1. Konsepsi Pengelolaan Keuangan Negara • Pengelolaan Keuangan Negara berpedoman pada beberapa ketentuan yang menjadi landasan hukum antara lain UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan ketentuan lainnya. • Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. • Terkait pengelolaan PNBP, Instansi Pengelola PNBP dibagi menjadi dua yaitu: Kementerian/Lembaga dan Kementerian yang menjalankan fungsi sebagai Bendahara Umum Negara. • Untuk melaksanakan pengelolaan keuangan pada satuan kerja pada kementerian negara/lembaga maka ditunjuk pejabat pengelolaan keuangan meliputi: KPA, PPK, PPSPM, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat lainnya. • Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menurut UU No. 9 Tahun 2018 adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara. • Objek PNBP sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 UU No. 9 Tahun 2018 meliputi: pemanfaatan Sumber Daya Alam, pelayanan, pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, pengelolaan dana, dan hak negara lainnya. 2. Pemungutan dan Penerimaan Setoran PNBP dari Wajib Bayar • Pihak yang harus membayar PNBP kepada instansi pemerintah disebut Wajib Bayar. Sesuai dengan UU No. 9 tahun 2018, yang dimaksud Wajib Bayar adalah orang pribadi atau Badan dari dalam negeri atau luar negeri yang mempunyai kewajiban membayar PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. • Jumlah PNBP yang terutang dihitung dengan menggunakan tarif spesifik dan/atau tarif advalorem. Selain dihitung dengan menggunakan tarif, jumlah PNBP yang terutang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. • Kepada Wajib Bayar yang membayar PNBP yang terutang diberikan bukti pemungutan atau pembayaran PNBP. Ada beberapa jenis bukti pemungutan atau pembayaran PNBP, diantaranya: tiket/kupon/tanda masuk/karcis, kuitansi, dan Bukti Penerimaan Negara (BPN). • Dalam hal Wajib Bayar belum melakukan pembayaran PNBP Terutang, Instansi Pengelola PNBP mencatat PNBP Terutang sebagai Piutang PNBP. Instansi Pengelola PNBP wajib mengelola Piutang PNBP yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara. • Apabila pembayaran PNBP yang terutang melampaui tanggal jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
3. Penyetoran PNBP ke Kas Negara
• Wajib Bayar wajib melakukan pembayaran PNBP Terutang paling lambat pada saat jatuh tempo. Pembayaran PNBP Terutang ke Kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Dalam hal tertentu, Wajib Bayar dapat melakukan pembayaran PNBP Terutang melalui Instansi Pengelola PNBP atau Mitra Instansi Pengelola PNBP. • Penyetoran Penerimaan Negara dilakukan melalui layanan atau kanal pembayaran yang disediakan oleh Collecting Agent. Collecting Agent terdiri atas: a. Bank Persepsi; b. Bank Persepsi Valas; c. Pos Persepsi; d. Lembaga Persepsi Lainnya; dan e. Lembaga Persepsi Lainnya Valas. • Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai dengan Tanggal Bayar pada BPN. Terhadap Kode Billing yang terkonfirmasi dan telah dilakukan pembayaran melalui Collecting Agent, Sistem Settlement menerbitkan NTPN. Selain NTPN, pengesahan penerimaan juga harus dilengkapi NTB/NTP/NTL.
4. Pengelolaan Rekening Bendahara Penerimaan
• Rekening milik Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja dikelompokkan menjadi Rekening Penerimaan, Rekening Pengeluaran, dan Rekening Lainnya. • KPA/pemimpin BLU membuka rekening pada bank umum/kantor pos setelah mendapat persetujuan pembukaan rekening dari Kuasa BUN. • Bendahara pada Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja melakukan pembukuan dan penatausahaan rekening berdasarkan bukti transaksi debet dan/atau kredit pada rekening. KPA/pemimpin BLU harus melaporkan saldo seluruh rekening yang dikelolanya setiap bulan kepada Kepala KPPN paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. • Sesuai dengan karakteristik satker BLU yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat, BLU dapat mengelola dana selain dari sumber APBN.
5. Sistem Pengarsipan Dokumen Keuangan Negara
• Pejabat perbendaharaan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penatausahaan dokumen transaksi keuangan pemerintah yang dilakukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. • Pengelolaan arsip terdiri atas pengelolaan arsip dinamis dan pengelolaan arsip statis. Pengelolaan arsip dinamis dilakukan terhadap arsip vital, arsip aktif, dan arsip inaktif. Pengelolaan arsip dinamis menjadi tanggung jawab pencipta arsip. Pengelolaan arsip statis menjadi tanggung jawab lembaga kearsipan. II. Pembukuan Dan Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan 1. Pembukuan dan Penatausahaan Transaksi PNBP • Pembukuan Bendahara Penerimaan adalah pencatatan secara sistematis seluruh transaksi yang dilaksanakan oleh Bendahara Penerimaan sebagai orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan negara bukan pajak dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga dalam suatu buku untuk tujuan manajerial dan pertanggungjawaban. • Dokumen sumber merupakan bukti transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP. Prinsip pembukuan tersebut meliputi single entry bookkeeping dan basis kas. • Pembukuan Bendahara Penerimaan menggunakan buku-buku yang terdiri dari BKU, Buku Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Buku-Buku Pembantu. • Bendahara Penerimaan menatausahakan dokumen/bukti-bukti PNBP. 2. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan Kas Bendahara Penerimaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban • Berita Acara Pemeriksaan Kas dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran terhadap kondisi kas Bendahara Penerimaan. • Berita Acara Pemeriksanaan Kas dan rekonsiliasi dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dengan membandingkan pembukuan bendhara penerimaan dengan pembukuan UAKPA. • Laporan Pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disebut LPJ, adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang. • Laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan dibuat berdasarkan pembukuan bendahara penerimaan dan berita acara pemeriksaan kas dan rekonsiliasi internal. • LPJ disampaiakn kepada pihak-pihak yang sudah ditentukan. • KPPN melakukan verifikasi atas LPJ Bendahara Penerimaan. 3. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan • Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Jenis kerugian menurut objeknya dalah uang, surat berharga, dan barang milik negara. Kerugian negara menurut subjek terdiri dari kerugian negara oleh bendahara dan kerugian negara oleh pegawai negeri selain bendahara/pegawai lainnya. • Kerugian negara karena perbuatan bendahara diketahui dari informasi dari pengawasan atasan langsung, pemeriksaan oleh yang berwenang, dan perhitungan pejabat ex officio. Atas kerugian negara tersebut maka akan ada tuntutan penggantian kerugian negara terhadap Bendahara Penerimaan. Dalam penyelesaian kerugian Negara karena tindakan Bendahara Penerimaan, terdapat beberapa pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu BPK dan selain BPK. Pihak-pihak selain BPK antara lain Bendahara Penerimaan, Tim Penyelesaian Kerugian negara (TPKN), instansi, pimpinan instansi, dan satuan kerja.