Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MEMAHAMI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK SEBAGAI ENTITAS DALAM


AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu:
Muhammad Ridha Habibi Z. S.E., Ak.,M.Si

Oleh:

Kelompok 2 Kelas Akuntansi A

1. Anggun Siregar 7213220019


2. Andika Laia 7213520029
3. Hana Ira Angelina Marpaung 7193220009
4. Rahel Nissih 7213020001

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON-DIK


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.

Dalam penyusunan Makalah ini kami menemukan berbagai kendala,hambatan, dan


tantangan, tetapi dengan kerja keras dan Ridho Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan,
dan dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, Orang tua
tercinta, dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Terutama terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak M. Ridha Habibi Z, SE,
M.Si, Ak, CA selaku dosen mata kuliah ini yang selalu memberikan arahan demi
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam


penyusunan Makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat
kami harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan Makalah selanjutnya. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Medan, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. ORGANISASI SEKTOR PUBLIK.............................................................................3
B. PERAN AKUNTANSI DALAM ORGANISASI SEKTOR PUBLIK.......................6
C. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK.............................................................7
D. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK...........................................8
E. ENTITAS DALAM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK..........................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.........................................................................................................13
B. SARAN......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi selalu terkait dan dipengaruhi oleh ruang lingkup dan karakteristik
organisasi, atau disebut dengan entitas, yang menerapkannya. Hal ini dapat dijelaskan
oleh beberapa definisi akuntansi berikut, sebagaimana yang diungkapkan oleh Halim dan
Kusufi (2012: 32).

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, yang fungsinya menyediakan informati


kuantitatif. terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang
dimaksudkan berguna dalam mengambil keputusan ekonomi membuat pilihan-pilihan
nalar di antara berbagai alternatif arah tindakan (Accounting Principle Board,
1970).

Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan


pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas yang
dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-
pihak yang memerlukan (American Accounting Association. 1966).

Kedua definisi di atas menjelaskan bahwa akuntansi terkait dengan entitas ekonomi
atau entitas atau organisasi, sehingga dalam asumsi dasar akuntansi dikenal dengan asumi
entitas akuntansi, Asumsi entitas akuntansi menetapkan bahwa semua transaksi keuangan
yang diakuntansikan adalah yang berkaitan dengan entitas (kesatuan atau organisasi) yang
dilaporkan Halim dan Kusufi (2012). Jadi, dalam konteks sektor publik yang menjadi
entita akuntansinya adalah organisasi sektor publik.

Istilah "ektor publik" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952 di mana pada
waktu itu sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro
yang terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksana pembangunan (Mardiasmo,
2009). Istilah sektor publik tertuju pada sektor negara, usaha-usaha negara, dan organisani
nilaba negara (Jaedono, 2000). Abdullah (1996) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan
dengan sektor publik adalah pemerintah dan unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang
dikelola pemerintah dan berkaitan dengan bajat hidup orang banyak atau pelayanan
kepada masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian,
cukup beralasan bahwa istilah sektor publik dapat berkonotasi perpajakan, birokrasi, atau
pemerintah. Selanjutnya adalah lebih mudah jika istilah sektor publik dilawankan dengan
istilah sektor privat/swastalbisnis (lihat Jones dan Prendlebury, 1996). Hal ini
mempermudah dalam memahami istilah sektor publik dari perspektif kepemilikan
(ownership), pengendalian (control), akuntabilitas (accountibility), dan lain-lain. Lebih
lanjut, istilah sektor publik dapat dipahami lebih jelas bila dibubungkan dengan istilah
akuntan publik. Di Amerika Serikat, istilah ini adalah untuk akuntan neasta yang
berpraktik untuk masyarakat, sedangkan di Inggris (Eropa), istilah ini adalah untuk
akuntan yang bekerja di organisasi pemerintah. Pemerintah yang dimaksudkan dapat
mencakup pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

1
Pemahaman mengenai akuntansi sektor publik terkait dengan lingkungan organisasi
yang memengaruhinya. Organisasi sektor publik memiliki tujuan, karakteristik, struktur
dan proses, serta lingkungan operasional yang berbeda dengan sektor privat. Seluruh
elemen tersebut merupakan kesatuan sistem yang membentuk entitas akuntansi sektor
publik. Beberapa tugas dan fungsi organisasi sektor publik, sebenarnya dapat juga
dilakukan oleh sektor swasta seperti dalam hal pelayanan publik, misalnya layanan
transportasi, komunikasi, pendidikan, dan sebagainya. Namun, untuk bidang tertentu
peranan organisasi sektor publik tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya
fungsi perizinan dan birokrasi pemerintahan. Oleh karena itu, akuntansi sektor publik
dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Untuk itulah kelompok
kami yang mana mendapatkan kesempatan untuk menyajikan pembahasan mengenai
organisasi sektor publik sebagai entitas dalam akuntansi sektor publik berusaha untuk
menyampaikan secara singkat, padat dan jelas.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Apa Organisasi Sektor Publik?


2. Apa saja peran akuntansi dalam organisasi sektor publik?
3. 3.Apa entitas dalam akuntansi sektor publik?

C. Tujuan
Adapun Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.


2. Untuk mengetahui organisasi sektor publik sebagai entitas dalam akuntansi sektor
publik
3. Untuk mengetahui apa itu organisasi sektor publik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ORGANISASI SEKTOR PUBLIK


Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik,
dan juga tidak berorientasi pada laba sebagai tujuan akhirnya.Akuntansi sektor publik
berbeda secara luas dengan akuntansi sektor privat. Hal ini berkaitan dengan perbedaan
karakteristik lingkungan organisasional di antara keduanya. Untuk memahami akuntansi
sektor publik, kita perlu mengetahui seluk beluk entitas organisasinya. Organisasi sektor
publik memiliki tujuan, karakteristik, struktur dan proses, serta lingkungan yang khas dan
membedakannya dengan sektor privat. Berikut penjelasannya secara lebih terperinci terkait
sektor publik dan privat.

Tabel 2.1. Perbandingan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Privat


Variabel Organisasi Sektor Publik Sektor Privat
Tujuan Motif nonlaba Motif Laba
Karakteristik Sangat kompleks, domain Lebih spesifik
luas Pembagian fungsi lebih
Multifungsional jelas
Ketidakpastian tinggi Controllable uncertainty
Struktur Birokratis, kaku, hierarkis Fleksibel
Proses Penuh nuansa politis Nuansa politis lebih tidak
sebesar sektor publik
Sumber dana Publik Pemilik, kreditur, investor
(shareholders)

Tujuan organisasi publik memengaruhi misi, strategi, dan program yang akan
dilaksanakan. Masalah yang dihadapi sektor publik dalam hal ini adalah tujuan yang tidak
jelas dan samar-samar, karena outputnya tidak seluruhnya dapat diukur secara andal, karena
pada organisasi sektor publik tidak berorientasi pada memaksimalkan laba sebagaimana yang
menjadi tujuan organisasi bisnis. Pada sektor bisnis/swasta tujuan utamanya adalah untuk
memperoleh laba yang maksimal, sedangkan pada organisasi sektor publik lebih pada
pemberian layanan publik, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, penegakan hukum,
keamanan, transportasi publik dan penyediaan barang kebutuhan publik seperti kebutuhan
bahan pokok masyarakat, sehingga pada organisasi swasta lebih menekankan pada tujuan
finansial daripada organisasi sektor publik. Meskipun demikian, organisasi sektor publik
tetap memperhatikan tujuan finansial, meskipun memiliki perbedaan filosofis, konsep dan
operasional dengan tujuan finansial pada organisasi bisnis. Pemerintah tetap berusaha untuk
meningkatkan penerimaan negara atau daerah dari sektor pajak, devisa, pendapatan asli
daerah, pembagian laba dari BUMN dan BUMD. Namun, upaya tersebut tetap ditujukan
untuk sebesar-besarnya peningkatan pelayanan publik.

Dari segi proses dalam organisasinya, organisasi sektor publik lebih bernuansa politis
dibandingkan pada organisasi bisnis, sehingga pelaku didalamnya juga dituntut memiliki
kemampuan berpolitik selain kemampuan profesionalitas sebagaimana di sektor swasta.

3
Politik dapat didefinisikan sebagai upaya yang terdiri atas penempatan masalah pada agenda
publik.

Karakteristik organisasi publik yang multifungsional dikarenakan organisasi publik


bergerak dalam berbagai wilayah yang meliputi lingkungan ekonomi, politik, kultur, dan
demografi. Atas kompleksitas dan kerumitan struktur organisasi dalam sektor publik,
dibutuhkan sebuah mekanisme pengelolaan yang terkoordinasi untuk mengontrol pencapaian
tujuan dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan publik. Secara struktural,
organisasi publik bersifat birokratis, kaku dan hierarkis. Hal ini berbeda dengan sektor privat
yang memungkinkan struktur organisasi yang fleksibel.

Proses penentuan kebijakan dalam sektor publik melibatkan seluruh komponen


masyarakat, untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat luas, yang terdiri
dari anggota dewan, organisasi sosial dan politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
akademisi, yayasan, dan masyarakat umum. Proses ini merupakan proses penjaringan aspirasi
publik, yang tidak ada dalam mekanisme penentuan kebijakan pda sektor
swasta/privat/bisnis.

Untuk pelaksanaan kegiatan , organisasi publik menggunakan dana yang berasal dari
publik. Organisasi publik melaksanakan suatu kegiatan setelah dananya tersedia. Terdapat
masalah utama yang dihadapi organisasi publik dalam hal pencairan sumber dana dan alokasi
dana (Mardiasmo, 2009). Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam
organisasi publik. Karena dua hal tersebut merupakan variabel utama yang menjadi perhatian
dalam pengelolaan organisasi publik. Manajer organisasi publik wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatannya secara vertikal kepada otoritas yang
lebih tinggi serta secra horizontal kepada masyarakat (publik). Oleh karena itu, akuntansi
mutlak diperlukan sebagai sarana/alat untuk memfasilitasi proses pertanggungjawaban
tersebut.

Selain itu, organisasi sektor publik saat ini menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial serta dampak atau konsekuensi yang
ditimbulkan dari setiap aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan
akuntansi dapat dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk
mengelola urusan publik.

Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor
swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian integral
dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang
sama untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut
untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif.

4
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya
sama dikedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang handal
dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.

4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang transportasi massa,
pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.

5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

Tebel 2.2.Contoh dari Organisasi Publik adalah sebagai berikut:


No Bentuk Manajemen Lembaga Pengurus Harian Pemilik
. Organisasi Perwakilan Organisasi (Yang
Publik Dilayani)
1. Pemerintah  Pemerintah  DPR  Sekretariat Masyarakat
Pusat  DPRD Negara bersama
 Pemerintah kementerian/Lem
Daerah baga
 Sekretariat
Daerah bersama
Satuan Kerja
Perangkat
Daerah (SKPD)
2. Partai  Dewan Dewan  Sekjen DPP Konstituen
Politik Pimpinan Penasehat  Sekretaris DPW
Pusat (DPP)  Sekretaris DPD
 Dewan Pim-  Sekretaris DPC
pinan  Sekretaris DPR
Wilayah
(DPW)
 Dewan Pim-
pinan
Daerah
(DPD)
 Dewan
Pimpinan
Cabang
(DPC)
 Dewan
Pimpinan
Ranting
(DPR)
3. Lembaga Dewan Dewan Pendiri Pengurus Beserta Kelompok
Swadaya Pengurus Dewan Staf/divisi/bagian Binaan
Masyarakat Penyantun di dalam struktur
organisasi yang
bersangkutan

5
4. Yayasan Dewan Tim Penasehat/ Pengurus beserta Donatur/
Pengurus Badan Yayasan Staf/divisi/bagian Binaan
didalam struktur
organisasi yang
bersangkutan.
5. Organisasi Pengurus Penasehat Pengurus beserta Umat
Tempat Staf/divisi/bagian
Peribadatan didalam struktur
organisasi yang
bersangkutan.

B. PERAN AKUNTANSI DALAM ORGANISASI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi sektor publik mencakup proses manajerial dan pertanggungjawaban.
Proses manajerial mencakup proses perencanaan, penganggaran, dan ratifikasi anggaran yang
mencakup penentuan pos-pos kegiatan (aktivitas) beserta anggaran dananya. Akuntansi
sektor publik sering disebut sebagai akuntansi dana karena kekhasan dalam fokus pencarian
sumber dan alokasi dana dari dan untuk publik. Sedangkan pertanggungjawaban mencakup
semua laporan mengenai realisasi anggaran dan kegiatan. Dalam akuntansi sektor publik,
anggaran merupakan focal point sebagai landasan operasional organisasi. Dalam pelaksanaan
kegiatan (operasional), organisasi publik harus patuh terhadap anggaran yang telah disahkan.
Sehingga, sifat dari pelaksanaan anggaran dalam sektor publik adalah mandatory.

Akuntansi merupakan bentuk akuntabilitas publik, transparansi, dan prediktabilitas


kinerja organisasi. Hal ini merupakan penekanan besar yang ditujukan pada organisasi publik
yang mengehendaki keterbukaan, transparansi, perlakuan adil, ketidakberpihakan (pada
golongan), dan prediktabilitas (Christensen dkk., 2007). Isu yang menjadi perhatian pada
reformasi organisasi publik saat ini dalam rangka perbaikan pengelolaan sumber daya publik
secara efisien dan efektif adalah implementasi new public management (NPM) untuk
mencapai kinerja organisasi secara optimal dengan mempertimbangkan aspek value for
money: (1) efisien, (2) ekonomi, dan (3) efektif. Tujuan NPM terkait efisiensi memiliki posisi
utama, apakah pengambilan keputusan yang efektif sebagai bentuk dari efisiensi teknis atau
efisiensi terkait biaya serta pemanfaatan sumber daya yang lebih baik. Disana akan selalu
terjadi kompleksitas nilai- nilai karena adanya nilai yang juga terkait dengan partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan pada demokrasi, tanpa mempertimbangkan apakah
partisipasi tersebut luas atau khusus. Lebih lanjut, tujuan-tujuan publik harus merefleksikan
nilai yang melekat dalam prinsip pihak-pihak yang dipengaruhi. Manajer publik harus sensitif
terhadap sinyal dari masyarakat, tetapi mereka juga harus mampu memengaruhi keseluruhan
tujuan dan kepentingan dari masyarakat. Akuntansi sektor publik menjadi sarana pengelolaan
ekonomi sumber daya publik yang terbatas untuk usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat
yang tak terbatas. Dengan demikian, akuntansi sektor publik yang moidern dengan konsep
NPM dan value for money menjadi upaya solusi mengatasi masalah buruknya pengelolaan
organisasi publik yang dahulu terkesan tidak efisien dan akuntabel.

Implementasi konsep rational choice theory dalam mengatasi bounded rationality


yang terjadi dalam organissi publik dalam keterkaitanya dengan keterbatasan sumber daya

6
untuk pemenuhan kebutuhan yang tak terbatas terjembatani oleh pelaksanaan akuntansi
sektor publik yang akuntabel dan transparan. Tuntutan pembaruan (reformasi) sistem
keuangan pada organisasi publik memiliki tujuan agar pengelolaan uang publik dilakukan
secara transparan berdasarkan konsep value for money sehingga dapat menciptakan
akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2009).

Akuntabilitas publik merupakan fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan


organisasi publik dewasa ini. Dalam konteks organisasi pemerintah, (Mardiasmo, 2009)
menyatakan bahwa akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan
atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Terwujudnya akuntabilitas publik merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Oleh
karena itu, akuntansi pada organisasi sektor publik merupakan sarana yang dapat berperan
dan membantu organisasi sektor publik untuk mewujudkan akuntabilitas publik.

C. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa
tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efesien, dan
ekonomi atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan


pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif atas program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi,
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat
informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi
pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari
perencanaan stratejik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan
kinerja.

Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk


membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat
digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta kelayakannya
baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi, pemerintah dapat
menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang diberikan kepada publik, menetapkan
biaya standar, dan harga yang akan dibebankan kepada publik atas suatu pelayanan (charging
for services). Sebagai contoh, untuk dapat menetapkan SPP per siswa, pemerintah harus
dapat menghitung biaya pendidikan per siswa untuk tingkat pendidikan tertentu. Dengan
memperhitungkan semua biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan proses
pendidikan, pemerintah dapat menetapkan berapa SPP yang harus dibebankan kepada setiap
siswa, berapa biaya ujian, dan biaya lainnya sehubungan dengan proses belajar-mengajar

7
secara layak, wajar, dan rasional serta berapa subsidi pendidikan yang harus diberikan.
Dalam hal ini diperlukan akuntansi biaya di sektor publik untuk dapat menghitung total biaya
sebagai dasar untuk pembebanan kepada publik atas pelayanan yang diberikan.

Selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan program yang
tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam proses penganggaran. Pada
sektor publik, penganggaran merupakan tahap yang membutuhkan keahlian khusus karena
penganggaran pada sektor publik merupakan proses politik, sehingga manajer sektor publik
dituntut untuk memiliki political skill disamping pemahaman teknis akuntansi.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi akuntansi


terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator) sebagai dasar penilaian
kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan pengukuran kinerja apabila tidak ada
indikator kinerja yang memadai. Indikator kinerja tersebut dapat bersifat finansial maupun
nonfinansial. Informasi akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja
sektor publik.

Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam
pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit pada pemerintah,
laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan
alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting
dari proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik hendaknya dipahami bukan sekedar
akuntabilitas finansial saja, akan tetapi juga akuntabilitas value for money, akuntabilitas
manajerial, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik.

D. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan telah
mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, sektor publik
memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan Istilah "sektor
publik" mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada waktu itu. sektor publik sering
dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro terkait dengan pembangunan dan
lembaga pelaksana pembangunan. yang

Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori pembangunan
radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran sektor publik dalam
pembangunan. Benarkah sektor publik dapat menggerakkan dan mempertahankan
pembangunan?

Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang keberadaannya dianggap tidak
efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta.
Sektor publik dianggap lebih rendah kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan
bahkan dianggap menganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu sediri dengan alasan
sektor publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi.
Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih diarahkan
pada pembangunan sektor swasta dan cenderung mengabaikan pembangunan sektor publik.

8
Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara industri
maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan dilakukan
misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management (NPM) dan reinventing
government di banyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM berakar dari teori
manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis komersial dan manajemen
sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik dan manajemen pada sektor
publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa
praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik,
seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive
Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan- perusahaan publik.

Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. kualitas pelaporan keuangan harus
diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya transformasi pasar modal menjadi
model yang dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang. Berbagai skandal tersebut
telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi
yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.Krisis ekonomi yang menghantam
Indonesia pada tahun 1997 menghancurkan sebagian sendi-sendi perekonomian di Indonesia.
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah
untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Krisis ekonomi tersebut mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang ternyata sangat rapuh menghadapi terjangan
fluktuasi perubahan mata uang rupiah terhadap mata uang asing yang berdampak negatif pada
produksi bahan makanan, yang pada gilirannya kita harus mengimpor beberapa jenis bahan
makanan dalam jumlah yang cukup besar.Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih
rendah, tercermin pada kurs Rupiah yang belum stabil, walaupun selama bulan Agustus 1998
terlihat adanya kecenderungan makin menguatnya Rupiah, berkonsekuensi terhadap
peningkatan harga-harga serta terhambatnya kegiatan produksi dan investasi di dalam
negeri.Sebagaimana kita ketahui bahwa Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang
No.22 thn 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana para Kepala Daerah diharuskan untuk
membuat sebuah laporan yang memuat bagaimana mereka menyelenggarakan
Pemerintahannya. Dengan kata lain para Eksekutif Daerah harus membuat sebuah laporan
untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya setiap tahun dalam hal penyelenggaraan
Pemerintahan. Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan
sejak 1 Januari 2001, tetapi hingga saat ini pemerintah daerah masih belum memiliki standar
akuntansi pemerintahan yang menjadi acuan di dalam membangun sistem akuntansi
keuangan daerahnya.

Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan pada
akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai contoh adalah terjadinya perubahan
sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Perubahan
akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis akrual merupakan bagian penting dari
proses reformasi sektor publik di negara-negara Anglo-Saxon. Pemerintah New Zealand yang

9
dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual telah
mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh Jepang,
Italia, dan negara-negara Eropa lainnya, meskipun di Italia sistem tersebut kurang efektif dan
kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem akuntansi akrual adalah untuk membantu
meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi dan efektivitas sektor publik.

Anggapan bahwa lembaga sektor publik telah mengalami kebangkrutan di banyak


negara terutama negara-negara berkembang, tidak sepenuhnya benar. Memang tidak dapat
disangkal bahwa kinerja sektor publik dinilai buruk, akan tetapi hal tersebut tidak dialami
oleh semua negara berkembang. Negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan
Thailand memiliki pelayanan publik dan perusahaan-perusahaan publik yang baik kinerjanya
yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan nasional dan stabilitas
politik.

Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki
kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah teknis belaka, akan tetapi
akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan good public and corporate
governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan. Akuntansi sektor publik akan
terus berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan dilakukannya transparansi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.

Dalam dua dasarwarsa terakhir, telah terjadi perkembangan akuntansi sektor publik
yang pesat. Istilah "akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik, good
public governance", telah begitu cepat masuk ke dalam kamus sektor publik. Isu yang muncul
dalam sektor publik merupakan suatu rangkaian yang akarnya merupakan tuntutan diciptakan
good public and corporate governance. Isu tersebut kemudian diikuti dengan munculnya isu-
isu baru, misalnya tuntutan dilakukannya reformasi sektor publik yang diorientasikan pada
pembentukan organisasi sektor publik yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif,
dan memiliki akuntabilitas publik yang tinggi.

Munculnya isu perlunya dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem manajemen


keuangan publik, dan tuntutan dibuatnya laporan keuangan eksternal merupakan percabangan
dari isu besar dalam sektor publik. Isu-isu utama sektor publik yang akan dibahas dalam buku
ini adalah tuntutan akuntabilitas publik, value for money, dan isu- isu seputar reformasi
akuntansi dan auditing dalam sektor publik.

E. ENTITAS DALAM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Entitas dalam akuntansi sektor publik, terutama akuntansi pemerintahan, dibagi
menjadi dua entitas yaitu entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Kedua entitas tersebut
memiliki fungsi yang berbeda.

1. Entitas pelaporan adalah unit dalam struktur pemerintahan (pusat atau daerah) yang
terdiri satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan keuangan (Ritonga, 2010). Entitas pelaporan pada
pemerintah pusat menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang

10
M
d
s
r
A
a
u
g
iP
r
t
n
e
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah pemerintah pusat itu sendiri. Sedangkan
setelah berlakunya PP Nomor 24 Tahun 2005, masing-masing kementerian negara
atau dilingkungan pemerintah pusat berubah menjadi entitas pelaporan. Hal ini berarti
setiap organisasi kementerian negara dan lembaga lainnya wajib menyusun dan
menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum. Dengan adanya perubahan entitas, maka pada kementerian negara atau
lembaga di lingkungan pemerintah pusat, dari yang awalnya sebagai entitas akuntansi
menjadi entitas pelaporan. Oleh karena itu, dengan diberlakukannya PP Nomor 71
Tahun 2010 perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap struktur organisasi pengelolaan
keuangan negara dan sistem akuntansi pemerintah pusat. Apakah dengan dijadikannya
masing-masing kementerian negara/lembaga dilingkungan pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan menjadikannya sebagai pemegang kekuasaan atas pengelolaan
keuangan instansi, sebagaimana presiden maupun kepala daerah? Pertanyaan ini perlu
dijawab karena pada PP Nomor 24 Tahun 2005, pengguna anggaran biasanya sebagai
entitas akuntansi bukan sebagai entitas pelaporan. Untuk menjawab dan
menjelaskannya perlu melihat keterkaitan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Terkait dengan struktur
organisasi pengelolaan keuangan negara dapat dijelaskan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan


Negara Sumber: Suwardi, 2010, hlm. 76.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Pasal 6 ayat (1) dinyatakan bahwa “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan”. Dilanjutkan pada ayat (2) (poin a) bahwa kekuasaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola
fiskal dan wakil pemerintahan dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan,

11
dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna
barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya (poin b).

Selaku pengelola fiskal, Menteri Keuangan bertugas untuk menyusun laporan


keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN (Pasal 8 poin g).
Sementara itu, PP Nomor 71 Tahun 2010 yang merupakan penjabaran dari UU
Nomor 17 Tahun 2003 tidak mungkin menyimpang dari aturan di atasnya, sehingga
dalam konteks struktur organisasi pengelolaan keuangan negara, presiden tetap
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas pengelolaan keuangan negara dan
menteri/pimpinan lembaga tetap sebagai pengguna anggaran/barang sehingga hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan di kementerian negara atau lembaga
adalah bagian dari pengelolaan keuangan negara. Jadi struktur organisasi pengelolaan
keuangan negara tidak ada perubahan dengan diterbitkannya PP Nomor 71 Tahun
2010.

2. Entitas akuntansi. Entitas akuntansi unit pemerintah Pengguna Anggaran yang


berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk
digabungkan pada Entitas Keuangan (Ritonga, 2010). Entitas akuntansi pada SAI
adalah Sekjen, Dikjen, Badan, Eselon 2 dan Eselon 3, yang dilaksanakan oleh Unit
Akuntansi Eselon 1 (UAE 1) dan Unit Akuntansi Wilayah (UAW). Sedangkan untuk
pelasana akuntansinya untuk tingkat kementerian atau lembaga adalah Sekjen, UAE 1
adalah pejabat Eselon 1, dan UAW adalah Kakanwil (Asrori, 2010). Entitas akuntansi
untuk tingkat pemerintah daerah adalah Pengguna Anggaran/Barang dan Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD. Pengguna Anggaran/Barang biasanya dijabat oleh
Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Kepala SKPD) yang berwenang menyusun
laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD pada tingkap
SKPD dan menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota (Ritonga, 2010).
Tugas sehari-hari fungsi akuntansi yang menjadi wewenang Kepala SKPD untuk
menyusun laporan keuangan SKPD didelegasikan kepada Pejabat Penatausahaan
Keuangan SKPD yang biasanya dijabat oleh fungsi tata usaha keuangan SKPD
(Ritonga, 2010).

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntansi sektor publik dengan segala kekhasannya sistem dan lingkungannya tidak
terlepas dari organisasi yang mempengaruhinya. Karakteristik dari organisasi publik yang
komplek, rumit,penuh nuansa politis dan kaku mempengaruhi struktur dan sistem
akuntansinya. Akuntansi sektor publik menjadi solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan
sumber daya organisasi publik untuk dapat dikelola secara efisien,efektif, dan ekonomis
untuk menyedikan pelayanan publik yang lebih baik. Sektor publik dibenarkan oleh mandat
utamanya, yaitu melayani publik. Satu tugas penting yang harus dilakukan adalah memgatasi
konflik dan permaslahan menggunakan sumber daya yang sedikit seoptimal mungkin.

Karakteristik organisasi publik yang multifungsional dikarenakan organisasi publik


bergerak dalam berbagai wilayah yang meliputi lingkungan ekonomi, politik, kultur, dan
demografi. Atas kompleksitas dan kerumitan struktur organisasi dalam sektor publik,
dibunuhkan sebuah mekanisme pengelolaan yang terkoordinasi untuk mengontrol pencapaian
majuan dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan publik. Secara struktural,
organisati publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis. Hal ini berbeda dengan sektor privat
yang memungkinkan struktur organisasi yang fleksibel.

B. SARAN
Hendaknya organisasi mengawasi unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang
bertanggung jawab karena mengawasi manajer pusat pertanggungjawaban dapatmenciptakan
hubungan yang optimal antara sumber daya input dengan output yangdihasilkan. Diharapkan
organisasi benar-benar menyusun strategi dalam pembuatan anggaran agar hasil aktual sesuai
dengan yang dianggarakan dan tidak terjadidefisit budget. Oleh karena itu diperlukan sistem
pengendalian manajemen sektor publik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat.

Mardiasmo, 2018. Akuntansi Sektor Publik Edisi Terbaru. Yogyakarta: Penerbit Andi.

V.Wiratna,2015.Akuntansi Sektor Publik.Yogayakarta:Pustaka Baru Press

14

Anda mungkin juga menyukai