Anda di halaman 1dari 86

1

2
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa memahami pelaksanaan dan
penatausahaan pendapatan SKPD

A. Dasar Peraturan
 PP No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
 Permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuda,
khususnya BAB V, Poin G dan H, halaman 231-242 Permendagri 77/2020.

Catatan: Peraturan-Peraturan di atas ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Daerah untuk


pedoman pelaksanaannya.

B. Pendapatan PPKD
1. Pelaku dalam Pendapatan SKPD
a. PA/KPA
b. Pejabat Penanggungjawab:
o Official Assessment (nilai tagihan pajak dihitung oleh pemerintah):
pejabat bertugas menerbitkan tagihan berupa Surat Ketetapan Pajak
(SKP) atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR). Misal: PBB, BPHTB, Pajak
Reklame, Retribusi IMB maupun IMB Sarang Barang Walet.
o Self Assessment (nilai pajak dihitung sendiri oleh Wajib Bayar): pejabat
bertugas memverifikasi pembayaran pajak/retribusi tsb. Misal: Pajak
Hotel dan Resto.
c. Bendahara Penerimaan.

3
2. Proses dalam Pendapatan SKPD

C. Tugas dan Wewenang


1. Bendahara Penerimaan memiliki tugas dan wewenang
 menerima,
 menyimpan,
 menyetorkan ke rekening kas umum daerah,
 menatausahakan dan
 mempertanggungjawabkan pendapatan daerah yang diterimanya.
(Pasal 16 ayat 2 PP 12/2019 dan Lampiran I BAB I Permendagri 77/2020)
 Bendahara Penerimaan Pembantu
Apabila pendapatan tersebar secara geografis sehingga wajib pajak/wajib
retribusi sulit membayar kewajibannya maka dapat ditunjuk Bendahara
Penerimaan Pembantu SKPD untuk melaksanakan tugas dan wewenang
Bendahara Penerimaan SKPD.

4
D. Penatausahaan Bendahara Penerimaan
1. Bendahara Penerimaan SKPD menerima pembayaran yang tertera dalam
SKP/SKR atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR
2. Bendahara Penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran atau
bukti lain yang sah
3. Bendahara Penerimaan SKPD menyetorkan seluruh penerimaan ke kasda paling
lambat 1 hari berikutnya dengan menggunakan STS

E. Pembukuan Bendahara Penerimaan


1. Buku yang digunakan:
o Laporan Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan
o Register STS
o Buku Kas Umum (BKU)
o Buku Pembantu, antara lain buku kas tunai dan buku bank

(BAB V, Poin H, halaman 241-242 Permendagri 77/2020)

2. Dokumen sumber yang dijadikan dasar pembukuan adalah:


o Tanda Bukti Penerimaan (TBP)
o Surat Tanda Setoran (STS)
o Nota Kredit Bank (contoh: SMS 3355 dari Bank Mandiri yang kredit/uang
masuk)
o Bukti transaksi yang sah yang dipersamakan dengan dokumen di atas
3. Pembukuan
o Pendapatan secara tunai (penerimaan)
i. Proses penerimaan tunai > Bukti penerimaan yang sah > Pencatatan
pada buku penerimaan dan penyetoran > Buku penerimaan dan
penyetoran

5
o Pendapatan secata tunai (penyetoran)
i. Proses penyetoran tunai > STS > Pecatatan pada Buku Penerimaan
dan Penyetoran > Buku Penerimaan dan Penyetoran
ii. Proses penyetoran tunai > STS > Mengisi register STS > Register
STS
o Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan (Penerimaan)
i. Proses Penerimaan di Bank > Nota Kredit/Informasi Penerimaan
Lainnya > Pecatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku
Penerimaan dan Penyetoran
o Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan (Penyetoran)
i. Proses Penyetoran Melalui Bank > STS/Nota Kredit > Pecatatan
pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku Penerimaan dan
Penyetoran
ii. Proses Penyetoran Melalui Bank > STS/Nota Kredit > Mengisi
Register STS > Register STS
o Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah
i. Proses Penerimaan di Kas Umum Daerah > Slip Setoran /Bukti Lain
yang sah > Pecatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran > Buku
Penerimaan dan Penyetoran
F. Pertanggungjawaban
1. Bendahara Penerimaan
 Pertanggungjawaban Adminisratif
i. Disampaikan kepada Pengguna Anggaran
ii. Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
iii. Pertangungjawaban administratif Bendahara Penerimaan SKPD
berupa Laporan pertanggungjawaban (LPJ)

6
iv. LPJ bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ
bendahara penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan :
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir
bulan berkenaan
b. Register STS
c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
d. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu
v. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penyampaian

 Pertanggungjawaban Fungsional
i. Disampaikan kepada PPKD
ii. Paling lambat Tanggal 10 bulan berikutnya
iii. Pertangungjawaban fungsional menggunakan format Laporan
pertanggungjawaban (LPJ) yang sama dengan pertanggungjawaban
administratif
iv. LPJ fungsional dilampiri dengan :
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir
bulan berkenaan
b. Register STS
c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

7
v. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penyampaian

2. Bendahara Penerimaan Pembantu


 Pertanggungjawaban Fungsional
i. Diserahkan kepada Bendahara Penerimaan
ii. Paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya
iii. Pertanggungjawaban fungsional berupa Buku Penerimaan dan
Penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan,
dilampiri dengan :
a. Register STS
b. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap
iv. Langkah-Langkah Penyusunan dan Penyampaian

8
“Masa depan bergantung pada apa yang kita lakukan hari ini”

Mahatma Gandhi

9
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami pembiayaan
daerah

A. Dasar Peraturan
1. Undang-Undang
 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
 UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintahan Daerah.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah
 PP No. 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah.
 PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah.
3. Peraturan Menteri Keuangan
 PMK No. 125/PMK.07/2019 Tentang Batas Maksimal Defisit Kumulatif
Defisit APBD, Batas Maksimal Defisit APBD, dan Batas Maksimal Kumulatif
Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2020.
 PMK No. 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah dan PMK No. 180/PMK. 07/2015
tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
 Paket Peraturan OJK tentang Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

10
B. Pembiayaan Daerah
1. Pengertian Pembiayaan Daerah
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. (PP 12/2019)
2. Latar Belakang Pembiayaan Daerah
Adanya keterbatasan pendapatan daerah yang bersumber dari PAD dan TKDD
untuk mendanai pembangunan infrastruktur yang sangat besar.
3. Manfaat Pembiayaan Daerah
 Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
 Percepatan pencapaian target Program Pembangunan Daerah.
 Pertumbuhan ekonomi daerah.
 Alternatif pendanaan bagi Daerah selain bersumber dari PAD dan TKDD.
 Efisiensi dalam proses pengadaan (dilakukan satu kali).
4. Jenis-jenis Pembiayaan Daerah
a. Pinjaman Daerah
b. Obligasi Daerah
c. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
5. Tantangan
 Mengubah pola pikir dari pembiayaan tradisional menjadi pembiayaan
kreatif.
 Identifikasi proyek strategis.
 Pemilihan sumber pembiayaan.
 Persetujuan legislatif.
 Feasibility Study (FS), Detail Enginering Design
(DED),
 AMDAL; dan Project Management.

11
C. Kebijakan Pembiayaan Daerah
1. Keseimbangan Umum Anggaran
Keseimbangan Umum Anggaran adalah balance budget yaitu anggaran dengan
jumlah penerimaan atau (pendapatan) yang sekurang-kurangnya sama dengan
pengeluaran pada periode tertentu.
2. Kebijakan Defisit
 Kebijakan defisit menjadi pilihan Ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga pemerintah
lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif).
 APBD Defisit adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih
kecil dari anggaran belanja daerah.
 Sumber pembiayaan defisit APBD
o sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya;
o pencairan dana cadangan;
o hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
o penerimaan pinjaman;
o penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
3. Kebijakan Surplus
 Kebijakan surplus dilakukan dalam rangka mengendalikan laju pertumbuhan
ekonomi, dimana pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).
 APBD Surplus adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan
lebih besar dari anggaran belanja daerah.
 Penggunan surplus APBD
i. pembayaran pokok utang
ii. penyertaan modal (investasi daerah)
iii. pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/ pemerintah daerah lain;
dan/atau

12
iv. pendanaan belanja peningkatan jaminan social.
4. APBD Berimbang
APBD berimbang adalah apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan
sama dengan anggaran belanja daerah.

D. Jenis Pembiayaan Infrastruktur daerah


1. Pinjaman Daerah
 Bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah Lain, Institusi Perbankan,
Institusi Non-Perbankan.
 Tipe Pinjaman: (i) Short-term; (ii) Medium-term; dan (ii) Long term.

Digunakan untuk pembanguanan : Jalan, Jembatan, Rumah Sakit, Pasar, dan Stasiun Bus

2. Obligasi Daerah
 Pinjaman yang bersumber dari masyarakat.
 Proyek Infrastruktur yang:
i. Menghasilkan pendapatan untuk APBD; dana/atau
ii. Memberikan manfaat bagi masyarakat.
Daerah: Prov. Jateng, Prov. DKI, Prov. Jabar
3. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
 Kerjasama untuk pembangunan infrastruktur sosial ekonomi.
 Dukungan Pemerintah:
i. Project Development Facility (PDF);
ii. Viability Gap Fund (VGF); and
iii. Penjaminan Infrastruktur.
Project : Light Rail Transit (LRT), Pengolahan Sampah menjadi Energi

13
E. Prinsip Umum Pinjaman Daerah

Menutup defisit untuk membiayai


Inisiatif Pemda
pembangunan infrastruktur

o Menutup defisit APBD

Alternatif Pembiayaan o Pengeluaran Pembiayaan


o Menutup kekurangan arus Kas

Sebagai Pinjaman, Hibah dan/atau


Dapat diteruskan kepada BUMD
penyertaan modal

F. Ketentuan Pinjaman Daerah


Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
1. Jenis Pinjaman Daerah
 Jangka Pendek
kurang/sama dengan satu tahun anggaran.
 Jangka Menengah
lebih dari satu tahun anggaran (tdk melebihi masa jabatan kepala daerah).
 Jangka Panjang
lebih dari satu tahun anggaran
2. Sumber Pinjaman Daerah
 Pemerintah Pusat (Penerusan Pinjaman Luar Negeri/Dalam Negeri).
 Pemerintah Daerah lain.
 Lembaga Keuangan Bank.
 Lembaga Keuangan Bukan Bank.
 Masyarakat dalam bentuk Obligasi Daerah

14
3. Syarat Pinjaman Daerah
 Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya

PU APBD = Pendapatan – (DAK + Dana Darurat +


dana Otsus & penyesuaian + DBH DR + DBH CHT +
DBH migas 0,5% + hibah)

75% PU APBD ≥ Akumulasi Pinjaman

 Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan


pinjaman (DSCR) yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

DSCR = [(PAD + DAU + (DBH-DBH DR)] – BW /


(Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain)

DSCR ≥ 2,5

Simulasi Perhitungan DSCR


Uraian APBD TA 2021
PAD 50
DAU 300
DBH 80
DBH DR 10
Belanja Wajib 120
- Belanja Pegawai 120
Rencana Pinjaman TA 2021 200
- Jangka Waktu Pinjaman (Tahun) 8
- Masa Tenggang (Tahun) 2
- Angsuran Per Tahun 33.3
- Bunga 4
- Biaya Lainnya 1
Outstanding Pinjaman TA 2020 100
- Angsuran Pinjaman Lama 50
- Belanja Bunga 10
DSCR 3.05

 Persyaratan lain yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman

15
 Tidak mempunyai tunggakan Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, apabila
Pinjaman Daerah yang akan diajukan bersumber dari Pemerintah Pusat
 Mendapat persetujuan DPRD untuk pinjaman Jangka Menengah dan
Panjang.
 Kegiatan sesuai dengan dokumen perencanaan (sesuai RPJMD dan RKPD)

G. Perbandingan Jenis Pinjaman Daerah

Sisi Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Pelunasan 1 (satu) TA - > 1 (satu) TA Lebih dari 1 tahun anggaran


Kewajiban
- Tidak melewati
Pembayaran
masa jabatan
kepala daerah

Sumber a. Daerah lain a. Pemerintah Pusat a. Pemerintah Pusat


b. LKB b. LKB b. LKB
c. LKBB c. LKBB c. LKBB
d. Masyarakat

Penggunaan Untuk menutup Untuk membiayai Untuk membiayai kegiatan


kekurangan arus kegiatan prasarana prasarana dan/atau sarana
kas dan/atau pelayanan dalam rangka penyediaan
publik di daerah pelayanan publik dengan
yang tidak tujuan:
menghasilkan
a. Menghasilkan
penerimaan daerah.
penerimaan langsung
b. Menghasilkan
penerimaan tidak
langsung
c. Memberikan manfaat
ekonomi sosial

Persetujuan Tidak memerlukan Memerlukan Memerlukan


DPRD (Ps. 16)

16
H. Prosedur Pinjaman Daerah

I. Obligasi Daerah
1. Pengertian
 Obligasi Daerah merupakan salah satu bentuk Pinjaman Jangka Panjang
yang berasal dari masyarakat untuk membiayai proyek/kegiatan prasarana
dan/atau sarana publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD
dan/atau memberikan manfaat bagi masyarakat.
 Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum
di pasar modal.
2. Jenis
 General Bond
Obligasi yang dijamin oleh Keuangan Pemerintah Daerah.
 Revenue Bond
Obligasi yang dijamin pengembaliannya dari hasil pengelolaan proyek.
 Double Barreled Bond
Selain dijamin oleh hasil dari proyek juga dijamin pembayarannya dari
Keuangan Daerah

17
J. Ketentuan Umum Obligasi Daerah
 Obligasi Daerah merupakan pinjaman yang bersumber dari masyarakat.
 Pemerintah daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah sepanjang memenuhi
persyaratan pinjaman daerah.
 Pemerintah tidak menjamin Obligasi Daerah.
 Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan
dalam mata uang Rupiah.
 Hasil penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana publik yang menghasilkan
penerimaan bagi APBD dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
 Kegiatan harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah, dapat berupa
kegiatan baru atau pengembangan kegiatan yang sudah ada, dan pembiayaan
dapat sebagian atau sepenuhnya.
 Proyek/kegiatan yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik
Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi
Daerah.
 Penerbitan Obligasi Daerah mengikuti ketentuan di pasar modal.

K. Syarat Penerbitan Obligasi Daerah


1. Mendapat persetujuan prinsip dari DPRD yang meliputi:
 persetujuan atas nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan
diterbitkan pada saat penetapan APBD;
 kesediaan pembayaran pokok dan bunga sebagai akibat penerbitan Obligasi
Daerah;
 kesediaan pembayaran segala biaya yang timbul dari penerbitan Obligasi
Daerah.
2. Mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan pertimbangan Menteri Dalam
Negeri.
18
3. Audit terakhir Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mendapat opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
4. Mendapat izin pelampauan defisit APBD dari Menteri Keuangan dalam hal
jumlah nominal Obligasi Daerah yang diterbitkan melebihi batas maksimal
defisit APBD.
5. Menerbitkan Peraturan Daerah mengenai Obligasi Daerah dan Peraturan
Daerah mengenai Pembentukan Dana Cadangan.
6. Mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan.

L. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha


1. Pengertian
Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya badan usaha dengan memperhatikan pembagian
risiko di antara para pihak.
2. Tujuan
 Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam penyediaan
infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
 Mewujudkan penyediaan infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien,
tepat sasaran, dan tepat waktu;
 Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
 Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan
membayar pengguna; dan/atau

19
 Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala
oleh pemerintah kepada Badan Usaha.
3. Jenis Infrastruktur KPBU
 Infrastruktur Transportasi
 Infrastruktur Jalan
 Infrastruktur SDA dan Irigasi
 Infrastruktur Air Minum
 Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Terpusat
 Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Setempat
 Infrastruktur Sistem Pengelolaan Sampah
 Infrastruktur Telekomunikasi dan Informatika
 Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan
 Infrastruktur Konservasi Energi
 Infrastruktur Ekonomi Fasilitas Perkotaan
 Infrastruktur Kawasan
 Infrastruktur Pariwisata
 Infrastruktur Fasilitas Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan
 Infrastruktur Pemasyarakatan
 Infrastruktur Perumahan Rakyat
 Infrastruktur Kesehatan:
 Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian, dan Budaya

20
4. Skema KPBU

5. Fasilitas dan Dukungan Pemerintah


a. Fasilitas Penyiapan dan Pendampingan Transaksi (PDF)
 Fasilitas dalam menyiapkan proyek (termasuk penyusunan kajian final
pra-FS) dan pendampingan transaksi/lelang
 Dasar hukum PMK 73/PMK.08/2018
b. Dukungan Kelayakan (VGF)
 Fasilitas dalam bentuk kontribusi tunai atas sebagian biaya konstruksi
 Diberikan kepada Badan Usaha
 Dasar Hukum PMK 223/PMK.011/2012
c. Penjaminan Infrastruktur
 Penjaminan atas kewajiban finansial PJPK

21
 Dilaksanakan oleh PT PII (persero)
 Dasar hukum Perpres 78/2010, PMK 260/PMK.011/2010
d. Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP)
 Penjaminan atas kewajiban finansial PJPK
 Dilaksanakan oleh PT PII (persero)
 Dasar hukum Perpres 78/2010, PMK 260/PMK.011/2010

“Hiduplah sepeti anda akan mati besok dan berbahagialah seperti anda akan hidup
selamanya”
B.J. Habibie

22
Mahasiswa memahami pelaksanaan dan
penatausahaan belanja SKPD

 Dasar Hukum
■ PP 12/2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
■ Permendagri No. 77 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuda,
khususnya BAB V, Poin L sampai V, halaman 255-321
Catatan:
Peraturan-Peraturan di atas ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Daerah untuk pedoman
pelaksanaannya.

 Alokasi APBD
1. Anggaran SKPD
 Pendapatan: PAD
 Belanja
Belanja Operasi (Pegawai, Barang dan Jasa, Subsidi, Bansos, Hibah)
Belanja Modal
2. Anggaran PPKD
 Pendapatan:
- Dana Perimbangan
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
 Belanja:
- Belanja Operasi (Pegawai, Bunga, Bansos, Hibah, Subsidi)
- BTTTransfer

23
 Pembiayaan:
- Penerimaan Pembiayaan
- Pengeluaran Pembiayaan

 Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja

 Kombinasi Skema Belanja

24
 Bendahara Pengeluaran
 Bendahara pengeluaran SKPD adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD. (Pasal 1 angka 77, PP 12/2019)
 Tugas Bendahara Pengeluaran
- Menerima
- Menyimpan
- Membayarkan
- Menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
(Pasal 1 angka 77 PP 12/2019)
 Wewenang Bendahara Pengeluaran
- mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU dan
SPP-LS;
- menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU;
- melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang dikelolanya;
- menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan;
- meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
- membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada PA
dan laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada BUD secara
periodik;
- memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(Pasal 19 ayat 2, PP 12/2019)
 Menurut UU KUP, bendahara pemerintah memiliki kewajiban pemotongan dan
pemungutan pajak.

25
 Bendahara Pengeluaran Pembantu
 Dalam hal PA melimpahkan kewenangannya kepada KPA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Kepala Daerah atas usul
PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran Pembantu. (Pasal 19 ayat 3 PP
12/2019)
 Tugas dan Wewenang Bendaharan Pengeluaran Pembantu
- mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP TU dan SPP LS;
- menerima dan menyimpan pelimpahan UP dari Bendahara Pengeluaran;
- menerima dan menyimpan TU dari BUD;
- melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan TU yang dikelolanya;
- menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
- meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
- memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
- membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada KPA
dan laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada Bendahara
Pengeluaran secara periodik. (Pasal 19 ayat 4, PP 12/2019)
 Hubungan Per-UP-an
 Hubungan Per-UP-an

26
 Ilustrasi Belanja dengan Uang Panjar

 Pelasanaan dan Penatausahaan Bendahara Pengeluaran


 Belanja dengan Menggunakan Uang Panjar
- Pengajuan Uang Panjar
PPTK (1) menghitung kebutuhan uang panjar, (2) menyiapkan Nota
Pencairan Dana (NPD), (3) menyampaikan NPD kepada PA/KPA untuk
mendapatkan persetujuan. (4) PA/KPA memberikan persetujuan; (5)
BP/BPP mencairkan uang panjar secara non-tunai ke rekening PPTK.
- Pelaksanaan Belanja
PPTK (1) melakukan belanja, (2) menyerahkan rekapitulasi belanja dari
uang panjar dilampiri bukti ke BP/BPP utk diverifikasi; (3) BP melakukan
pembayaran kekurangan secara non tunai ke rekening PPTK; (4) PPTK
melakukan pengembalian kelebihan uang panjar.

27
 Belanja Tanpa Menggunakan Uang Panjar

PPTK (1) melakukan transaksi dengan penyedia, (2-7) PPTK menyampaikan


NPD, rekapitulasi belanja bukti2 kepada PA/KPA untuk disetujui; (8) BP
membayar langsung kepada penyedia.
 Nota Pencairan Dana (NPD)

*Hal 259 Permendagri 77/2020


 Pengajuan SPP dan Pembayaran
Bendahara Pengeluaran mengajukan dokumen SPP berupa:
- SPP-UP (Uang Persediaan)
- SPP-GU (Ganti Uang)
- SPP-TU (Tambah Uang)
- SPP-LS (Langsung):
a. LS untuk pembayaran Gaji & Tunjangan
b. LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

28
 Pembukuan
Bendahara pengeluaran membukukan penerimaan (termasuk penerimaan SP2D)
dan pengeluaran kas (termasuk pembayaran LS) yang menjaditanggungjawabnya
berdasarkan bukti-bukti yang sah dan lengkap.
 Pertanggungjawaban dan Penyampaiannya
Bendahara pengeluaran wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
pengelolaan uang yang terdapat dalam kewenangannya. Pertanggungjawaban
tersebut terdiri atas:
- Pertanggungjawaban penggunaan UP/GU;
- Pertanggungjawaban penggunaan TU;
- Pertanggungjawaban administratif;
- Pertanggungjawaban fungsional.
 Tata Cara Pengajuan SPP dan Pembayaran

Untuk membayar belanja atas beban anggaran SKPD (APBD) dpt dilakukan dengan dua
cara:
 Dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan menggunakan:

a. Uang persediaan (UP) yang sifatnya revolving (dpt diisi kembali bila
telah digunakan / GU)
b. Dana Tambah Uang (TU) bila UP dianggap tidak mencukupi.
 Dibayar langsung (LS) oleh BUD

29
 Pengajuan SPP dan Pembayaran oleh bendahara pengeluaran SKPD
Menggunakan UP dan TU

 Proses Pencairan & Pembayaran UP

30
 Penetapan Besaran Uang Persediaan

Alternatif 1
Membagi total belanja UP dengan frekuensi pengajuan LPJ UP

Misal: Total Belanja UP Dinas Kaido 1,20 miliar. Berdasarkan pengalaman, pengajuan LPJ UP
(pengisian kembali UP) dilakukan 24 kali dalam setahun. Maka besaran UP utk satker tsb adalah:
50 juta.

Alternatif 2
Batas maksimal nilai UP ditentukan berdasarkan pagu anggaran SKPD
(angka hanya sebagai ilustrasi):

 maksimal Rp.50.000.000 untuk Pagu DPA SKPD sampai dengan Rp.500.000.000.


 maksimal Rp.75.000.000 untuk Pagu DPA SKPD di atas Rp.500.000.000 sampai dengan
Rp.1.000.000.000.
 maksimal Rp.100.000.000 untuk Pagu DPA SKPD di atas Rp.1.000.000.000.

 SPP-GU
- SPP GU: dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan untuk belanja yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
- SPP GU dapat diajukan ketika UP telah terpakai pada tingkat penggunaan
minimal yang telah ditentukan pada peraturan kepala daerah. Misalnya, bila UP
telah terpakai minimal 75%.
- Contoh, suatu SKPD mendapatkan alokasi UP pada tanggal 4 Januari sebesar Rp
10.000.000. Pada tanggal 20 Januari UP tersebut telah terpakai sebesar Rp
9.750.000, maka SPP-GU yang diajukan adalah sebesar Rp 9.750.000 untuk
mengembalikan saldo UP ke jumlah semula.

31
 SPP-TU
- Pengajuan dana TU harus berdasar pada program dan kegiatan tertentu.
Misalnya, sebuah SKPD mempunyai alokasi UP Rp 10.000.000. Pada periode
tersebut direncanakan adanya kegiatan swakelola senilai Rp 74.000.000 (di luar
belanja yang harus dibayarkan secara LS) yang jika dibayarkan dari UP
diperkirakan tidak akan cukup. Dengan demikian, atas kegiatan tersebut
diajukan SPP-TU tersendiri.
- Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan
tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan Kembali
- Pada batas-batas jumlah tertentu, pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu
penggunaan.
- Dalam hal dana tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka
sisa tambahan uang disetor ke rekening kas umum daerah, kecuali:
a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan
b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan
yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA

 Pengajuan SPP dan Pembayaran yang Dibayar oleh BUD

- Untuk membayar belanja yang jumlahnya relatif besar digunakan mekanisme LS


yaitu dibayar langsung oleh BUD. Contoh di pempus: di samping untuk membayar
gaji, juga untuk membayar belanja yang jumlahnya di atas Rp10 juta per rekanan.

- Caranya bdh pengeluaran mengajukan SPP-LS (dilampiri bukti2 atau dokumen2


yang diperlukan) kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD;

- Penyiapan bukti2 atau dokumen2 yang diperlukan tsb dibantu oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);

32
- Selanjutnya PA/KPA menandatangani SPM LS dan meneruskannya ke BUD.

- Atas pembayaran melalui LS ini tidak perlu lagi SPJ, karena bukti/dokumen2
sudah harus dilampirkan ketika mengajukan SPP-SPM.

 Proses Pencairan & Pembayaran LS

 Penerbitan SPM
1. SPM - Uang Persediaan (SPM-UP)
2. SPM - Ganti Uang (SPM-GU)
3. SPM - Tambahan Uang (SPM-TU)
4. SPM - Langsung (SPM-LS)

 Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak Diterima SPP


 Dikembalikan paling lambat 1 hari sejak Diterima SPP

33
 Penerbitan SP2D
- Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap dan tidak melampaui pagu
anggaran, kuasa BUD menerbitkan SP2D.
- Dalam hal dokumen SPM dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau
pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak
menerbitkan SP2D.
- Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak diterima SPM
- Jika SPM ditolak, SPM dikembalikan paling lambat 1 hari sejak SPM tsb diterima.
- Dalam hal kuasa BUD berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani SP2D.
 Jenis2 SPP-SPM-SP2D

NO. SPP SPM SP2D

1. SPP-UP SPM-UP SP2D-UP


2. SPP-GU SPM-GU SP2D-GU
3. SPP-TU SPM-TU SP2D-TU
4. SPP-LS SPM-LS SP2D-LS

 Kelengkapan Dokumen SPP-UP

Kelengkapan Dokumen SPP-UP:


1). Dokumen SPP-UP:
a. Surat Pengantar SPP-UP
b. Ringkasan SPP-UP
c. Rincian SPP-UP

2). Lampiran Dokumen SPP-UP:


a. Salinan SPD

34
b. Draft Surat Pernyataan yg akan ditandatangani oleh PA yang menyatakan
bahwa uang yg diminta tidak akan digunakan untuk keperluan selain UP.
c. lampiran lain yg diperlukan.
 Kelengkapan Dokumen SPP-GU

Kelengkapan Dokumen SPP-GU:


1). Dokumen SPP-GU:
a. Surat Pengantar SPP-GU
b. Ringkasan SPP-GU
c. Rincian Penggunaan UP/GU yang lalu
2). Lampiran Dokumen SPP-GU:
a. Bukti transaksi yang sah dan lengkap
b. Salinan SPD
c. Draft Surat Pernyataan yg akan ditandatangani oleh PA yg menyatakan
bahwa uang yg diminta tidak akan digunakan untuk keperluan selain GU.
d. lampiran lain yg diperlukan.
Catatan: Surat Pengesahan Pertanggungjawaban (SPJ)=> dihapuskan

 Kelengkapan Dokumen SPP-TU

Kelengkapan Dokumen SPP-TU:


1). Dokumen SPP-TU:
a). Surat Pengantar SPP-TU c). Rincian Rencana Penggunaan TU
b). Ringkasan SPP-TU
2). Lampiran Dokumen SPP-TU:
a. Salinan SPD
b. Draft Surat Pernyataan untuk ditandatangani oleh PA/KPA yang
menyatakan bahwa uang yg diminta tidak akan digunakan selain untuk
keperluan TU

35
c. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan
uang persediaan; dan
d. lampiran lain yg diperlukan.
 Kelengkapan Dokumen SPP-TU
Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan:
1). Dokumen SPP-LS:
a). Surat Pengantar SPP-LS
b). Ringkasan SPP-LS
c). Rincian SPP-LS
2). Lampiran Dokumen SPP-LS Gaji & Tunjangan:
a). Daftar pembayaran c). Daftar keluarga (KP4)/surat
gaji induk/gaji susulan/ nikah/akte kelahiran
kekurangan gaji d). Surat pindah/Surat kematian
b).SK CPNS/SK PNS/SK e). SSP PPh Pasal 21
kenaikan pangkat/SK f). Dokumen lain yang diperlukan
jabatan
Catatan: Lampiran disesuaikan dengan keperluan.
Kelengkapan Dokumen SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa:
1). Dokumen SPP-LS:
a). Surat Pengantar SPP-LS
b). Ringkasan SPP-LS
c). Rincian SPP-LS
2). Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa:
a). Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait
b). SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh)
c). Surat perjanjian kerjasama/kontrak
d). Berita acara penyelesaian pekerjaan/Serah terima
e). Kwitansi bermeterai/nota/faktur
f). Surat jaminan bank atau yang dipersamakan
g). Berita acara pemeriksaan
h). Photo/buku/dokumentasi kemajuan/penyelesaian pekerjaan
i). Dokumen lain yang diperlukan
Catatan: Lampiran disesuaikan dengan keperluan.

36
 Kelengkapan Dokumen SPM GU
- Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak
melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat
pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
(Catatan: persyaratan bukti pengesahan SPJ dihapus.)
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat
pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
- Kelengkapan lampiran dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:
a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran; dan
b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan kelengkapan
persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

 Pembukuan SPP-SPM-SP2D
Atas SPP (produknya BP/BPP), SPM (produknya PA/KPA) dan SP2D (produknya
BUD/Kuasa BUD) yang sudah diterbitkan, Bendahara Pengeluaran wajib mencatatnya
dalam Register SPP-SPM-SP2D.

37
 Pembukuan SPP-SPM-SP2D

hal 302 Permendagri 77/2020

 Penegasan Kewenangan KPA

Pasal 11 Permendagri 59/2007 ditambah dengan ayat 3a:


Pelimpahan kewenangan dari PA (Pengguna anggaran) ke KPA (Kuasa Pengguna
Anggaran) antara lain:
- melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
- melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
- mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan;
- menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

38
 Pembukuan Bendahara Pengeluaran

 Hubungan Pembukuan
 BKU
- mencatat seluruh transaksi SKPD
- mencakup semua catatan di Buku Pembantu (entri di BP harus juga dicatat
di BKU)
 BP Bank
mencatat transaksi SKPD yang melibatkan uang di Bank
 BP Kas
mencatat transaksi SKPD yang melibatkan uang kas yang dipegang BP
 BP Pajak
mencatat pemotongan, pemungutan dan penyetoran pajak atas belanja SKPD.
Dapat dilakukan secara kas atau non-tunai
 BP Panjar
mencatat transaksi yang menggunakan Uang Panjar
 BP Sub Rincian Objek Belanja
mencatat belanja sesuai kode sub rincian objek

39
 Pembukuan Belanja
 Langkah-Langkah Pembukuan Penerimaan SP2D UP/GU/TU
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Bank √

 Langkah-langkah pembukuan pergeseran uang: pengambilan uang dari bank


Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Bank √

3 BKU √

4 BP Kas Tunai √

 Langkah-langkah pembukuan pelimpahan UP/GU kepada Bendahara Pengeluaran


Pembantu (dengan cara transfer bank)
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Bank √

40
 Langkah-langkah pembukuan pelimpahan UP/GU oleh BPP (jk melalui transfer)
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Bank √

 Langkah-langkah pembukuan pembayaran belanja tanpa melalui panjar


Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Kas Tunai atau BP Bank*) √

3 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

*) dicatat ke BP Bank jika dibayar dengan cek

 Langkah-langkah pembukuan pajak


Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

Saat Memungut

1 BKU √

2 BP Pajak √

Saat Menyetor

1 BKU √

2 BP Pajak √

3 BP Bank/Kas Tunai √

41
 Langkah-langkah pembukuan pemberian panjar
Mencatat pada Kolom

Langkah Mencatat pada Buku


PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BP Kas Tunai atau BP Bank* √

3 BP Panjar √

 Langkah-langkah pembukuan pertanggungjawaban panjar (panjar>belanja)


asumsi: sisa panjar dikembalikan pd saat SPJ
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU (senilai panjar) √

2 BP Panjar √

3 BKU √
(senilai belanja aktual)
4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5 BP Kas Tunai atau BP Bank √

42
 Langkah-langkah pembukuan pertanggungjawaban panjar (panjar<belanja)
Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √
(senilai panjar)

2 BP Panjar √

3 BKU √
(senilai belanja)

4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5 BP Kas Tunai atau BP Bank √

 Langkah-langkah pembukuan belanja melalui LS

Mencatat pada Kolom

Langkah Mencatat pada Buku


PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU √

2 BKU √

3 BP Rincian Obyek (LS)

 PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU


 Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
- Disampaikan kepada Pengguna Anggaran
- Pada saat Laporan Penggunaan TU
 Pertanggungjawaban Fungsional
- Disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran
- Paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya
43
 Contoh Pembukuan Belanja dengan Panjar yang lebih besar dari
Belanja
 PPTK diberi Uang Panjar 10 juta, namun belanja aktualnya hanya 9.750.000

Mencatat pada Kolom

Langkah Mencatat pada Buku


PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU 10.000.000

2 BP Kas Tunai atau BP Bank* 10.000.000

3 BP Panjar 10.000.000

*) dicatat ke BP Bank jika dibayar dengan cek

 Ketika PPTK melakukan SPJ dengan belanja aktualnya hanya 9.750.000


Mencatat pada Kolom
Langkah Mencatat pada Buku
PENERIMAAN PENGELUARAN

1 BKU 10.000.000
(senilai panjar)

2 BP Panjar 10.000.000

3 BKU 9.750.000
(senilai belanja aktual)

4 BP Rincian Obyek (UP/GU/TU)

5 BP Kas Tunai atau BP Bank 250.000

44
 Dampak ke BKU

Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

(saldo awal) 15.000.000

Pemberian Uang Panjar ke PPTK 10.000.000 5.000.000

SPJ PPTK 9.750.000 10.000.000 9.750.000 5.250.000

 Dampak ke BP Bank/Kas

Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

(saldo awal) 15.000.000

Pemberian Uang Panjar ke PPTK 10.000.000 5.000.000

SPJ PPTK 9.750.000 disertai 250.000


5.250.000
pengembalian 250rb

 Dampak ke BP Panjar

Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

(saldo awal) 0

Menerima Uang Panjar dari BP 10.000.000 -10.000.000

SPJ PPTK 9.750.000 disertai pengembalian 10.000.000 0


250rb

45
artinya: sudah tidak ada lagi Uang Panjar yang dipegang oleh PPTK. Karena dari
10 juta tsb, 9.75 dibelanjakan, 250rb dikembalikan
 Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pembantu
 Langkah-langkah pertanggungjawaban TU dan penyampaiannya

 Pertanggungjawaban Fungsional

 Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran


 Pertanggungjawaban Uang Persediaan
- Disampaikan kepada pengguna anggaran
- Pada saat pengajuan GU
 Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan
- Disampaikan kepada Pengguna Anggaran
- Pada saat Laporan Penggunaan TU

46
 Pertanggungjawaban Administratif
- Disampaikan kepada pengguna anggaran
- Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
 Pertanggungjawaban Fungsional
- Disampaikan PPKD
- Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

 Langkah-langkah pertanggungjawaban UP dan penyampaiannya

 Langkah-langkah pertanggungjawaban TU dan penyampaiannya

 Pertanggungjawaban Administratif

47
 Langkah-langkah pertanggungjawaban administratif dan penyampaiannya

 Pertanggungjawaban Fungsional

 Hubungan SPJ

48
 Bentuk-Bentuk Buku Pencatatan
 BKU

 BP Bank

49
 BP Kas

 BP Pajak

50
 BP Panjar

 BP Sub Rincian Objek Belanja

51
 LPJ UP

 LPJ TU

52
 Laporan Penutupan Kas

 SPJ Administratif

53
 SPJ Fungsional

“Winers never quit and quitters never win”

-Zhang Jike-

54
 Pembagian Kewenangan Urusan dan Kewenangan
Berdasarkan UU 17/2003 dan Kep MK No.35/PUU-XI/2013 klasifikasi fungsi pada
Belanja Pemerintah Pusat terdiri dari 11 fungsi yang menyangkut pelayanan publik
dan kesejahteraan masyarakat. Begitu juga Belanja Pemda dilaksanakan dalam
koridor kewenangan pempus, provinsi, dan kab/kota.
 11 Fungsi tersebut diantaranya:
1. Pelayanan Umum 7. Kesehatan
2. Pertahanan 8. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
3. Ketertiban dan Keamanan 9. Agama
4. Ekonomi 10. Pendidikan
5. Lingkungan Hidup 11. Perlindungan Sosial
6. Perumahan dan Fasilitas
Umum

 45 Urusan Pemerintahan
a. Urusan Pemerintahan Absolutn (6 urusan)
- Politik Luar Negeri - Yustisi
- Pertahanan - Moneter dan Fiskal Nasional
- Keamanan - Agama

b. Urusan Pemerintahan Umum (7 urusan)


- Pembinaan Wawasan Kebangsaan & Ketahanan Nasional
- Pembinaan Persatuan & Kesatuan Bangsa
- Pembinaan Kerukunan

55
- Penanganan Konflik Sosial
- Koordinasi Pelaksanaan Tugas Antar Instansi Pemerintahan
- Pengembangan Kehidupan Demokrasi
- Pelaksanaan Semua Urusan
- Pemerintahan yang Bukan Kewenangan Daerah
c. Urusan Pemerintahan Konkuren (32 urusan)
o Urusan Pemerintahan Wajib (24 Urusan)
 Pelayanan Dasar (6 urusan)
- Pendidikan
- Kesehatan
- Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
- Perumahan Rakyat &
- Kawasan Permukiman
- Ketentraman, Ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat
- Sosial
 Non Pelayanan Dasar (18 urusan)
Tenaga Kerja, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Pangan, Pertanahan, Lingkungan Hidup, Administrasi
Kependudukan & Pencatatan Sipil, Pemberdayaan Masyarakat &
Desa, Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana,
Perhubungan, Komunikasi & Informasi, Koperasi UKM, Penanaman
Modal, Kepemudaan & Olahraga, Statistik, Persandian,
Kebudayaan
o Urusan Pemerintahan Pilihan (8 urusan)
- Kelautan dan Perikanan
- Pariwisata
- Pertanian
- Kehutanan
- Energi & Sumber Daya

56
- Mineral
- Perdagangan
- Perindustrian
- Transmigrasi
 Hubungan Struktur Pendapatan Dan Belanja Provinsi dengan Kabupaten
Kota

*Tidak Semua Pendapatan di APBD Provinsi menjadi Belanja nyata di APBD


Provinsi tersebut.

57
 Pemetaan Pendanaan Urusan Pendidikan di Provinsi dan Kab/Kota
 Manajemen Pendidikan Sesuai UU 23 Th. 2014
a. Provinsi
- Pengelolaan pendidikan menengah
- Pengelolaan pendidikan Khusus
b. Kabupaten/Kota
- Pengelolaan pendidikan dasar
- Pengelolaan pendidikan
- PAUD dan Non Formal
 Bantuan Operasional Sekolah
BOS SMA/SMALB dan SMK diarahkan untuk mewujudkan layanan pendidikan
menengah yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat

Alokasi BOS Reguler: Jumlah siswa x Unit Cost Majemuk (Indeks


Kemahalan x Indeks Peserta Didik)
Alokasi BOS Kinerja = Jumlah Satuan Pendiidkan x Unit
Cost/Kriteria/Jenjang

BOS SD/SDLB dan SMP/SMPLB untuk menjamin terselenggaranya wajib


belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
 Pemetaan Pendanaan Guru di Provinsi dan Kab/Kota
a. Tunjangan Profesi Guru

58
- Peningkatan kesejahteraan guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
dan memenuhi persyaratan
- Target penerima sebanyak 1.049.215 guru

b. Tunjangan Khusus Guru


- Kompensasi atas kesulitan hidup dalam melaksanakan tugas di daerah
khusus
- Target penerima sebanyak 38.838
- guru
Formulas alokasi:
TKG PNSD = jumlah sasaran x unit cost x 12 bulan
TKG PPPK = jumlah sasaran x unit cost x 12 bulan
c. Tambahan Penghasilan Guru
- Meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja guru ASN Daerah yang belum
memiliki sertifikasi
- Target penerima sebanyak 514.760 guru
Formulas alokasi:
TKG PNSD = jumlah sasaran x unit cost x 12 bulan
TKG PPPK = jumlah sasaran x unit cost x 12 bulan
Pengalihan guru dan tenaga pendidik sesuai kewenangan manajemen pendidikan
menentukan nilai pendapatan DAK NF TPG, Tamsil serta TKG di ingkup provinsi
 Penyaluran DAK Nonfisik
- Penyaluran DAK Nonfisik memperhitungkan sisa DAK Nonfisik tahun
sebelumnya.

59
- Penyaluran DAK Nonfisik dilaksanakan dalam dua tahap, kecuali dana BOS
dan Tunjangan Guru.
- Penyaluran DAK Nonfisik mempertimbangkan kinerja penyerapan
Pemerintah Daerah, dengan minimal penyerapan 50% sebagai syarat salur
tahap berikutnya.
- Penyaluran Bantuan Operasional Sekolah langsung ke Rekening Sekolah
- Perlunya peran APIP dalam pengawasan penyerapan DAK Nonfisik guna
meningkatkan ketercapaian output dan outcome serta belanja yang efektif
dan efisien.

60
 KOMPOSISI BELANJA DAERAH

*data Realisasi 2020 dicetak pada tanggal 7 Maret 2021


*data Realisasi 2020 masih bersifat sementara

 Pada level provinsi, realisasi komponen belanja terbesar tiap tahunnya adalah
belanja lainnya, dengan rata-rata pertumbuhan realisasi belanja lainnya dari
tahun 2011 s.d. tahun 2020 adalah sebesar 4,15%.
 Komponen belanja pegawai memiliki tren yang menurun dari tahun 2011 s.d.
tahun 2015, selanjutnya mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2020.
Sementara itu, belanja barang dan jasa serta belanja modal memiliki tren yang
fluktuatif (naik turun) selama 10 tahun.
 Rata-rata pertumbuhan komponen belanja pegawai adalah sebesar 2,38%,
belanja barang dan jasa sebesar -1,93%, dan belanja modal sebesar -6,88%.

*data Realisasi 2020 dicetak pada tanggal 7 Maret 2021


*data Realisasi 2020 masih bersifat sementara

61
 Di tingkat Kabupaten/Kota, realisasi komponen belanja terbesar tiap tahunnya
adalah belanja pegawai. Meskipun menempati posisi tertinggi, realisasi belanja
pegawai memiliki tren menurun kecuali tahun 2020 mengalami peningkatan.
Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja pegawai adalah sebesar - 2,69%.
 Belanja barang dan jasa memiliki tren yang cenderung naik tiap tahun (kecuali
tahun 2012 dan 2020 menurun), sedangkan belanja modal mengalami kenaikan
dari tahun 2011 s.d. tahun 2014 kemudian mengalami penurunan seterusnya
hingga tahun 2018, lalu naik pada tahun 2019 namun kemudian turun lagi pada
tahun 2020. Sementara belanja lainnya memiliki tren meningkat tiap tahun dari
tahun 2011 s.d. tahun 2020 (kecuali tahun 2014 turun). Rata-rata pertumbuhan
komponen belanja barang dan jasa adalah sebesar 3,49%, balanja modal sebesar
-2,79%, dan belanja lainnya sebesar 11,13%.

 Belanja dan Belanja Transfer Dalam Struktur APBD

 Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan (PMD 90/2019)
 Belanja Transfer adalah pengeluaran uang dari pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya dan/atau dari pemerintah daerah kepada pemerintah
desa (PMD 90/2019).

62
 Proses Konsolidasi LRA

Akun timbal balik:


1. Pendapatan hibah antar daerah dengan Belanja hibah
2. Pendapatan bantuan keuangan dengan Belanja bantuan keuangan
3. Lain pendapapatan-pendapatan hibah bos dengan belanja hibah

 Contoh APBD Provinsi

63
Contoh APBD Kabupaten Kota Dalam Satu Provinsi

 KEBIJAKAN PDRD DALAM PROVINSI – KAB KOTA


 Konsep Opsen
Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu tarif pajak utamanya
diturunkan terlebih dahulu untuk menghindari tambahan beban WP.

64
 Latar Belakang Opsen
a. Opsen PKB Menggantikan bagi hasil PKB dan BBNKB dari
b. Opsen BBNKB Provinsi ke Kabupaten/Kota

c. Opsen Pajak MBLB


Pengaturan baru untuk memberikan sumber pendanaan bagi Provinsi dalam
melaksanakan kewenangan penerbitan dan pengawasan izin MBLB (inline
kewenangan provinsi dalam UU Pemda dan UU Minerba)
 Tujuan Penerapan Opsen
- Mempercepat penerimaan Kab/Kota atas PKB dan BBNKB yang selama ini
diterima dari Provinsi dalam bentuk bagi hasil secara periodik (bergantung
Provinsi masing-masing).
- Sinergi penagihan PKB, BBNKB, dan pengawasan mobilitas kendaraan
bermotor antara Provinsi dan Kab/Kota  Piutang PKB/BBNKB Provinsi
akan menjadi Piutang Opsen bagi Kab/Kota (sense of belonging +
responsibility Kab/Kota).
- Memperbaiki postur APBD kab/kota  selama ini diterima dalam bentuk
penerimaan bagi hasil, dengan opsen akan dicatat sebagai PAD.
 Dasar Pertimbangan
- Memberikan peran serta (partisipasi) dan tanggung jawab kabupaten/kota
dalam pemungutan PKB dan BBNKB, serta peran provinsi dalam pemungutan
Pajak MBLB
- Meningkatkan pengawasan kepatuhan pembayaran PKB, BBNKB, dan Pajak
MBLB melalui sinergi antar level pemerintahan (pusat, prov, kab/kota)
- Memperbaiki timeliness penerimaan bagian kabupaten/kota atas PKB dan
BBNKB yang sebelumnya dibagihasilkan

65
- Memberikan sumber penerimaan bagi Provinsi atas Pajak MBLB yang selama
ini dipungut oleh kabupaten/kota, namun perizinan dilaksanakan oleh
provinsi
 Konsep Kebijakan Opsen
- Pemda penerima opsen memiliki sense of belonging dalam pemungutan pajak
daerah sehingga dalam jangka panjang diharapkan tercapai kenaikan
penerimaan pajak terkait melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
- Menggeser pos penerimaan dalam APBD dari pendapatan Transfer menjadi
PAD (meningkatkan kemandirian daerah)
- Penerimaan opsen yang selama ini dibagihasilkan, diharapkan dapat diterima
Pemda secara real time
- Mengembalikan penerimaan daerah sesuai potensi daerah (tanpa
pemerataan)
- Penurunan Belanja mandatory spending bagi provinsi (PKB dan BBNKB yang
diterima netto)
 OPSEN PAJAK DAERAH DALAM UU 1/2022
 Definisi
- Opsen adalah pungutan tambahan Pajak menurut persentase tertentu.
- Opsen PKB adalah Opsen yang dikenakan oleh kab/kota atas pokok PKB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Opsen BBNKB adalah Opsen yang dikenakan oleh Kab/kota atas pokok BBNKB
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Opsen Pajak MBLB adalah Opsen yang dikenakan oleh Provinsi atas pokok
Pajak MBLB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Tarif
- Opsen PKB sebesar 66 %
- Opsen BBNKB sebesar 66%

66
- Opsen Pajak MBLB sebesar 25% dihitung dari besaran pajak terutang
 Pemungutan
- Wajib Pajak Opsen PKB, BBNKB dan Pajak MBLB merupakan Wajib Pajak PKB,
BBNKB dan Pajak MBLB
- Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak yang dikenakan Opsen.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
 Pemberlakuan
Ketentuan mengenai PKB, BBNKB, Pajak MBLB, Opsen PKB, Opsen BBNKB, dan
Opsen Pajak MBLB, berlaku 3 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU
HKPD
 Perbandingan Ilustrasi Beban Fiskal Wajib Pajak Daerah antara UU 28/2009
dan UU 1/2022 (Beban WP tidak Bertambah)

 STRUKTUR PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH DALAM UU HKPD


 Restrukturisasi & integrasi jenis pajak daerah ditujukan untuk mengurangi
administrative & compliance cost serta optimalisasi pemungutan, sedangkan

67
skema opsen ditujukan untuk penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian
kewenangan
 Rasionalisasi jenis retribusi daerah ditujukan untuk peningkatan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan menciptakan ekosistem iklim
usaha yang kondusif
a. Pajak Daerah

1. PKB 1. PBB P-2


2. BBNKB 2. PBJT
3. PAB 3. BPHTB
4. PBBKB 4. Pajak MBLB
5. PAP 5. Pajak Reklame
6. Pajak Rokok 6. PAT
7. Opsen Pajak MBLB 7. Pajak Sarang Burung Walet
8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB

Penjualan dan/atau Penyerahan


1. Makanan dan/atau Min uman;
2. Tenaga Listrik;
3. Jasa Perhotelan;
4. Jasa Parkir; dan
5. Jasa Kesenian dan Hiburan

b. Retribusi Daerah
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha
1. Pemakaian Kekayaan Daerah
1. pelayanan kesehatan
2. Pasar Grosir/Pertokoan
2. pelayanan kebersihan
3. Tempat Pelelangan
3. pelayanan parkir di tepi jalan
4. Tempat Khusus Parkir
umum
5. Penginapan/Villa
4. pelayanan pasar
6. Rumah Potong Hewan
5. pengendalian lalu lintas
7. Pelayanan Kepelabuhanan
8. Tempat Rekreasi dan Olahraga
9. Penyeberangan di Ai
10. Penjualan Produksi Usaha
Retribusi Perizinan Tertentu
Daerah
1. PBG (Persetujuan Bangunan
Gedung)
2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Rakyat) 68
 Kebijakan Opsen Dalam UU HKPD

 Penerapan Opsen tidak menambah Beban Wajib Pajak termasuk beban


administrasinya, dikarenakan Opsen akan dipungut secara bersamaan dengan
pajak induk:
- Opsen PKB dan Opsen BBNKB akan dipungut oleh Pemda Provinsi bersamaan
dengan pemungutan PKB dan BBNKB dan akan disalurkan secara real time
melalui sistem perbankan ke rekening kas daerah Pemda kab/kota melalui
layanan SAMSAT yang telah berjalan dengan baik saat ini.
- Opsen Pajak MBLB yang merupakan top up dari Pajak MBLB yang sifatnya
self assessment akan displit pembayarannya saat WP membayar, Pajak MBLB
disetorkan kepada Kas daerah kab/kota dan Opsennya akan disetorkan
kepada kas daerah provinsi.
 Dengan demikian, penerapan Opsen tidak akan mengubah proses bisnis
pemungutan Pajak yang telah berjalan di Pemda saat ini.

69
"Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan”
-Imam Syafi’i-

70
Mahasiswa memahami proses perubahan APBD

A. Peta Konsep Perubahan Anggaran

LRA Semester 1

KUA Tidak Perlu Pergeseran Keadaan Keadaan Luar


Perlu SILPA? Biasa
Sesuai Anggaran Darurat

Perlu Perubahan Tidak Perlu


APBD Perubahan APBD

Perda Perubahan Perkada Perubahan


APBD Penjabaran APBD

B. Perubahan APBD
a. Perkembangan Tidak Sesuai Asumsi KUA
Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA dapat berupa terjadinya:
1. Pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi Pendapatan Daerah;
2. Pelampauan atau tidak terealisasinya alokasi Belanja Daerah; dan/atau
3. Perubahan sumber dan penggunaan Pembiayaan daerah.
Kepala Daerah memformulasikan perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi KUA sebagaimana dimaksud ke dalam rancangan perubahan KUA serta
perubahan PPAS berdasarkan perubahan RKPD.

71
b. Pergeseran Anggaran
Pergeseran anggaran dapat dilakukan antar organisasi, antar unit
organisasi, antar Program, antar Kegiatan, dan antar jenis belanja, antar obyek
belanja, dan/atau antar rincian obyek belanja.
Pergeseran anggaran antar organisasi, antar unit organisasi, antar
Program, antar Kegiatan, dan antar jenis belanja dilakukan melalui perubahan
Perda tentang APBD.
1. Pergeseran anggaran antar obyek belanja dan/atau antar rincian obyek
belanja dilakukan melalui perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD.
2. Pergeseran anggaran antar obyek belanja dalam jenis belanja dan antar
rincian obyek belanja dalam obyek belanja ditetapkan oleh Kepala Daerah.
3. Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud diformulasikan dalam
Perubahan DPA SKPD.
4. Perubahan Perkada tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
selanjutnya dituangkan dalam rancangan Perda tentang perubahan APBD
atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran.
5. Perubahan Perkada tentang penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
ditampung dalam laporan realisasi anggaran apabila:
 tidak melakukan perubahan APBD; atau
 pergeseran dilakukan setelah ditetapkannya Perda tentang perubahan
APBD.
c. Penggunaan SILPA
Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran
diformulasikan terlebih dahulu dalam Perubahan DPA SKPD dan/atau RKA SKPD.
d. Pendanaan Keadaan Darurat
1. Pemerintah Daerah mengusulkan pengeluaran untuk mendanai keadaan
darurat yang belum tersedia anggarannya dalam rancangan perubahan APBD.

72
2. Dalam hal pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat dilakukan setelah
perubahan APBD atau dalam hal Pemerintah Daerah tidak melakukan
perubahan APBD maka pengeluaran tersebut disampaikan dalam Laporan
realisasi anggaran.
3. Pendanaan Keadaan Luar Biasa
4. Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 kali dalam 1 tahun anggaran,
kecuali dalam keadaan luar biasa.
5. Keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud merupakan keadaan yang
menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD
mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh
persen).
6. Ketentuan mengenai perubahan APBD akibat keadaan luar biasa sebagaimana
dimaksud diatur dalam Perkada sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
7. Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami kenaikan lebih dari 50% dapat dilakukan penambahan
Kegiatan baru dan/atau peningkatan capaian Sasaran Kinerja Program dan
Kegiatan dalam tahun anggaran berkenaan.
8. Dalam hal keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBD mengalami penurunan lebih dari 50% dapat dilakukan penjadwalan
ulang dan/atau pengurangan capaian Sasaran Kinerja Program dan Kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berkenaan.

73
C. Tahapan dan Proses Penyusunan Perubahan APBD

No. Uraian Kegiatan Waktu Lama


1 Penyampaian Rancangan Perubahan KUA Minggu pertama Agustus -
dan PPAS kepada DPRD
2 Kesepakatan Perubahan KUA dan PPAS Minggu kedua Agustus 7 Hari
antara Kepala Daerah dan DPRD
3 Pedoman Penyusunan RKA-SKPD Minggu ketiga Agustus -
Perubahan APBD
4 Penyampaian Raperda P-APBD berserta Minggu kedua September -
lampiran kepada DPRD
5 Pengambilan persetujuan bersama DPRD Akhir September -
dan kepala daerah thd Raperda P-APBD
6 Penyampaian kepada Menteri Dalam - 3 hari kerja
Negeri/Gubernur untuk dievalusi
7 Keputusan Menteri Dalam Pertengahan Oktober 15 hari kerja
Negeri/Gubernur tentang hasil evaluasi
PAPBD Provinsi, Kabupaten/Kota
8 Pengesahan Perda PAPBD yang telah Pertengahan Oktober -
dievaluasi dan dianggap
sesuai dengan ketentuan
9 Penyempurnaan perda sesuai Minggu ketiga Oktober 7 hari kerja
hasil evaluasi apabila dianggap
bertentangan dengan kepentingan umum
dan peraturan yang lebih tinggi

10 Pembatalan Perda PAPBD apabila tidak Minggu ke lV Oktober 7 hari kerja


dilakukan penyempurnaan (setelah pemberitahuan
untuk penyempurnaan
sesuai hasil evaluasi)
11 Pencabutan Raperda P-APBD Minggu pertama 7 hari kerja
November
12 Pemberitahuan untuk Minggu ketiga Oktober 3 hari kerja
Penyampaian rancangan perubahan DPA (setelah PAPBD disahkan)
SKPD

D. Cara Perubahan Anggaran di SKPD


a. Dengan mengubah DPA SKPD untuk perubahan berupa peningkatan atau
pengurangan capaian Sasaran Kinerja Program dan Kegiatan dari yang telah
ditetapkan semula.
b. Dengan menyusun RKA baru untuk perubahan berupa adanya program/kegiatan
baru.

74
RKA SKPD yang memuat Program dan Kegiatan baru dan perubahan DPA SKPD
yang akan dianggarkan dalam perubahan APBD yang telah disusun oleh SKPD
disampaikan kepada TAPD melalui PPKD untuk diverifikasi.

“Man Jadda Wa Jada”

75
Mahasiswa memahami pelaporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD & reviu materi UAS

A. Dasar Hukum
a. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara (Pasal 31 dan 32)
b. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara (Pasal 55 dan 56)
c. PP 71/2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
d. PP 12/2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 189 s.d. 197)

B. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

76
C. Laporan Keuangan
a. Laporan Semesteran

menyusun Disampaikan kepada

paling lambat
akhir Juli th
anggaran ybs

b. Laporan Tahunan

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

PEMERINTAH DAERAH
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

Selambat-lambatnya
6 bulan setelah tahun
Anggaran berakhir

DPRD

D. Laporan Keuangan PEMDA Berdasarkan SAP Berbasis Akrual

77
E. Laporan Keuangan dan SAPD

 Laporan Keuangan Pemda disusun dengan berpedoman pada Standar Akuntansi


Pemerintahan (SAP), dan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah (SAPD).
 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan konsolidasian dari:
- Laporaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (LK-SKPD)
- Laporan Keuangan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (LK-PPKD)
 Kepala SKPD dan PPKD dalam kapasitas sebagai Pengguna Anggaran
bertanggung jawab menyusun LK sebagai bentuk pertanggungjawaban dari
pelaksanaan anggaran yang dikelolanya.
 Yang bertugas menyusun LK-SKPD adalah Pejabat Penatausahaan Keuangan
SKPD (PPK-SKPD)
 Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian (LKPD) merupakan tanggung
jawab dari PPKD.

78
F. Jadwal Penyusunan Laporan Keuangan, Pemeriksaan BPK, dan
Penyampaian LK Audited ke DPRD

G. Opini BPK
LKPD yang telah diaudit oleh BPK diberikan Opini. Opini merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
Laporan Keuangan yang didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. Kecukupan Pengungkapan;
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan; dan
d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern.

Terdapat empat jenis opini BPK diantaranya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar, dan Menolak Memberikan Pendapat.

H. Kewajiban Pelaporan Lainnya


a. LAKIP (PP8/2006) Laporan Kinerja
b. LPPD/LKPJ/RLPPD (PP 13/2019) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

“It always seems impossible until it’s done”


-Nelson Mandela
79
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami current issue terkait PKD di masa Covid-19

A. LANDASAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

80
B. RUANG LINGKUP KEUANGAN DAERAH
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan Uursan Pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran Daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan daerah yang dipisahkan;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh Pemda dalam rangka
penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah dan/atau kepentingan
umum.

PENYIAPAN RANCANGAN PERDA TENTANG APBD

81
TAHAP DAN JADWAL PENYUSUNAN APBD

Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak menyepakati Bersama rancangan KUA
dan rancangan PPAS, paling lama 6 (enam) minggu sejak rancangan PPAS
disampaikan kepada DPRD, Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang
APBD kepada DPRD berdasarkan RKPD, rancangan KUA, dan rancangan PPAS yang
disusun Kepala Daerah, untuk dibahas dan disetujui Bersama antara Kepala Daerah
dengan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
maksud Pasal 91 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019.
PASAL 312
 Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui Bersama rancangan Perda tentang
APBD paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya tahun anggaran setiap
tahun.
 DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui Bersama rancangan Perd
tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun dikenai sanksi
administrative berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
 Sanksi tidak dapat dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan
penetapan APBD disebabkan oleh kepala daerah terlambat menyampaikan

82
rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah ditetapkan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

PASAL 313 ayat (1) & ayat (2)


 Apabila KDH dan DPRD tidak mengambil persetujuan Bersama dalam waktu 60
(enam puluh) hari sejak disampaikan Ranperda tentang APBD oleh KDH kepada
DPRD, KDH menyusun dan menetapkan Perkada tentang APBD paling tinggi
sebesar angka APBD Tahun Anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan
setiap bulan,
 Ranperda dapat ditetapkan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri bagi
Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat bagi Daerah
kabupaten/kota.

C. STANDARISASI (Kodefikasi, Klasifikasi, dan Nomenklatur)


STANDARISASI merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam
menyediakan dan menyajikan informasi secara berjenjang dan mandiri berupa
penggolongan/pengelompokan, pemberian, kode, dan daftar penamaan menuju
“SINGLE CODERASE” untuk digunakan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban serta pelaporan kinerja dan keuangan.
TUJUAN
 Menyediakan statistik keuangan Pemerintah Daerah
 Membantu Kepala Daerah dalam melakukan evaluasi Kinerja dan keuangan
daerah
 Mendukung penetapan SPBE
 Mendukung keterbukaan informasi kepada masyarakat
 melakukan evaluasi perencanaan pembangunan daerah dan pengelolaan
keuangan daerah
 Membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan
daerah dan keuangan daerah.

83
DIGUNAKAN PADA TAHAPAN:
1. Perencanaan Pembangunan
2. Perencanaan Anggaran
3. Pelaksanaan dan Penatausahaan Keuda
4. Akuntansi dan Pelaporan Keuda
5. Pertanggungjawaban Keuda
6. Pengawasan Keuda
7. Analisis Informasi Pemda Lainnya

D. SIPD

SIKLUS PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

84
ISSUED STRATEGIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LANGKAH DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH


1. KESESUAIAN Laporan Keuangan yang disusun dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP)
2. KESESUAIAN Laporan Keuangan SKPD dengan Laporan Keuangan Pemda
- Lapkeu Pemda pada dasarnya merupakan kompilasi atas lapkeu SKPD
- Perlu dilakukan rekonsiliasi antara data SKPD dengan data di Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), yaitu:
 Rekonsiliasi data realisasi pendapatan
 Rekonsiliasi data realisasi belanja
 Rekonsiliasi data aset tetap

85
3. KESESUAIAN laporan keuangan dengan dokumen pendukung
- Kesesuaian realisasi pendapatan dengan bukti penerimaan pada bendahara
penerimaan dan bukti penyetoran ke Kas Daerah
- Kesesuaian realisasi belanja dengan bukti-bukti pertanggungjawaban (SPJ)
belanja daerah
- Kesesuaian mutase penerimaan/pengeluaran dan saldo kas daerah dengan
rekening koran bank
- Kesesuaian aset tetap yang dilaporkan dengan bukti kepemilikan/perolehan
4. KESESUAIAN laporan keuangan dengan fisik
- Kesesuaian realisasi belanja dan bukti pertanggungjawaban dengan prestasi
pekerjaan
- Kesesuaian saldo aset yang dilaporkan dengan bukti fisik aset (Cash Opname,
BA Inventarisasi, dsb)

“Tuntutlah ilmu, tapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah tapi tidak boleh
lupa pada ilmu”

- Hassan Al Bashri -

Note: Bahan rangkuman diambil dari materi Kuliah Umum PKD

86

Anda mungkin juga menyukai