Anda di halaman 1dari 28

STrUKTUR modal

Dosen Pengampu : Drs. La Ane, M.Si


Kelompok 10

Diya Ayu Mirza


7201220010
Suini Bertua Sinaga
7203520007

Isca Nathany
Hana Ira Marpaung
Hia
7193220009
7203220026
Pengertian modal dan struktur modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam
pos modal  (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya Modal
pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal
Pasif (Kredit).

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing


dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa
terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan
perusahaan.
Tujuan manajemen struktur modal
Tujuan manajemen struktur modal adalah untuk mencampur sumber
permanen dana yang digunakan oleh perusahaan dengan cara akan
memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Dengan kata lain, tujuan ini
dapat dilihat sebagai pencarian untuk menemukan campuran yang akan
meminimalkan biaya komposit modal perusahaan. Campuran sumber-
sumber dana perusaahan yang tepat ini dapat disebut struktur modal yang
optimal

Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan (trade-off) antara resiko dan


tingkat pengembalian:
• Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar resiko yang ditanggung
pemegang saham.
• Menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan.
Sumber-sumber Pendanaan
a. Dari dalam perusahaan (sumber dana internal)
Dana yang berasal dari dalam perusahaan adalah dana atau funds yang berbentuk atau dihasilkan di dalam
perusahaan. Dana yang berasal dari dalam perusahaan terdiri dari berbagai jenis antara lain: Keuntungan
yang ditahan, Penyusutan, dan Saham pemilik

b. Dana dari luar perusahaan (sumber dana eksternal)


Dana yang berasal dari luar perusahaan terdiri dari:
• Sumber Dana Jangka Pendek
Sumber Dana jangka pendek ini diperoleh anatra lain dari kredit dagang, kredit bank, surat- surat berharga,
dan lain- lain.
• Sumber Dana Jangka Panjang
Sumber dana jangka panjang dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain
a. Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman jangka waktu yang panjang. Jadi, debitor mengeluarkan surat
pengakuan hutang yang mempunyai nilai nominal tertentu.
b. Pinjaman Hipotek
Pinjaman hipotek adalah pinjaman jangka panjang. Disini, kreditor diberi hak hipotek terhadap suatu
barang tidak bergerak dan apabila debitor tidak memenuhi kewajibannya maka barang tersebut dapat
dijual dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk menutup tagihannya.
Menurut Riyanto (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu :

A. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan
mempengaruhi jenis modal yang akan digunakan apakah memakai saham atau obligasi

B. Stabilitas earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan apakah perusahaan
dibenarkan menggunakan utang tetap atau tidak

C. Susunan aktiva
Pada kebanyakan industri atau manufaktur di mana sebagian besar modalnya tertanam dalam
aktiva tetap akan cenderung menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan modal asing atau
hutang hanya sebagai pelengkap.

D. Risiko aktiva
Risiko yang melekat kepada setiap aktiva belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu
penggunaannya maka risiko semakin besar.
E. Jumlah modal yang dibutuhkan
Jumlah modal yang diperlukan atau dibutuhkan akan mempengaruhi struktur modal. Jika modal
yang dibutuhkan adalah besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan
sekuritas secara bersamaan.

F. Keadaan pasar modal


Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh
karena itu dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus
memperhatikan kondisi pasar modal

g. Sifat manajemen
Bagi manajemen yang optimis akan masa depan perusahaan akan berani menanggung risiko
besar sehingga akan lebih menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan.

h. Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, penambahan saham untuk
memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi kekuasaan atau pengendalian pemegang
saham mayoritas. Perusahaan besar pada umumnya lebih menyukai penerbitan saham baru
dalam memenuhi kebutuhan dananya.
Komponen- komponen Struktur
Modal
 Hutang Jangka Panjang
Menurut Sundjaja dan Barlian , " Hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan
jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya 5 - 20 tahun ". Kreditur ( Investor )
lebih memilih menanamkan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang karena beberapa pertimbangan.
Menurut Sundjaja, pemilihan investasi dalam bentuk hutang jangka panjang dari sisi investor didasarkan
pada beberapa hal berikut ini :
a.Hutang dapat memberikan prioritas baik dalam hal pendapatn maupun likuidasi kepada pemegangnya.
b.Mempunyai saat jatuh tempo yang pasti.
c.Dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang (dari segi resiko).
d.Pemegang memperoleh pengembalian yang tetap (kecuali pendapatan obligasi).

 Modal Sendiri
Menurut Sundjaja “Modal sendiri / equity capital adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan
oleh penilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan
saham biasa) serta laba ditahan”. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang
diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo.
Ada dua sumber modal utama dari modal sendiri yaitu :

1. Modal saham preferen


Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikanya lebih senior atau
lebih diprioritaskan dari pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen
dalam jumlah yang banyak. Beberapa keuntungan penggunaan saham preferen bagi manajemen menurut Sundjaja
at. al ( 2003 ) adalah sebagai berikut:
• Mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengaruh keuangan.
• Fleksibel karena saham preferen memperbolehkan penerbit untuk tetap pada posisi menunda tanpa mengambil
resiko untuk memaksakan jika usaha sedang lesu yaitu dengan tidak membagikan bunga atau membayar pokoknya.
• Dapat digunakan dalam restrukturisasi perusahaan, merger, pembelian saham oleh perusahaan dengan
pembayaran melalui hutang baru dan divestasi.

2. Modal saham biasa


Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat
pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang - kadang disebut pemilik residual sebab
mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset telah dipenuhi. Ada beberapa
keunggulan pembiayaan dengan saham biasa bagi kepentingan manajemen (perusahaan), menurut Sundjaja at. Al
(2003), yaitu :
• Saham biasa tidak memberi deviden tetap. Jika perusahaan dapat memperoleh laba, pemegang saham biasa akan
memperoleh deviden. Tetapi berlawanan dengan bunga obligasi yang sifatnya tetap ( merupakan biaya tetap bagi
perusahaan ), perusahaan tidak diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar deviden kepada para pemegang
saham biasa.
• Saham biasa tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
• Pengembalian yang diperoleh dalam saham biasa dalam bentuk keuntungan modal merupakan objek tarif pajak
penghasilan rendah.
Teori struktur modal
1. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mangasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan
dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan
tingkat biaya hutang yang konstan pula.

2. Pendekatan Laba Operasi (Net Operating Income Approach)


Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang
digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam
pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat
sebagai peningkatan risiko perusahaan.

3.Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)


Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami
perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan. Namun
demikian setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan
biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada
awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat.
4. Model Modigliani-Miller (MM) Tanpa Pajak

a. Proporsi 1
Nilai perusahaan yang menggunakan utang akan sama dengan nilai perusahaan yang tidak
menggunakan utang sebagai berikut ini:

VL = VU

Dimana
VL : nilai untuk perusahaan yang menggunakan utang (value for leveraged companies)
VU : nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan utang (100% saham, atau value for
unlevered companies)

b. Proporsi 2
Mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan
utang, naik proposional terhadap peningkatan rasio utang dengan saham

Ks = Ko + B/S (Ko – Kb)

Dimana
Ks : tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
Ko : tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham peruahaan tanpa utang
B/S : rasio utang dengan saham
Kb : tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk utang (tingkat bunga)
5. Model Modigiani-Miller (MM) Dengan Pajak

a. Proporsi 1.
Nilai perusahaan dengan utang akan sama dengan nilai perusahaan tanpa utang plus
penghematan pajak karena bunga utang.
Formula untuk pernyataan tersebut yaitu:
Dimana
Tc : tingkat pajak (perusahaan)
B : besarnya utang
VL = VU + Tc.B Ks : tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham
= EBIT (1-Tc) +KbTc.Kb.B
: tingkat keuntungan utang (tingkat
bunga) Ko Kb
Ko : tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
saham perusahaan tanpa utang
EBIT : pendapatan sebelum pajak dan bunga

b. Proporsi 2.
Mengatakan bahwa biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya utang.
Tetapi penghematan dari pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena
kenaikan biaya modal saham.
Pernyataan tersebut bisa dituliskan dalam formula seperti berikut :

Ks = Ko + B/S (1 – Tc)(Ko-Kb)
6. Model Miller
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak untuk pengasilan
pribadi. Pajak pribadi ini adalah pajak penghasilan dari saham dan pajak pengasilan dari obligasi.
Menurut Miller nilai perusahaan yang menggunakan utang, setelah memasukkan pajak personal
adalah sebagai berikut :

VL = VU + {1 – [(1-Tc)(1-Ts)]}B
(1-Tb)

Dimana :
VL = nilai perusahaan dengan utang
VU = nilai perusahaan tanpa utang
Tc = tingkat pajak perusahaan
Ts = tingkat pajak pemegang saham
Tb = tingkat pajak untuk pemegang utang
B = utang
7. Financial Distress and Agency Costs

Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika
perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh :
a.keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar
b.biaya likuidasi perusahaan
c.rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya
Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan
melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari
problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan
tindakan yang merugikan kreditor.

8.Model Trade-Off

Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat
hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan
keuangan (financial distress)” (p.81).
Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization,
dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Dengan biaya kebangkrutan yang besar, proposisi MM dengan pajak bisa dimodifikasi sebagai berikut: 

VL = VU + PV Penghematan Pajak – PV Biaya Kebangkrutan 

Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas bisa


diperluas sebagai berikut:

VL = VU + PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya Keagenan]


9. Teori Informasi Tidak Simetris
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang
informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi
yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu
lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.

10. Teori Asimetri Informasi dan Signaling


Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai
informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan.
Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya. Teori ini terdiri dari teori
a.Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager mempunyai
informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
b.Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal yang
disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek
perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan
hal tersebut kepada investor.

11. Packing Order Theory


Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang
profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam pecking order theory
ini tidak terdapat struktur modal yang optimal.
Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed capital yang
digunakan dalam suatu perusahaan

• Over dan under capitalization


Over capitalization akan terjadi apabila :
1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di investasikan ,
atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada fair rate of return.
2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil dibandingkan dengan
nilai assetnya.

• Under capitalization
Under capitalization terjadi apabila :
1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return
dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya.
2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil daripada assetnya.
1. Menghitung return (keuntungan ) obligasi :

Ki = I/B

Dimana :
Ki = return (keuntungan) dari obligasi
I = bunga hutang obligasi tahunan
B = nilai pasar obligasi yang beredar.

2. Menghitung return (keuntungan ) saham biasa :

Ke = E/S

Dimana :
ke = return (keuntungan) dari saham biasa
E = laba untuk pemegang saham biasa
S = nilai pasar saham biasa yang beredar.

3. Menghitung return (keuntungan ) besih perusahaan :

Ko = O/V

Dimana :
Ko = return (keuntungan) bersih perusahaan (sebesar biaya modal rata-rata minimal)
O = laba operasi bersih
B = total nilai perusahaan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Struktur Modal
Tidak mudah untuk bagi manajer untuk menentukan perimbangan struktur modal yang optimal yaitu yang
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi
setiap perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap
posisi financial perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan struktur modal terdiri
dari:
a. Stabilitas Penjualan
b. Struktur aset
c. Leverage Operasi
d. Tingkat Pertumbuhan
e. Profitibilitas
f. Pajak
g. Kendali
h. Sikap Manajemen
i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Pemeringkat
j. Kondisi Pasar
k. Kondisi Internal Perusahaan
l. Fleksibilitas Keuangan
Rasio struktur modal
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu
perusahaan, perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari
perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan
keuangan.
Menurut Sjahrial dan Purba (2013:37) rasio struktur modal terdiri dari:

1. Rasio Total Utang Terhadap Total Aktiva (Total Debt to Total Assets/DAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.

Rasio DAR = Total utang X 100%


Total aktiva
2. Rasio Total Utang Terhadap Modal (Total Debt to Equity Ratio/DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini juga dapat berarti sebagai
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar utangnya
dengan jaminan modal sendiri.

Rasio DER = Total Utang X 100%


Total ekuitas

3.Rasio Utang jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio/LDER)
Rasio ini digunakan untuk menunjukan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur
seberapa besar perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri atau seberapa besar utang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri.

Rasio LDER = Total utang jangka panjang X 100%


Total ekuitas
Contoh Teori Pendekatan Laba Bersih Oprasional

Suatu perusahaan mempunyai hutang sebesar Rp 8.000.000 dengan tingkat bunga sebesar 15%. Misal laba
operasi bersih yang diproleh sebesar Rp 8.000.000 dengan tingkat kapitalisasi total sebesar 20% dan saham
yang beredar sebanyak 10,000 lembar. Berdasarkan data tersebut maka nilai perusahaan adalah :

Keterangan Nilai

Laba operasi bersih (O) Rp. 8.000.000

Tingkat kapitalisasi total o


(k )
20%

Nilai total perusahaan (V) Rp. 40.000.000

Nilai pasar hutang (B) Rp.8.000.000

Nilai pasar saham (S) Rp. 32.000.000


Keterangan :
• Nilai total perusahaan sebesar Rp 40.000.000 berasal dari laba bersih yang diperoleh sebesar
Rp.8.000.000 : 0.2 atau (Rp 8.000.000 x 100) : 20
• Nilai pasar hutang adalah jumlah hutang yang dimiliki perusahaan
• Nilai pasar saham adalah nilai total perusahaan Rp 40.000.000 dikurangi nilai pasar hutang Rp 8.000.000.
Laba untuk pemegang saham biasa
E =O-I
= Laba operasi bersih - Bunga hutang obligasi tahunan
= 8.000.000 – (15 % x 8.000.000)
= 8.000.000 – 1.200.000
= 6.800.000
Sehingga tingkat return modal sendiri yang disyaratkan, ke adalah
Ke = E/S
= Laba untuk pemegang saham biasa / Nilai pasar saham biasa yang beredar
= 6.800.000/32.000.000
= 21.25%
Harga per lembar saham 32.000.000/10.000 = Rp 3.200

Misalnya perusahaan mengganti sebagian modal sahamnya dengan modal hutang sebesar
Rp.16.000.000,-, sehingga komposisi struktur modalnya:
Saham sebesar Rp16.000.000
= (16.000.000 ) - 5000 lembar = 5000 lembar
3.200
Jumlah saham beredar sekarang berkurang menjadi 5.000 lembar (10.000 lembar – 5.000
lembar).
Utang sebesar Rp16.000.000
Maka nilai perusahaan menjadi:
Keterangan Nilai

Laba operasi bersih (O) Rp. 8.000.000

Tingkat kapitalisasi total o


(k )
20%

Nilai total perusahaan (V) Rp. 40.000.000

Nilai pasar saham (S) Rp. 16.000.000

Nilai pasar hutang (B) Rp. 24.000.000

Laba untuk pemegang saham biasa


E =O–I
= Laba operasi bersih - Bunga hutang obligasi tahunan
= 8.000.000 – {15 % x (8.000.000 + 16.000.000)}
= 8.000.000 – 3.600.000
= 4.400.000
Tingkat return modal sendiri yang disyaratkan, (ke)
adalah Harga saham per lembar = 16.000.000 = Rp.3.200
5.000
Kesimpulan :
1.Peningkatan leverage mempengaruhi tingkat keuntungan (return) yang disyaratkan.
2.Tingkat return yang disyaratkan (ke) meningkat secara linear dengan leverage keuangan (financial
leverage) yang diukur dengan perimbangan antara hutang (B) dengan saham (S).
3.Nilai total perusahaan (V) dan harga saham per lembar tidak berubah walaupun leverage
keuangannya berubah
Contoh Teori Struktur Modal Pendekatan Tradisional

PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi bersih Rp 10.000.000,-
Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut :
Laba bersih operasi Rp 10.000.000
Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000 (-)
Laba tersedia untuk pemegang saham Rp 8.500.000
Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)
Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000 (+)
Nilai keseluruhan Persh Rp.107.277.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,32 %
V Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lembar saham, maka harga per lembar saham
= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850
Contoh Teori Struktur Modal Pendekatan Modigliani
dan Miller
Contoh Teori Struktur Modal Pendekatan Modigliani dan Miller
Ada dua perusahaan yang serupa yaitu perusahaan A yang modal seluruhnya merupakan modal sendiri,
dengan keuntungan yang disyaratkan sebesar 15%. Perusahaan kedua adalah perusahaan B yang sebagian
modalnya berupa obligasi sebesar Rp. 240.000.000,- dengan bunga 12% dan keuntungan yang disyaratkan
pemegang saham sebesar 16%. Maka penilaian kedua perusahaan adalah sebagai berikut:
Keterangan Perusahaan A (Rp) Perusahaan B

(Rp)

Laba operasi bersih (0) 80.000.000 80.000.000


Bunga hutang obligasi (I) 0 28.800.000
Laba yang tersedia untuk pemegang saham (E) 80.000.000 51.200.000

Keuntungan yang disyaratkan e


(k )
0,15 0,16
Nilai pasar saham (S) 533.333.333 320.000.000
Nilai pasar hutang (B) 0 240.000.000
Nilai total perusahaan (V) 533.333.333 560.000.000
Tingkat kapitalisasi keseluruhan (ko):
Perusahaan A = Rp.80.000.000 = 15%
Rp.533.333.333
Perusahaan B = Rp.80.000.000 = 14,3%
Rp.560.000.000

• Menurut MM, situasi di atas tidak dapat berlangsung terus karena akan terjadi proses arbitrase
yang menjadikan kedua nilai perusahaan sama.
• Perusahaan B tidak akan memiliki nilai yang lebih tinggi karena perusahaan tersebut memiliki
struktur modal yang berbeda dengan perusahaan A.
• Investor dalam perusahaan B akan mampu memperoleh keuntungan yang sama
• Tanpa peningkatan risiko keuangan dengan cara menginvestasikan dananya pada perusahaan A.
• Transaksi arbitrase ini terus berlangsung sampai membuat nilai total kedua perusahaan sama.

Misalnya seorang investor memiliki sejumlah 5% saham di perusahaan B, maka langkah-langkah


yang dilakukan investor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menjual saham perusahaan B untuk mendapatkan dana sebesar Rp.16.000.000 (5% x Rp.320
juta)
2. Meminjam dana Rp. 12.000.000 (5% x Rp.240 juta dengan bunga 12%)
3. Total dana yang dimiliki = Rp.16.000.000 + Rp.12.000.000 = Rp.28.000.000
4. Membeli 5% saham perusahaan A seharga 26.666.666,65 (dibulatkan 26.666.667) yaitu dari 5% x
Rp. 533.333.333,-
Sebelum transaksi di atas dilakukan, investor tersebut mengharapkan keuntungan investasinya
dari perusahaan B sebesar 16% dari nilai investasi Rp.16.000.000 yaitu sebesar = 16% x
Rp.16.000.000 = Rp. 2.560.000. Keuntungan yang ia harapkan dari perusahaan A sebesar 15%
dari investasi sebesar Rp.26.666.667 yaitu sama dengan 15% x Rp.26.666.667 = Rp.4.000.000.
Investor harus mengurangi sebagian keuntungannya untuk membayar bunga pinjaman,
sehingga keuntungan bersihnya adalah:
- Keuntungan dari perusahaan A = Rp.4.000.000
- Biaya bunga (12% x 12.000.000) = Rp.1.440.000
- Keuntungan bersih = Rp.2.560.000

Kesimpulan
1. Keuntungan bersih sebesar Rp.2.560.000, sama dengan keuntungan investasi pada
perusahaan B.
2. Pengeluaran kas untuk investasi perusahaan A hanya sebesar Rp.14.666.667 (dari
Rp.26.666.667 – Rp.12.000.000) dibandingkan pengeluaran kas untuk investasi pada
perusahaan B sebesar Rp.16.000.000.
TERIMAKASI
H
Ada

Anda mungkin juga menyukai