Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat
meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan, atau biaya modal rata-rata (kо),
sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang optimal terlihat
pada gambar berikut:
ko
ki
0 Leverage keuangan
Struktur modal yang optimal terjadi pada leverage keuangan sebesar x, dimana kο
(tingkat kapitalisasi perusahaan atau biaya modal keseluruhan) minimal yang akan
memberikan harga saham tertinggi. Leverage keuangan merupakan penggunaan dana
dimana dalam penggunaan dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan beban tetap.
Leverage keuangan ini merupakan pertimbangan penggunaan hutang dengan modal
sendiri dalam perusahaan.
________________________________________________________________________________________________________
2
1
Komponen Sruktur Modal
Pada perusahaan yang berbentuk PT, struktur modal dapat dilihat pada sisi pasiva
dalam neraca. Komponen struktur modal perusahaan dapat dilihat pada tabel 10.1, di
mana secara umum dapat dilihat bahwa struktur modal perusahaan terdiri dari tiga
komponen, yaitu :
Kewajiban-Kewaiban Lancar
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________________________________________
3
struktur modal optimal, atau pemaksimuman nilai, tetapi hal ini dapat
memengaruhi manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.
Tujuan Manajemen Struktur Modal
Penentuan struktur modal bagi suatu perusahaan merupakan salah satu bentuk
keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen struktur
modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber pembelanjaan permanen
sedemikian rupa, sehingga mampu memaksimumkan harga saham perusahaan.
Dalam teori struktur modal diasumsikan bahwa perubahan struktur modal berasal
dari penerbitan obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru.
Selanjutnya perlu dikaji bagaimana pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan dan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap harga saham perusahaan
sebagai pencerminan nilai perusahaan. Apabila ada pengaruh struktur modal terhadap
nilai perusahaan, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana struktur modal yang optimal
bagi perusahaan.
di mana:
di mana:
ke = Return dari saham biasa
E
ke = E = Laba untuk pemegang saham biasa
S S = Nilai pasar saham biasa yang beredar
di mana:
ko = Return bersih perusahaan (sebesar biaya
O
ko = modal rata-rata minimal)
V O = Laba operasi bersih
V = Total nilai perusahaan
Perlu diketahui bahwa nilai perusahaan sama dengan nilai pasar obligasi ditambah
nilai pasar saham atau V = B + S, sedangkan kο merupakan tingkat kapitalisasi total
perusahaan dan diartikan sebagai rata-rata tertimbang biaya modal. Oleh karena itu k ο
dapat dirumuskan sebagai berikut :
V=B+S
B S
ko = ki + ke
B S B S
Apakah terjadi perubahan ko, ki, dan ke apabila leverage keuangan mengalami
perubahan dapat dianalisis dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan laba operasi
bersih, pendekatan tradisional dan pendekatan Modigliani- Miller.
EBIT (1 – T) NI
ko = -------------------- = -----------
Vt Vt
Keterangan :
Vt = nilai perusahaan
EBIT = laba sebelum bunga dan pajak
T = tingkat pajak
ko = biaya modal rata-rata tertimbang
Teori struktur modal menurut Dr. Dermawan Sjahrial, Drs., M.M. dibagi menjadi 2
(dua) kelompok besar, yaitu:
ketiga pendekatan struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David
Durand pada tahun 1952.
EBIT (1-T)
V=
ko
Contoh Soal
Suatu perusahaan mempunyai utang perpetual (utang tanpa jatuh tempo dan
berpendapatan tetap) Rp 1.000,00 juta dengan bunga 10% per tahun. Laba operasi bersih
tahunan dari perusahaan tersebut kini dan masa yang akan datang sebesar 1.000,00 juta
(tidak ada pertumbuhan). Laba operasi bersih disini adalah sebeelum bunga dan pajak
(EBIT). Hasil pengambilan yang dikehendaki atas ekuitas perusahaan (ks) sebesar 18%.
Dari informasi ini, dengan menggunakan pendekatan NI, dapat dihitung besarnya: (1)
nilai perusahaan total (Vt); dan (2) tingkat kapitalisasi menyeluruh yang tersirat (ka).
untuk pemecahan pada kasus ini dapat dibahas dengan menggunakan pemdekatan NI,
laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dikapitalisasi pengembalian saham
modal konstan,ks .tingkat kapitalisasi menyeluruh yang tersirat dalam ilustrasi ini adalah:
EBIT (1-T)
V=
ko
ko = (Rp. 1.000.00 juta : Rp. 6.000,00 juta) x 100% = 16,67%
Sesuai dengan pendekatan NI, perusahaan tersebut mampu menaikkan nilai total
perusahaan (Vt), dan menurunkan tingkat kapitalisasi secara keseluruhan (ko), bila dia
meningkatkan leveragenya. Sebagai hasilnya, harga pasar per lembar saham akan
meningkat. Buktinya adalah sebagai berikut:
Sekarang, jika perusahaan menaikan utangnya dari Rp 1.000,00 juta menjadi Rp.
3.000,00 juta, maka akan menghasilkan Vt = 6.888,89 juta dan ko = 14,52%.
1. Utang perusahaan sebesar = Rp 1.00,00 juta
________________________________________________________________________________________________________
8
Pendekatan laba operasi bersih dikemukakan oleh david durand tahun 1952.
pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda
terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal
rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh
perusahaan.
Contoh :
1. Suatu perusahaan mempunyai hutang sebesar Rp 8.000.000,- dengan tingkat bunga
sebesar 15%. Laba operasi bersih Rp 8.000.000,- dengan tingkat kapitalisasi total
sebesar 20%, dan saham yang beredar sejumlah 10.000 lembar. Maka dari data diatas
nilai perusahaan adalah :
E 6.800.000
ke = = x 100% = 21,25%
S 32.000.000
32.000.000
Harga per lembar saham = = Rp 3.200,-
10.000
= 8.000.000-{15%x(Rp 8.000.000+Rp16.000.000)}
= Rp 8.000.000 – Rp 3.600.000
= Rp 4.400.000,-
E 4.400.000
ke = = x 100% = 27,5%
S 16.000.000
16.000.000
Harga per lembar saham = = Rp 3.200,-
5.000
Pendekatan ini paling banyak dianut oleh praktisi dan para akademisi. Mereka
memilih diantara kedua pendekatan diatas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga
suatu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan sehingga baik k d
maupun ke relatif konstan. Namun demikian setelah leverage atau rasio utang tertentu,
biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih
besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah. Akibatnya
biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu
akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan
menurun sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian
menurut pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap
perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan
maksimum atau struktur modal mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang
minimum.
Contoh:
________________________________________________________________________________________________________
11
1. Perusahaan “ABC” pada awal mula berdirinya menggunakan modal hutang obligasi
sebesar Rp 45.000.000,- dengan bunga 5% dan mendapat laba operasi bersih
sebesar Rp 15.000.000,- per tahun. Keuntungan yang disyaratkan dari pemilik
sebesar 11% per tahun. Jumlah saham yang beredar 12.750 lembar. Dari data
tersebut maka nilai perusahaan akan nampak sebagai berikut :
a) Risiko bisnis perusahaan yang diukur dengan standar deviasi EBIT (Standar
Deviation Earning Before Interest and Taxes) dikatakan berada dalam kelas yang
sama.
c) Saham dan obligasi diperjual belikan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect
capital market. Adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah :
1). Informasi selalu tersedia bagi semua investor (symmetric information) dan
dapat diperoleh tanpa biaya.
2). Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional.
3). Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna
4). Tidak ada baik pajak penghasilan perseorangan maupun pajak penghasilan
perusahaan.
5). Investor baik individu maupun institusi dapat meminjam dengan tingkat
bunga yang sama seperti halnya perusahaan sebesar tingkat bunga bebas
risiko. Utang adalah tanpa risiko sehingga suku bunga pada utang adalah suku
bunga bebas risiko.
d) Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu
tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT
selalu sama.
________________________________________________________________________________________________________
14
Ada dua perusahaan yang serupa yaitu perusahaan A yang modal seluruhnya merupakan
modal sendiri, dengan keuntungan yang disyaratkan sebesar 15%. Perusahaan kedua
adalah perusahaan B yang sebagian modalnya berupa obligasi sebesar Rp 240.000.000,-,
dengan bunga 12% dan keuntungan yang disyaratkan pemegang saham sebesar 16%.
Maka penilaian kedua perusahaan adalah sebagai berikut:
Menurut MM, situasi di atas tidak dapat berlangsung terus karena akan terjadi
proses arbitrase yang menjadikan kedua nilai perusahaan sama. Perusahaan B tidak akan
memiliki nilai yang lebih tinggi karena perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang
berbeda dengan perusahaan A. Menurut MM investor dalam perusahaan B akan mampu
memperoleh keuntungan yang sama tanpa peningkatan resiko keuangan dengan cara
menginvestasikan dananya pada perusahaan A. Transaksi arbitrase ini terus berlangsung
sampai membuat nilai total kedua perusahaan sama. Misalnya seorang investor memiliki
5% saham di perusahaan B, maka langkah-langkah yang dilakukan oleh investor tersebut
adalah sebagai berikut :
Arbitrase adalah proses penjualan aktiva (saham) yang dinilai terlalu tinggi dan
pembelian aktiva yang dinilai terlalu rendah agar supaya terjadi keseimbangan di mana
semua aktiva dinilai secara wajar.
Contoh Lain :
Dua perusahaan sejenis A dan B. Perusahaan A tidak memiliki leverage atau
seratus persen modalnya terdiri atas modal sendiri, sedangkan perusahaan B memiliki
utang dalam bentuk obligasi 7,5% sebesar Rp 900.000.000. kedua perusahaan tersebut
memiliki laba sebelum bunga dan pajak [EBIT = Net Operating Income (NOI) sebesar
300.000.000. tingkat risiko kedua perusahaan yang ditunjukkan oleh standat deviasi laba
sebelum bunga dan pajak sama. Anggaplah bahwa sebelum terjadi proses arbitrase, biaya
modal sendiri kedua perusahaan sebagai tingkat kapitalisasi modal sendiri adalah k su = ksL
= 10%. Dengan kondisi semacam ini maka nilai kedua perusahaan tersebut adalah :
Perusahaan A Perusahaan P
Keterangan
(Unlevered Firm) (Levered Firm)
Laba operasi bersih (O) Rp. 300.000.000 Rp 300.000.000
Bunga utang (7,5%) (I) 0 Rp 67.500.000
________________________________________________________________________________________________________
16
E Rp 300.000.000
ke = Su=
Su 0.10
Su = 3.000.000.000
Vu = B + S
Vu = 0 + Rp 3.000.000.000
Vu = Rp 3.000.000.000
Rp 232.500.000
SL =
0,10
SL = Rp 2.325.000.000
VL = Rp 2.325.000.000 + Rp 900.000.000
VL = Rp 3.225.000.000
Dari perhitungan diatas tampak bahwa sebelum proses arbitrase, nilai perusahaan yang
meiliki leverage lebih tinggi daripada nilai perusahaan yang tidk memiliki leverage. MM
berpendapat bahwa ketidakseimbangan ini tidak mungkin akan terjadi. Untuk
membuktikan hal ini misalkan kita memiliki 10% saham perusahaan B yang memiliki
leverage, maka nilai pasar saham kita adalah 10% × Rp 2.325.000.000 atau sebesar
232.500.000. Menurut MM kita dapat memeroleh tingkat keuntungan total yang lebih
besar tanpa menghadapi risiko yang paling tinggi atau dengan risiko yang sama. Untuk
itu kita dapat:
Apabila tetap mempertahankan saham B dan kita memperoleh dana sebesar 10% ×
Rp 232.5000.000 = Rp 23.250.000.
Dengan cara semacam ini kita akan memperoleh keuntungan investasi sebesar 10%
dari saham perusahaan A (10% × Rp 300.000.000 = Rp 30.000.000) ditambah dengan
pendapatan bunga diatas kelebihan dana Rp 22.500.000 (7,5% × Rp 22.500.000 =
Rp1.687.500 ). Tetapi perlu dingat bahwa kita harus membayar bunga sebesar 7,50% atas
utang Rp 90.000.000 = Rp 6.750.000
Pada saat keseimbangan tercapai, nilai perusahaan A dan B serta biaya modal rata-
rata tertimbang akan sama. Degan demikian menurut Modigliani-Miller nilai perusahaan
dan biaya modal rata-rata tertimbang adalah independen terhadap struktur modal dalam
kondisi keseimbangan.
Batasan-batasan institusional
Batasan-batasan ini dimiliki oleh lembaga-lembaga yang membeli saham sering
membatasi proses arbitrase. Misalnya lembaga dana pensiun, perusahaan asuransi
dan lembaga pendidikan yang memiliki saham, tidaklah mudah untuk membuat
hutang. Lembaga-lembaga tersebut harus menjaga hutang dalam tingkatan yang tetap
“aman”. Di samping itu mereka juga tidak boleh begitu saja membeli saham
perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi. Dengan
demikian perusahaan-perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan
“kehilangan” pembeli saham (lembaga-lembaga tersebut).
Biaya-biaya transaksi
Biaya-biaya transaksi cenderung membatasi proses arbitrase. Arbitrase akan terjadi
jika biaya transaksi mencapai jumlah tertentu, di luar itu arbitrase tidak akan
memberikan keuntungan lagi akibatnya, perusahaan yang menggunakan leverage
akan memiliki nilai total yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diperkirakan.
________________________________________________________________________________________________________
19
PV = nilai sekarang
T = tariff pajak
B = nilai pasar utang/obligasi
Nilai perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan nilai perusahaan
yang tidak memiliki leverage ditambah dengan nilai perlindungan pajak (pajak
penghasilan perusahaan dikalikan dengan utang peusahaan).
VL = VU + PV Penghematan Pajak
VL = VU + T.B
Contoh :
Perusahaan A dan B memiliki laba bersih (net operating income) masing-masing sebesar
Rp 16.000.000,-. Perusahaan B memiliki hutang sebesar Rp 40.000.000,- dengan bunga
12%, sedangkan perusahaan A tidak memiliki hutang. Jika tarif pajak sebesar 40%, maka
diperoleh:
Perbedaan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham antara perusahaan A dan B
adalah = Rp 11.520.000-Rp 9.600.000 = Rp 1.920.000. Hal ini bisa terjadi karena
investor pada perusahaan B (pemegang obligasi) akan menerima pembayaran bunga
sebelum dikurangi pajak, sedangkan investor pada perusahaan A (pemegang saham) akan
menerima deviden setelah digunakan untuk membayar pajak sehingga investor
diperusahaan A akan menerima laba yang lebih kecil.
Mengacu pada contoh perusahaan A dan B diatas, jika biaya modal sendiri untuk
perusahaan A sama dengan perusahaan B sebesar 18%, dan biaya utang sebelum pajak
sebesar 12%, maka hitunglah besarnya nilai perusahaan B dan biaya modal ekuitasnya ?
Jika disusun secara lengkap, maka perbandingan nilai antara perusahaan yang tidak
menggunakan leverage (perusahaan A) dengan perusahaan yang menggunakan leverage
(perusahaan B) adalah sbb :
________________________________________________________________________________________________________
21
MODEL MILLER
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi pajak
untuk penghasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah :
Menurut Miller :
VL = VU + T.B
Dimana :
________________________________________________________________________________________________________
22
( 1 – Tc) (1 – Ts)
T = 1 - -----------------------
( 1 – Td)
Sehingga :
( 1 – Tc) (1 – Ts)
VL = VU + { 1 – [1 - -----------------------]} B
( 1 – Td)
Di mana:
Tc = pajak perusahaan (corporate Tax Rate)
Ts = pajak pribadi pada penghasilan saham (personal tax rate on stock income)
Td = pajak pribadi pada penghasilan obligasi (personal tax rate on bond income)
B = utang perusahaan
Jika tidak ada pajak, maka Tc = Ts = Td = 0, model Miller akan menjadi model MM
tanpa pajak yaitu VL = VU.
Jika tidk ada pajak pribadi, maka T s = Td = 0, model Miller akan menjadi model MM
dengan pajak yaitu VL = VU + T.B
Keuntungan dari penggunaan utang pada model Miller tergantung pada T c, Ts, Td dan
B
Karena pajak pada capital gains suatu saham biasanya dibayar belakangan atau
tertunda (pajak dibayar setelah saham terjual), pada umumnya Ts < Td
Kelemahan utama model Miller dan MM adalah mengabaikan faktor yang disebut
sebagai :
o Financial Distress
o Agency Costs
Financial Distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya
kebangkrutan (bankcruptcy costs) yang disebabkan oleh :
Selain itu, ancaman akan terjadinya financial distress juga merupakan biaya karena
manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan dari pada
________________________________________________________________________________________________________
23
membuat keputusan perusahaan yang baik. Ini termasuk “Indirect costs of financial
distress”.
Agency Costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan
menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang
saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency
problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan
melakukan tindakan yang merugikan kreditor. Misalnya perusahaan melakukan investasi
pada proyek-proyek yang beresiko tinggi. Ini jelas merugikan kreditor. Karena kreditor
menerima keuntungan yang tetap (bunga utang) berapapun keuntungan perusahaan. Ini
tidak sesuai dengan konsep “jika resiko bertambah, keuntungan bertambah”. Untuk
menghindari kerugian semacam ini biasanya kreditor melindungi diri dengan perjanjian-
perjanjian pada saat penandatanganan pemberian kredit (covenant). Covenant ini
merupakan klausul dalam perjanjian kredit yang mengurangi kebebasan perusahaan
dalam membuat keputusan. Ada dua macam covenant yaitu :
1. Negative Covenant
Yaitu batas-batas atau larangan-larangan tindakan yang perusahaan harus patuhi,
antara lain : batas deviden yang boleh dibayarkan, perusahaan tidak boleh
menjaminkan asset-assetnya kepada kreditor lainnya, perusahaan tidak boleh
melakukan merger dengan perusahaan lain, perusahaan tidak boleh menjual atau
menyewakan asset-assetnya tanpa persetujuan kreditor, dan perusahaana tidak
boleh menerbitkan obligasi tambahan yang berjangka panjang.
2. Postive Covenant
Merupakan perincian tindakan yang perusahaan harus patuhi. Antara lain :
perusahaan setuju untuk mempertahankan modal kerjanya pada suatu tingkatan
minimum, perusahaan harus menyerahkan laporan keuangan periodik terhadap
kreditor.
Agar covenant ditaati biasanya kreditor ikut memonitor perusahaannya. Biaya untuk
monitor ini dibebankan kepada perusahaan dalam bentuk bunga utang yang lebih tinggi.
________________________________________________________________________________________________________
24
Jika kita memasukkan pertimbangan financial distress dan agency costs kedalam
model MM dengan pajak, kita akan memperoleh model struktur modal berikut ini :
Semakin besar penggunaan utang (B), semakin besar keuntungan dari penggunaan
utang (leverage gain atau T.B), tetapi PV biaya financial distress dan PV agency costs
juga meningkat, bahkan lebih besar. Kesimpulannya adalah : penggunaan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut,
penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan
dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress dan
agency costs. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal, menunjukkan
jumlah utang yang optimal yang bisa diterima perusahaan.
Salah satu kelebihan dari model ini adalah didukung oleh beberapa studi penelitian
empiris. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki aktiva berwujud cukup besar
cenderung untuk menggunakan utang dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang memilki aktiva tak berwujud dalam jumlah besar meskipun
memiliki kesempatan untuk tumbuh lebih baik. Ini mudah dipahami karena sulit untuk
memperkirakan kinerja perusahaan yang katakanlah hanya memiliki goodwill sementara
tidak didukung aktiva berwujud yang cukup. Namun dalam praktek, rasio utang dalam
struktur modal sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Bagi
perusahaan lebih baik menggunakan utang secara konsisten, sesuai dengan rata-rata
industri yang memiliki tingkat resiko yang setara.
Terlepas dari pendekatan mana yang akan diambil untuk menentukan struktur
modal yang optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor
penting sebagai berikut :
besar dari pada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. Sebagai contoh
perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, dimana harga produknya sangat
berfluktuasi, maka aliran kasnya tidak stabil. Oleh sebab itu sebaiknya tidak
dibiayai dengan utang dalam jumlah besar.
2) Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar
dapat menggunakan utang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari
skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat
digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan
maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar
kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan
perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya
tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk
pembiayaan investasi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya
penelitian dan pengembangan. Semakin besar biaya penelitian dan
pengembangannya berarti semakin menjamin prospek pertumbuhan perusahaan
dimasa yang akan datang.
4) Kemampuan menghasilkan laba, kemampuan menghasilkan laba periode
sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan
laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan
sebelum menggunakan utang atau menerbitkan saham baru. Hal ini sesuai dengan
Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang
menggunakan pembiayaan dengan urutan pertama, laba ditahan, kemudian utang
dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang
biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen sedangkan yang
paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan.Pertimbangan lain karena biaya
langsung untuk pembiayaan dari dalam yaitu dari laba yang ditahan lebih murah
bila dibandingkan dengan biaya modal yang berasal dari penerbitan emisi saham
baru. Emisi saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar
mengintrespestasikan perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Emisi
saham baru juga tidak terlepas adanya informasi yang tidak simetris atau
asymmetric information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas
memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan
pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat seperti untuk diversifikasi
misalnya, maka penjualan saham baru justru akan mengakibatkan harga saham
turun.
5) Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan variabilitas laba
yang kecil akan memilki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban
tetap yang berasal dari utang. Ada kecenderungan bahwa penggunaan utang akan
memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
6) Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas
yang lebih besar pula.
________________________________________________________________________________________________________
26
7) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat
yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara umum kondisi yang paling
tepat untuk menjual obligasi atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar
sedang rendah dan pasar modal sedang bullish. Tidak jarang perusahaan harus
memberikan signal-signal dalam rangka memperkecil informasi yang tidak
simetris agar pasar dapat menghargai perusahaan secara wajar. Sebagai contoh
perusahaan membayar deviden sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang
prospek perusahaan dan kemudian menjual obligasi. Strategi itu diharapkan dapat
meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Alternatif lain adalah
perusahaan segera mengumumkan setiap keberhasilan dalam hal research and
development dan secara konsisten serta kontinyu memberikan informasi yang
relevan ke pasar.
1) Jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan
saham baru tetapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut
dinikmati current stockholder), dan
2) Jika prospek perusahaan kurang baik, manajemen menerbitkan saham baru untuk
memperoleh dana (ini akan menguntungkan current stockholder karena tanggung
jawab mereka berkurang).
Masalahnya adalah para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat
penawaran saham baru sebagai sinyal (pertanda) berita buruk sehingga harga saham
perusahaan cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal
sendiri menjadi tinggi. Rata-rata tertimbang biaya modal (Weighted Average Cost of
Capital) semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun.
Hal ini mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada
menerbitkan saham baru.
Rp 2.500.000.000 0%
Rp 5.000.000.000 2%
Rp 7. 500.000.000 4%
Rp 10.000.000.000 8%
Rp 12.500.000.000 15 %
Rp 15.000.000.000 30 %
Rp 20.000.000.000 70 %
Jawaban
a) Biaya modal sendiri (KS) dicari dengan dalil teori MM dengan pajak.
EBIT (1-T)
Vu =
ksu
Vu = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang
ksu = biaya modal sendiri untuk perusahaan yang tidak menggunakan utang
Rp 2.000.000.000 (1-0,20)
Rp 16.000.000.000 = ---------------------------------
ksu
Rp 16.000.000.000
ksu = ------------------------
Rp 1.600.000.000
ksu = 10%
Dimana :
P = Probabilitas financial distress,
C = Presnt value biaya financial
Rp 12.500.000.000
- Struktur modal (D/V) optimal = = 70,42 %
Rp 17.750.000.000
Biaya modal 0 %
Vl
________________________________________________________________________________________________________
30
Soal 2:
Perusahaan P.T.A dan P.T.B sama persis kecuali bawah P.T.A tidak menggunakan
hutang sedangkan P.T.B mempunyai hutang sebesar 100.000.000 dengan bunga
10%.Asumsikan bahwa semua asumsi MM terpenuhi,EBIT perusahaan rp 40.000.000
dan biaya modal sendiri perusahaan A adalah 20%.Asumsi baru khusus untuk pertanyaan
3:Investor di kenai pajak penghasilan dari hutang (Td) dan paajak penghasilan untuk
saham (Ts) masing masing sebesar 15 % dan 10 %.Selain itu perusahaan tetap di kenakan
20% (Tc).
3.Teori Miller:
a) berapa nilai kedua perusahaan menurut teori Miller?
b) Berapa keuntungan dari penggunaan hutang ?
c) Jika Tc=Ts=Td=0,berapa Vldan keuntungan penggunaan hutang?
d) Jika Ts=Td=0,berapa Vl dan keuntungan penggunaan hutang?
e) Jika Td=Ts=15% serta Tc=20%, berapa Vl dan keuntungan penggunaan hutang?
Jawaban:
Vu =
=
________________________________________________________________________________________________________
31
= Rp 200.000.000
= . 30% + . 10%
= 20%
Vu =
Vu=
Vu=Rp 160.000.000
VL = Vu + T.D
VL =Rp 160.000.000 + (0,20) (Rp 100.000.000)
VL =Rp 180.000.000
________________________________________________________________________________________________________
32
Nilai perusahaan A hanya Rp 160.000.000, lebih rendah dari nilai perusahaan B yang
sebesar Rp 180.000.000. Perbedaan Rp 20.000.000 disebabkan karena penggunaan Rp
100.000.000 Utang memberikan penghematan pajak sebesar Rp 20.000.000.
Catatan:
VL = Rp 180.000.000,
D = Rp 100.000.000,
Biaya modal sendiri untuk perusahaan A adalah 20% dan biaya modal sendiri untuk
perusahaan B adalah 30%.
= 17,77%
Catatan;
ks yang digunakan kSL.
- Biaya modal perusahaan B lebih rendah sehingga nilai perusahaan B lebih tinggi.
Nilai perusahaan P :
VL =
= Rp 180.000.000.
3. Model Miller
________________________________________________________________________________________________________
33
Rp 40.000.000 (1 – 0,20) (1 – 0)
= ------------------------------------------
0,20
(1 - Tc) (1 – Tg)
VL = Vu + [1 - -------------------- D]
(1 – 0,15)
(1 – 0,20) (1 – 0,10)
= 144.000.000 + [1 - -------------------------- Rp 100.000.000]
(1 – 0,15)
VL = 159.300.000
d. MM dengan pajak
VL = Rp 180.000.000 dan keuntungan penggunaan pajak = Rp 180.000.000 –
Rp 160.000.000 = 20.000.000.000.
(1 - Tc) (1 – Tg)
e. VL = Vu + [1 - -------------------- B]
(1 – Td)
VL = Vu + Tc. B
Dari data diatas hitunglah nilai pasar perusahaan dan biaya modalnya serta tentukanlah
struktur modal yang optimal.
Penyelesaiannya:
Dari perhitungan di atas dapat dikemukakan struktur modal yang optimal adalah
alternatif 2, karena menghasilkan nilai perusahaan yang lebih besar dengan biaya
modal yang relatif lebih kecil.
Dari data di atas hitunglah nilai pasar perusahaan dan biaya modal masing-masing
struktur modal serta struktur modal yang optimal.
4. PT Sumber Makmur dan PT Sumber Rejeki identik dalam segala hal, kecuali bahwa
PT Sumber Makmur tidak mempunyai leverage, sedangkan PT Sumber Rejeki
mempunyai obligasi yang beredar sebesar Rp. 2.000.000.000,00 dengan bunga 12%.
Tidak ada pajak, dan pasar modal dianggap sempurna. Nilai kedua perusahaan
tersebut adalah sbb :
___________________________________________________________________
Keterangan PT Sumber Makmur PT Sumber Rejeki
Laba operasi bersih Rp. 600.000.000 Rp. 600.000.000
Bunga utang 0 Rp. 240.000.000
------------------------- ------------------------
Laba bagi pemegang shm biasa Rp. 600.000.000 Rp. 360.000.000
Tingkat kapitalisasi ekuitas 0,15 0,16
-------------------------- ------------------------
Nilai pasar saham Rp. 4.000.000.000 Rp. 2.250.000.000
Nilai pasar utang 0 Rp. 2.000.000.000
------------------------- -------------------------
5. PT Retalindo Perkasa mempunyai laba sebelum bunga dan pajak sebesar Rp.
100.000.000,00 Saat ini perusahaan tersebut dibelanjai seluruhnya dengan ekuitas. PT
Retalindo Perkasa dapat menerbitkan utang sebesar Rp. 300.000.000,00 dengan
tingkat bunga 12% untuk membeli kembali sahamnya. Dengan cara demikian
perusahaan melakukan rekapitalisasi. Dalam kasus ini, diasumsikan tidak pajak
perorangan. Tentukan :
a. Apabila tingkat pajak perusahaan adalah 36%, berapa laba bagi semua pemegang
surat berharga jika perusahaan tersebut tetap dibiayai seluruhnya dengan ekuitas ?
Jika perusahaan itu direkapitalisasi ?
a. Berapa nilai tunai perlindungan pajak dari utang ?
b. Tingkat kapitalisasi ekuitas untuk saham perusahaan tersebut adalah 20%,
sementara perusahaan itu tetap dibiayai seluruhnya dengan ekuitas. Berapa nilai
perusahaan itu ? Berapa nilai perusahaan itu jika direkapitalisasi ?
6. PT Indosakti Motor mempunyai laba operasi bersih sebesar Rp. 100.000.000,00 dan
utang Rp.200.000.000,00 dengan beban bunga sebesar 12%. Andaikata tidak ada
pajak, tentukan :
b. Berapa hasil pengembalian yang akan anda terima dalam rupiah seandainya anda
menginvestasikan jumlah uang yang sama di PT Sumber Rejeki (yang
mempunyai EBIT yang sama dengan PT Sumber Makmur) ? Berapa persentase
saham PT Sumber Rejeki yang akan anda miliki ? Berapa tingkat kapitalisasi
ekuitas yang tersirat dari PT Sumber Rejeki ? Apakah berbeda dari PT Sumber
Makmur ?