Capaian Pembelajaran :
struktur modal, teori struktur modal Operating Leverage, Financial Leverage dan
Total Leverage serta memperhitungkan DOL, DFL dan DTL dengan tingkat
kebenaran 100 %.
dihadapkan pada pilihan menggunakan modal sendiri atau hutang. Hal ini
yang mempunyai beban tetap (berupa bunga dan dividen saham preferen) atau
meningkat keuntungan bagi perusahaan, atau dengan kata lain beban tetap yang
terjadi karena keputusan pendanaan dan investasi pada aktiva tetap operasional
sedemikian rupa, sehingga usulan proyek membutuhkan biaya proyek yang lebih
besar dari semestinya, maka yang terjadi adalah beban tetap menjadi lebih
besar baik dari nilai aktiva maupun pendanaan. Pada kondisi tertentu yaitu
159
penjualan tidak mencapai target yang direncanakan, maka yang terjadi beban
akan terjadi kerugian. Dalam hal ini manajer keuangan harus benar-benar
usulan proyek ini menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
a. Kapasitas produksi yang lebih besar dan product line yang lebih
bervariasi.
2. Apakah sumber pendanaan memberikan biaya modal yang paling efisen, baik
pendanaan tersebut.
yaitu hutang dan ekuitas atau dapat disebut dengan modal sendiri. Hutang
160
c. Kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat
b. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan
c. Bila perusahaan dalam kondisi sulit da labanya tidak dapat memenuhi beban
Gabungan modal yang efisien dapat menekan biaya modal (cost of capital), yang
kualitatif neraca tersebut dengan sebaik - baiknya. " pemilihan susunan kualitatif
pemilihan susunan kualitatif dari sisi lialibilities dan equities akan menentukan
161
menyatakan dengan bagaimana harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu
Pada neraca sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun hutang
jangka pendek, dan modal sendiri (ekuitas) baik jangka panjang maupun jangka
permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal
pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham
biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi modal ditahan. Bila
pada modal pemegang saham. Menurut Lawrence, Gitman (2000, p.488), definisi
struktur modal adalah sebagai berikut " capital structure is the mix of long term
debt and equity maintained by the firm ". Struktur modal perusahaan
yang digunakan oleh perusahaan. ada 2 macam tipe modal menurutnya yaitu
modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Tetapi dalam
kaitannya dengan struktur modal, jenis modal hutang yang diperhitungkan hanya
162
Pada tahun 1958, dalam American Economic Review 48 (1958) yang berjudul The
ekuitas secara benar (Brigham & Houston, 2019:497). Asumsi - asumsi yang
mendasar adalah:
b. Pasar modal sempurna (tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan tidak
konstan dan perpetual dan semua laba dibagikan dalam bentuk deviden ).
adalah proporsional.
163
menggunakan hutang (levered firm). Apabila nilai perusahaan yang tidak
VU= EBIT
Ksu
VL = EBIT
WACC
Keterangan :
Semua laba dibagikan dalam bentuk deviden dan laba diperkirakan konstan
untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jadi saham biasa dianggap sama seperti
saham preferen. Nilai intrinsik saham preferen (VP) dapat ditentukan dengan
cara :
VP = SP = D = EBIT = SU
Ksu
Keterangan :
D = Deviden
bisnis itu dijalankan dan tidak pada bagaimana uang itu diperoleh.
Ketika nilai Unlevered firm sama persis dengan levered firm, menurut model MM
(tanpa pajak), biaya modal rata - rata tertimbang (WACC - weighted average cost
164
of capital) kedua perusahaan juga identik. Hal ini mengarahkan pada proposisi 2
KsL = Keuntungan yang disyaratkan pada modal sendiri / biaya modal sendiri pada
levered firm
Kd = Biaya hutang
Apa yang disampaikan oleh proposisi 2 dari model MM tanpa pajak? untuk
mengetahui apa yang disampaikan, perlu dilihat dulu apa pengaruh perubahan
saham akan menuntut kembalian ( return ) yang lebih tinggi sebagai kompensasi
dari meningkatnya resiko dan hal ini disebut biaya penggunaan saham biasa yang
lebih tinggi bagi levered firm. Pada umumnya biaya hutang lebih murah
pendanaan hutang. Mengacu pada proposisi 1 bahwa WACC unlevered firm dan
levered firm adalah identik, maka " penghematan " dari penggunaan hutang
165
BIAYA MODAL dan NILAI PERUSAHAAN MENURUT MODEL MM - 1 (1958)
Dalam situasi tanpa pajak, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur
modal, Jadi, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang, sehingga
yang makin banyak menggunakan hutang akan lebih beresiko, sebab harus
membayar biaya bunga yang lebih banyak pula. Perusahaan tidak dapat
mengabaikan pembayaran biaya bunga, sehingga pemegang saham " menuntut "
kembalian yang lebih tinggi yang tercermin pada biaya ekuitas yang lebih tinggi.
Dalam kondisi demikian, perusahaan memperoleh " penghematan " yang makin
banyak dengan menggunakan hutang yang lebih banyak karena lebih murah dari
pada ekuitas. Meskipun demikian, biaya ekuitas akan meningkat sesuai dengan
penambahan hutang. " Penghematan " yang dihasilkan dari penggunaan hutang
Pada tahun 1963 Modigliani dan Miller mempublikasikan sebuah artikel dalam
Taxes and the Cost of Capital : A Correction, untuk memperbaiki model awal
dengan sebutan model MM-2 atau model MM dengan pajak perseroan (Brigham
166
and Houston, 2019:497-499). Kehadiran pajak perseroan ( diberi notasi T )
Proposisi 1 :
VL= Vu + TD
perusahaan untuk membayar pajak perseroan atau laba yang diperoleh sebelum
Proposisi 2 :
Dari model MM - 2, dapat diperoleh dua hal utama yang berbeda dari model
perusahaan. Dengan kata lain, pajak memberi manfaat dalam pendanaan yang
manfaat pajak dari penggunaan hutang diperoleh dari beban biaya bunga hutang
yang dapat diperhitungkan sebagai elemen biaya yang mengurangi besraan laba
elemen biaya. Jadi, perusahaan (seperti) menerima subsidi dari pemerintah atas
167
b. Dengan adanya pajak perseroan, diperoleh dua manfaat penggunaan hutang
yakni : hutang merupakan sumber modal yang lebih murah dari pada ekuitas dan
biaya bunga menjadi elemen pengurang pajak. Dari model MM-1, diketahui
perusahaan dari penggunaan hutang lebih besar dari pada peningkatan biaya
ekuitas. Dengan demikian, biaya ekuitas dari levered firm dalam situasi ada pajak
resiko keuangan yang lebih kecil dalam situasi ada pajak perseroan. "
Penghematan " dari penggunaan hutang yang lebih besar dari pada peningkatan
bertambahnya hutang.
11.3 LEVERAGE
aktiva dan dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets and funds)
Houston, 2019:478).
1. Operating Leverage
2. Financial Leverage
168
3. Total Leverage (combined leverage)
OPERATING
LEVERAGE
LEVERAGE TOTAL
LEVERAGE
FINANCIAL
LEVERAGE
Sumber: Konsepsi penulis
sumber keuangannya yang berasal dari modal jangka panjang (kredit jangka
panjang perbankan, obligasi dan saham preferen) yang mempunyai beban tetap
169
Bagian-bagian leverage ditunjukkan dalam laporan keuangan sebagai berikut :
Sales Revenue
Variable Cost (-)
(Brigham & Houston, 2019:481). Operating Leverage ini diukur dengan Degree of
Operating Cost terhadap daya ungkit Sales terhadap EBIT. Akan tetapi DOL ini
perusahaan. Semakin tinggi DOL maka dapat dikatakan bahwa daya ungkit Sales
terhadap EBIT juga semakin besar, dan di lain pihak Operating Risk juga
170
meningkat. Dalam hal ini yang dimaksud dengan Operating Risk atau Business
% Sales
DOL =
(11.1)
% EBIT
DOL pada tingkat penjualan tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham
X(P–V)
DOL (X) =
(11.2)
X(P–V)-F
Analisis DOL ini dapat dijelaskan melalui konsep Break Even Point (BEP),
Break Even Point atau BEP seringkali diterjemahkan sebagai titik impas,
atau Penjualan hanya dapat menutup Variable Cost dan Fixed Cost, sehingga
2. Biaya-biaya dapat digolongkan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya
171
FC
BEP (unit) =
(11.3)
P–V
FC
BEP (Rp) = (11.4)
1 – TVC/S
Teknik BEP ini digunakan untuk menjelaskan analisis operating leverage dan
Rp
TR TC
VC
BEP
FC
Q
Sumber: Data diolah
172
Keterangan :
biaya variabel dan biaya tetap. dimana pada keadaan EBIT=0 adalah
kondisi BEP.
EBIT menjadi Rp. 37.500 pada kondisi II dan Rp. 93.750 pada kondisi III.
150 %
DOL =
50 %
DOL = 3.
sebesar 50 %.
173
11.5 FINANCIAL LEVERAGE
perubahan EPS.
% EBIT
DFL =
% EPS (11.5)
X (P – V) – FC
DFL =
X (P –V) – FC – I – Dp/ (1-T)
(11.6)
Dibawah ini adalah data yang dapat digunakan untuk memperhitungkan Degree
174
Tabel 11.2. Data perusahaan untuk menghitung DFL
Keterangan :
menyebabkan EPS = 0.
peningkatan besarnya EPS menjadi Rp. 480 pada kondisi II dan Rp.
100 %
DFL =
40 %
DFL = 2,5.
175
1. Terjadinya perubahan EBIT sebesar 40 % menyebabkan perubahan
sumber pendanaan.
menjual saham biasa baru dan hal ini akan menambah jumlah saham biasa yang
176
keuntungan per lembar saham (earning per share). Akan tetapi di lain pihak
aktiva dengan sumber dana hutang dan saham preferen akan menyebabkan
penurunan EPS. Kondisi ini disebut adanya total risk yang merupakan kombinasi
operating risk dan financial risk. Total Risk dapat didefinisikan sebagai
berupa fixed operating cost serta interest dan preffered stock dividend.
% sales
DTL =
(11.7)
% EPS
X (P – V) – F
DTL =
X (P – V) – F – I – Dp/ (1-T)
(11.8)
177
EBT Rp. 3.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 11.500.000
Taxes 40 % 1.200.000 2.400.000 4.600.000
EAT Rp. 1.800.000 Rp. 3.600.000 Rp. 6.900.000
Pref. Stock Dividend 1.200.000 1.200.000 1.500.000
EACS Rp. 600.000 Rp. 2.400.000 Rp. 5.400.000
CSO 5.000 lembar 5.000 lembar 4.500 lembar
Earning per Share Rp. 120 Rp. 480 Rp. 1.200
Sumber: Data diolah
Pada Kondisi I dan Kondisi II, Variable Cost per unit adalah sebesar Rp. 200.
Sales Unit mengalami kenaikan menjadi 30.000 unit dan faktor lainnya tetap,
1. Perhitungan % Sales = 50 %
3. Maka DTL = 6
178
sebesar Rp. 1.500.000. Di pihak lain Commonstock Outstanding turun
c. Kesimpulan :
Dengan adanya beberapa perubahan pada kondisi III, maka hal ini
mempengaruhi besarnya DTL dari 6 kali menjadi 7,2 kali. Dengan demikian
atau dengan kata lain keuntungan per lembar saham menjadi lebih besar.
Akan tetapi di lain pihak terdapat risiko yang akan dihadapi (total risk), yaitu
dan rsiko bisnis yang lebih tinggi karena adanya penggunaan hutang dan
aktiva tetap operasional perusahaan. Saham yang beredar dibeli kembali oleh
perusahaan dan disimpan sebagai saham treasury, dengan demikian cara ini
akan meningkatkan earning per share (EPS) dan peningkatan harga saham di
bursa. Dalam hal ini peningkatan risiko yang akan dihadapi investor akan
dikompensasi dengan return saham yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang
179
menentukan harga perdana yang lebih tinggi sehingga agio saham yang
gambaran tentang peningkatan keuntungan (dalam hal ini EPS) sebagai akibat
EBIT perusahaan telah mencapai jumlah tertentu (EBIT “break even”). Pada
yang sama. Dengan demikian apabila EBIT yang dihasilkan lebih besar dari EBIT
“break even” maka penambahan modal dengan hutang akan memberikan EPS
yang lebih besar. Keadaan ini tentu saja akan menjadi pertimbangan investor
berkaitan dengan peningkatan risiko keuangan perusahaan. EPS yang lebih tinggi
merupakan gambaran tentang pendapatan per lembar saham, dalam hal ini
sahamnya.
180
Sebagai ilustrasi PT.Titan akan mempertimbangkan kebutuhan dananya,
dana tersebut dipenuhi dengan emisi saham baru dengan nilai nominal Rp.
2.500, maka jumlah lembar saham yang ditambahkan adalah sebesar 20.000
lembar (jumlah lembar saham yang telah beredar sebanyak 100.000 lembar).
dengan emisi saham baru atau menggunakan hutang dan pengaruhnya terhadap
besarnya EPS.
1. Pada tingkat EBIT Rp. 100.000.000, apabila kebutuhan dana dipenuhi dengan
menggunakan hutang dengan bunga sebesar Rp. 5.000.000 (10% dari Rp.
181
2. Sedangkan apabila kebutuhan dana dipenuhi dengan melakukan emisi saham
baru sebanyak 20.000 lembar, maka akan menghasilkan EPS sebesar Rp. 250.
adalah sebesar Rp. 80.000.000, maka perhitungan EPS adalah sebagai berikut :
dari Rp. 50.000.000), maka akan menghasilkan EPS sebesar Rp. 125.
memberikan EPS sebesar Rp. 133 dan apabila dipenuhi dengan hutang akan
182
Kedua ilustrasi di atas memberikan perhitungan EPS yang berbeda.
Tc = Tingkat Pajak
100.000 (0,7 EBIT* - Rp. 40 juta) = 120.000 (0,7 EBIT* - Rp. 43,5 juta)
70.000 EBIT* - 100.000 x Rp. 40 juta = 84.000 EBIT* - 120.000 x Rp. 43,5 juta
183
14 EBIT* = Rp. 1,220 M
Perhitungan EBIT break even adalah sebesar Rp. 87.142.857 dan hal ini
akan memberikan EPS yang sama, baik kebutuhan dana dipenuhi dengan emisi
Dari perhitungan di atas ternyata dengan EBIT “break even” sebesar Rp.
menggunakan hutang memberikan EPS yang sama yaitu sebesar Rp. 175 per
lembar saham. Apabila EBIT perusahaan yang diperoleh lebih besar dari EBIT
akan memberikan EPS yang lebih besar. Sebaliknya apabila EBIT perusahaan yang
diperoleh lebih kecil dari EBIT “break even”, maka pemenuhan kebutuhan dana
184
penggunaan sumber modal yang memberikan konsekuensi risiko dapat
ada pajak. EBIT perusahaan 40 juta dan biaya modal perusahaan adalah
2. Melanjutkan soal no.1 semua data sama kecuali asumsi tidak ada pajak.
3. PT. Makmur Abadi memproduksi teko teh dan menjualnya dengan harga
Rp 10.000,- per unit. Hingga tingkat produksi 400.000 unit, biaya tetapnya
185
c. Berapakah tingkat leverage operasi PT. Makmur Abadi pada tingkat
unit?
(1) Menerbitkan saham biasa yang menghasilkan Rp 20,- per lembar saham.
(3) Kombinasi 50% saham dan 50% obligasi (hutang) dengan harga jual Rp
Biaya tetap adalah 2 juta, biaya variabel per unit Rp 25,- dan harga jual per
unit Rp50,-. Perusahaan saat ini memiliki 800.000 lembar saham yang
yang diharapkan!
yang diharapkan!
186