungsi
penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik
dan keuangan terhadap penggunaan dana tanggap
darurat bencana yang dikelolanya; dan
f. pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap
darurat bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang
melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada
PPKD dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang
sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab
belanja.

Anda mungkin juga menyukai