Anda di halaman 1dari 30

1

Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penelitian.Tugas ini di buat dalam rangka
memenuhi tugas dan untuk memberi pengetahuan kepada pembaca dan sebagai referensi
kepada pembaca mengenai “Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Sistem Informasi Akuntasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan”.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu saya dalam proses pengerjaan tugas ini .

Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna .Oleh
karena itu, saya mengharapkan saran kritik yang bersifat membangun dari pembaca,
khususnya dari dosen pembimbing dan teman-teman mahasiswa.

Jember, 10 Mei 2018

Penulis
2

DAFTAR ISI

halaman
JUDUL................................................................................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 11
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 12
1.4 Manfaat.................................................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 13
2.1 Landasan Teori........................................................................................................ 13
A. Kualitas Laporan Keuangan........................................................................... 13
B. Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan............................................... 14
C. Sistem Informasi Akuntansi........................................................................... 15
2.2 Penelitian Terdahulu............................................................................................... 17
2.3 Kerangka Teoritis.................................................................................................... 17
2.4 Pengembangan Hipotesis........................................................................................ 17
A. Pemahaman Sap Terhadap Kualitas Laporan Keuangan............................. 17
B. SIA Terhadap Kualitas Laporan Keuangan.................................................. 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 20
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................... 20
3.2 Identifikasi Variabel................................................................................................ 20
3.3 Jenis Dan Sumber Data........................................................................................... 20
3.4 Metode Pengumpulan Data.................................................................................... 21
3.5 Populasi Dan Sampel.............................................................................................. 21
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................................... 22
A. Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan................................................... 22
B. Sistem Informasi Akuntansi.............................................................................. 23
C. Kualitas Laporan Keuangan............................................................................. 23
3.7 Instrumen Penelitian............................................................................................... 24
3.8 Uji Validitas Data.................................................................................................... 24
1. Uji Asumsi Klasik............................................................................................. 25
2. Uji Reliabilitas.................................................................................................. 25
3.9 Teknik Analisis Data............................................................................................... 25
1. Uji Asumsi Klasik............................................................................................. 25
3

2. Uji Hipotesis..................................................................................................... 27
3. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji-F)..................................... 28
4. Pengujian Koefisien Secara Parsial (Uji-T)...................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 30
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma
pembangunan nasional. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui
kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2001
Tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal itu pemerintah daerah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan berpedoman pada SAP, maka
diharapkan laporan keuangan daerah telah disajikan secara relevan dan handal
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Fenomena yang menjadi sorotan utama saat ini pada organisasi sektor publik
di Indonesia adalah tuntutan akuntabilitas dan transparansi atas lembaga-lembaga
publik baik di pusat maupun di daerah. Dalam organisasi pemerintahan, akuntanbilitas
publik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pemberian informasi dan atas aktifitas
dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
informasi tersebut. Mardiasmo (2002;87) menjelaskan bahwa akuntabilitas publik
sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap


pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi pemerintah, baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah semakin menguat, berkenaan dengan hal tersebut
penciptaan akuntabilitas publik harus dilaksanakan dalam sistem dan standar
akuntansi pemerintahan untuk dapat menciptakan Good Governance. Good
Governance sering diartikan sebagai pemerintahan yang baik dengan
menyelenggarakan manajemen pembangunan yang bertanggung jawab dan sejalan
5

dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
Investasi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, dan
menjalankan disiplin anggaran (Rukmi Juwita, 2013).

Undang-Undang No 17 tahun 2003, pasal 32 menegaskan bahwa Pemerintah


Daerah di haruskan menyampaikan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungJawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(disingkat APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (disingkat DPRD).
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah akan digunakan oleh beberapa
pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena
itu informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Huang et al, (1999)
dalam Sukmaningrum (2012;3) menyatakan bahwa informasi akan bermanfaat apabila
suatu informasi dapat mendukung pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh
para pemakai. Oleh karena itu pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan.

Undang-Undang No.17 tahun 2003 mengisyaratkan bahwa laporan


pertanggungjawaban pemerintah atau laporan keuangan pemerintah pada gilirannya
harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada
pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK di maksud adalah
dalam rangka pemberian pendapat (Opini) sebagimana diamanatkan oleh UU No 15
Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara.
Dalam rangka mengahasilkan laporan keuangan yang berkualitas laporan keuangan
pemerintah daerah harus memenuhi karakteristik kualitatif yang sebagaimana
disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, yakni relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami. Keempat kriteria tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi
terciptanya kualitas laporan keuangan yang baik sebagai bukti pertanggungjawaban
penggunaan anggaran dari pemerintah.
6

Dari hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah


yang berupa opini, BPK juga menerbitkan laporan hasil pemeriksaan atas Sistem
Pengendalian Intern (disingkat SPI) pada setiap entitas yang diperiksa. Temuan
berdasarkan klasifikasi Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang diungkapkan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2015 adalah sebanyak
471 temuan, 611 kasus senilai Rp76.137.144.644,41. Rincian penjelasan dapat dilihat
dalam tabel 1 berikut:

Jumlah Kasus dan Nilai Temuan Pemeriksaan LKPD TA menurut Klasifikasi Penyimpangan

No Klasifikasi Temuan Jumlah Kasus Nilai Temuan


1. Kerugian Negara 152 66.291.372.839,44
2. Potensi Kerugian 10 2.772.903.638,20
3. Kekurangan Penerimaan 32 7.072.868.166,77
4. Administrasi 91 0,00
5. SPI 326 0,00
6. 3E 0 0,00
Jumlah 611 76.137.144.644,41
Sumber: http://surabaya.bpk.go.id/wp-content/uploads/2017/11/IHPS-Jatim-I-2016-Net-
Cetak.pdf

Penemuan kasus-kasus tersebut di atas mengindikasikan bahwa masih ada


permasalahan dalam proses transformasi akuntasi sektor publik di Indonesia, harapan
atas berfungsinya Akuntansi dalam rangka mengurangi Korupsi dan Kolusi,
meningkatkan efisiensi dan efektitas serta mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara ternyata masih belum dapat menunjukan kontribusinya
secara maksimal.

Terkait dengan fenomena tersebut tentang Akuntabilitas dan Transparansi


melalui Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Jawa Timur. Pemeriksaan
Keuangan, menghasilkan laporan yang memuat opini atas kewajaran Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Pemeriksaan atas LKPD TA 2015 dihasilkan 29 opini
WTP dan 10 opini WDP, dimana di dalamnya Kabupaten Jember termasuk kedalam
deretan yang memperoleh opini WDP dan hasil ini masih belum sesuai dengan yang
7

diharapkan. Daftar opini atas LKPD TA 2015 untuk entitas di wilayah provinsi Jawa
Timur dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2: Opini atas LKPD TA 2015


No. Entitas Opini atas LKPD TA 2015
1. Prov. Jawa Timur WTP
2. Kab. Sidoarjo WTP
3. Kab. Surabaya WTP
4. Kab. Lamongan WDP
5. Kab. Gresik WTP
6. Kab. Bangkalan WDP
7. Kab. Pamekasan WTP
8. Kab. Sampang WDP
9. Kab. Sumenep WDP
10. Kab. Mojokerto WTP
11. Kota Mojokerto WTP
12. Kab. Ngawi WTP
13. Kab. Pacitan WTP
14. Kab. Bojonegoro WTP
15. Kab. Ponorogo WTP
16. Kab. Jombang WTP
17. Kab. Madiun WTP
18. Kota Madiun WTP
19. Kab. Tuban WTP
20. Kab. Magetan WTP
21. Kab. Malang WTP
22. Kab. Trenggalek WDP
23. Kab. Nganjuk WTP
24. Kab. Blitar WDP
25. Kab. Tulungagung WTP
26. Kota Batu WTP
27. Kota Blitar WTP
28. Kab. Kediri WDP
29. Kota Kediri WTP
30. Kota Malang WTP
31. Kota Pasuruan WDP
32. Kab. Pasuruan WTP
33. Kab. Lumajang WTP
34. Kota Probolinngo WDP
35. Kab. Probolinggo WTP
36. Kab. Jember WTP
37. Kab. Situbondo WDP
38. Kab. Bondowoso WTP
39. Kab. Banyuwangi WTP
Sumber: : http://surabaya.bpk.go.id/wp-content/uploads/2017/11/IHPS-Jatim-I-2016-Net-
Cetak.pdf
8

Selain Standar Akuntansi Pemerintah, penyusunan laporan keuangan juga


harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, seperti
Peraturan Presiden dalam hal kegiatan pengadaan (Perpres 54 Tahun 2010), Peraturan
Menteri Dalam Negeri dalam hal penganggaran (Permendagri 13 dan 59 serta 21),
Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait pengelolaan aset atau barang milik daerah
(permendagri 17) dan ketentuan-ketentuan terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah lainnya.

Berikut ini beberapa hasil penelitan terdahulu yang mengkaji mengenai


pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan
keuangan, penelitian yang dilakukan oleh Sri Jayani, Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintah di Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Sleman” (Jogya: Fakultas
Ekonomi UGM, 2006) merupakan penelitian ekspolarif dengan maksud
mengidentifikasikan praktek akuntansi yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah
Kabupaten Sleman. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktek di daerah
Kabupaten Sleman telah mengacu pada tata cara praktek akuntansi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu Standar Akuntansi Pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, pemakaian standar akuntansi ini cenderung
dilakukan karena dapat memperbaiki sitem yang sudah dipergunakan sebelumnya
sehingga informasi keuangan sebagai bahan bagi pengguna laporan keuangan menjadi
lebih akurat dan kesalahan dalam pengambilan keputusan bisa dihindarkan. Standar
Akuntansi Pemerintahan merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia,
Roesyanto (2007) menyatakan bahwa “rata-rata pemerintah daerah belum dapat
menyusun laporan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntasi Pemerintahan”. Dalam
Government Finance Review, kajian mengenai penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah juga dilakukan oleh Jeffrey L esser (1992) yang menganalasis mengenai
“GASB’s implementation of the new measurement focus and basis on accounting“
hasil pelaporannya menunjukan bahwa perubahan dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan sebagai dasar pelaporan keuangan akan terakses pada penurunan
kredibilitas laporan keuangan pemerintah dan kemampuannya untuk dipahami oleh
para pengguna, khususnya bagi entitas pelaporan yang belum sepenuhnya dapat
9

menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah yang baru. Penelitian yang dilakukan oleh
Wiwin Mulyani (2007) yang meneliti tentang pengaruh penerapan Standar Akuntansi
pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, Hasil penelitian
menunjukan terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.

Laporan keuangan pemerintah merupakan informasi yang sangat bermanfaat


bagi penggunanya, untuk menghasilkan informasi yang berkualitas baik, sebuah
organisasi harus mempunyai Sistem Informasi yang baik, sistem Informasi yang
bertujuan menghasilkan informasi keuangan disebut dengan Sistem Informasi
Akuntansi, hal ini berlaku baik untuk organisasi bisnis maupun organisasi sektor
publik seperti di Pemerintah Daerah (Laudon & Laudon, 2007). Sistem Informasi
Akuntansi mengacu pada Peraturan Pemerintah No 56 tahun 2005 yang direvisi oleh
Peraturan Pemerintah No 65 tahun 2010, aturan pelaksanaannya adalah Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 tahun 2006 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 59 Tahun 2007, Sistem ini berbasis pada jaringan komputer yang
mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara Satuan Kerja
Perangkat Daerah (di singkat SKPD) dengan Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (disingkat SKPKD) sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi
dengan baik.

Berikut ini beberapa hasil penelitan yang mengkaji mengenai pengaruh


penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwaniati Nugraheni dan Imam Subaweh (2008)
menunjukkan terdapat pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan di
Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional terhadap peningkatan kualitas
laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. Hasil
Penelitian Bambang Pamungkas (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara
positif dan signifikan dari penerapan akuntansi sektor publik terhadap kuaitas laporan
keuangan pemerintah. Nilai pengaruh penerapan akuntansi sektor publik terhadap
laporan keuangan menunjukkan bahwa implementasi akuntansi dalam bentuk
penerapan sistem dan teknik akuntansi, penyajian komponen laporan keuangan yang
sesuai dengan tujuan laporan keuangan sangat berdampak positif dalam menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
10

Laporan keuangan pemerintah merupakan informasi yang sangat bermanfaat


bagi penggunanya, untuk menghasilkan informasi yang berkualitas baik, sebuah
organisasi harus mempunyai Sistem Informasi yang baik, sistem Informasi yang
bertujuan menghasilkan informasi keuangan disebut dengan Sistem Informasi
Akuntansi, hal ini berlaku baik untuk organisasi bisnis maupun organisasi sektor
publik seperti di Pemerintah Daerah (Laudon &Laudon, 2007). Sistem Informasi
Akuntansi mengacu pada Peraturan Pemerintah No 56 tahun 2005 yang direvisi oleh
Peraturan Pemerintah No 65 tahun 2010, aturan pelaksanaannya adalah Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 tahun 2006 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 59 Tahun 2007, Sistem ini berbasis pada jaringan komputer yang
mampu menghubungkan dan mampu menangani konsolidasi data antara Satuan Kerja
Perangkat Daerah (di singkat SKPD) dengan Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (disingkat SKPKD) sehingga data di Pemerintah Daerah dapat terintegrasi
dengan baik.

Menurut Zimmerman (1997), Sistem InformasiAkuntansi memiliki peran yaitu


Sistem Informasi Akuntansi berperan dalam pengendalian keputusan. Jansen dan
Meckling (1992) membuktikan bahwa Sistem Informasi berhubungan dengan struktur
kewenangan formal dan peran pengendalian, struktur kewenangan formal
berhubungan dengan dua hal yaitu, penggunaan Sistem Informasi Akuntansi dengan
tujuan untuk pengendalian perilaku bawahan (peran pengendalian) dan penggunaan
Sistem Informasi Akuntansi untuk memudahkan pengambilan keputusan (peran
manajemen keputusan) pada tingkat sub unit.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis seberapa
besar pengaruh implementasi standar akuntansi pemerintahan dan sistem informasi
akuntansi secara parsial maupun simultan terhadap kualitas laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah standar akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan ?
2. Apakah sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan ?
11

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas
laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap kualitas laporan
keuangan

1.4 Manfaat
1. Bagi pengembangan ilmu akuntansi, diharapkan dapat dikembangkan lagi pada
penelitian-penelitian berikutnya baik dalam unit yang sama atu berbeda.
2. Bagi penulis, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
sistem informasi akuntansi, khususnya penjualan dan pengendalian piutang.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam
sistem informasi akuntansi dan dapat mengembangkannya dalam hal
pengendalian piutang ataupun faktor lain yang dapat dikaitkan dengan
penelitian ini.
12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


A. Kualitas Laporan Keuangan
Heizer & Render (2010;253) berpendapat bahwa kualitas adalah totalitas
fitur dan karakteristik dari produk atau jasa yang mengandalkan pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Review ata Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menjelaskan
bahwa Laporan Keuangan pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen
pemerintah yang menginvormasikan kepada pihak lain yaitu para pemangku
kepentingan (stakeholder), tentang kondisi keuangan pemerintah. Komponen
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah/Pusat sebagaimana tercantum dalam pasal
5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah setidak-tidaknya terdiri dari
Laporan Realisasi, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan.

Komite Penyempurnaan Manajemen dalam Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara selama satu periode. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun
untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan (Yuliani, dkk, 2010;19).

Agar suatu laporan keuangan dapat memberi manfaat bagi para pemakainya
maka laporan keuangan tersebut harus mempunyai nilai informasi yang
berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan menurut Hilton (2011;551)
dalam Setiyawati (2013;22) berpendapat bahwa tiga karakteristik informasi untuk
menentukan kegunaannya dalam pengambilan keputusan yaitu: relevan, akurat,
dan ketepatan waktu. Relevan dan akuratnya data hanya berharga jika mereka
tepat waktu yaitu, tersedia pada waktunya untuk mengambil keputusan. Kualitas
13

laporan keuangan tersebut tercermin dari karakteristik kualitatif. Menurut Komite


Standar Akuntansi Pemerintahan, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi agar
dapat memenuhi tujuannya. Prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu, relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

B. Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prnsip-prinsip akuntansi yang
ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan berpedoman pada SAP, maka diharapkan laporan keuangan pemerintah
daerah telah disajikan secara relevan dan handal sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
pemerintah daerah akan digunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai
dengan kebutuhan para pemakai. Huang et al, (1999) dalam Sukmaningrum
(2012,3) menyatakan bahwa informasi akan bermanfaat apabila suatu informasi
dapat mendukung pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh para pemakai.

Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang


disajikan dalam dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang terdapat di
dalam laporan keuangan daerah harus memenuhi beberapa karakteristik kualitatif
yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yakni relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami. Oleh karena itu, orang yang bertugas untuk
menyajikan laporan keuangan suatu instansi haruslah paham tentang aturan
ataupun standar pelaporan keuangan yang berlaku sehingga laporan keuangan
yang dibuat berkualitas dan sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut Ihsanti
(2014) bahwa laporan keuangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan oleh
bidang atau disiplin ilmu akuntansi.

C. Sistem Informasi Akuntansi (SIA)


Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 56 tahun 2005 tentang
sistem informasi keuangan daerah (SIKD) menyebutkan bahwa sistem informasi
14

keuangan daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan,


mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data
terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai
bahan pengambilan keputusan dalam rangka perencanaa, pelaksanaan, dan
pelaporan pertanggungjawaban pemerintah daerah. Sedangkan Informasi
Keuangan Daerah adalah segala informasi yang berkaitan dengan keuangan
daerah yang diperlukan dalam rangka penyelengaraan Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Yuliani, dkk, 2010;17). Dengan demikian sistem informasi
akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan sebagai suatu sistem
pengelompokan, penggolongan, pencatatan dan pemrosesan aktivitas keuangan
pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan sebgaai suatu informasi
yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah adalah
penerapan sistem informasi akuntansi tersebut oleh masing-masing SKPD dalam
proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Menurut la Midjan dan Azhar Susanto (2001) dalam Dwi (2013;16),


menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem
pengelolahan data akuntansi yang merupakan koordinasi dari manusia, alat dan
metode yang berinteraksi secara harmonis dalam suatu wadah organisasi yang
terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi
manajemen yang terstruktur pula. Menurut Zimmerman (1997) dalam Juwita
(2013;8), sistem informasi akuntansi memiliki peran yaitu berperan dalam
pengendalian keputusan. Jansen dan meckling (1992) dalam Juwita (2013;8),
membuktikan bahwa sistem informasi berhubungan dengan struktur kewenangan
formal dan peran pengendalian, struktur kewenangan formal berhubungan dengan
dua hal yaitu, penggunaan Sistem Informasi Akuntansi dengan tujuan untuk
pengendalian perilaku bawahan (peran pengendalian) dan penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi untuk memudahkan pengambilan keputusan (peran
manajemen keputusan) pada tingkat sub unit.

Menurut Tuasikal (2007) untuk menghasilkan informasi keuangan yang


bermanfaat bagi para pemakai, maka laporan keuangan harus disusun oleh
personel yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah dan
sistem informasi. Jadi pegawai pada bidang keuangan harus memiliki kompetensi
15

yang memadai, dalam hal ini iyalah pemahaman terhadap SAP ataupun menguasai
dan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi, selain itu harus mampu
menjalankan sistem komputerisasi demi mewujudkan laporan keuangan
pemerintah daerah yang berkualitas.

2.2 Penelitian Terdahulu


No. Peneliti Tahun Judul Hasil
Penelitian Penelitian Penelitian
1. Kusumah dan 2012 Pengaruh penerapan standar Hasil penelitiannya
Arif.A (2012) akuntansi pemerintahan menunjukkan bahwa penerapan
terhadap kualitas laporan standar akuntansi pemerintahan
keuangan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan
keuangan. Semakin baik standar
penerapan akuntansi
pemerintahan maka akan
semakin baik kualitas laporan
keuangan.
2. Ni Putu Yogi 2014 Pengaruh pemahaman Hasil dari penelitian ini
Merta Maeka standar akuntansi menunjukkan bahwa
Sari, I Made pemerintahan (SAP) dan pemahaman standar akuntansi
Pradana pemanfaatan sistem pemerintahan dan penerapan
Adiputa, dan informasi akuntansi sistem informasi akuntansi
Edy Sujana keuangan daerah terhadap berpengaruh positif dan
kualitas laporan keuangan signifikan terhadap kualitas
pemerintah daerah (studi laporan keuangan pemerintah
kasus pada dinas-dinas di daerah
pemerintahan kabupaten
jembrana)
3. Rukmi 2013 Pengaruh implementasi Hasil dari penelitian ini
Juwita standar akuntansi menunjukkan bahwa
pemerintahan dan sistem implementasi sistem informasi
informasi akuntansi akuntansi berpengaruh secara
terhadap kualitas laporan positif dan signifikan terhadap
keuangan kualitas laporan keuangan. Hasil
16

penelitian ini juga memberikan


bukti empiris bahwa sistem
informasi akuntansi
pemerintahan yang baik akan
meningkatkan kualitas laporan
keuangan pada pemerintah
kabupaten di provinsi jawa
barat.

2.3 Kerangka Teori

Standar Akuntansi
Pemerintahan (X1)
Kualitas Laporan
Keuangan (Y)
Sistem Informasi Akuntansi
(X2)

2.4 Pengembangan Hipotesis


A. Pemahaman SAP Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Penelitian Andriani (2010;18) memberikan bukti bahwa sumber daya
manusia berperngaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh
satuan kerja. Dengan demikian, pemahaman, skill, dan kemampuan pegawai bisa
mempengaruhi dari laporan yang akan mereka susun.
Pemahaman pegawai terhadap standar akuntansi pemerintahan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah diharapkan mampu
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Bukti adanya
pengaruh kemampuan sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan
juga dikemukakan oleh Rahmayanti (2012;21) yang mengemukakan bahwa
penempatan pegawai sesuai latar belakang pendidikannya, yaitu pegawai yang
berlatar belakang pendidikan ekonomi akuntansi sebagai staf penyususn laporan
keuangan akan menjadikan laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas.
Kualitas sebuah laporan keuangan merupakan gabungan dari kualitas bagian-
bagian dari laporan keuangan tersebut, salah satunya adalah kualitas dari neraca
dalam laporan keuangan. Berdasarkan konsep dan bukti empiris diperoleh dari
penelitian sebelumnya, hipotesis 1 yang di ajukan:
17

H1: Pemahaman standar akuntansi pemerintahan (SAP) berpengaruh signifikan


terhadap kualitas laporan keuangan

B. Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Teknologi informasi merupakan istilah umum yang menjelaskan teknologi
apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengkomunikasikan dan atau menyebarkan informasi. Teknologi informasi
adalah gabungan dari teknologi komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi
informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan
perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,
melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim informasi.

Penggunaan teknologi informasi yang tepat akan bisa mendukung


terwujudnya laporan keuangan yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan Juwita
(2013:19) memberikan bukti adanya pengaruh positif pemanfaatan teknologi
informasi terhadap kualitas laporan keuangan. Pemanfaatan teknologi informasi
yang meliputi teknologi komputer dan teknologi komunikasi dalam pengelolaan
keuangan daerah akan meningkatkan pemrosesan transaksi dan data lainnya,
keakurasian dalam perhitungan, serta penyiapan laporan dan output lainnya lebih
tepat waktu. Pemanfaatan teknologi informasi juga akan sangat membantu
mempercepat proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan
tersebut tidak tidak kehilangan nilai informasi yaitun ketepatan waktu.

Penelitian Upabayu dan Putra (2014;26) menunjukkan bahwa pemanfaatan


teknologi informasi atau sistem informasi akuntansi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan SKPD Kabupaten Gianyar.
Penelitian yang dilakukan Andriani (2010;28) juga menemukan bukti empiris
bahwa pemanfaatan teknolohi informasi berpengaruh signifikan terhadap ketepat
waktuan laporan keuangan. Ini menunjukkan bahwa teknologi informasi akan
meningkatkan ketepat waktuan laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan
konsep dan bukti empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya hipotesis 2
yang diperlukan:
H2: Pemahaman sistem informasi akuntansi signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang bertujuan
mendeskripsikan atau menguraikan secara tuntas dan jelas mengenai karakteristik
permasalahan atau fenomena yang di hadapi, dan penelitian yang bersifat verifikatif
yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel
melalui suatu pengujian hipotesis.

3.2 Identifikasi Variabel


a. Variabel Independent (X1) adalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
b. Variabel Independent (X2) adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
c. Variabel Dependent (Y) adalah Kualitas Laporan Keuangan

3.3 Jenis Dan Sumber Data


Data primer menurut Sukarmad (2000:34) dalam Dewi (2011) adalah sumber-
sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama dan data primer dalam
penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan dari responden, sedangkan data sekunder
merupakan data yang mengutip dari sumber lain dan didapat dari perusahaan berupa
sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya.

Jenis data yang digunakan peneliti pada penelitian mengenai pengaruh


pemahaman standar akuntansi pemerintahan dan penerapan sistem informasi
akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Jember
dengan kompetensi sumber daya manusia sebagai variabel moderasi adalah jenis data
primer, yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karekteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian
(responden).
19

Sumber data yang digunakan adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Pengumpulan data
primer ini yang dilakukan peneliti dengan menyebarkan kuesioner dan menerima data
langsung dari responden tanpa melaui perantara dengan memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah explanatory survey yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang
diteliti. Alasan peneliti memilih metode penelitian survey eksplanatori karena peneliti
ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu, yaitu fenomena yang
berkaitan dengan masalah masalah dan praktek-praktek dalam penelitian ini.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


penyebaran kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh responden
dengan memberikan tanda pada jawaban yang telah disediakan. Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup dan terstruktur, artinya jawaban pada setiap
pernyataan dan pertanyaan terikat pada sejumlah alternatif dan responden tidak
diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban selain jawaban jawaban yang
disediakan.

3.5 Populasi Dan Sampel


Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif,
karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap variabel
yang diwakilinya. Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian, atau
segala sesuatu yang mempunyai karekteristik tertentu. Dalam penelitian ini populasi
yang diteliti yaitu kantor DPKAD dan DISPENDA Kabupaten Jember.

Penelitian ini meneliti sebagian dari elemen elemen populasi. Metode ini
dinamakan metode sampel yaitu mengambil sebagian dari seluruh elemen populasi.
Sampel yang diambil diharapkan dapat mewakili populasi. Kriteria penentuan sampel
pada penelitian ini adalah Kepala Dinas, Sekretaris, Bendahara dan Staf Keuangan.

3.6 Definisi Operasional


A. Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
20

Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang


ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan berpedoman pada SAP, maka diharapkan laporan keuangan pemerintah
daerah telah disajikan secara relevan dan handal sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman standar


akuntansi pemerintahan iyalah kemempuan sumber daya manusia untuk
menerapkan standar – standar peleporan keuangan pemerintahan daerah sehingga
diharapkan laporan keuangan atau output dari instansi tersebut berkualitas dan
dapat diandalkan.

Dalam penelitian ini menggunakan variabel data primer yang berasal dari
kuesioner yang berisi 5 pernyataan diukur dengan menggunakan skala Likert 5
poin dari 5 sampai 1 untuk menyatakan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Berdasarkan PP 71 (2010), variabel pemahaman
standar akuntansi pemerintah diukur dengan indikator yaitu:
1) Memahami mengenai Neraca
2) Memahami mengenai laporan realisasi anggaran
3) Memahami mengenai laporan arus kas
4) Memahami mengenai catatan atas laporan keuangan
5) Memahami mengenai persediaan
6) Memahami mengenai investasi
7) Memahami mengenai asset tetap
8) Memahami mengenai kontruksi dalam pekerjaan
9) Memahami mengenai kewajiban
10) Memahami mengenai koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi
dan peristiwa luar biasa.
21

B. Sistem Informasi Akuntansi


Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa dan
mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan
bagi pihak luar perusahaan dan pihak ekstern (Anan, 2013).

Sehingga dapat dikatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu


kombinasi dari berbagai sumber daya yang dirancang untuk memproses data
akuntansi dan keuangan yang ada dan mengubahnya menjadi informasi yang
dibutuhkan perusahaan untuk pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel data primer yang berasal dari kuesioner yang berisi 5
pernyataan diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin dari 5 sampai 1 untuk
menyatakan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Variabel pemanfaatan sistem informasi akuntansi diukur dengan indikator yaitu
(Wilkinson et al. , 2000):
1) Sistem akuntansi sesuai SAP
2) Jaringan internet
3) Jaringan internet termanfaatkan dengan baik
4) Aplikasi yang digunakan
5) Laporan keuangan terkomputerisasi
6) Software susuai dengan UU

C. Kualitas Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. (Wikipedia, 2014). Karakteristik kualitatif (kualitas) merupakan suatu
ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pemakainya, baik internal maupun pihak eksternal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas laporan keuangan adalah ciri khas
yang harus dipenuhi supaya membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai. Adapun karakteristik laporan keuangan yang berkualitas meliputi:

Dapat dipahami, Relevan, Keandalan dan dapat diperbandingkan (Wikipedia,


2014). Dalam penelitian ini menggunakan variabel data primer yang berasal dari
kuesioner yang berisi 5 pernyataan diukur dengan menggunakan skala Likert 5
22

poin dari 5 sampai 1 untuk menyatakan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Variabel kualitas laporan keuangan daerah diukur
menggunakan indikator yaitu (Nur dan Noviany, 2014):
1) Aktivitas keuangan di masa lalu
2) Memprediksi masa yang akan datang
3) Ketepatwaktuan penyajian
4) Pengambilan keputusan
5) Disajikan wajar dan jujur
6) Informasi dapat dibandingkan
7) Informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami
8) Sesuai SAP

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuesioner. Adapun
kuisioner untuk mengukur variabel Pemahaman SAP adalah (X1), sistem informasi
akuntansi (X2) dan Kompetensi SDM (X3) digunakan kuesioner dengan alat ukur
menggunakan skala likert. Alternatif jawaban disusun berdasarkan lima kategori,
yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), dan
Sangat Setuju (SS). Demikian pula dengan variabel kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah (Y) juga dengan menggunakan kuesioner dan diukur dengan
menggunakan skala likert.

3.8 Uji Validitas Data


Ketepatan pengukuran dan pengujian suatu kuesioner sangat tergantung pada
kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data penelitian tidak akan
berguna jika instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data penelitian tidak
memiliki reliability (tingkat keandalan) dan validity (tingkat kesahihan) yang tinggi.
Pengujian dan pengukuran tersebut masing-masing akan menunjukkan konsistensi
dan akurasi data yang dikumpulkan. Berikut penjelasan ke dua model pengujian dan
pengukuran tersebut:

1. Uji Validitas Data


Uji validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu
pengujian/instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukur dikatakan
valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.Oleh karena itu instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk test/kuesioner, maka pengujian
validitas yang digunakan berupa pengujian validitas isi (content validity).
Pengujian validitas isi dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir
instrumen dengan skor total. Nilai koefisien korelasi antara skor setiap item
23

dengan skor total dihitung dengan korelasi product moment (Product Moment
Pearson Correlation). Suatu instrumen dinyatakan valid apabila koefisien
korelasi r hitung lebih besar dibandingkan koefisien korelasi r tabel pada taraf
signifikansi 5%.

2. Uji Reliabilitas Data


Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada
subyek yang sama. Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu
pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat reliabilitas
ditunjukkan oleh koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha.


Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,60 menunjukkan keandalan
(reliabilitas) instrumen. Selain itu, cronbach alpha yang semakin mendekat i 1
menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.

3.9 Teknik Analisis Data


1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui, menguji serta
memastikan kelayakan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini,
dimana variabel tersebut tersebut berdistribusi normal, bebas multikolinearitas,
dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik digunakan adalah uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas uji normalitas dan uji autokorelasi. Pengujian ini dilakukan
sebelum melakukan pengujian hipotesis.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil
Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data
residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-
24

Smirnov menunjukkan nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual


terdistribusi tidak normal.

b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Uji heteroskedastisitas dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu y adalah y
yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual ( prediksi – y
sesungguhnya ) yang telah distudentized. Dasar analisisnya adalah sebagai
berikut:
1) Jika ada pola tertentu,seperti titik-titik yang dan membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikoliniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah sebagai berikut:
1) Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak terikat,
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari
0,09), maka merupakan indikasi adanya multikolonieritas
3) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), suatu
model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila
mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.

2. Uji Hipotesis
25

Untuk menganalisis pengaruh antara variabel implementasi standar


akuntansi pemerintahan (X1), dan implementasi Sistem Informasi Keuangan(X2)
terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Y) digunakan teknik analisis regresi
berganda (multiple regresion analysis). Alasan penggunaan analisis regresi
berganda dalam penelitian ini karena variabel independen berjumlah lebih dari
satu yaitu ada dua variabel.
Pemahaman terhadap standar akuntansi pemerintahan (SAP) berpengaruh

signifikan terhadap kualitas Laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten


Jember
Pemanfaatan sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas Laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Jember


26

Berdasarkan paradigma penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,


maka model persamaan regresi berganda untuk penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Dimana:
Y = kualitas laporan keuangan
koefisien intercept (konstantan), yaitu nila Y jika nilai seluruh variabel lain

adalah nol
koefisien regresi variabel

koefisien regresi variabel

implementasi standar akuntansi pemerintahan

implementasi sistem informasi akuntansi

error term dari variabel-variabel lain

3. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji-F)


Menurut Imam Ghozali (2013:98) Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan uji statistik F:
a) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada
derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif,yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila
nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka Ho ditolak
dan Ha diterima.

4. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji-t)


Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Formulasi pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali,
2008):
a. Merumuskan Hipotesis
27

Ho: β1, β2,…,β4 = 0 (Berarti variabel-variabel bebas tidak mempunyai pengaruh


terhadap variabel dependen).
Ha: β1, β2,…,β4 ≠ 0 (Berarti variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen).
b. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi yang diharapkan adalah α = 5 % atau confidence interval
sebesar 95 %.
Menghitung nilai thitung
Nilai t dihitung dengan rumus:

bi
t
Sbi
dimana:
t : statistik uji
bi : koefisien regresi
Sbi : standar error koefisien regresi.
c. Membandingkan nilai signifikansi thitung dengan α = 5%
Untuk menentukan apakah hipotesis nol diterima atau ditolak dibuat ketentuan
sebagai berikut:
Signifikansi thitung ≥ 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak
Signifikansi thitung< 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima
28

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo, 2002, “Akuntansi Sektor Publik”, Penerbit Andi, Yogyakarta

Jurnal:
Anan Shiena, 2013, Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (SIA),
http://shienaanan.blogspot.com/2013/01/pengertian-sistem-informasiakuntansi.html, 30
Agustus 2014.

Andriani, Wiwik. 2010. “Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah: Studi pada Pemerintah Daerah Kab. Pesisir Selatan”. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia Volume 5 Nomor 1

Dwi, Angga Permadi, 2013. “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah”. Skripsi. Bandung. Universitas
Widyatama

Heizer and Render. 2010. “Principles of Operations Management, 8th Edition. Prentice Hall

Ihsanti, Emilda, 2014. “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah” (Studi
Empiris pada SKPD Kabupaten Lima Puluh Kota), Artikel Universitas Negeri Padang.

Jansen Mc, Meckling WH. 1992. Specific and General Knowledge and Organizational
Structure, In: Werin. L. Wijkander. H, editor, Main Currents in Contract Economics,
Massachussets; Blackwell publisher, 251-91.
29

Jeffrey Lesser. 1992. Multi Agent Planning as a Social Process; Voting, Privacy, and
Manupalition. In Victor R lesser, editor, Proceedings of the First Intermediate
Conferences on Multi-Agent Systems (ICMAS-95) 431, San Francisco, SA,1995.

Juwita Rukmi, 2013, “Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem
Informasi Akuntansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan”, Trikonomika Volume 12,
No.2, Desember 2013, Hal. 201-2014 ISSn 1411-514X

Kusumah, Arif A, 2012, “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap


Kualitas Laporan Keuangan “ (studi empiris pada SKPD/OPD Pemerintah Kota
Tasikmalaya), Jurnal Penelitian Akuntansi, Volume IX. No.2 Pp.110

Nugrahaeni, Purwaniati & Imam Subaweh. 2008. “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 13(1)

Nur, Nunuy A, Dien Noviany R, 2014, “Factors Influencing The Quality Of Financial
Reporting And Its Implications On Good Government Governance” (Research On
Local Government Indonesia), International Journal of Business, Economics and Law,
Vol. 5, Issue 1 (Dec.) ISSN 2289-1552
.
Pamungkas, Bambang. 2012. “Pengaruh penerapan akuntansi sektor publik dan
pengawasan terhadap kualitas laporan keuangan dan implikasinya terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah”. Jurnal Ilmiah Ranggagading, 12(2): 82-93.

Rahmayati, fitri 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan


Kementrian Negara/Lembaga” (studi pada Satuan Kerja di Wilayah Kerja KPPN
Surabaya II), Skripsi, Malang: Universitas Brawijaya.

Ratna, P.Ayu D dan Ni Putu Sri harta Mimba, 2014, “Pengaruh Efektifitas Penerapan Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (Sipkd) pada Kualitas Laporan Keuangan”,
E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556 8.3 (2014): 442-457

Setiyawati, Hari, 2013, “The effect of Internal Accountant’s Competence, Manager’s


Commitment to Organizations and the Implementation of the Internal Control System
30

on the Quality of Financial Reporting, International Journal of Business and


Management invention”, Volume 2 Issue 11, November, 2013, ISSN (online): 2319-
8028, PP 19-27

Rashwan Zuhudy Rafid, 2016, “Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan


Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Moderasi” (Studi
Empiris pada Pemerintahan Kabupaten Bone)

Tuasikal, Askam, 2007, “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pengelolaan Keuangan


Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Sektor Publik, Vol.08 N0.01, Februari 2007.

Wilkinson, Josep W. Et al, 2000. “Accounting Information System Essential Concept and
Application”, 4 Edition, John Willey & Sons Inc, New York-USA.

Yuliani, Safrida, Nadirsyah, Usman Bakar. 2013. “Pengaruh Pemahaman Akuntansi,


Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah Dan Peran Internal Audit Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Studi Pada Pemerintah Kota Banda
Aceh). Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. 3(2): 206-220.

Zimmerman. 1997, Economic value added and divisional performance measurement:


capturing synergies and other issues, Journal applied corporate finance. 98-109.

Perundangan:
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Website:
http://surabaya.bpk.go.id/wp-content/uploads/2017/11/IHPS-Jatim-I-2016-Net-Cetak.pdf

http://bpk.go.id/assets/files/ihps/2016/II/ihps_ii_2016_1491461165.pdf

http://bpk.go.id/assets/files/ihps/2017/I/ihps_i_2017_1507002855.

Anda mungkin juga menyukai