Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

“ RUANG LINGKUP ORGANISASI SEKTOR PUBLIK”

Dosen Pengempu:
Dosen: Nyoman Ayu Wulan Trisnadewi, S.E., M.Sc.

Disusun Oleh:

1. Luh Dewi Antari NIM: 2257023020


2. Ni Komang Paramita Oktaviani NIM: 2257023025

JURUSAN AKUNTANSI DAN EKONOMI


FALKUTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatNya kita dapat menyelasaikan makalah tentang “Ruang Lingkup Organisasi
Sektor Publik” dengan tepat pada waktunya. Dalam pembahasan makalah kali ini,
kami akan menjelaskan materi dengan lengkap dan agar mudah dipahami dengan
seksama.

Untuk itu dalam materi yang kami jelaskan jika ada kesalahan kata yang
kurang dimengerti, kami mohon maaf serta kami akan memperbaiki dan
menjadikan pembelajaraan kedepannya. Diharapkan makalah yang kami buat ini
akan bermanfaat dan menambah wawasan untuk pembaca. Tidak lupa untuk
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu dosen selaku pengampu mata kuliah Pratikum Akuntansi Sektor Publik,
yaitu Ibu Nyoman Ayu Wulan Trisnadewi, S.E., M.Sc.
2. Rekan penulis yang membantu proses pembuatan makalah dengan tepat
waktu. Penulis menyadarai bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekuarangan.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca guna untuk
menyempurnakan makalh ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Singaraja, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik ........................................................ 3
2.2 Karakteristik Organisasi Sektor Publik .................................................... 4
2.3 Sejarah Perkembangan Organisasi Sektor Publik .................................... 5
2.4 fitur ideologi dalam Manajemen Sektor Publik (Reinventing
Government) ........................................................................................................ 6
2.5 Keuangan Daerah Pra dan Pasca Reformasi UU 22 Tahun 1999 ............ 9
2.6 Implementasi Reinventing Government di Indonesia. ............................ 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13
3.2 Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat yang mempelajari bidang sektor publik yang masih bingung
dalam memahami area sektor publik dan batasan-batasannya dengan sektor
bisnis atau swasta. Ada sebagian yang berpendapat bahwa sektor publik adalah
semua organisasi di lingkungan pemerintahan. Ada lagi yang tersesat dengan
pemahaman yang tidak tepat dimana mereka berpendapat bahwa sektor publik
adalah identik dengan organisasi nirlaba. Beberapa yang lain mengartikan
sektor publik sebagai entitas yang bergerak di bidang sosial. Berbagai pendapat
tersebut, perlu disamakan pemahamannya agar kajian dan pembahasan dengan
objek sektor publik dapat diterima secara umum dalam perpektif global.
Definisi Akuntansi sektor publik mengemas dan mengerahkan
pemahaman pembaca pada realitas dan fenomena akuntansi sektor publik baik
konsep maupun tataran praktik. Organisasi sektor publik dari hari ke hari
senantiasa dituntut untuk bekerja secara akuntabel dengan mengedepankan
kejujuran dan profesionalisme dalam segala hal, baik itu SDM, pengelolaan,
dan yang terpenting lagi adalah manajemen keuangan sesuai dengan tujuan
keberadaan dan pengembangan akuntansi sektor publik dari waktu ke waktu.
Dalam makalah ini akan menjelasakan secara umum bagaimana gambaran
Organisasi Sektor Publik dan ruang lingkup yang ada dalam organisasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Sektor Publik?
2. Bagaimana karakteristik dari Organisasi Sektor Publik?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan Organisasi Sektor Publik?
4. Bagaimana fitur ideologi dalam Manajemen Sektor Publik (Reinventing
Government)?
5. Bagaimana Keuangan Daerah pra dan pasca reformasi UU 22/ 99?
6. Bagaimana Implementasi dari Reinventing Government di Indonesia?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai pengertian Organisasi Sektor Publik tersebut.
2. Untuk mengetahui karakteristik dari Organisasi Sektor Publik.
3. Untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah dan perkembangan
Organisasi Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui mengenai fitur ideologi apa yang ada dalam Manajemen
Sektor Publik (Reinventing Government).
5. Untuk mengetahui mengenai Keuangan Daerah pra dan pasca reformasi UU
22/ 99.
6. Untuk dapat mengetahui bagaimana implementasi yang terdapat pada
penelitian mengenai Reinventing Government di Indonesia saat ini.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan tersebut, maka manfaat yang dapat diperoleh yaitu
dapat menambah wawasan tentang bagaimana ruang lingkup Organisasi Sektor
Publik, serta dapat memberi ilmu tentang fitur ideologi dalam Manajemen
Sektor Publik (Reinventing Government).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik
Secara garis besar, organisasi adalah kelompok orang yang secara
bersama-sama ingin mencapai tujuan. Sedangkan sektor publik sering
didefinisikan sebagaisuatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan
penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik. Jadi,
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berorientasi pada
kepentingan publik. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem
perekonomian negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Institusi pemerintahan, partai politik, sekolah, rumah sakit
merupakan organisasi sektor publik (Nordiawan, 2009). Pelayanan terhadap
masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor publik. Karena
orientasinya pada kepentingan publik maka organisasi ini biasanya tidak
berorientasi pada laba sebagai tujuan akhirnya. Namun sebagai sebuah
organisasi, proses manajemen tetap berjalan dalam organisasi sektor publik.
Kegiatan perencanaan, pengendalian biaya serta evaluasi tetap dijalankan di
organisasi sektor publik seperti halnya di sektor swasta.
Pertanggungjawaban dan pelaporan organisasi sektor publik memiliki
acuan khusus. Untuk pemerintah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan rujukan nasionalnya adalah International Public
Sector Accounting Standard. Rujukan lain yang sering digunakan adalah
standar akuntansi pemerintah USA yaitu Government Accounting Standard.
Rujukan IPSAS lebih banyak digunakan karena sifatnya yang lebih umum
dan tidak dipengaruhi oleh bentuk organisasi pemerintah negara tertentu.
Sedangkan standar USA tentunya akan sangat diwarnai dengan sistem
pengelolaan keuangan dan pelaksanaan jalannya pemerintahan.
Karakter organisasi sektor publik menunjukkan variasi sosial, ekonomi,
politik dan karakteristik menurut undang-undang. Aktivitas organisasi sektor
publik amat beraneka ragam. Kondisi organisasi sektor publik amat mandiri,
atau lepas dari mekanisme murni pasar.

3
Dalam praktiknya definisi organisasi sektor publik adalah organisasi
yang menggunakan dana masyarakat, sehingga perlu melakukan
pertanggungjawaban kemasyarakat.
Di Indonesia, Akuntansi Sektor Publik mencakup beberapa bidang
utama,yakni:
a. Akuntansi Pemerintah Pusat
b. Akuntansi Pemerintah Daerah
c. Akuntansi Parpol dan LSM
d. Akuntansi Yayasan
e. Akuntansi Pendidikan dan Kesehatan
f. Akuntansi Tempat Peribadatan.

2.2 Karakteristik Organisasi Sektor Publik


Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap,
baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya
baik jasmani maupun rohani.
Aktivitas Pelayanan publik (publik services) seperti dalam
bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan
hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan.
Sumber Pembiayaan Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak
dan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman
pemerintah,serta pendapatan lain-lain yang sah dan
tidak bertentangan dengan perundangan yang
berlaku.
Pola Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui
Pertanggungjawaban lembaga perwakilan masyarakat seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD)
Kultur Organisasi Bersifat birokratis, formal dan berjenjang

4
Penyusunan Anggaran Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan
program. Penurunan program publik dalam anggaran
dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh
masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari
masyarakat di DPR, DPD, dan DPRD.
Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para
pegawai organisasi, para kreditor, para investor,
lembaga-lembaga Internasional termasuk lembaga
donor Internasional seperti Bank Dunia, IMF
(Internasional Monetary Fund), ADP (Asian
Development Bank), PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa, UNDP (United Nations Development
Programme), USAID, dan Pemerintah luar negeri.

2.3 Sejarah Perkembangan Organisasi Sektor Publik


Sejak awal 1990-an, paradigma diberbagai negara bergeser dari
pemerintah formal (rulling government), menuju ke tata pemerintah yang baik
(good governance), dalam rangka menempatkan administrasi pemerintah
menjadi lebih berhasil dan berdaya guna bagi setiap warga masyarakat.
Sebenarnya sejarah organisasi sektor publik telah dimulai sejak ribuan
tahun yang lalu. Bahkan dalam bukunya, Vernon Kam (1989) mengilustrasikan
keberadaan praktik akuntansi sektor publik sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Praktik tersebut dihasilkan dari berbagai interaksi antar warga masyarakat dan
berbagai kekuatan sosial kemasyarakatan. Kekuatan sosial masyarakat yang
umumnya berbentuk pemerintahan organisasi sektor publik ini,
diklasifikasikan dalam:
a. Semangat kapitalisasi
b. Peristiwa politik dan ekonomi
c. Inovasi Teknologi
Pada akhir abad 18, terjadi perubahan mendasar dalam aturan bisnis.
Inisiatif individu menjadi lebih dihargai dan diberi peluang seluas-luasnya.
Akibatnya,revolusi industri muncul di Inggris.

5
Praktik akuntansi sektor publik dapat dikatakan berkembang lebih
lambat diabad ke 19 dan 20. Interpretasi yang sah mulai muncul dengan
menyamakan akuntansi sektor publik sebagai proses pencatatan pajak yang
dipungut pihak pemerintah. Di Inggris, penekanan ini dinyatakan dalam
penunjukkan pejabat public sebagai penanggung jawab pengumpulan pajak,
sekaligus pembelanjaan dana kerjaan. Satu-satunya perkembangan di masa itu
adalah dimulainya praktik audit atas dana pemerintah.
Pada tahun 1832 dibentuk komisi audit yang melaporkan ke Dewan
Perwakilan Rakyat tentang pelaksanaan pengeluaran dana. Kedekatan para-
auditor dan para pejabat terbilang amat erat. Berbagai bukti sejarah
menunjukan praktik akuntansi sektor publik.

2.4 fitur ideologi dalam Manajemen Sektor Publik (Reinventing Government)


1. Pemahaman tentang Reinventing Government
Konsep Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government)
pertama kali disampaikan oleh David Osborne dan Ted Gaebler.
Menurut Osborne dan Gaebler, mewirausahakan birokrasi berarti
mentransformasikan semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Oleh
karena itu, pemahaman atas cara-cara mewirausahakan birokrasi
Pemerintahan harus dikuasai oleh aparat birokrasi. (Gaebler, 2008).
Konsep reinventing government, apabila diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia konsep ini berarti menginventarisasikan lagi kegiatan
pemerintah.
Re-inventing diartikan sebagai penemuan kembali, atau dapat
diinterpretasikan sebagai interpreneur. Sedangkan pengertian
government diartikan sebagai pemerintahan, yaitu suatu kewenangan
kekuasaan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan untuk
kesejahteraan rakyat. Untuk itu pula suatu pemerintah mengemban
tugas untuk membangun suatu negeri meliputi infrastruktur, pelayanan
umum, pelayanan sosial, pengaturan pembangunan fisik, sosial dan
ekonomi, sampai dengan menentukan kebijakan politik. Sedangkan
government diartikan sebagai pemerintahan, yaitu suatu kewenangan

6
kekuasaan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan untuk
kesejahteraan rakyat. Untuk itu pula suatu pemerintah mengemban
tugas untuk membangun suatu negeri meliputi infrastruktur, pelayanan
umum, pelayanan sosial, pengaturan pembangunan fisik, sosial dan
ekonomi, sampai dengan menentukan kebijakan politik.
Dapat disimpulkan, pengertian reinventing government,
ditafsirkan sebagai pengaturan kembali system pemerintahan dengan
cara baru yang inovatif (Kewirausahaan). Pola pemerintahan lama yang
birokratis, dinilai tidak effisien dalam perkembangan zaman, sehingga
perlu disusun kembali dengan melakukan pemangkasan birokrasi.

2. Prinsip-Prinsp dari Reinventing Government


Menurut Osborne dan Gaebler dalam bukunya yang berjudul
Reinventing Government, sepuluh prinsip mewirausahakan birokrasi
adalah sebagai berikut:
a. Pemerintahan katalis (Catalytic Government: SteeringRather
Than Rowing). Pemerintah berfokus pada pemberian
pengarahan.
b. Pemerintah milik masyarakat (Community-Owned
Government: (Empowering Rather Than Serving). Pemerintah
hendaknya lebih berorientasi untuk memberdayakan masyarakat
tidak sekedar melayani.
c. Pemerintah yang kompetitif (Competitive Government:
Injecting Competition into Service Delivery). Pemerintah perlu
memunculkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
publik.
d. Pemerintah yang digerakkan oleh misi (Mission-Driven
Government: Transforming Rule-Driven Organizations).
Mengubah organisasi yang digerakan oleh peraturan menjadi
organisasi yang digerakan oleh misi.

7
e. Pemerintahan yang berorientasi hasil (Results-oriented
government: Funding Outcomes, Not Inputs). Pemerintah
berorientasi hasil mampu membiayai hasil bukan masukan.
f. Pemerintahan berorientasi pada pelanggan (Costumer-Driven:
Meeting the Needs of the Costumer, Not the bureaucracy).
Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.
g. Pemerintahan wirausaha (Enterprising Government: Earning
Rather than Spending). Menciptakan pendapatan dan tidak
sekedar membelanjakan.
h. Pemerintah antisipatif (Anticipatory Government: Prevention
Rather than Cure). Berupaya mencegah daripada mengobati.
i. Pemerintah desentralisasi (Decentralized Government: From
Hierarchy to Participation and Team Work). Dari hierarkhi
menuju partisipatif dan kerja tim.
j. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar (market-
Oriented Government: Laveraging Change Through the
Market). Mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar
(sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif
(sistem prosedur pemaksaan).

Dari prinsip reinventing government yang disampaikan David


Osborne, maka terkandung 5 prinsip yang merupakan intinya, yaitu:

1) Steering, dalam hal ini pemerintah memfasilitasi dan mengarahkan


tuntutan dan keinginan masyarakat dan memformulasikannya
dalam bentuk peraturan. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatannya
secara fisik, diserahkan pada masyarakat atau kepada swasta.
2) Empowering, pemerintah menitik beratkan pada pemberdayaan
masyarakat agar kapasitas masyarakat dapat meningkat, sehingga
dapat berkiprah dalam kegiatan pembangunan. Masyarakat yang
membangun untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, akan lebih
berdedikasi dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
pembangunan.

8
3) Meeting the need of the consumer, not the beureaucracy,
pemerintah harus dapat memahami kebutuhan masyarakat sebagai
pelanggan karena tugas pemerintah sebagai penyedia layanan
publik. Dengan demikian, tuntutan kualitas produk juga ditentukan
masyarakat.
4) Earning, ini bentuk penghematan anggaran belanja pemerintah,
yaitu lebih mengutamakan penghasilan dari pada pembelanjaan.
Oleh karena itu, sebagian tugas pemerintah dilimpahkan kepada
lembaga non pemerintah, sehingga struktur organisasi pemerintah
menjadi ramping.
5) Prevention, pemerintah antisipatif, yaitu melakukan kebijakan dan
tindakan yang sifatnya antisipatif karena pencegahan adalah lebih
baik dari pada perbaikan.

2.5 Keuangan Daerah Pra dan Pasca Reformasi UU 22 Tahun 1999


Kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang “mereformasi”
berbagai hal, termasuk pengelolaan Keuangan Daerah. Reformasi tersebut
awalnya dilakukan dengan mengganti Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dengan UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 25 1999 yang
menggantikan UU Nomor 32 Tahun 1956 mengenai keuangan keuangan
negara dan daerah.
A. Manajemen Keuangan Daera di Era Prareformasi
Manajemen atau pengelolaan keuangan daerah di era prareformasi
dilaksanakan terutama berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pengertian Daerah adalah daerah
tingkat I yaitu provinsi, dan daerah tingkat II yaitu kabupaten atau kota
madya.
Ciri pengelolaan keuangan daerah di era prareformasi, antara lain:
1) Pengertian pemda adalah kepala daerah dan DPRD.
2) Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari pertanggungjawaban
kepala daerah.

9
3) Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas:
a) Perhitungan APBD
b) Nota Perhitungan
c) Perhitungan kas dalam pencocokan antara sisa perhitungan.
4) Pinjaman, baik pinjaman pemda maupun pinjaman BUMD.
5) Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD adalah pemda
yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD, belum melibatkan
masyarakat.
6) Indikator kinerja pemda mencakup:
a) Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
b) Perbandinagn antara standar biaya dengan realisasinya
c) Target dan persentase fisik proyek
7) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan
Laporan Perhitungan APBD.

B. Manajemen Keuangan Daerah di Era (Pasca) Reformasi Periode 1999-


2004
Era reformasi ditandai dengan pergantian dari Orde Baru kepada Orde
Reformasi pada tahun 1998. Dalam manajemen keuangan daerah, reformasi
ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Untuk merealisasikannya
pemerintah pusat mengeluarkan dua peraturan yaitu UU Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Manajemen keuangan daerah di era reformasi memiliki karakteristik yang
berbeda dari pengelolaaan keuangan daerah di era prareformasi, seperti:
1. Pengertian daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten. Istilah
pemda tingkat I dan II sera kota madya tidak lagi digunakan.
2. Pengertian pemda adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya.
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban
kepala daerah.
4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri
atas:
a. Laporan Perhitungan APBD

10
b. Nota Perhitungan APBD
c. Laporan Aliran Kas
d. Neraca Daerah
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos Pendapatan, tetapi
masuk dalam pos Peneriman.
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain
pemda yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda tidak hanya mencakup:
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
b. Perbandingan antara standar biaya dan realisasinya
c. Target dan persentase fisik proyek tetapi juga meliput
standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun
anggaran yang bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan daerah. Secara umum,
terdapat empat pergeseran dalam pengelolaan anggaran daerah,
yaitu:
a) Dari vertical accountability menjadi harizontal
accountability.
b) Dari traditional budget menjadi performance budget.
c) Dari pengendalian dan audit keuangan, ke pengendalian dan
audit keuangan serta kinerja.
d) Lebih menerapkan konsep value for money. reformasi
keuangan daerah. Selanjutnya, reformasi terus berlangsung
dan perubahan kembali terjadi.

C. Reformasi Lanjutan Periode 2004-Sekarang


Sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang Keuangan Negara,
yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka
sebagai konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan

11
perundangan sebelumnya. Dalam kaitan pemerintahan pengelolaan
keuangan daerah, maka diterbitkan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai
pengganti UU Nomor 25 Tahun 1999. Selain itu muncul pula peraturan
perundangan yang diamanatkan oleh UU terdahulu, seperti PP Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.6 Implementasi Reinventing Government di Indonesia.


Menurut sumber yang kami baca melalui media internet dari (Megha
Azhari, 2020) dalam penelitiannya tersebut menggunakan metode kajian
Pustaka. Hasil penelitiannya mengenai Reiventing Government dalam konteks
yang berlaku di Indonesia, usaha mengimplementasikan konsep reinventing
government ini akan mendapatkan banyak kendala. Hal ini karena model
birokrasi di Indonesia dicirikan oleh model birokrasi patrimonial, birokrasi
rente, dan bureaucratic polity. Jika dirunut kembali dengan seksama, model-
model birokrasi seperti ini sangat bertentangan dengan model birokrasi
wirausaha. Oleh karena itu, usaha mewirausahakan birokrasi tidak akan dapat
dilakukan dengan baik tanpa terlebih dahulu menghancurkan model birokrasi
yang lama. Untuk itu, diperlukan komitmen yang kuat dari elit politik. Selain
itu, hal ini juga dapat dilakukan dengan mendorong keterlibatan masyarakat
dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja birokrasi. Oleh karena itu,
program pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu agenda penting yang
harus dilakukan. Penguatan kelompok-kelompok kepentingan, dan lembaga-
lembaga swadaya masyarakat juga penting dilakukan karena kelompok-
kelompok ini dapat diharapkan menjadi pengawas kinerja birokrasi publik.
Media massa juga dapat diharapkan perannya dalam konteks menyediakan
informasi bagi masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki sumber
informasi yang cukup untuk mengambil tindakan-tindakan yang bersifat politis,
terutama dalam konteks penyikapannya terhadap kinerja birokrasi publik.
(Suryanto, 2019)

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian
negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Institusi
pemerintahan, partai politik, sekolah, rumah sakit merupakan organisasi sektor
publik. Karakter organisasi sektor publik menunjukkan variasi sosial, ekonomi,
politik dan karakteristik menurut undang-undang. Aktivitas organisasi sektor
publik amat beraneka ragam. Kondisi organisasi sektor publik amat mandiri,
atau lepas dari mekanisme murni pasar.

Sejak awal 1990-an, paradigma diberbagai negara bergeser dari pemerintah


formal (rulling government), menuju ke tata pemerintah yang baik (good
governance), dalam rangka menempatkan administrasi pemerintah menjadi lebih
berhasil dan berdaya guna bagi setiap warga masyarakat. reinventing
government, ditafsirkan sebagai pengaturan kembali system pemerintahan
dengan cara baru yang inovatif (Kewirausahaan). Pola pemerintahan lama yang
birokratis, dinilai tidak effisien dalam perkembangan zaman, sehingga perlu
disusun kembali dengan melakukan pemangkasan birokrasi.

3.2 Saran
Dalam sebuah karya tulis pasti ada kekurangan yang tidak disengaja.
Untuk itu ada beberapa materi yang kurang lengkap kami paparkan karena
dalam topik pembahasan ini hanya mencangkup hal yang umum saja.
Kedepannya kami akan berusaha memperbaiki semaksimal mungkin dan
senang hati menerima saran dan kritik dari pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azhri, M. (2020). IMPLEMENTASI REINVENTING GOVERNMENT. p. 18.


Bastian, P. I. (2018). Reinventing Government. In Lingkup Akuntansi Sektor
Publik. Jakarta.
Hasbar, M. (2015). Reformasi Manajemen Keuangan Sektor Publik. Akuntansi
Keuangan Sektor Publik.
Mahsun, M. (2018). Ruang Lingkup Organisasi beserta Karakteristiknya. In
Pengertian dan Ruang Lingkup Organisasi . Jakarta.
Majid, J. (2019). Akuntansi Sektor Publik. Sulawesi Selatan (Gowa): CV. Berkah
Utami.

14

Anda mungkin juga menyukai