Anda di halaman 1dari 83

PENYIAPAN SPJ UNTUK

PENYUSUNAN LAPORAN
DAN TATACARA
PENATATUSAHAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN
1
TUGAS BENDAHARA
1. Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan
bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pada SKPD.
2. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pejabat fungsional.

2
3. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran balk secara langsung maupun
tidak langsung dilarang melakukan
kegiatan perdagangan, pekerjaan pem-
borongan dan penjualan jasa atau
bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta
membuka rekening/giro pos atau
menyimpan uang pada suatu bank atau
lembaga keuangan Iainnya atas nama
pribadi. 3
4. Bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya
dapat dibantu oleh bendahara penerimaan
pembantu dan/atau bendahara pengeluaran
pembantu.
5. Bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran secara fungsional bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.

4
Bendahara pengeluaran SKPD bertugas untuk
menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggung-
jawabkan pengeluaran uang dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
bendahara pengeluaran SKPD berwenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran
menggunakan SPP UP/GU/TU dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan;
c. melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan yang dikelolanya;
5
d. menolak perintah bayar dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung
SPP-LS yang diberikan oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS
yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen
tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau
tidak lengkap

6
• Dalam hal pengguna anggaran melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada kuasa pengguna
anggaran, ditunjuk bendahara pengeluaran
pembantu SKPD untuk melaksana-kan sebagian
tugas dan wewenang bendahara pengeluaran SKPD.
• bendahara pengeluaran pembantu SKPD ber-
wewenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran menggu-
nakan SPP-TU dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan yang
berasal dari Tambahan Uang dan/atau pelimpahan
UP dari bendahara pengeluaran;

7
c. melaksanakan pembayaran dari uang per-
sediaan yang dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna
Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung
SPP-LS yang diberikan oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS
yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen
tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau
tidak lengkap.
8
PEMBUKUAN BP SKPD
• Langkah-langkah pembukuan pada saat peneri-maan
tunai adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah,
bendahara penerimaan mengisi Buku Pene-rimaan dan
Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan
kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara penerimaan
mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran
tunai.
2. Kemudian bendahara penerimaan mengiden-tifikasi
jenis dan kode rekening pendapatan.
Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode
rekening.
9
3. Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada
kolom jumlah.

Langkah-langkah pembukuan pada saat penyetoran


adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan membuat STS dan mela-kukan
penyetoran pendapatan yang diterimanya ke rekening
kas umum daerah.
2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas
umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran
bendahara penerimaan pada bagian penyetoran
kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.

10
3. Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal
penerimaan, bendahara penerimaan mencatat
penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran
pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom
tanggal dan kolom cara pembayaran. Pada kolom
cara pembayaran diisi dengan pembayaran
melalui rekening bendahara penerimaan.
4. Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom
kode rekening sesuai dengan jenis pendapatan
yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi
kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan
yang didapat.
11
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBUKUKAN :
penyetoran ke rekening kas umum daerah atas
penerimaan pendapatan melalui rekening
bank bendahara penerimaan adalah sebagai
berikut:
1. Bendahara penerimaan membuat STS dan
melakukan penyetoran pendapatan yang
diterimanya dengan cara transfer melalui
rekening bank bendahara penerimaan ke
rekening kas umum daerah.

12
2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran
ke kas umum daerah pada buku penerimaan
dan penyetoran bendahara penerimaan pada
bagian penyetoran pada kolom Tanggal, No.
STS dan Jumlah Penyetoran.
• Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan
Penyetoran Bendahara Penerimaan,
bendahara penerimaan mengisi register STS.

13
PEMBUKUAN ATAS PENDAPATAN MELALUI
REKENING KAS UMUM DAERAH
Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan
pembayaran secara langsung melalui rekening
kas umum daerah.
Pencatatan dilakukan saat bendahara peneri-
maan menerima informasi BUD mengenai
adanya penerimaan pendapatan pada reke-
ning kas umum daerah. Pencatatan dilakukan
pada Buku Penerimaan dan Penyetoran
Bendahara Penerimaan.
14
• Langkah-langkah dalam membuku-
kan penerimaan yang diterima
langsung di rekening bank Kas Umum
Daerah adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima
slip setoran/bukti lain yang sah dari
wajib pajak/ retribusi atas pemba-
yaran yang mereka lakukan ke kas
umum daerah.
15
2. Berdasarkan slip setoran/bukti
lainnya, bendahara penerimaan
mencatat penerimaan pada Buku
Penerimaan dan Penyetoran pada
bagian penerimaan.
3. Lalu berdasarkan slip setoran/bukti
lainnya, bendahara penerimaan juga
mencatat penyetoran pada Buku
Penerimaan dan Penyetoran pada 16
PERTANGGUNGJAWABAN DAN
PENYAMPAIANNYA
• A. Pertanggungjawaban Administratif
• Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-
jawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggung-
jawabnya secara administratif kepada Pengguna Ang-garan
melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya.
• Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara pene-
rimaan merupakan penggabungan dengan LPJ benda-hara
penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang
ada di bendahara.
17
• LPJ tersebut dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran
yang telah ditutup pada akhir bulan
berkenaan
b. Register STS
c. Bukti penerimaan yang sah dan
lengkap
d. Pertanggungjawaban bendahara
penerimaan pembantu
18
• Langkah-langkah penyusunan dan
penyampaian pertanggungjawaban bendahara
penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:
1. Bendahara penerimaan menerima pertang-
gungjawaban yang dibuat oleh bendahara
penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya.
2. Bendahara penerimaan melakukan verifi-kasi,
evaluasi dan analisis kebenaran
pertanggungjawaban yang disampaikan oleh
bendahara penerimaan pembantu.
19
3. Bendahara penerimaan menggunakan data
pertanggungjawaban bendahara penerimaan
pembantu yang telah diverifikasi dalam proses
pembuatan laporan pertanggungjawaban
bendahara penerimaan yang merupakan
gabungan dengan laporan pertanggung-
jawaban bendahara pembantu.
4. Bendahara penerimaan memberikan Laporan
Pertanggungjawaban kepada PA/KPA melalui
PPK SKPD.

20
5. Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan
oleh bendahara penerimaan, maka PPK SKPD
akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap
Laporan Pertanggung-jawaban tersebut.
6. Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran
akan menandatangani Laporan Pertanggung-
jawaban (administratif) sebagai bentuk
pengesahan.
• Pertanggungjawaban administratif pada bulan
terakhir tahun anggaran disampaikan paling
lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.
21
PERTANGGUNGJAWABAN FUNGSIONAL
• Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan
pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD
paling lambat pada tanggal 10 bulan beri-kutnya
menggunakan format LPJ yang sama dengan
pertanggungjawaban administratif.
• LPJ fungsional ini dilampiri dengan:
a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup
pada akhir bulan berkenaan
b. Register STS
c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan
pembantu
22
• Langkah-langkah penyusunan dan penyampai-
an pertanggungjawaban bendahara peneri-
maan SKPD adalah sebagai berikut:
• 1. Bendahara penerimaan menerima per-
tanggungjawaban yang dibuat oleh bendahara
penerimaan pembantu paling lambat tanggal
5 bulan berikutnya.
• 2. Bendahara penerimaan melakukan verifika-
si, evaluasi dan analisis kebenaran pertang-
gungjawaban yang disampaikan oleh benda-
hara penerimaan pembantu.
23
3. Bendahara penerimaan menggunakan data
pertanggung-jawaban bendahara penerimaan
pembantu yang telah diverifikasi dalam proses
pembuatan laporan pertanggung-jawaban
bendahara penerimaan yang merupakan
gabungan dengan laporan pertanggung-
jawaban bendahara pembantu.
4. Bendahara dapat menyempurnakan
laporannya apabila terdapat masukan dari PPK
SKPD ketika melakukan verifikasi atas
pertanggungjawaban administratif.
24
5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu)
lembar laporan pertanggungjawaban kepada
PPKD sebagai bentuk pertanggung-jawaban
fungsional paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
6. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi
dan analisis dalam rangka rekonsiliasi
pendapatan.
• Pertanggungjawaban fungsional pada bulan
terakhir tahun anggaran disampaikan paling
lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.
25
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

• Pasal 220
(1) Bendahara pengeluaran secara
administratif wajib mempertanggung -
jawabkan penggunaan uang persediaan/ ganti
uang persediaan/tambah uang persediaan
kepada kepala SKPD melalui Pejabat
Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

26
(2) Dokumen yang digunakan dalam menatausahakan
pertanggungjawaban pengeluaran mencakup:
• register penerimaan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SPJ);
• register pengesahan laporan pertanggung jawaban
pengeluaran (SPJ);
• surat penolakan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SP);
• register penolakan laporan pertanggungjawaban
pengeluaran (SP); dan
• register penutupan kas.

27
(3) Format dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran D.XIX peraturan
menteri no.13 tahun 2006
(4) Dalam mempertanggung-jawabkan
pengelolaan uang persediaan,
dokumen laporan pertanggungjawaban
yang disampaikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mencakup:

28
• buku kas umum;
ringkasan pengeluaran
perincian obyek yang disertai
dengan bukti-bukti pengeluaran
yang sah atas pengeluaran dari
setiap rincian obyek yang
tercantum dalam ringkasan
pengeluaran per rincian obyek
dimaksud;
29
• bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara;
dan
• register penutupan kas.
(5) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a ditutup setiap bulan dengan
sepengetahuan dan persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.

30
(6) Dalam hal laporan pertanggungjawaban
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
sesuai, pengguna anggaran menerbitkan surat
pengesahan laporan pertanggungjawaban.
(7) Ketentuan batas waktu penerbitan surat
pengesahan laporan pertanggung jawaban
pengeluaran dan sanksi keterlambatan
penyampaian laporan pertanggungjawaban
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

31
(8) Untuk tertib laporan pertanggungjawaban
pada akhir tahun anggaran, pertanggung-
jawaban pengeluaran dana bulan Desember
disampaikan paling lambat tanggal 31
Desember.
(9) Dokumen pendukung SPP-LS dapat
dipersamakan dengan bukti
pertanggungjawaban atas pengeluaran
pembayaran beban langsung kepada pihak
ketiga.

32
(10) Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib
mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang
menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggung-
jawaban pengeluaran kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku
Bendahara Umum Daerah (BUD) paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

33
(11)Penyampaian pertanggungjawaban
bendahara pengeluaran secara fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
dilaksanakan setelah diterbitkan surat
pengesahan pertanggungjawaban
pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran.
(12) Format laporan pertanggungjawaban
pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) tercantum dalam Lampiran D.XX
peraturan menteri dalam negeri nomor 13
tahun 2006.

34
PERTANGGUNGJAWABAN

• Laporan Realisasi Semester I


• Laporan Tahunan sebagai Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD

• Laporan Realisasi Semester I


• SKPD menyusun Laporan Realisasi Sem I (LRS I)
disertai prognosis 6 bulan berikutnya
• LRS I disiapkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan
(PPK) SKPD ditetapkan oleh Pengguna Anggaran
(PA), 7 hari sebelum Semester I berakhir.
35
• Disampaikan kepada PPKD 10 hari kerja
setelah Semester I berakhir
• Oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) paling lambat minggu ke-2 bulan Juli
disampaikan kepada Sekda
• LRS I oleh Sekda disampaikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota minggu ke-3 untuk
ditetapkan
• Disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir
Juli

36
PENGERTIAN perjalanan dinas
1. Perjalanan dinas dalam negeri yang selanjutnya
disebut perjalanan dinas (PD) adalah perjalanan
ke luar tempat kedudukan, baik perseorangan
maupun secara bersama yang jaraknya sekurang-
kurangnya 5 km dari batas kota, yang dilakukan
dalam wilayah RI untuk kepentingan negara atas
perintah Pejabat yang berwenang, termasuk
perjalanan dari tempat kedudukan ke tempat
meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar
negeri dan sebaliknya.
bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 37
2. Perjalanan dinas luar negeri adalah kegiatan
perjalanan/kunjungan kerja ke negara-negara
yang memiliki hubungan diplomatik yang
dilakukan oleh pejabat/pegawai dilingkungan
Kementrian Dalam Negeri, pemda dan
pimpinan serta anggota DPRD provinsi,kab/
kota yang berangkat ke luar negeri dalam
rangka tugas resmi yang tidak bersifat
diplomatik.

bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 38


3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)
adalah pernyataan tanggungjawab belanja yang
dibuat oleh PA/KPA atas transaksi belanja sampai
dengan jumlah tertentu;
4. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang di-angkat
untuk jangka waktu tertentu guna melak-sanakan
tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat
teknis profesional dan administrasi sesuai dg
kebutuhan dan kemampuan organisasi dalam
kerangka sistem kepegawaian,yg tidak berkedudukan
sebagai pegawai negeri.
5. Pejabat yang berwenang adalah PA/KPA atau Pejabat
yang diberi wewenang oleh PA/KPA
bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 39
• Besarnya tarif perjalanan dinas bagi PNS di
tingkat Provinsi (untuk para PNS di lingkungan
SKPD Provinsi) diatur oleh Gubernur;
• Besarnya tarif perjalanan dinas bagi PNS di
Kabupaten/Kota (untuk para PNS di
lingkungan SKPD Kabupaten/Kota) diatur oleh
Bupati/Walikota.
• Pengaturannya melalui Perda dan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota biasanya tentang
Pedoman penyusunan APBD.

bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 40


SPPD
• Pejabat negara, Pegawai Negeri dan PTT yang
akan melaksanakan perjalanan dinas harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan/
perintah dari atasannya.
• Persetujuan/perintah ini dituangkan dalam
bentuk Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)
yaitu surat perintah kepada Pejbt. Negara, Pe-
gawai Negeri dan PTT untuk melaksanakan
perjalanan dinas
bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 41
1. Dalam penerbitan SPPD harus memperha-
tikan:
a. Pejabat yang berwenang hanya dapat
memberikan perintah perjalanan dinas
untuk perjalanan dinas dalam wilayah
jabatannya.
b. Dalam hal perjalanan dinas ke luar wila-
yah jabatannya, Pejabat yang Berwenang
harus memperoleh persetujuan/ perintah
atasannya.

bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 42


2. Dalam hal Pejabat yang berwenang akan
melakukan perjalanan dinas , SPPD ditanda-
tangani oleh :
a. Atasan langsungnya sepanjang Pejabat yang
berwenang satu tempat kedudukan dengan
atasan langsungnya;
b. Dirinya sendiri atas nama atasan langsung-
nya dalam hal pejabat tsb merupakan
pejabat tertinggi pada tempat kedudukan
pejabat ybs setelah memperoleh persetu-
juan/perintah atasannya.
bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 43
BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN
Biaya perjalanan dinas jabatan merupakan biaya
perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang
dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula, terdiri
dari :
a. Uang harian yang meliputi uang makan, uang saku
dan transpor lokal;
b. Biaya transpor pegawai
c. Biaya penginapan
d. Uang representatif
e. Sewa kendaraan dalam kota
bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 44
• Khusus untuk keperluan menjemput/ mengan-
tarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat
negara/pegawai negeri/PTT yang meninggal
dunia dalam melakukan perjalanan dinas dan
menjemput/mengantarkan ke tempat
pemakaman jenazah dari tempat kedudukan
yang terakhir ke kota tempat pemakaman,
juga diberikan biaya pemetian dan biaya
angkut jenazah.

bimtek perjalanan dinas-ma'mun-2012 45


Laporan Tahunan

sebagai Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD
• SKPD menyampaikan laporan keuangan
kepada PPKD paling lambat 2 bulan setelah
tahun anggaran berakhir.
• Laporan keuangan terdiri dari : Laporan
Realisasi Anggaran , Neraca , Laporan Arus Kas
dan Catatan Atas laporan Keuangan yang
dilampiri Surat Pernyataan SKPD sbg tanggung
jawabnya
46
• PPKD menggabungkan Laporan Keuangan
SKPD sebagai Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah paling lambat 3 bulan setelah TA
berakhir.
• Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
disampaikan kepada BPK untuk diperiksa
paling lambat 3 bulan setelah TA berakhir

47
TEHNIK PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN
(Permenkeu No.238/PMK.05/2011 ttg Pedoman Sistem
Akuntansi Pemerintahan)

48
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
Tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran
lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan
ekuitas suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.

49
Secara spesifik, tujuan pelaporan
keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menun-
jukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya
50
Dengan cara :
a) menyediakan informasi mengenai
posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah;
b) menyediakan informasi mengenai
perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah;

51
c) menyediakan informasi
mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya
ekonomi;
d) menyediakan informasi
mengenai ketaatan realisasi
terhadap anggarannya;

52
e) menyediakan informasi mengenai cara
entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f) menyediakan informasi mengenai
potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g) menyediakan informasi yang berguna
untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

53
TANGGUNGJAWAB ATAS LAP.KEUANGAN

• Pimpinan entitas
bertanggung jawab atas
penyusunan dan
penyajian laporan
keuangan.
54
KOMPONEN LAPORAN
• Laporan keuangan pemerintah yang lengkap
terdiri dari:
neraca, laporan operasional, laporan realisasi
anggaran, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, laporan perubahan Saldo Anggaran
Lebih (SAL) dan catatan atas laporan
keuangan.

55
Bahasa laporan keuangan

• Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa


Indonesia. Jika laporan keuangan juga disusun
dalam bahasa lain selain dari bahasa Indonesia,
maka laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut
harus memuat informasi dan waktu yang sama
(tanggal posisi dan cakupan periode). Selanjutnya,
laporan keuangan dalam bahasa lain tersebut
harus diterbitkan dalam waktu yang sama dengan
laporan keuangan dalam bahasa Indonesia.

56
MATA UANG PELAPORAN

• Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang rupiah.


Dalam rangka penyajian neraca, aset dan kewajiban
dalam mata uang lain selain dari rupiah harus
dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Sentral. Keuntungan
atau kerugian dalam periode berjalan yang terkait
dengan transaksi dalam mata uang asing dinilai
dengan menggunakan kurs sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam PSAP, IPSAP dan Buletin Teknis SAP.

57
KEBIJAKAN AKUNTANSI

• Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip


kehati-hatian dan mencakup semua hal yang
material dan sesuai dengan ketentuan dalam
PSAP. Apabila PSAP belum mengatur masalah
pengakuan, pengukuran, penyajian atau
pengungkapan dari suatu transaksi atau
peristiwa, maka pemerintah harus menetapkan
kebijakan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan menyajikan informasi:
58
a. relevan terhadap kebutuhan para pengguna
laporan untuk pengambilan keputusan; dan
b. dapat diandalkan, dengan pengertian:
1) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan
posisi keuangan entitas.
2) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu
kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata
bentuk hukumnya;
3) netral, yaitu bebas dari keberpihakan; 4) dapat
diverifikasi; 5) mencerminkan kehati-hatian; dan
6) mencakup semua hal yang material.

59
3) netral, yaitu bebas dari
keberpihakan;
4) dapat diverifikasi;
5) mencerminkan kehati-hatian;
dan
6) mencakup semua hal yang
material.
60
PENYAJIAN

a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar


posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas disertai pengungkapan yang
diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya
menurut urutan likuiditas, sedangkan kewajiban
disajikan menurut urutan jatuh temponya.

61
c. Laporan Operasional menggambarkan pendapatan dan beban
yang dipisahkan menurut karakteristiknya dari kegiatan
utama/operasional entitas dan kegiatan yang bukan merupakan
tugas dan fungsinya.
d. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara
sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen
utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan.
Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan
dengan pos-pos dalam neraca, laporan operasional, laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas, laporan perubahan SAL,
dan laporan perubahan ekuitas yang sifatnya memberikan
penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif,
termasuk komitmen dan kontinjensi serta transaksi-transaksi
lainnya.

62
Informasi dalam catatan atas laporan
keuangan berkaitan dengan pos-pos
dalam neraca, laporan operasional,
laporan realisasi anggaran, laporan arus
kas, laporan perubahan SAL, dan laporan
perubahan ekuitas yang sifatnya
memberikan penjelasan, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif,
termasuk komitmen dan kontinjensi
serta transaksi-transaksi lainnya.
63
Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan tidak
diperkenankan menggunakan ukuran kualitatif
seperti “sebagian besar” untuk
menggambarkan bagian dari suatu jumlah
tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal
atau persentase.

64
PERUBAHAN AKUNTANSI

Perubahan akuntansi, wajib


memperhatikan :
1. Perubahan estimasi akuntansi;
2. Perubahan kebijakan akuntansi;
3. Terdapat kesalahan mendasar

65
Pada setiap lembar neraca, laporan
operasional, laporan arus kas,
dan laporan perubahan ekuitas
harus diberi pernyataan bahwa
“catatan atas laporan keuangan
merupakan bagian tak
terpisahkan dari laporan
keuangan”.
66
KONSISTENSI
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangan antar-periode harus konsisten,
kecuali:
1) terjadi perubahan yang signifikan terhadap
sifat operasi entitas pemerintahan; atau
2) perubahan tersebut diperkenankan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP).

67
MATERIALITAS DAN AGREGRASI
a. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada
konsep materialitas.
b. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan
tersendiri dalam laporan keuangan, sedangkan
yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan
sepanjang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
Informasi dianggap material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam pencatatan
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
yang diambil.
68
PERIODE PELAPORAN
Laporan keuangan wajib disajikan
secara tahunan berdasarkan tahun
takwim. Dalam hal suatu entitas
baru terbentuk, laporan keuangan
dapat disajikan untuk periode yang
lebih pendek dari satu tahun
takwim.
69
LAPKEU INTERIM
a. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang
diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan dan
harus dipandang sebagai bagian integral dari laporan
periode tahunan. Penyusunan laporan interim dapat
dilakukan secara bulanan, triwulanan, atau semesteran.
b. Laporan keuangan interim memuat komponen yang sama
seperti laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca,
laporan realisasi anggaran, laporan operasional, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan
saldo anggaran lebih dan catatan atas laporan keuangan.

70
LAPKEU KONSOLIDASI
LANGKAHNYA:
a. Transaksi dan saldo resiprokal antara Bendahara Umum
Negara/Daerah dan Kementerian/SKPD dieliminasi.
b. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan
Bendahara Umum Negara/Daerah pada dasarnya harus
sama dengan tanggal laporan keuangan Kementerian/
SKPD.
c. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan
menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk
transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis.

71
KETERBATASAN LAPKEU
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi
dan peristiwa yang telah lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun
manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya
informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak
tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi
semata-mata dari laporan keuangan saja.
3. Tidak luput dari penggunaan berbagai
pertimbangan dan taksiran.
72
4. Hanya melaporkan informasi yang
material.
5. Bersifat konservatif dalam meng-
hadapi ketidakpastian.
Apabila terdapat beberapa kemung-
kinan yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos, maka dipilih
alternatif yang menghasilkan penda-
patan bersih atau nilai aset yang
paling kecil. 73
6. Lebih menekankan pada penyajian
transaksi dan peristiwa sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya
(formalitas).
7. Adanya berbagai alternatif metode
akuntansi yang dapat digunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam
pengukuran sumber daya ekonomis antar
pemerintahan.
74
LAPORAN KEUANGAN
pasal 7

• Pemerintah Pusat menyusun Laporan


Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN;
• Pemerintah Daerah menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBD.

75
BENTUK LKPP/LKPD
LKPP/LKPD, terdiri atas :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL);
3. Neraca;
4. Laporan Operasional (LO);
5. Laporan Arus Kas (LAK);
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).

76
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)

Adalah laporan yang menyajikan informasi


realisasi pendapatan LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit LRA dan pembiayaan, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing-masing diperbandingkan denga
anggarannya dalam satu periode.

77
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN
LEBIH (LPSAL)

Adalah laporan yang menyajikan


informasi kenaikan dan
penurunan Saldo Anggaran Lebih
(SAL) tahun pelaporan yang
terdiri dari SAL awal, SiLPA/SiKPA,
koreksi dan SAL terakhir.
78
NERACA

Adalah laporan yang menyajikan


informasi posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset,
utang dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu.

79
LAPORAN OPERASIONAL (LO)
Adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.

80
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
Adalah laporan yang menyajikan
informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama satu periode
akuntansi dan saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan.

81
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)

Adalah laporan yang menyajikan


informasi mengenai perubahan
ekuitas yang terdiri dari ekuitas
awal, surplus/defisit-LO, koreksi
dan ekuitas akhir.

82
CATATAN atas LAPORAN KEUANGAN (CaLK)

Adalah laporan yang menyajikan informasi


tentang penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LPSAL), Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Laporan
Arus Kas (LAK).

83

Anda mungkin juga menyukai