2
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa memahami pelaksanaan dan
penatausahaan pendapatan SKPD
A. Dasar Peraturan
PP No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuda,
khususnya BAB V, Poin G dan H, halaman 231-242 Permendagri 77/2020.
B. Pendapatan PPKD
1. Pelaku dalam Pendapatan SKPD
a. PA/KPA
b. Pejabat Penanggungjawab:
o Official Assessment (nilai tagihan pajak dihitung oleh pemerintah):
pejabat bertugas menerbitkan tagihan berupa Surat Ketetapan Pajak
(SKP) atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR). Misal: PBB, BPHTB, Pajak
Reklame, Retribusi IMB maupun IMB Sarang Barang Walet.
o Self Assessment (nilai pajak dihitung sendiri oleh Wajib Bayar): pejabat
bertugas memverifikasi pembayaran pajak/retribusi tsb. Misal: Pajak
Hotel dan Resto.
c. Bendahara Penerimaan.
3
2. Proses dalam Pendapatan SKPD
4
D. Penatausahaan Bendahara Penerimaan
1. Bendahara Penerimaan SKPD menerima pembayaran yang tertera dalam
SKP/SKR atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR
2. Bendahara Penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran atau
bukti lain yang sah
3. Bendahara Penerimaan SKPD menyetorkan seluruh penerimaan ke kasda paling
lambat 1 hari berikutnya dengan menggunakan STS
5
o Pendapatan secata tunai (penyetoran)
i. Proses penyetoran tunai > STS > Pecatatan pada Buku Penerimaan
dan Penyetoran > Buku Penerimaan dan Penyetoran
ii. Proses penyetoran tunai > STS > Mengisi register STS > Register
STS
o Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan (Penerimaan)
i. Proses Penerimaan di Bank > Nota Kredit/Informasi Penerimaan
Lainnya > Pecatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku
Penerimaan dan Penyetoran
o Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan (Penyetoran)
i. Proses Penyetoran Melalui Bank > STS/Nota Kredit > Pecatatan
pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku Penerimaan dan
Penyetoran
ii. Proses Penyetoran Melalui Bank > STS/Nota Kredit > Mengisi
Register STS > Register STS
o Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah
i. Proses Penerimaan di Kas Umum Daerah > Slip Setoran /Bukti Lain
yang sah > Pecatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku
Penerimaan dan Penyetoran
F. Pertanggungjawaban
1. Bendahara Penerimaan
Pertanggungjawaban Adminisratif
i. Disampaikan kepada Pengguna Anggaran
ii. Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
iii. Pertangungjawaban administratif Bendahara Penerimaan SKPD
berupa Laporan pertanggungjawaban (LPJ)
6
iv. LPJ bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ
bendahara penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan :
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir
bulan berkenaan
b. Register STS
c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
d. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
v. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penyampaian
Pertanggungjawaban Fungsional
i. Disampaikan kepada PPKD
ii. Paling lambat Tanggal 10 bulan berikutnya
iii. Pertangungjawaban fungsional menggunakan format Laporan
pertanggungjawaban (LPJ) yang sama dengan pertanggungjawaban
administratif
iv. LPJ fungsional dilampiri dengan :
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir
bulan berkenaan
b. Register STS
c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
7
v. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penyampaian
8
“Masa depan bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini”
Mahatma Gandhi
9
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami pembiayaan
daerah
A. Dasar Peraturan
1. Undang-Undang
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintahan Daerah.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah
PP No. 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah.
PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah.
3. Peraturan Menteri Keuangan
PMK No. 125/PMK.07/2019 Tentang Batas Maksimal Defisit Kumulatif
Defisit APBD, Batas Maksimal Defisit APBD, dan Batas Maksimal Kumulatif
Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2020.
PMK No. 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah dan PMK No. 180/PMK. 07/2015
tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Paket Peraturan OJK tentang Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
10
B. Pembiayaan Daerah
1. Pengertian Pembiayaan Daerah
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. (PP 12/2019)
2. Latar Belakang Pembiayaan Daerah
Adanya keterbatasan pendapatan daerah yang bersumber dari PAD dan TKDD
untuk mendanai pembangunan infrastruktur yang sangat besar.
3. Manfaat Pembiayaan Daerah
Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Percepatan pencapaian target Program Pembangunan Daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah.
Alternatif pendanaan bagi Daerah selain bersumber dari PAD dan TKDD.
Efisiensi dalam proses pengadaan (dilakukan satu kali).
4. Jenis-jenis Pembiayaan Daerah
a. Pinjaman Daerah
b. Obligasi Daerah
c. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
5. Tantangan
Mengubah pola pikir dari pembiayaan tradisional menjadi pembiayaan
kreatif.
Identifikasi proyek strategis.
Pemilihan sumber pembiayaan.
Persetujuan legislatif.
Feasibility Study (FS), Detail Enginering Design
(DED),
AMDAL; dan Project Management.
11
C. Kebijakan Pembiayaan Daerah
1. Keseimbangan Umum Anggaran
Keseimbangan Umum Anggaran adalah balance budget yaitu anggaran dengan
jumlah penerimaan atau (pendapatan) yang sekurang-kurangnya sama dengan
pengeluaran pada periode tertentu.
2. Kebijakan Defisit
Kebijakan defisit menjadi pilihan Ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga pemerintah
lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif).
APBD Defisit adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih
kecil dari anggaran belanja daerah.
Sumber pembiayaan defisit APBD
o sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya;
o pencairan dana cadangan;
o hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
o penerimaan pinjaman;
o penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
3. Kebijakan Surplus
Kebijakan surplus dilakukan dalam rangka mengendalikan laju pertumbuhan
ekonomi, dimana pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
APBD Surplus adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan
lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Penggunan surplus APBD
i. pembayaran pokok utang
ii. penyertaan modal (investasi daerah)
iii. pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/ pemerintah daerah lain;
dan/atau
12
iv. pendanaan belanja peningkatan jaminan social.
4. APBD Berimbang
APBD berimbang adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan
sama dengan anggaran belanja daerah.
Digunakan untuk pembanguanan : Jalan, Jembatan, Rumah Sakit, Pasar, dan Stasiun Bus
2. Obligasi Daerah
Pinjaman yang bersumber dari masyarakat.
Proyek Infrastruktur yang:
i. Menghasilkan pendapatan untuk APBD; dana/atau
ii. Memberikan manfaat bagi masyarakat.
Daerah: Prov. Jateng, Prov. DKI, Prov. Jabar
3. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
Kerjasama untuk pembangunan infrastruktur sosial ekonomi.
Dukungan Pemerintah:
i. Project Development Facility (PDF);
ii. Viability Gap Fund (VGF); and
iii. Penjaminan Infrastruktur.
Project : Light Rail Transit (LRT), Pengolahan Sampah menjadi Energi
13
E. Prinsip Umum Pinjaman Daerah
14
3. Syarat Pinjaman Daerah
Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya
DSCR ≥ 2,5
15
Tidak mempunyai tunggakan Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, apabila
Pinjaman Daerah yang akan diajukan bersumber dari Pemerintah Pusat
Mendapat persetujuan DPRD untuk pinjaman Jangka Menengah dan
Panjang.
Kegiatan sesuai dengan dokumen perencanaan (sesuai RPJMD dan RKPD)
16
H. Prosedur Pinjaman Daerah
I. Obligasi Daerah
1. Pengertian
Obligasi Daerah merupakan salah satu bentuk Pinjaman Jangka Panjang
yang berasal dari masyarakat untuk membiayai proyek/kegiatan prasarana
dan/atau sarana publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD
dan/atau memberikan manfaat bagi masyarakat.
Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum
di pasar modal.
2. Jenis
General Bond
Obligasi yang dijamin oleh Keuangan Pemerintah Daerah.
Revenue Bond
Obligasi yang dijamin pengembaliannya dari hasil pengelolaan proyek.
Double Barreled Bond
Selain dijamin oleh hasil dari proyek juga dijamin pembayarannya dari
Keuangan Daerah
17
J. Ketentuan Umum Obligasi Daerah
Obligasi Daerah merupakan pinjaman yang bersumber dari masyarakat.
Pemerintah daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah sepanjang memenuhi
persyaratan pinjaman daerah.
Pemerintah tidak menjamin Obligasi Daerah.
Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan
dalam mata uang Rupiah.
Hasil penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana publik yang menghasilkan
penerimaan bagi APBD dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Kegiatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah, dapat berupa
kegiatan baru atau pengembangan kegiatan yang sudah ada, dan pembiayaan
dapat sebagian atau sepenuhnya.
Proyek/kegiatan yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik
Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi
Daerah.
Penerbitan Obligasi Daerah mengikuti ketentuan di pasar modal.
19
Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala
oleh pemerintah kepada Badan Usaha.
3. Jenis Infrastruktur KPBU
Infrastruktur Transportasi
Infrastruktur Jalan
Infrastruktur SDA dan Irigasi
Infrastruktur Air Minum
Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Terpusat
Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Setempat
Infrastruktur Sistem Pengelolaan Sampah
Infrastruktur Telekomunikasi dan Informatika
Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan
Infrastruktur Konservasi Energi
Infrastruktur Ekonomi Fasilitas Perkotaan
Infrastruktur Kawasan
Infrastruktur Pariwisata
Infrastruktur Fasilitas Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan
Infrastruktur Pemasyarakatan
Infrastruktur Perumahan Rakyat
Infrastruktur Kesehatan:
Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian, dan Budaya
20
4. Skema KPBU
21
Dilaksanakan oleh PT PII (persero)
Dasar hukum Perpres 78/2010, PMK 260/PMK.011/2010
d. Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP)
Penjaminan atas kewajiban finansial PJPK
Dilaksanakan oleh PT PII (persero)
Dasar hukum Perpres 78/2010, PMK 260/PMK.011/2010
“Hiduplah sepeti anda akan mati besok dan berbahagialah seperti anda akan hidup
selamanya”
B.J. Habibie
22
Mahasiswa memahami pelaksanaan dan
penatausahaan belanja SKPD
Dasar Hukum
■ PP 12/2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
■ Permendagri No. 77 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuda,
khususnya BAB V, Poin L sampai V, halaman 255-321
Catatan:
Peraturan-Peraturan di atas ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Daerah untuk pedoman
pelaksanaannya.
Alokasi APBD
1. Anggaran SKPD
Pendapatan: PAD
Belanja
Belanja Operasi (Pegawai, Barang dan Jasa, Subsidi, Bansos, Hibah)
Belanja Modal
2. Anggaran PPKD
Pendapatan:
- Dana Perimbangan
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Belanja:
- Belanja Operasi (Pegawai, Bunga, Bansos, Hibah, Subsidi)
- BTTTransfer
23
Pembiayaan:
- Penerimaan Pembiayaan
- Pengeluaran Pembiayaan
24
Bendahara Pengeluaran
Bendahara pengeluaran SKPD adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD. (Pasal 1 angka 77, PP 12/2019)
Tugas Bendahara Pengeluaran
- Menerima
- Menyimpan
- Membayarkan
- Menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
(Pasal 1 angka 77 PP 12/2019)
Wewenang Bendahara Pengeluaran
- mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan
SPP-LS;
- menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU;
- melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang dikelolanya;
- menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan;
- meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
- membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada PA
dan laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada BUD secara
periodik;
- memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(Pasal 19 ayat 2, PP 12/2019)
Menurut UU KUP, bendahara pemerintah memiliki kewajiban pemotongan dan
pemungutan pajak.
25
Bendahara Pengeluaran Pembantu
Dalam hal PA melimpahkan kewenangannya kepada KPA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Kepala Daerah atas usul
PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu. (Pasal 19 ayat 3 PP
12/2019)
Tugas dan Wewenang Bendaharan Pengeluaran Pembantu
- mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP TU dan SPP LS;
- menerima dan menyimpan pelimpahan UP dari Bendahara Pengeluaran;
- menerima dan menyimpan TU dari BUD;
- melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan TU yang dikelolanya;
- menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
- memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
- membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada KPA
dan laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada Bendahara
Pengeluaran secara periodik. (Pasal 19 ayat 4, PP 12/2019)
Hubungan Per-UP-an
Hubungan Per-UP-an
26
Ilustrasi Belanja dengan Uang Panjar
27
Belanja Tanpa Menggunakan Uang Panjar
28
Pembukuan
Bendahara pengeluaran membukukan penerimaan (termasuk penerimaan SP2D)
dan pengeluaran kas (termasuk pembayaran LS) yang menjaditanggungjawabnya
berdasarkan bukti-bukti yang sah dan lengkap.
Pertanggungjawaban dan Penyampaiannya
Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya. Pertanggungjawaban
tersebut terdiri atas:
- Pertanggungjawaban penggunaan UP/GU;
- Pertanggungjawaban penggunaan TU;
- Pertanggungjawaban administratif;
- Pertanggungjawaban fungsional.
Tata Cara Pengajuan SPP dan Pembayaran
Untuk membayar belanja atas beban anggaran SKPD (APBD) dpt dilakukan dengan dua
cara:
Dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan menggunakan:
a. Uang persediaan (UP) yang sifatnya revolving (dpt diisi kembali bila
telah digunakan / GU)
b. Dana Tambah Uang (TU) bila UP dianggap tidak mencukupi.
Dibayar langsung (LS) oleh BUD
29
Pengajuan SPP dan Pembayaran oleh bendahara pengeluaran SKPD
Menggunakan UP dan TU
30
Penetapan Besaran Uang Persediaan
Alternatif 1
Membagi total belanja UP dengan frekuensi pengajuan LPJ UP
Misal: Total Belanja UP Dinas Kaido 1,20 miliar. Berdasarkan pengalaman, pengajuan LPJ UP
(pengisian kembali UP) dilakukan 24 kali dalam setahun. Maka besaran UP utk satker tsb adalah:
50 juta.
Alternatif 2
Batas maksimal nilai UP ditentukan berdasarkan pagu anggaran SKPD
(angka hanya sebagai ilustrasi):
SPP-GU
- SPP GU: dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan untuk belanja yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
- SPP GU dapat diajukan ketika UP telah terpakai pada tingkat penggunaan
minimal yang telah ditentukan pada peraturan kepala daerah. Misalnya, bila UP
telah terpakai minimal 75%.
- Contoh, suatu SKPD mendapatkan alokasi UP pada tanggal 4 Januari sebesar Rp
10.000.000. Pada tanggal 20 Januari UP tersebut telah terpakai sebesar Rp
9.750.000, maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp 9.750.000 untuk
mengembalikan saldo UP ke jumlah semula.
31
SPP-TU
- Pengajuan dana TU harus berdasar pada program dan kegiatan tertentu.
Misalnya, sebuah SKPD mempunyai alokasi UP Rp 10.000.000. Pada periode
tersebut direncanakan adanya kegiatan swakelola senilai Rp 74.000.000 (di luar
belanja yang harus dibayarkan secara LS) yang jika dibayarkan dari UP
diperkirakan tidak akan cukup. Dengan demikian, atas kegiatan tersebut
diajukan SPP-TU tersendiri.
- Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan
tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan Kembali
- Pada batas-batas jumlah tertentu, pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu
penggunaan.
- Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka
sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah, kecuali:
a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan
b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan
yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA
- Penyiapan bukti2 atau dokumen2 yang diperlukan tsb dibantu oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);
32
- Selanjutnya PA/KPA menandatangani SPM LS dan meneruskannya ke BUD.
- Atas pembayaran melalui LS ini tidak perlu lagi SPJ, karena bukti/dokumen2
sudah harus dilampirkan ketika mengajukan SPP-SPM.
Penerbitan SPM
1. SPM - Uang Persediaan (SPM-UP)
2. SPM - Ganti Uang (SPM-GU)
3. SPM - Tambahan Uang (SPM-TU)
4. SPM - Langsung (SPM-LS)
33
Penerbitan SP2D
- Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap dan tidak melampaui pagu
anggaran, kuasa BUD menerbitkan SP2D.
- Dalam hal dokumen SPM dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau
pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak
menerbitkan SP2D.
- Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak diterima SPM
- Jika SPM ditolak, SPM dikembalikan paling lambat 1 hari sejak SPM tsb diterima.
- Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.
Jenis2 SPP-SPM-SP2D
34
b. Draft Surat Pernyataan yg akan ditandatangani oleh PA yang menyatakan
bahwa uang yg diminta tidak akan digunakan untuk keperluan selain UP.
c. lampiran lain yg diperlukan.
Kelengkapan Dokumen SPP-GU
35
c. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan
uang persediaan; dan
d. lampiran lain yg diperlukan.
Kelengkapan Dokumen SPP-TU
Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan:
1). Dokumen SPP-LS:
a). Surat Pengantar SPP-LS
b). Ringkasan SPP-LS
c). Rincian SPP-LS
2). Lampiran Dokumen SPP-LS Gaji & Tunjangan:
a). Daftar pembayaran c). Daftar keluarga (KP4)/surat
gaji induk/gaji susulan/ nikah/akte kelahiran
kekurangan gaji d). Surat pindah/Surat kematian
b).SK CPNS/SK PNS/SK e). SSP PPh Pasal 21
kenaikan pangkat/SK f). Dokumen lain yang diperlukan
jabatan
Catatan: Lampiran disesuaikan dengan keperluan.
Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa:
1). Dokumen SPP-LS:
a). Surat Pengantar SPP-LS
b). Ringkasan SPP-LS
c). Rincian SPP-LS
2). Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa:
a). Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait
b). SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh)
c). Surat perjanjian kerjasama/kontrak
d). Berita acara penyelesaian pekerjaan/Serah terima
e). Kwitansi bermeterai/nota/faktur
f). Surat jaminan bank atau yang dipersamakan
g). Berita acara pemeriksaan
h). Photo/buku/dokumentasi kemajuan/penyelesaian pekerjaan
i). Dokumen lain yang diperlukan
Catatan: Lampiran disesuaikan dengan keperluan.
36
Kelengkapan Dokumen SPM GU
- Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak
melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat
pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
(Catatan: persyaratan bukti pengesahan SPJ dihapus.)
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat
pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran; dan
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pembukuan SPP-SPM-SP2D
Atas SPP (produknya BP/BPP), SPM (produknya PA/KPA) dan SP2D (produknya
BUD/Kuasa BUD) yang sudah diterbitkan, Bendahara Pengeluaran wajib mencatatnya
dalam Register SPP-SPM-SP2D.
37
Pembukuan SPP-SPM-SP2D
38
Pembukuan Bendahara Pengeluaran
Hubungan Pembukuan
BKU
- mencatat seluruh transaksi SKPD
- mencakup semua catatan di Buku Pembantu (entri di BP harus juga dicatat
di BKU)
BP Bank
mencatat transaksi SKPD yang melibatkan uang di Bank
BP Kas
mencatat transaksi SKPD yang melibatkan uang kas yang dipegang BP
BP Pajak
mencatat pemotongan, pemungutan dan penyetoran pajak atas belanja SKPD.
Dapat dilakukan secara kas atau non-tunai
BP Panjar
mencatat transaksi yang menggunakan Uang Panjar
BP Sub Rincian Objek Belanja
mencatat belanja sesuai kode sub rincian objek
39
Pembukuan Belanja
Langkah-Langkah Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN
1 BKU √
2 BP Bank √
1 BKU √
2 BP Bank √
3 BKU √
4 BP Kas Tunai √
1 BKU √
2 BP Bank √
40
Langkah-langkah pembukuan pelimpahan UP/GU oleh BPP (jk melalui transfer)
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN
1 BKU √
2 BP Bank √
1 BKU √
Saat Memungut
1 BKU √
2 BP Pajak √
Saat Menyetor
1 BKU √
2 BP Pajak √
3 BP Bank/Kas Tunai √
41
Langkah-langkah pembukuan pemberian panjar
Mencatat pada Kolom
1 BKU √
3 BP Panjar √
2 BP Panjar √
3 BKU √
(senilai belanja aktual)
4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)
42
Langkah-langkah pembukuan pertanggungjawaban panjar (panjar<belanja)
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN
1 BKU √
(senilai panjar)
2 BP Panjar √
3 BKU √
(senilai belanja)
1 BKU √
2 BKU √
1 BKU 10.000.000
3 BP Panjar 10.000.000
1 BKU 10.000.000
(senilai panjar)
2 BP Panjar 10.000.000
3 BKU 9.750.000
(senilai belanja aktual)
44
Dampak ke BKU
Dampak ke BP Bank/Kas
Dampak ke BP Panjar
(saldo awal) 0
45
artinya: sudah tidak ada lagi Uang Panjar yang dipegang oleh PPTK. Karena dari
10 juta tsb, 9.75 dibelanjakan, 250rb dikembalikan
Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu
Langkah-langkah pertanggungjawaban TU dan penyampaiannya
Pertanggungjawaban Fungsional
46
Pertanggungjawaban Administratif
- Disampaikan kepada pengguna anggaran
- Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
Pertanggungjawaban Fungsional
- Disampaikan PPKD
- Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
Pertanggungjawaban Administratif
47
Langkah-langkah pertanggungjawaban administratif dan penyampaiannya
Pertanggungjawaban Fungsional
Hubungan SPJ
48
Bentuk-Bentuk Buku Pencatatan
BKU
BP Bank
49
BP Kas
BP Pajak
50
BP Panjar
51
LPJ UP
LPJ TU
52
Laporan Penutupan Kas
SPJ Administratif
53
SPJ Fungsional
-Zhang Jike-
54
Pembagian Kewenangan Urusan dan Kewenangan
Berdasarkan UU 17/2003 dan Kep MK No.35/PUU-XI/2013 klasifikasi fungsi pada
Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari 11 fungsi yang menyangkut pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat. Begitu juga Belanja Pemda dilaksanakan dalam
koridor kewenangan pempus, provinsi, dan kab/kota.
11 Fungsi tersebut diantaranya:
1. Pelayanan Umum 7. Kesehatan
2. Pertahanan 8. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
3. Ketertiban dan Keamanan 9. Agama
4. Ekonomi 10. Pendidikan
5. Lingkungan Hidup 11. Perlindungan Sosial
6. Perumahan dan Fasilitas
Umum
45 Urusan Pemerintahan
a. Urusan Pemerintahan Absolutn (6 urusan)
- Politik Luar Negeri - Yustisi
- Pertahanan - Moneter dan Fiskal Nasional
- Keamanan - Agama
55
- Penanganan Konflik Sosial
- Koordinasi Pelaksanaan Tugas Antar Instansi Pemerintahan
- Pengembangan Kehidupan Demokrasi
- Pelaksanaan Semua Urusan
- Pemerintahan yang Bukan Kewenangan Daerah
c. Urusan Pemerintahan Konkuren (32 urusan)
o Urusan Pemerintahan Wajib (24 Urusan)
Pelayanan Dasar (6 urusan)
- Pendidikan
- Kesehatan
- Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
- Perumahan Rakyat &
- Kawasan Permukiman
- Ketentraman, Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat
- Sosial
Non Pelayanan Dasar (18 urusan)
Tenaga Kerja, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Pangan, Pertanahan, Lingkungan Hidup, Administrasi
Kependudukan & Pencatatan Sipil, Pemberdayaan Masyarakat &
Desa, Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana,
Perhubungan, Komunikasi & Informasi, Koperasi UKM, Penanaman
Modal, Kepemudaan & Olahraga, Statistik, Persandian,
Kebudayaan
o Urusan Pemerintahan Pilihan (8 urusan)
- Kelautan dan Perikanan
- Pariwisata
- Pertanian
- Kehutanan
- Energi & Sumber Daya
56
- Mineral
- Perdagangan
- Perindustrian
- Transmigrasi
Hubungan Struktur Pendapatan Dan Belanja Provinsi dengan Kabupaten
Kota
57
Pemetaan Pendanaan Urusan Pendidikan di Provinsi dan Kab/Kota
Manajemen Pendidikan Sesuai UU 23 Th. 2014
a. Provinsi
- Pengelolaan pendidikan menengah
- Pengelolaan pendidikan Khusus
b. Kabupaten/Kota
- Pengelolaan pendidikan dasar
- Pengelolaan pendidikan
- PAUD dan Non Formal
Bantuan Operasional Sekolah
BOS SMA/SMALB dan SMK diarahkan untuk mewujudkan layanan pendidikan
menengah yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat
58
- Peningkatan kesejahteraan guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
dan memenuhi persyaratan
- Target penerima sebanyak 1.049.215 guru
59
- Penyaluran DAK Nonfisik dilaksanakan dalam dua tahap, kecuali dana BOS
dan Tunjangan Guru.
- Penyaluran DAK Nonfisik mempertimbangkan kinerja penyerapan
Pemerintah Daerah, dengan minimal penyerapan 50% sebagai syarat salur
tahap berikutnya.
- Penyaluran Bantuan Operasional Sekolah langsung ke Rekening Sekolah
- Perlunya peran APIP dalam pengawasan penyerapan DAK Nonfisik guna
meningkatkan ketercapaian output dan outcome serta belanja yang efektif
dan efisien.
60
KOMPOSISI BELANJA DAERAH
Pada level provinsi, realisasi komponen belanja terbesar tiap tahunnya adalah
belanja lainnya, dengan rata-rata pertumbuhan realisasi belanja lainnya dari
tahun 2011 s.d. tahun 2020 adalah sebesar 4,15%.
Komponen belanja pegawai memiliki tren yang menurun dari tahun 2011 s.d.
tahun 2015, selanjutnya mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2020.
Sementara itu, belanja barang dan jasa serta belanja modal memiliki tren yang
fluktuatif (naik turun) selama 10 tahun.
Rata-rata pertumbuhan komponen belanja pegawai adalah sebesar 2,38%,
belanja barang dan jasa sebesar -1,93%, dan belanja modal sebesar -6,88%.
61
Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi komponen belanja terbesar tiap tahunnya
adalah belanja pegawai. Meskipun menempati posisi tertinggi, realisasi belanja
pegawai memiliki tren menurun kecuali tahun 2020 mengalami peningkatan.
Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja pegawai adalah sebesar - 2,69%.
Belanja barang dan jasa memiliki tren yang cenderung naik tiap tahun (kecuali
tahun 2012 dan 2020 menurun), sedangkan belanja modal mengalami kenaikan
dari tahun 2011 s.d. tahun 2014 kemudian mengalami penurunan seterusnya
hingga tahun 2018, lalu naik pada tahun 2019 namun kemudian turun lagi pada
tahun 2020. Sementara belanja lainnya memiliki tren meningkat tiap tahun dari
tahun 2011 s.d. tahun 2020 (kecuali tahun 2014 turun). Rata-rata pertumbuhan
komponen belanja barang dan jasa adalah sebesar 3,49%, balanja modal sebesar
-2,79%, dan belanja lainnya sebesar 11,13%.
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan (PMD 90/2019)
Belanja Transfer adalah pengeluaran uang dari pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya dan/atau dari pemerintah daerah kepada pemerintah
desa (PMD 90/2019).
62
Proses Konsolidasi LRA
63
Contoh APBD Kabupaten Kota Dalam Satu Provinsi
64
Latar Belakang Opsen
a. Opsen PKB Menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB dari
b. Opsen BBNKB Provinsi ke Kabupaten/Kota
65
- Memberikan sumber penerimaan bagi Provinsi atas Pajak MBLB yang selama
ini dipungut oleh kabupaten/kota, namun perizinan dilaksanakan oleh
provinsi
Konsep Kebijakan Opsen
- Pemda penerima opsen memiliki sense of belonging dalam pemungutan pajak
daerah sehingga dalam jangka panjang diharapkan tercapai kenaikan
penerimaan pajak terkait melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
- Menggeser pos penerimaan dalam APBD dari pendapatan Transfer menjadi
PAD (meningkatkan kemandirian daerah)
- Penerimaan opsen yang selama ini dibagihasilkan, diharapkan dapat diterima
Pemda secara real time
- Mengembalikan penerimaan daerah sesuai potensi daerah (tanpa
pemerataan)
- Penurunan Belanja mandatory spending bagi provinsi (PKB dan BBNKB yang
diterima netto)
OPSEN PAJAK DAERAH DALAM UU 1/2022
Definisi
- Opsen adalah pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu.
- Opsen PKB adalah Opsen yang dikenakan oleh kab/kota atas pokok PKB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Opsen BBNKB adalah Opsen yang dikenakan oleh Kab/kota atas pokok BBNKB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Opsen Pajak MBLB adalah Opsen yang dikenakan oleh Provinsi atas pokok
Pajak MBLB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tarif
- Opsen PKB sebesar 66 %
- Opsen BBNKB sebesar 66%
66
- Opsen Pajak MBLB sebesar 25% dihitung dari besaran pajak terutang
Pemungutan
- Wajib Pajak Opsen PKB, BBNKB dan Pajak MBLB merupakan Wajib Pajak PKB,
BBNKB dan Pajak MBLB
- Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak yang dikenakan Opsen.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pemberlakuan
Ketentuan mengenai PKB, BBNKB, Pajak MBLB, Opsen PKB, Opsen BBNKB, dan
Opsen Pajak MBLB, berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU
HKPD
Perbandingan Ilustrasi Beban Fiskal Wajib Pajak Daerah antara UU 28/2009
dan UU 1/2022 (Beban WP tidak Bertambah)
67
skema opsen ditujukan untuk penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian
kewenangan
Rasionalisasi jenis retribusi daerah ditujukan untuk peningkatan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan menciptakan ekosistem iklim
usaha yang kondusif
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha
1. Pemakaian Kekayaan Daerah
1. pelayanan kesehatan
2. Pasar Grosir/Pertokoan
2. pelayanan kebersihan
3. Tempat Pelelangan
3. pelayanan parkir di tepi jalan
4. Tempat Khusus Parkir
umum
5. Penginapan/Villa
4. pelayanan pasar
6. Rumah Potong Hewan
5. pengendalian lalu lintas
7. Pelayanan Kepelabuhanan
8. Tempat Rekreasi dan Olahraga
9. Penyeberangan di Ai
10. Penjualan Produksi Usaha
Retribusi Perizinan Tertentu
Daerah
1. PBG (Persetujuan Bangunan
Gedung)
2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Rakyat) 68
Kebijakan Opsen Dalam UU HKPD
69
"Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan”
-Imam Syafi’i-
70
Mahasiswa memahami proses perubahan APBD
LRA Semester 1
B. Perubahan APBD
a. Perkembangan Tidak Sesuai Asumsi KUA
Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA dapat berupa terjadinya:
1. Pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi Pendapatan Daerah;
2. Pelampauan atau tidak terealisasinya alokasi Belanja Daerah; dan/atau
3. Perubahan sumber dan penggunaan Pembiayaan daerah.
Kepala Daerah memformulasikan perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi KUA sebagaimana dimaksud ke dalam rancangan perubahan KUA serta
perubahan PPAS berdasarkan perubahan RKPD.
71
b. Pergeseran Anggaran
Pergeseran anggaran dapat dilakukan antar organisasi, antar unit
organisasi, antar Program, antar Kegiatan, dan antar jenis belanja, antar obyek
belanja, dan/atau antar rincian obyek belanja.
Pergeseran anggaran antar organisasi, antar unit organisasi, antar
Program, antar Kegiatan, dan antar jenis belanja dilakukan melalui perubahan
Perda tentang APBD.
1. Pergeseran anggaran antar obyek belanja dan/atau antar rincian obyek
belanja dilakukan melalui perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD.
2. Pergeseran anggaran antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar
rincian obyek belanja dalam obyek belanja ditetapkan oleh Kepala Daerah.
3. Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud diformulasikan dalam
Perubahan DPA SKPD.
4. Perubahan Perkada tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
selanjutnya dituangkan dalam rancangan Perda tentang perubahan APBD
atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran.
5. Perubahan Perkada tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
ditampung dalam laporan realisasi anggaran apabila:
tidak melakukan perubahan APBD; atau
pergeseran dilakukan setelah ditetapkannya Perda tentang perubahan
APBD.
c. Penggunaan SILPA
Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran
diformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan DPA SKPD dan/atau RKA SKPD.
d. Pendanaan Keadaan Darurat
1. Pemerintah Daerah mengusulkan pengeluaran untuk mendanai keadaan
darurat yang belum tersedia anggarannya dalam rancangan perubahan APBD.
72
2. Dalam hal pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat dilakukan setelah
perubahan APBD atau dalam hal Pemerintah Daerah tidak melakukan
perubahan APBD maka pengeluaran tersebut disampaikan dalam Laporan
realisasi anggaran.
3. Pendanaan Keadaan Luar Biasa
4. Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 kali dalam 1 tahun anggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.
5. Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud merupakan keadaan yang
menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh
persen).
6. Ketentuan mengenai perubahan APBD akibat keadaan luar biasa sebagaimana
dimaksud diatur dalam Perkada sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
7. Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami kenaikan lebih dari 50% dapat dilakukan penambahan
Kegiatan baru dan/atau peningkatan capaian Sasaran Kinerja Program dan
Kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan.
8. Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami penurunan lebih dari 50% dapat dilakukan penjadwalan
ulang dan/atau pengurangan capaian Sasaran Kinerja Program dan Kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berkenaan.
73
C. Tahapan dan Proses Penyusunan Perubahan APBD
74
RKA SKPD yang memuat Program dan Kegiatan baru dan perubahan DPA SKPD
yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD
disampaikan kepada TAPD melalui PPKD untuk diverifikasi.
75
Mahasiswa memahami pelaporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD & reviu materi UAS
A. Dasar Hukum
a. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara (Pasal 31 dan 32)
b. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara (Pasal 55 dan 56)
c. PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
d. PP 12/2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 189 s.d. 197)
76
C. Laporan Keuangan
a. Laporan Semesteran
paling lambat
akhir Juli th
anggaran ybs
b. Laporan Tahunan
PEMERINTAH DAERAH
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
Selambat-lambatnya
6 bulan setelah tahun
Anggaran berakhir
DPRD
77
E. Laporan Keuangan dan SAPD
78
F. Jadwal Penyusunan Laporan Keuangan, Pemeriksaan BPK, dan
Penyampaian LK Audited ke DPRD
G. Opini BPK
LKPD yang telah diaudit oleh BPK diberikan Opini. Opini merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
Laporan Keuangan yang didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. Kecukupan Pengungkapan;
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan; dan
d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern.
Terdapat empat jenis opini BPK diantaranya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar, dan Menolak Memberikan Pendapat.
A. LANDASAN KEBIJAKAN
80
B. RUANG LINGKUP KEUANGAN DAERAH
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan Uursan Pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran Daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan daerah yang dipisahkan;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemda dalam rangka
penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah dan/atau kepentingan
umum.
81
TAHAP DAN JADWAL PENYUSUNAN APBD
Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak menyepakati Bersama rancangan KUA
dan rancangan PPAS, paling lama 6 (enam) minggu sejak rancangan PPAS
disampaikan kepada DPRD, Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang
APBD kepada DPRD berdasarkan RKPD, rancangan KUA, dan rancangan PPAS yang
disusun Kepala Daerah, untuk dibahas dan disetujui Bersama antara Kepala Daerah
dengan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
maksud Pasal 91 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019.
PASAL 312
Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui Bersama rancangan Perda tentang
APBD paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap
tahun.
DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui Bersama rancangan Perd
tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun dikenai sanksi
administrative berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
Sanksi tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan
penetapan APBD disebabkan oleh kepala daerah terlambat menyampaikan
82
rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
83
DIGUNAKAN PADA TAHAPAN:
1. Perencanaan Pembangunan
2. Perencanaan Anggaran
3. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuda
4. Akuntansi dan Pelaporan Keuda
5. Pertanggungjawaban Keuda
6. Pengawasan Keuda
7. Analisis Informasi Pemda Lainnya
D. SIPD
84
ISSUED STRATEGIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
85
3. KESESUAIAN laporan keuangan dengan dokumen pendukung
- Kesesuaian realisasi pendapatan dengan bukti penerimaan pada bendahara
penerimaan dan bukti penyetoran ke Kas Daerah
- Kesesuaian realisasi belanja dengan bukti-bukti pertanggungjawaban (SPJ)
belanja daerah
- Kesesuaian mutase penerimaan/pengeluaran dan saldo kas daerah dengan
rekening koran bank
- Kesesuaian aset tetap yang dilaporkan dengan bukti kepemilikan/perolehan
4. KESESUAIAN laporan keuangan dengan fisik
- Kesesuaian realisasi belanja dan bukti pertanggungjawaban dengan prestasi
pekerjaan
- Kesesuaian saldo aset yang dilaporkan dengan bukti fisik aset (Cash Opname,
BA Inventarisasi, dsb)
“Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah tapi tidak boleh
lupa pada ilmu”
- Hassan Al Bashri -
86